Evaluasi Keragaman Genetik Induksi keragaman genetik dengan sinar gamma pada jeruk siam pontianak secara in vitro

bersifat merugikan, seperti yang terjadi pada tanaman nanas yang diiradiasi sinar gamma dalam kultur in vitro menyebabkan terjadinya abnormalitas daun bahkan daun tidak dapat tumbuh sama sekali sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna Suminar, 2010. Mutasi dapat menyebabkan perubahan karakteristik seperti ukuran, proses fisiologi, kandungan kimia atau produktivitas, yang sulit diidentifikasi. Pengaruhnya kadang-kadang pengukuran sulit dilakukan karena seringkali suatu populasi tanaman lebih baik daripada tanaman secara individual Sleper Poehlman dalam Suminar, 2010. Hasil uji t-student tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter tinggi tunas, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun Tabel 10. Rata-rata jumlah daun pada regeneran yang tidak diberikan iradiasi sinar gamma lebih banyak 8.20 dari pada jumlah daun regeneran yang diberi perlakuan iradiasi dengan dosis 10 Gy 3.88. Semakin tinggi dosis radiasi sinar gamma menyebabkan jumlah daun berkurang bahkan tidak tumbuh samasekali. Jika radiasi merusak materi genetik dan sel, akan menyebabkan proses transkripsi tidak dapat berjalan normal sehingga molekul organik yang diperlukan untuk pembelahan sel tidak dapat disintesis, akhirnya pembelahan sel akan terhenti dan sel kehilangan viabilitasnya Neary et al. dalam Tangpong et al., 2009.

