PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

(1)

1

SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN

DI KABUPATEN KLUNGKUNG

MADE DWIJA PARAMARTHA KORI NIM. 1016051056

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN

DI KABUPATEN KLUNGKUNG

MADE DWIJA PARAMARTHA KORI NIM. 1016051056

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

ii

PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN

DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

MADE DWIJA PARAMARTHA KORI NIM. 1016051056

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 16 Februari 2016

Pembimbing I

I Ketut Sudiarta, SH., MH NIP. 19620515 198803 1 004

Pembimbing II

Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, SH., M.Kn., LLM NIP. 19820516 200501 2 020


(5)

iv

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 29 Maret 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0293/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal 11 Maret 2016

Ketua : I Ketut Sudiarta, SH., MH (……….)

NIP. 19620515 198803 1 004

Sekretaris : Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, SH., M.Kn., LLM (……….)

NIP. 19820516 200501 2 020

Anggota : 1. Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH., M.Hum (……….)

NIP. 19591231 198602 1 007

2. I Ketut Suardita, SH., MH (……….)

NIP. 19690224 199702 1 001

3. Cokorde Dalem Dahana, SH., M.Kn (……….)


(6)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul skripsi ini

adalah “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN DI

KABUPATEN KLUNGKUNG”.

Penulis menyadari bahwa apa yang tersusun jauh dari apa yang diharapkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu kritik, saran, bimbingan serta petunjuk-petunjuk dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH

2. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH


(7)

vi

3. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH

4. Pembangu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak I Wayan Suardana, SH., MH

5. Pembimbing Akademik, Bapak I Gusti Nyoman Agung, SH., MH yang telah

memberi bimbingan selama mengikuti kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana

6. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak I Ketut Suardita, SH., MH

7. Pembimbing I Skripsi, Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

8. Pembimbing II Skripsi, Ibu Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, SH., M.Kn., LLM

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana

10.Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam proses pengurusan administrasi

11.Kepada seluruh Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Udayana

12.Kedua orang tua, I Wayan Tika, SH dan Ir. Ni Nengah Astini yang penulis cintai dan banggakan, yang tak henti-hentinya telah dengan sabar memberikan dorongan dan semangat, masukan dan financial dalam penulisan skripsi ini


(8)

13.Untuk semua sahabat dan saudara-saudara Angkatan 2010 Fakultas Hukum Universitas Udayana, dan Keluarga Suka Duka Baladika Bali DPC Kabupaten Klungkung yang telah bersama-sama melewati suka maupun duka selama ini

Akhir kata penulis harapkan skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu hukum pada khususnya.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 16 Februari 2016 Penulis


(9)

viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa karya ilmiah / Penulisan Hukum/ Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis jaga tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya Ilmiah / Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggung jawaban ilmiah tanpa ada paksaan dan tekanan dar pihak manapun juga.

Denpasar, 16 Februari 2016 Yang menyatakan

Made Dwija Paramartha Kori NIM. 1016051056


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Ruang Lingkup Masalah ... 4

1.4Orisinalitas Penelitian ... 4

1.5Tujuan Penelitian ... 5

a. Tujuan Umum... 5

b. Tujuan Khusus ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 6

a. Manfaat Teoritis ... 6

b. Manfaat Praktis... 6

1.7Landasan Teoritis ... 6


(11)

x

a. Jenis Penelitian ... 14

b. Jenis Pendekatan ... 15

c. Sifat Penelitian ... 15

d. Data dan Sumber Data ... 15

e. Teknik Pengumpulan Data ... 16

f. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 17

g. Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM, MINIMARKET DAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) 2.1Penegakan Hukum ... 19

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum ... 19

2.1.2 Unsur – Unsur Penegakan Hukum ... 20

2.2Minimarket ... 22

2.2.1 Pengertian Minimarket ... 22

2.2.2 Klasifikasi Usaha Kategori Minimarket, Toko, Warung Dan Pasar Swalayan ... 22

2.3Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) ... 25

2.3.1 Pengertian Surat Izin Usaha Perdagangan ... 25

2.3.2 Syarat dan Tata Cara Permohonan Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan ... 28

BAB III PROSEDUR PENEGAKAN HUKUM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2004 BERKAITAN DENGAN MINIMARKET TANPA IZIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG 3.1Aturan Hukum Minimarket Di Kabupaten Klungkung ... 34


(12)

3.2Prosedur Penegakan Hukum Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 Berkaitan

Dengan Minimarket Tanpa Izin Di Kabupaten Klungkung.. 36

BAB IV KENDALA PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG BERKAITAN DENGAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MINIMARKET TANPA IZIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG 4.1Kendala Pemerintah Kabupaten Klungkung Berkaitan Dengan Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin Di Kabupaten Klungkung. ... 43

4.1.1 Kendala Internal ... 46

4.1.1.1Terbatasnya Jumlah Tenaga Sumber Daya Manusia ... 46

4.1.1.2Kualitas Sumber Daya Manusia, Koordinasi dan Sarana Masih Kurang ... 47

4.1.1.3Anggaran Yang Minim Dalam Membiayai Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung ... 49

4.1.1.4Fasilitas Yang Kurang Memadai ... 51

4.1.2 Kendala Eksternal ... 52

4.1.2.1Permasalahan Terhadap Subjek Hukum ... 53

4.1.2.2Permasalahan Terhadap Budaya Hukum Dalam Masyarakat ... 56

4.1.2.3Permasalahan Penyalahgunaan Ijin bangunan ... 57

4.2Upaya Pemerintah Kabupaten Klungkung Dalam Mengatasi Minimarket Tanpa Izin ... 58


(13)

xii

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan ... 65 5.2Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN RINGKASAN SKRIPSI


(14)

ABSTRAK

Tulisan ini berjudul Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin Di Kabupaten Klungkung. Berdasarkan fakta minimarket di Kabupaten Klungkung beroprasi tanpa memiliki izin terlebih dahulu, padahal sebelum minimarket tersebut beroprasi harus memiliki izin yang disebut SIUP seperti yang diatur dalam pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 4 Tahun 2004, permasalahan yang diangkat yaitu prosedur penegakan hukum berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 4 Tahun 2004 terhadap minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung dan kendala Pemerintah Kabupaten Klungkung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung. Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris yaitu data yang langsung diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian di lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara dengan pihak yang terkait. Akibat hukum bagi minimarket yang melanggar akan diberi teguran lisan, tertulis, minimarket membandel diancam pidana, dan kendala Pemerintah Kabupaten Klungkung berupa kendala internal dan eksternal. Saran untuk permasalahan pertama bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung agar segera untuk membuat peraturan lebih lanjut dan yang kedua perlu penambahan jumlah personel, anggaran dan fasilitas yang memadai untuk Satpol PP Kabupaten Klungkung.


