Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi Moenadjat, 2003. Kulit atau jaringan tubuh yang terbakar akan menjadi jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik yang tidak dapat dibuang segera dan melekat pada tubuh penderita untuk waktu yang relatif cukup lama akan mengundang infeksi pada pengelolaannya Connors, 1992.

2.1.1 Infeksi Pada Luka Bakar

Berat – ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan. Hal ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab api, air panas, ledakan, bahan kimia, listrik dan lama kontak antara tubuh dengan sumber panas. Adanya suatu infeksi memungkinkan luka bakar berubah menjadi luka bakar yang lebih dalam Marzoeki, 1991 dan Wise, 1984. P. aeruginosa dan S. aureus dapat menginfeksi hampir setiap jaringan atau lokasi tubuh dan penyebab sepsis yang dijumpai pada pasien di unit perawatan intensif. Bakteri tersebut sering menginfeksi pasien luka bakar derajat II dan III, dengan nanah hijau kebiruan yang disebabkan pigmen piosianin Mayasari, 2005. 7

2.1.2 Bakteri Penyebab Infeksi Luka Bakar

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa merupakan jenis bakteri yang berperan dalam timbulnya infeksi pada luka bakar Jawetz, 1996; Mayasari, 2005. Cara penyebaran utama kedua bakteri ini biasanya melalui kontaminasi di lingkungan rumah sakit melalui alat-alat kesehatan, alat bantu pernapasan, petugas kesehatan, pencemaran makanan dan minuman yang terkontaminasi, ataupun melalui kontak udara atau kontak langsung dengan pasien yang beresiko tinggi terkena infeksi kedua jenis bakteri ini yaitu P. aureginosa dan S. aureus Todar, 2004; Foca et al., 2000; Brien et al., 2004.

2.2 Staphylococcus aureus

S. aureus merupakan sel Gram positif bulat biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia; lainnya menyebabkan pernanahan, abses, dll. Jawetz, 1996. S. aureus dapat menyebabkan bebagai penyakit infeksi, dari yang ringan jerawat, bisul, dan sebagainya sampai yang berat osteomielitis, endokarditis, dan furunkulosis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial pada luka pasca operasi T. Foster, 2007.

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Ekstrak Madu Karet dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus

0 14 46

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria (Berg.) Roscoe) Dan Kulit Kayu Lawang Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa Sensitif Dan Multiresisten.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria (Berg.) Roscoe) Dan Kulit Kayu Lawang Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa Sensitif Dan Multiresisten.

0 2 4

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 1 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 2 6

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 0 15

Efektivitas Daya Antibakteri Habbatussaudah Terhadap Staphylococcus Aureus Resisten Metisilin (MRSA).

0 0 13

Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Staphylococcus Aureus Resisten Metisilin (Mrsa).

0 2 50

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sarang Lebah dan Madu Hutandari Kolaka Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli dan Pseudomonas Aeruginosa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 94