(15)

xiv ABSTRACT

This article titled Law Enforcement Against Unauthorized Minimarket in Klungkung regency. Based on the facts minimarket in Klungkung regency beroprasi without prior consent, whereas before the minimarket beroprasi must have a license called SIUP as stipulated in article 7 Klungkung District Regulation No. 4 In 2004, the issues raised are based on the law enforcement procedures Klungkung District Regulation No. 4 of 2004 against minimarket without permission in Klungkung and constraints associated with the Klungkung regency government enforcement against unlicensed minimarket in Klungkung regency. The research method used is empirical legal research is data obtained directly from the community as the source of the first through field research, conducted either through observation, interviews with relevant parties. The legal consequences for violating minimarket will be given a verbal warning, written, minimarket stubborn criminalized, and constraints Klungkung District Government in the form of internal and external constraints. Suggestions for the first problem for the Government of Klungkung to immediately to make further regulations and that both need to increase the number of personnel, budget and adequate facilities for municipal police Klungkung regency.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Keberadaan usaha minimarket di Kabupaten Klungkung saat ini mengalami pertumbuhan yang signifikan, hampir di setiap sudut jalan minimarket tersebut berdiri dengan megah. Keberadaan minimarket menjadi daya tarik tersendiri bukan hanya bagi warga di Kabupaten Klungkung saja, namun bagi warga kota besar lainnya. Beberapa hal yang menjadikan minimarket ini mendapat simpati warga masyarakat karena selain letaknya cenderung strategis juga menyediakan hampir semua kebutuhan sehari-hari dengan kemasan kecil sampai besar. Berbagai bahan makanan seperti beras, telur, gula, bahkan buah juga tersedia, makanan yang dijual pun beragam, higienis dan bersih, ruangan ber AC, bersih, dan sedikit luas membuat pelanggan merasa nyaman. Jika pelanggan tidak memiliki uang cash, cukup dengan menggesek atm, maka transaksi dapat terjadi. Minimarket tersebut kadang dilengkapi dengan fasilitas atm yang semakin menarik bagi pelanggan. Tempat parkir yang relative luas juga menjadi faktor pendukung, Apalagi dengan pemberlakuan jam operasional selama 24 jam, minimarket seakan-akan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan barang ketika semua toko dan pasar telah tutup. Tempat ini relative aman buat berbelanja sehingga pelanggan tidak perlu khawatir akan kecopetan atau terkena tindak kejahatan lainnya. Meskipun minimarket memiliki kelebihan, namun juga memiliki kekurangan yaitu harga yang sudah pas yang tentu saja tidak bisa ditawar.


(17)

2

Pasar tradisional cenderung kurang manarik bagi pelanggan karena kondisi pasar yang kotor, becek, bau dan kurang aman membuat sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus berbelanja ke sana. Meskipun pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh toko minimarket, misalnya harga rekatif murah, bisa terjadi tawar menawar harga, barangnya beragam dan relative segar. Disadari atau tidak, ada beberapa barang yang lebih murah dan nyaman jika dibeli di pasar tradisional daripada di minimarket.

Fenomena menjamurnya minimarket yang tersebar di Kabupaten Klungkung ini keberadaannya cukup menjadi ancaman bagi pasar tradisional, jarak yang berdekatan dengan pasar tradisional ini dinilai mengancam perekonomian rakyat, terutama pedagang yang berjualan di pasar tradisional.

Berdasarkan berita di Bali Post tanggal 24 November 2010 di Kabupaten Klungkung keberadaan Minimarket yang dapat meresahkan masyarakat khususnya pada pedagang tradisional karena merebut mangsa pasar, disamping itu pula banyak juga Minimarket yang belum memiliki izin. Penomena yang terjadi di masyarakat bahwa Pemilik Minimarket kebal hukum. Para pelaku usaha yang tidak memiliki izin sangat melecehkan Satpol PP Kabupaten Klungkung, setiap terjadi penertiban oleh Satpol PP pelaku usaha yang tidak memiliki izin tidak mendapatkan sanksi hukum yang tegas, sehingga Perda No. 4 tahun 2004 diabaikan.1

Peraturan Daerah sangat penting artinya dimana dengan adanya Peraturan Daerah dapat dilihat berhasil atau tidaknya Pemerintahan Daerah dalam

1

Indomaret Lecehkan Satpol PP Klungkung Membangun Sebelum Kantongi Izin, Bali Post, 24 November 2010.


(18)

3

penyelenggaraan pemerintahan. Peraturan Daerah memuat norma-norma atau kaedah-kaedah yang harus ditaati baik oleh aparatur Pemerintah Daerah maupun penduduk dari daerah yang bersangkutan. Jika terjadi pelanggaran terhadap pelaksanaannya maka akan dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Seperti yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Ijin Usaha Industri, Ijin Usaha Perdagangan, Ijin Usaha Pergudangan, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan Surat Keterangan Asal (SKA). Dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa:

(1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh surat izin usaha perdagangan (SIUP)

Dengan demikian semua tindakan pemerintahan harus berdasarkan hukum yang dalam hal ini penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 4 Tahun 2004 tentang Ijin Usaha Industri, Ijin Usaha Perdagangan, Ijin Usaha Pergudangan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Keterangan Asal.

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka skripsi ini diangkat Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin di Kabupaten Klungkung.

1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimanakah prosedur penegakan hukum berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 berkaitan dengan minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung?


(19)

4

2. Kendala apa yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap minimarket yang tidak dilengkapi dengan izin di Kabupaten Klungkung?

1.3Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pembahasan skripsi ini maka dibuatlah ruang lingkup masalah sebagai berikut. Pertama akan dibahas prosedur penegakan hukum berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 berkaitan dengan minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung dan yang kedua akan dibahas mengenai kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap minimarket yang tidak dilengkapi dengan izin di Kabupaten Klungkung.

1.4Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan terhadap hasil-hasil penelitian, hingga saat ini belum ada hasil penelitian dalam bentuk skripsi ataupun penelitian yang berkaitan Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin.

Adapun dari penelusuran kepustakaan yang cukup dekat dengan topic penelitian ini yaitu :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1 Tinjauan Yuridis

Penerbitan Surat Izin

Usaha Perdagangan

(SIUP) Dalam Rangka

Good Lokal

Governance Di

Pemerintahan Kota

Surakarta

Choiridina

Damazni Chaniago

Fakultas Hukum

Universitas Sebelas

Maret Surakarta

2011

1. Bagaimana Tinjauan

Yuridis Penerbitan

SIUP Oleh KPPT Di

Pemerintah Kota

Surakarta? 2. Bagaimana

Penyelenggara Tata

Kepemerintahan Yang Baik Dalam Penerbitan


(20)

5

SIUP Di Pemerintah Kota Surakarta?

2 Mekanisme dan

ImplikasiPelayanan SIUP Dinas Perizinan

Kabupaten Bantul

Berdasarkan Perda

No. 14 tahun 2011

tentang Perizinan

Bidang Usaha

Perindustrian dan

Perdagangan

Fitri Atur Arum

Fakultas Syar’ah

dan Hukum

Universitas Islam

Negeri Sunan

Kalijaga

Yogyakarta 2013

1. Bagaimanakah

Pelayanan SIUP Dinas

perizinan Kabupaten

Bantul Sesuai asas-asas

Pelayanan Publik

Berdasarkan Perda no 14 tahun 2011?

2. Bagaimanakah

Implikasi Pelayanan

SIUP Dinas Perizinan

Kabupaten Bantul

berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2011?

Dapat disimpulkan bahwa Originalitas Penelitian ini murni, belum dikerjakan oleh peneliti lain sehingga penulis dapat melanjutkan usulan proposal penelitian dengan judul Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin Di Kabupaten Klungkung.

1.5Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui prosedur penegakan hukum berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 berkaitan dengan minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap minimarket yang tidak dilengkapi dengan izin di Kabupaten Klungkung.


(21)

6

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan menganalisa prosedur penegakan hukum

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 berkaitan dengan minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala yang dihadapi oleh

Pemerintah Kabupaten Klungkung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap minimarket yang tidak dilengkapi dengan izin di Kabupaten Klungkung.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum pemerintahan pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

Penulisan usulan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum pemerintahan dalam kaitan dengan Penegakan Hukum terhadap minimarket tanpa izin di Kabupaten Klungkung.

1.7Landasan Teoritis

Kerangka teori yang disusun dalam skripsi ini, mengambarkan hubungan antara konsep negara hukum dinamis yang memberikan keleluasaan kepada


(22)

7

pemerintah untuk mengatur segala kebutuhan masyarakat dengan kewenangan mengatur dari pemerintah. Khusus mengenai kewenangan mengatur dalam konteks peraturan perundang-undangan, ada beberapa batasan yang harus ditaati oleh pemerintah, secara formal bahwa kewenangan mengatur berasal dari kewenangan yang besifat delegasi dan atribusi, namun demikian ada pula yang bersifat kewenangan bebas (freies ermessen) dan hal ini diluar kontek peraturan perundang-undnagan namun diakui karena mengikat umum.

Berbagai teori yang dipergunakan dalam penelitian ini diketengahkan teori, konsep, asas-asas hukum serta pandangan sarjana sebagai pembenaran teoritis. Pembenaran teoritik tersebut terutama berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Konsep Negara Hukum

Suatu Negara dapat dikatakan sebagai negara hukum “rechstaat” menurut Burkens, (sebagaimana dikutip Yohanes Usfunan) apabila memenuhi syarat-syarat:2

1) Asas legalitas. Setiap pihak pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundangan (wettelijke gronslag). Dengan landasan ini, undang-undang dalam arti formil dan undang-undang-undang-undang sendiri merupakan tumuan dasar tindak pemerintahan. Dalam hubungan ini pembentukan undang-undang merupakan bagian penting Negara hukum.

2) Pembagian kekuasaan. Syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan.

2

Yohanes Usfunan, 2011, HAM Politik Kebebasan Berpendapat Di Indonesia, Udayana University Press, Denpasar,h.99,dikutip dari Burken M.C, et.al., 1990, Beginselen van de Democratiche Rechtstaat,Tjeenk Wilink Zwole, p.29.


(23)

8

3) Hak-hak dasar (grondrechten), merupakan sasaran perlindungan diri pemerintahan terhadap rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentuk undang-undang.

4) Pengawasan pengadilan bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan tindak pemerintah “rechtmaticgeheid stoetsing”.

Secara konstitusional Negara Indonesia adalah Negara Hukum, yang diketahui dalam Pasal 1 ayat (3) Amandemen UUD 1945 bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Dengan demikian semua tindakan pemerintahan harus menurut hukum yang dalam hal ini menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung.

2. Konsep Kewenangan

Bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum; dasar hukum dimaksudkan, bahwa weenang itu haruslah mempunyai dasar hukum; sedangkan komponen komformitas hukum dimaksud, bahwa wewenang itu haruslah mempunyai standar.

Ruang lingkup wewenang pemerintahan tidak hanya meliputi wewenang untuk membuat keputusan pemerintahan (besluit) tetapi juga semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya pembentukan wewenang dan distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam konstitusi; pembentukan wewenang pemerintahan didasarkan pada wewenang yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.


(24)

9

Pemberian kewenangan kepada administrasi Negara untuk bertindak atas innisiatif sendiri itu lazim dikenal dengan istilah freies Emerssen atau

discretionarypower, yaitu suatu istilah yang didalamnya mengandung kewajiban dan kekuasaan yang luas.3Dengan kata lain, bahwa “setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu wewenang yang diberikan oleh undang-undang.” Dengan demikian substansi asas legalitas ialah wewenang, yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.

Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan berasal dari undang-undang yang berlaku. Dengan kata lain, organ pemerintahan tidak dapat menganggap, bahwa ia memiliki sendiri wewenang pemerintahan. Sebenarnya kewenangan hanya diberikan oleh undang-undang; pembuat undang-undang dapat memberi wewenang pemerintahan, tetapi dapat juga kepada pegawai tertentu atau kepada badan khusus tertentu. Dalam konstitusi Indonesia UUD 1945 (setelah amandemen yang keempat kalinya), ditemukan beberapa pasal yang melahirkan kewenangan, baik diberikan kepada eksekutif, yudisial maupun legislatif dalam pasal-pasal tersebut. Kewenangan ditafsirkan dengan memegang kekuasaan, berhak, dapat, tidak dapat, menyatakan, mengangkat, memberi, mengatur, menyatakan, menetapkan, fungsi, dapat melakukan, kekuasaan, berwenang dan lain-lain dengan berbagai istilah, akan tetap substansi dan maksudnya sama, yaitu kewenangan atau mempunyai autority.

3


(25)

10

3. Konsep Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel, Policy Rules)

Dalam kaitan ini, selain konsep konsep yang telah dikemukakan sebelumnya juga diketengahkan konsep Beleidsregel sebagai titik tolak dalam tulisan ini. Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, badan atau pejabat Tata Usaha Negara dapat membuat peraturan kebijakan antara lain berupa keputusan, instruksi, edaran, petunjuk dan pengumuman. Peraturan kebijakan yang dibuat pejabat tata usaha Negara acapkali menempuh pelbagai langkah kebijaksanaan tertentu, antara lain menciptakan apa yang kini sering dinamakan peraturan kebijaksanaan.4Oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara tersebut sudah barang tentu berada dalam koridor hukum.

Pelaksanaan pemerintah menunjukkan beberapa badan atau Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa walaupun terdapat berbagai nama tentang peraturan kebijakan, namun obyek kajiannya sama-sama tertuju pada peraturan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara berdasarkan kebebasan bertindak atau freies Ermessen yang dimungkinkan oleh Peraturan Perundangan-Undangan.

Sjachran Basah mengatakan bahwa freies Emerssen melalui sikap tindak administrasi Negara dapat berwujud.5

a. Membentuk peraturan perundang-undangan di bawah

Undang-Undang yang secara materiil mengikat umum.

b. Mengeluarkan beschikking yang bersifat Konkret, final dan individual.

c. Melakukan tindak administrasi yang nyata dan aktif.

d. Menjalankan fungsi peradilan, terutama dalam hal keberatan dan banding administrasi.

4

Philipus M. Hadjon, et. al., 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet. I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h. 148.

5

Sjahran Basah, 1986, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Orasi ilmiah pada Dies Natalis XXIX, Unpad, Bandung, h.4.


(26)

11

Prajudi Atmosudirjo menyatakan:

Legislasi Semu (Pseudo – Wetgeving) adalah penciptaan dari pada aturan-aturan hukum oleh pejabat Administrasi Negara yang berwenang yang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman (richtlijnen) pelaksanaan policy (kebijaksanaan) untuk menjalankan suatu ketentuan Undang-Undang, akan tetapi dipublikasikan secara luas. Dengan

demikian, maka timmbullah semacam “hukum bayangan”

(Spiegelrecht) yang membayangi Undang-undang atau hukum yang bersangkutan. Legislasi semu ini berasal dari diskresi atau Freies Ermessen yang dipunyai oleh administrasi negara, yang pada umumnya dipakai untuk menetapkan Policy pelaksanaan Ketentuan Undang-Undang.6

Bertitik tolak dari beberapa teori diatas, dimana pemerintah kabupaten/kota sebagai penyelenggara otonomi daerah bertugas melaksanakan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Menurut Satjipto Rahardjo, agar hukum berjalan atau dapat berperan dengan baik dalam kehidupan masyarakat, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya termasuk didalamnya mengenali dengan seksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut;

b) Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal social engineering itu hendaknya diterapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor kehidupan majemuk, seperti : tradisionai, modern dan perencanaan. Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih;

c) Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan;

d) Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengatur efek-efeknya.7

6

Prajudi Atmasudirjo, 1994, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi , Ghalia Indonesia, Jakarta, h.103.

7


(27)

12

Ketertiban dibutuhkan agar kehidupan bermasyarakat tetap berlangsung secara harmonis, dimana setiap individu dapat berkembang menurut kodratnya dan memperoleh haknya yang dijamin oleh hukum, dengan melaksanakan kewajiban yang dibebankan oleh hukum kepadanya.

4. Konsep Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum dapat diartikan sebagai penerapan kekuasaan untuk menjamin atau mencapai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka menerapkan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung di bidang SIUP. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto, yaitu :

a) Faktor hukumnya sendiri, seperti pada undang-undang.

b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum.

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut

berlaku atau diterapkan.

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.8

Faktor-faktor di atas pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yakni faktor yuridis dan faktor non yuridis. Sehubungan dengan Penegakan Hukum Terhadap Minimarket Tanpa Izin Di Kabupaten Klungkung faktor yuridisnya adalah berkenan dengan ketentuan Peraturan

8

Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPenegakan Hukum, PT RajaGafindo Persada, Jakarta, h. 8.


(28)

13

Daerah yang menyangkut SIUP. Sedangkan faktor non yuridisnya, berkaitan dengan :

1. Faktor aparat yang berwenang menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung, khususnya dalam rangka pelaksanaan SIUP.

2. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum dalam hal ini terdiri dari peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan lainnya. 3. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan yakni di wilayah hukum pemerintah Kabupaten Klungkung. Penegakan Hukum yang terkait dengan pelanggaran SIUP di Kabupaten Klungkung, yaitu :

1. Penegakan hukum yang preventif

Pemerintah Kabupaten Klungkung yang mana dalam hal ini Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung, memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang ditemukan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan SIUP, agar mau mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004.

2. Berdasarkan penegakan hukum yang represif

Terhadap pelanggaran dari ketentuan SIUP pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung mengeluarkan Surat Peringatan dari I, II, III yang jarak waktunya masing-masing selama I minggu. Apabila


(29)

14

tidak dindahkan, maka diterapkalah sanksi hukum administrasi yaitu berupa :

1. Perintah menghentikan kegiatan

2. Pembongkaran bangun-bangunan

Dalam kaitannya dengan Izin khususnya SIUP, Pemerintah Kabupaten Klungkung telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4 Tahun 2004 dapat dilihat mengenai ketentuan yang mengatur tentang SIUP :

(1) Untuk dapat mendirikan, mengubah bangun-bangunan di daerah harus mendapat izin terlebih dahulu.

(2) Izin mendirikan, mengubah bangun-bangunan diberikan oleh Bupati. Berdasarkan ketentuan diatas, maka dapat diketahui bahwa Bupati Klungkung dalam melaksanakan wewenangnya untuk mengatur bangunan-bangunan yang ada di wilayahnya, mewajibkan kepada semua pihak yang hendak mengajukan mendirikan, memperbaiki, mengubah atau membongkar suatu bangunan termasuk izin bagi pembangunan yang sudah berdiri yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah.

1.8Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan didalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan antara das sollen dan das sein atau antara the ought


(30)

15

dan the is atau antara yang seharusnya dengan senyatanya di lapangan. Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan prilaku masyarakat dalam penerapan hukum.9

Menurut Peter Mahmud Marzuki penelitian hukum empiris adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara, ataupun penyebaran kuisioner.10

b. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini akan digunakan 4 jenis pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

2. Pendekatan perundangan-undangan(The Statute Approach) 3. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

4. Dan Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach).11

c. Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan sifat penelitian verifikatifyaitupenelitian yang bertujuan untuk menguji teori.12

d. Data dan Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari penelitian

9

Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Denpasar, h. 77.

10

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35.

11

Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 80.

12


(31)

16

lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan baik dari responden maupun informan. Data sekunder bersumber dari penelitian kepustakaan.13

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara (interview) yang merupakan salah satu teknik yang sering dan paling lazim digunakan dalam penelitian hukum empiris. Dalam kegiatan ilmiah, wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya pada seseorang,

melainkan dilakukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden maupun informan. 14

Menurut Jacob Vredenbregt Wawancara (Interview) adalah

mengumpulkan data mengenai sikap dan kelakuan, pengalaman, cita-cita dan harapan manusia seperti dikemukakan oleh responden atas pertanyaan peneliti/pewawancara adalah dasar dari teknik wawancara.15

Pedoman yang dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara tak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang memuat garis besar yang akan ditanyakan16

13

Ibid.

14

Ibid, h.82.

15

Jacob Vredenbregt, 1981, Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat, cet. IV, PT Gramedia, Jakarta, h. 88.

16

Arikunto Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, h. 202.


(32)

17

f. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan Teknik Non Probability Sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling memberikan peran yang sangat besar pada peneliti untuk menentukan pengambilan sampelnya. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya.17

Bentuk-bentuk dari Non Probability sampling akan digunakan Purposive Sampling yaitu penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh si peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi criteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan cirri utama dari populasinya.18

g. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini akan digunakan Analisis Kualitatif yaitu analisis kualitatif diterapkan dalam suatu penelitian yang sifatnya eksploratif dan deskriptif. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun kedalam struktur klasifikasi, hubungan antara variable tidak jelas, sampel lebih bersifat non probabilitas, dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi.

17

Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 86.

18


(33)

18

Dalam penelitian dengan teknik analisis kualitatif atau yang juga sering dikenal dengan analisis deskriptif kualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis, digolongkan dalam pola dan thema, diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilkukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi social, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluhuhan kualitas data. Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data dilapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.19

19


(34)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM, MINIMARKET DAN SIUP (SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN)

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penegakan hukum, minimarket dan SIUP (surat izin usaha perdagangan), penulis akan paparkan secara berturut-turut sebagai berikut :

2.1Penegakan Hukum

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum

Menurut Jimly Asshiddiqie, Pada pokoknya penegakan hukum merupakan upaya yang secara bersengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1

Menurut Soerjono Seokanto. Beliau mengatakan inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.2

Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa, penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun didalam

1

Jimly Asshiddiqie, 1998,Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Globalisasi, cet. I, Balai Pustaka, Jakarta, h 93.

2


(35)

20

kenyataan di indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian

“law enforcement” begitu populer.3

Kesimpulan kedua pendapat diatas pengertian dari penegakan hukum adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara bersengaja dalam upaya menyerasikan nilai-nilai yang tercermin dalam perilaku masyarakat untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan keadilan dan kedamaian pergaulan hidup.

2.1.2 Unsur-Unsur Penegakan Hukum

Unsur-unsur yang dapat ditarik dari pengertian penegakan hukum diatas, yaitu:

1) Adanya kegiatan yang dilakukan secara bersengaja.

Tanpa adanya usaha yang konkrit dari semua pihak, penegakan hukum tidak akan mencapai cita-cita yang diharapkan. Cita-cita tanpa usaha sama saja artinya sebagai sebuah angan-angan belaka. Penegakan hukum harus dilakukan dengan suatu aksi atau tindakan yang nyata. Bukan hanya wacana dan retorika.

Dalam konteks penegakan hukum aparat penegak hukum merupakan unsur utama. Aparatur penegak hukum meliputi aparat penegak hukum (orangnya) dan lembaga-lembaganya (institusi). Dengan demikian, proses penegakan hukum pada pokoknya menyangkut soal orang, soal institusi dan soal mekanisme kerja yang perlu dikembangkan atau diusahakan dalam rangka benar-benar menjamin tegaknya hukum dan keadilan. Dan proses

3


(36)

21

peradilan itu sendiri haruslah dipahami mulai dari masyarakat sampai ke masyarakat.

2) Sebagai upaya menyerasikan nilai-nilai yang tercermin dalam perilaku masyarakat.

Penegakan hukum merupakan proses untuk menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mengajewantah. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tanmpak lebih konkrit.

Didalam penegakan hukum nilai-nilai tersebut perlu diserasikan, umpamanya ; perlu penyerasian antara nilai ketertiban dengan nilai ketenteraman. Sebab, nilai ketertiban bertitik tolak pada keterikatan, sedangkan nilai ketentraman titik tolaknya adalah kebebasan.

Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan tersebut secara lebih konkrit terjadi dalam bentuk kaidah-kaidah, dalam hal ini kaidah hukum, yang mungkin berisikan suruhan, larangan atau kebolehan.

3) Untuk menciptakan, memilihara dan mempertahankankedamaian pergaulan hidup.

Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian.


(37)

22

2.2Minimarket

2.2.1 Pengertian Minimarket

Minimarket, dalam peraturan perundang-undangan termasuk dalam pengertian Toko Modern.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Toko Modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, ataupun grosir berbentuk Perkulakan.

Menurut Hendri Ma’ruf pengertian minimarket adalah toko yang mengisi

kebutuhan masyarakat akan warung yang berformat modern yang dekat dengan pemukiman penduduk sehingga dapat mengungguli toko atau warung.4

2.2.2 Klasifikasi Usaha Kategori Minimarket, Toko, Warung Dan Pasar Swalayan

Minimarket

Sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam “toko kelontong“ atau yang menjual segala macam barang dan makanan, perbedaan nya disini biasa nya minimarket menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk penjualan nya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak minimarket dan

4Hendri Ma’ruf, 2005,


(38)

23

membayarnya di meja mesin kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang.5

Toko

Toko atau kedai adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang khusus, misalnya toko buku, toko buah, dan sebagainya. Secara fungsi ekonomi, istilah “toko” sesungguhnya hampir sama dengan “kedai” atau “warung”. Akan tetapi pada perkembangan istilah, kedai dan warung cenderung bersifat tradisional dan sederhana, dan warung umumnya dikaitkan dengan tempat penjualan makanan dan minuman. Secara bangunan fisik, toko lebih terkesan mewah dan modern dalam arsitektur bangunannya daripada warung. Toko juga lebih modern dalam hal barang-barang yang dijual dan proses transaksinya.6

Warung

Warung adalah usaha kecil milik keluarga yang berbentuk kedai, kios, toko kecil, atau restoran sederhana — istilah “warung” dapat ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Warung adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan keseharian rakyat Indonesia.

Terdapat banyak jenis warung, umumnya berbentuk toko kecil seperti gerobak dorong beratap yang menjual minuman dingin dalam kemasan botol (seperti teh botol), kudapan, permen, rokok, krupuk, dan berbagai macam barang-barang keperluan sehari-hari. Bahkan terdapat warung terapung, yakni perahu

5

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Supermarket. diakses tanggal 2 Oktober 2015.

6


(39)

24

yang difungsikan sebagai warung. Sementara warung yang menjual makanan umumnya dapat menjual penganan sederhana gorengan seperti pisang goreng dan kopi. Selain menjual masakan Indonesia, beberapa warung menjual makanan asia dan barat, makanan seperti nasi goreng dan mi goreng lazim ditemukan di warung. Beberapa warung yang menjual makanan barat bahkan menjual roti, panekuk, sup, ikan bakar, steak dan pizza.

Istilah “warung” juga merujuk kepada toko atau kedai, dan menjadi dasar istilah lain, termasuk wartel (kependekan dari warung telepon) dan warnet (kependekan dari warung internet).

Jenis Warung :

- Warung nasi, warung yang menjual nasi dan lauk pauk, semacam rumah makan sederhana.

- Warung kopi, warung yang menjual kopi dan kudapan; berbagai gorengan seperti pisang goreng atau buah segar.

- Warung rokok, warung yang menjual rokok, permen, minuman ringan, kerupuk dan kudapan lainnya, serta berbagai keperluan sehari-hari.

- Warung terapung, warung berupa perahu yang mengapung di atas sungai yang menjual berbagai macam makanan dan minuman.

- Warung Tegal, warung nasi khas Tegal.

- Warung Internet, warung yang menyewakan komputer untuk terhubung ke internet.

- Warung telekomunikasi, warung yang menyewakan sambungan telepon.7

7


(40)

25

Pasar Swalayan

Pasar Swalayan adalah tempat perbelanjaan berbentuk toko yang menjual berbagai macam makanan, minuman segar maupun hasil olahan, serta macam-macam perlengkapan rumah tangga. Pada umumnya pasar swalayan menempati ruang yang luas dan karena beragam barang yang disajikan, pasar itu dikenal dengan istilah supermarket. Istilah supermarket diindonesiakan menjadi pasar swalayan, karena didalam transaksinya para pembeli melayani diri sendiri.8

2.3Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP )

2.3.1 Pengertian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Surat Izin Usaha Perdagangan atau disingkat SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan perdagangan. Dasar hukum untuk mendapatkan SIUP adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan, pasal 10 menyebutkan bahwa pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, khususnya ketentuan mengenai izin, telah dikeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klungung Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Ijin Usaha Industri, Ijin Usaha Perdagangan, Ijin Usaha Pergudangan, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan Surat Keterangan Asal (SKA) tanggal 5 maret 2004. Dalam Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki SIUP, untuk memperoleh SIUP ini, perusahaan terlebih dahulu wajib mengajukan Surat

8

http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-pasar-swalayan/.diakses tanggal 2 Oktober 2015.


(41)

26

Permohonan Izin (SPI) yang dapat diperoleh secara cuma-cuma pada kantor Wilayah Departemen Perdagangan atau Kantor Perdagangan setempat.

Ketentuan perusahaan yang harus memiliki SIUP dibedakan atas 3 (tiga) kelompok yaitu :

a. Perusahaan kecil, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan bersih (netto) di bawah Rp 200.000.000,-

b. Perusahaan menengah, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan

kekayaan bersih (netto)Rp 200.000.000,- sampai dengan Rp500.000.000,- c. Perusahaan besar, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan

bersih di atas Rp 500.000.000.

Di dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor

36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdangan Pasal 1 ayat (2) ditegaskan bahwa :

“Perusahaan perdangan/usaha perdagangan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha disektor perdangan yang bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah negara RI, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.

Sekalipun SIUP merupakan persyaratan pokok, ada perusahaan-perusahaan yang dibehaskan dari kewajiban untuk memiliki SIUP yang terdiri dari :

a. Cabang/perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan

perdagangan mempergunakan SIUP kantor pusat perusahaan.

b. Perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari departemen teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak melakukan kegiatan perdagangan.


(42)

27

c. Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

d. Perusahaan Jawatan (Perjan) dan Perusahaan Umum (Perum), dan e. Perusahaan kecil perorangan.

Yang dimaksud dengan perusahaan kecil perorangan adalah perusahaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a) tidak merupakan badan hukum atau persekutuan;

b) diurus, dijalankan atau dikelola oleh pemiliknya atau dengan memperkerjakan anggota keluarganya yang terdekat;

c) keuntungan perusahaan benar-benar hanya sekadar untuk memenuhi keperluan nafkah hidup sehari-hari pemiliknya; dan

d) setiap usaha dagang berkeliling, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.

Perusahaan yang memiliki SIUP mempunyai 3 (tiga) kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.

a. Wajib lapor apabila tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan atau menutup perusahaan disertai dengan pengembalian SIUP, mengenai pembukuan cabang/perwakilan perusahaan, atau mengenai penghentian kegiatan atau penutupan cabang/ perwakilan perusahaan.

b. Wajib memberikan data/informasi mengenai kegiatan usahanya apabila diperlukan oleh menteri atau pejabat yang berwenang, dan

c. Wajib membayar uang jaminan dan biaya administrasi perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku.


(43)

28

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan Izin Usaha Perdagangan adalah keputusan administrasi negara (pemerintah) yang berisikan pernyataan mengabulkan untuk menjalankan atau melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan kepada seseorang atau badan hukum yang ditetapkan dalam keputusan yang dimaksud.

2.3.2 Syarat dan Tata Cara Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Sebelum memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan, pengusaha terlebih dahulu memenuhi persyaratan dengan wajib mengisi formulir Surat Permintaan-Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP merupakan formulir yang di isi oleh pengusaha yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diatur dalam pasal 7 yaitu :

1. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh surat ijin usaha perdagangan (SIUP)

2. Surat ijin usaha perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. SIUP kecil dengan perincian modal yang disertai kekayaan netto selurhnya sampai dengan 200 juta rupiah tidak tanah dan bangunan wajib memperoleh SIUP kecil

b. SIUP menengah dengan perincian modal dan kekayaan bersih Netoo seluruhnya diatas 200 juta sampai dengan 500 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP menengah

c. SIUP besar perincian modal dan kekayaan lebih netto seluruhnya diatas 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP besar

Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 ditegaskan bahwa, persyaratan dan tata cara permohonan surat ijin usaha perdagagan (SIUP)


(44)

29

sebagaimana dimaksud pada pasal 7 dan 8 diatur lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Permohonan SIUP sesuai dengan ketentuan pasal 10 menyebutkan bahwa :

1. selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan SIUP sebagaimana yang dimaksud pasal 7,8 dan 9 secara lengkap dan besar, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan wajib menerbitkan SIUP dengan menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut : a. warna putih untuk SIUP kecil

b. warna biru untuk SIUP menengah

c. warna kuning untuk SIUP besar

2. “Bentuk dan isi tata cara penyampaian ijin sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati

1. Permohonan SIUP baru

a. Perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT): Fotokopi Akte Notaris Pendirian Perusahaan;

Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada);

Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/ Direktur Utama Perusahaan;

Surat Penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar)


(45)

30

Perusahaan Berbadan Hukum Koperasi :

1) Fotokopi Akte Notaris Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang;

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab atau Pengurus Koperasi;

3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha koperasi; dan

4) Foto Penanggungjawab atau Pengurus Koperasi ukuran 3x4 cm (2

lembar).

b. Perusahaan yang berbentuk CV dan Firma :

1) Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan/Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri;

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan;

3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan; dan

4) Foto Pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

c. Perusahaan yang berbentuk Perorangan :

1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau

Penanggungjawab Perusahaan;

2) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan;


(46)

31

3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

2. Permohonan Pendaftaran Ulang SIUP

1) SIUP Asli;

2) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas; 3) Surat Pernyataan dari Pemohon lokasi usaha Perusahaan.

3. Permohonan Pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan

1) Fotokopi SIUP Kantor Pusat Perusahaan yang telah dilegalisir oleh Pejabat Penerbit SIUP;

2) Fotokopi dokumen Pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan

Perusahaan;

3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Penunjukan sebagai

Penanggungjawab Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;

4) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Kantor Cabang/ Perwakilan Perusahaan.

4. Permohonan Perubahan SIUP

1) Surat Permohonan SIUP;

2) SIUP Asli;

3) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas);

4) Data pendukung perubahan;

5) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Ferusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar);


(47)

32

5. Permohonan Penggantian SIUP

SIUP

1) Surat Permohonan;

2) Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian; 3) Surat Keterangan SIUP yang lama (apabila ada);

4) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar);

SIUP yang rusak 1) Surat Permohonan; 2) SIUP Asli;

3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

Selanjutnya proses permintaan SIUP dapat dilakukan setelah persyaratan dipenuhi pemohon. Kemudian diserahkan ke Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Kelungkung untuk permintaan SIUP Kecil/

Menengah/Besar. Proses permintaan SIUP di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung dilakukan melalui Seksi Usaha Perdagangan yang merupakan aparat yang bertugas dan berwenang untuk mengurus segala sesuatu yang menyangkut perizinan usaha perdagangan.

Pengusaha yang membawa SP-SIUP beserta dokumen terlampir akan diterima oleh seorang staf informasi sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang Tata Cara Permintaan SIUP. Setelah itu staf informasi akan meneruskan kepada petugas peneliti yang akan memeriksa berkas tersebut dan selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Seksi Usaha Perdagangan dengan disertai nota/


(48)

33

catatan yang memuat apakah terdapat pengisian SP-SIUP tersebut ada kesalahan atau dokumen terlampir belum lengkap ataupun sudah lengkap. Kemudian Kepala Seksi Usaha Perdagangan akan mempertimbangkan kalau terdapat kekurangan. Apabila terjadi kesalahan dalam pengisian SP-SIUP dan dokumen terlampir maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP tersebut, Kepala Seksi Usaha Perdagangan wajib melakukan penundaan pemberian SP-SIUP dengan memberitahukan secara tertulis kepada perusahaan disertai dengan alasannya. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitunga sejak diterimanya surat penundaan pemberian SIUP, perusahaan wajib melakukan perbaikan dan atau melengkapi persyaratannya. Tetapi apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar, maka permintaan SIUP tersebut dapat ditolak. Dan bagi perusahaan yang permintaan SIUP-nya ditolak dapat mengajukan kembali permintaan SIUP.

Bila tidak ada kesalahan dalam pengisian SP-SIUP dan dokumen terlampir, maka Kepala Seksi Usaha Perdagangan akan meneruskan hasil pengetikan SIUP kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung untuk ditandatangani dan SlUP dapat segera diterbitkan. Jangka waktu penerbitan SlUP paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP dengan ketentuan :

a. Warna putih untuk SlUP Kecil;

b. Warna biru untuk SlUP Menengah;


(1)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan Izin Usaha Perdagangan adalah keputusan administrasi negara (pemerintah) yang berisikan pernyataan mengabulkan untuk menjalankan atau melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan kepada seseorang atau badan hukum yang ditetapkan dalam keputusan yang dimaksud.

2.3.2 Syarat dan Tata Cara Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP)

Sebelum memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan, pengusaha terlebih dahulu memenuhi persyaratan dengan wajib mengisi formulir Surat Permintaan-Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP merupakan formulir yang di isi oleh pengusaha yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diatur dalam pasal 7 yaitu :

1. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh surat ijin usaha perdagangan (SIUP)

2. Surat ijin usaha perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. SIUP kecil dengan perincian modal yang disertai kekayaan netto selurhnya sampai dengan 200 juta rupiah tidak tanah dan bangunan wajib memperoleh SIUP kecil

b. SIUP menengah dengan perincian modal dan kekayaan bersih Netoo seluruhnya diatas 200 juta sampai dengan 500 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP menengah

c. SIUP besar perincian modal dan kekayaan lebih netto seluruhnya diatas 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP besar

Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 ditegaskan bahwa, persyaratan dan tata cara permohonan surat ijin usaha perdagagan (SIUP)


(2)

sebagaimana dimaksud pada pasal 7 dan 8 diatur lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Permohonan SIUP sesuai dengan ketentuan pasal 10 menyebutkan bahwa :

1. selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan SIUP sebagaimana yang dimaksud pasal 7,8 dan 9 secara lengkap dan besar, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan wajib menerbitkan SIUP dengan menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut : a. warna putih untuk SIUP kecil

b. warna biru untuk SIUP menengah c. warna kuning untuk SIUP besar

2. “Bentuk dan isi tata cara penyampaian ijin sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati

1. Permohonan SIUP baru

a. Perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT): Fotokopi Akte Notaris Pendirian Perusahaan;

Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada);

Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/ Direktur Utama Perusahaan;

Surat Penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar)


(3)

Perusahaan Berbadan Hukum Koperasi :

1) Fotokopi Akte Notaris Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang;

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab atau Pengurus Koperasi;

3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha koperasi; dan

4) Foto Penanggungjawab atau Pengurus Koperasi ukuran 3x4 cm (2 lembar).

b. Perusahaan yang berbentuk CV dan Firma :

1) Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan/Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri;

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan;

3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan; dan

4) Foto Pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

c. Perusahaan yang berbentuk Perorangan :

1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan;

2) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan;


(4)

3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

2. Permohonan Pendaftaran Ulang SIUP 1) SIUP Asli;

2) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas; 3) Surat Pernyataan dari Pemohon lokasi usaha Perusahaan.

3. Permohonan Pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan

1) Fotokopi SIUP Kantor Pusat Perusahaan yang telah dilegalisir oleh Pejabat Penerbit SIUP;

2) Fotokopi dokumen Pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;

3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Penunjukan sebagai Penanggungjawab Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;

4) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Kantor Cabang/ Perwakilan Perusahaan.

4. Permohonan Perubahan SIUP 1) Surat Permohonan SIUP; 2) SIUP Asli;

3) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas); 4) Data pendukung perubahan;

5) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Ferusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar);


(5)

5. Permohonan Penggantian SIUP SIUP

1) Surat Permohonan;

2) Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian; 3) Surat Keterangan SIUP yang lama (apabila ada);

4) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar);

SIUP yang rusak 1) Surat Permohonan; 2) SIUP Asli;

3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

Selanjutnya proses permintaan SIUP dapat dilakukan setelah persyaratan dipenuhi pemohon. Kemudian diserahkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kelungkung untuk permintaan SIUP Kecil/ Menengah/Besar. Proses permintaan SIUP di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung dilakukan melalui Seksi Usaha Perdagangan yang merupakan aparat yang bertugas dan berwenang untuk mengurus segala sesuatu yang menyangkut perizinan usaha perdagangan.

Pengusaha yang membawa SP-SIUP beserta dokumen terlampir akan diterima oleh seorang staf informasi sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang Tata Cara Permintaan SIUP. Setelah itu staf informasi akan meneruskan kepada petugas peneliti yang akan memeriksa berkas tersebut dan selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Seksi Usaha Perdagangan dengan disertai nota/


(6)

catatan yang memuat apakah terdapat pengisian SP-SIUP tersebut ada kesalahan atau dokumen terlampir belum lengkap ataupun sudah lengkap. Kemudian Kepala Seksi Usaha Perdagangan akan mempertimbangkan kalau terdapat kekurangan. Apabila terjadi kesalahan dalam pengisian SP-SIUP dan dokumen terlampir maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP tersebut, Kepala Seksi Usaha Perdagangan wajib melakukan penundaan pemberian SP-SIUP dengan memberitahukan secara tertulis kepada perusahaan disertai dengan alasannya. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitunga sejak diterimanya surat penundaan pemberian SIUP, perusahaan wajib melakukan perbaikan dan atau melengkapi persyaratannya. Tetapi apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar, maka permintaan SIUP tersebut dapat ditolak. Dan bagi perusahaan yang permintaan SIUP-nya ditolak dapat mengajukan kembali permintaan SIUP.

Bila tidak ada kesalahan dalam pengisian SP-SIUP dan dokumen terlampir, maka Kepala Seksi Usaha Perdagangan akan meneruskan hasil pengetikan SIUP kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung untuk ditandatangani dan SlUP dapat segera diterbitkan. Jangka waktu penerbitan SlUP paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP dengan ketentuan :

a. Warna putih untuk SlUP Kecil; b. Warna biru untuk SlUP Menengah; c. Warna kuning untuk SlUP Besar.