5. Evaluasi Keragaman Genetik

Analisis stomata Pengamatan terhadap anatomi daun umumnya mengutamakan pengamatan terahadap jumlah stomata persatuan luas, panjang, lebar, dan jumlah kloroplas di dalam sel penjaga. Stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing dibatasi oleh sel-sel penutup guard cell. Stomata mulai berkembang menjelang aktifitas meristematik pada epidermis usai dan terus berkembang selama beberapa waktu, disaat daun memanjang dan meluas karena pembesaran sel. Hasil uji t-student pada populasi planlet yang diiradiasi dan tidak untuk karakter kerapatan, panjang, dan lebar stomata, serta jumlah kloroplas di dalam sel penjaga tidak memberikan pengaruh yang nyata Tabel 10. Hal tersebut dikarenakan nilai keragaman yang tinggi pada setiap variabel yang diamati. Berdasarkan rata-rata dosis iradiasi dapat meningkatkan kerapatan stomata dan jumlah kloroplas di dalam sel penjaga, namun mempunyai ukuran stomata panjang dan lebar yang lebih lebih kecil dibanding kontrol. Stomata berfungsi sebagai pintu masuknya CO 2 ke dalam daun untuk berlangsungnya fotosíntesis dan menguapkan air transpirasi. Semakin banyak stomata pada daun atau semakin tinggi kerapatan stomata, maka semakin besar ruang pada daun untuk melepaskan air. Hasil penelitian Usman et al. 2008 panjang dan lebar stomata dapat secara langsung mempengaruhi tingkat ploidi pada tanaman jeruk. Tanaman poliploid mempunyai ukuran stomata yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman diploid. kloroplas 16 Length 18511.19 nm 17 Length 20023.88 nm Gambar 10. Panjang dan lebar stomata serta kloroplas di dalam sel penjaga pada stomata jeruk siam Pontianak. Pengamatan jumlah kloroplas dilakukan di daerah sel penjaga guard cell pada stomata Gambar 10. Kloroplas berbentuk butiran-butiran yang berwarna hijau yang berperan dalam proses fotosíntesis. Kromosom mempunyai molekul unit DNA, selain kromosom organel kloroplas juga mengandung DNA. Jumlah kromosom pada suatu sel identik dengan jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata. Hasil uji-F memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah kloroplas di dalam sel penjaga pada setiap individu dari regeneran-regeneran mutan terseleksi Tabel 9. Rata-rata jumlah kloroplas tertinggi berdasarkan uji lanjut DMRT terdapat pada regeneran M-101 namun tidak berbeda nyata dengan regeneran K- 06, M-102, dan M-106. Rata-rata jumlah kloroplas terendah terdapat pada regeneran K-07, namun tidak berbeda nyata dengan regeneran K-02, K-04, M- 103, M-104, dan M-105. Tanaman yang memiliki jumlah kloroplas lebih banyak berpengaruh pada penyerapan energi cahaya yang lebih banyak. Pertumbuhan tanaman akan lebih optimal karena semakin efektifnya proses mekanisme fotosíntesis. Rata-rata jumlah kloroplas di dalam sel penjaga pada stomata telah digunakan untuk menduga jumlah kromosom pada jeruk ‘Kinnow’ mandarin Citrus reticulata L. dan ‘Succari’ sweet oranges Citrus sinensis L. Osbeck oleh Usman et al. 2008. Regeneran M-101 dengan rata-rata jumlah kloroplas pada salah satu sel penjaganya 13.4 diduga tanaman triploid 2n=3x=27. Tabel 8. Jumlah kloroplas didalam sel penjaga pada regeneran mutan terseleksi. Nomor Regeneran ∑Kloroplas dalam Sel Penjaga K-01 7.4c def K-02 4.2 fg K-03 6.8 def K-04 5.8 efg K-05 9.6 cbd K-06 11.0 ab K-07 4.0 fg M-101 13.4 a M-102 10.4 abc M-103 4.6 fg M-104 6.0e fg M-105 4.4 fg M-106 11.6 ab M-107 8.4 bcde M-108 6.4 def Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan alfa 0,05 Pengujian Keragaman Genetik Mutan Terseleksi dalam MW + EM 500 mgl dengan Menggunakan Pengamatan Morfologi Pengamatan yang dilakukan terhadap karakter morfologi jumlah daun, bentuk tunas, bentuk ujung daun, tinggi tunas, kedudukan daun, dan warna daun yang diubah menjadi data biner dengan skoring data berdasarkan kriteria-kriteria Koefisien kemiripan 0.47 0.53 0.59 0.65 0.71 0.77 0.82 0.88 0.94 K-01 K-03 K-02 M-103 M-104 M-105 K-04 K-07 M-101 M-102 M-106 K-05 K-06 M-107 M-108 yang sudah ditetapkan pada setiap variabel. Bila ada nilai pada kriteria tersebut diskor “1” atau tidak ada nilai diskor “0”. 1 2 Gambar 11. Dendogram regeneran jeruk in vitro berdasarkan karakter morfologi. Hasil pengamatan terhadap karakter-karakter tersebut di atas menunjukkan adanya keragaman penampilan fenotipik yang beragam, selanjutnya dilakukan análisis dengan NTSYS versi 2.02 terhadap 15 regeneran yang mewakili keragaman bentuk yang diperoleh. Matriks koefisien kemiripan morfologi antara 15 regeneran kontrol dan mutannya diturunkan dari matriks simqual menunjukkan rentang nilai kemiripan berkisar antara 0.47 – 0.94 47 - 94 atau keragaman morfologi 6 - 53 Gambar 11. Dari gambar tersebut dapat diperoleh bahwa pengelompokkan berdasarkan analisis fenotipik yang dilakukan diperoleh dua kelompok besar dari 15 regeneran yang diuji. Kelompok satu terdiri dari K-01, K-02, K-03, K-04, K-05, K-06, K-07, M-101, M-102, M-103, M-104, M- 105, dan M-106. Kelompok dua terdiri dari M-107 dan M-108. Rentang keragaman morfologi tertinggi terdapat pada regeneran K-01 dan M-108 dengan keragaman fenotipik sebesar 53. Rentang keragaman fenotipik terendah terdapat pada regeneran M-103 dan M-104 yang memiliki bentuk morfologi secara visual mirip dengan keragaman fenotipik sebesar 6. Rentang keragaman morfologi yang cukup tinggi pada regeneran kontrol terjadi akibat adanya keragaman somaklonal sebagai akibat dari metode regenerasi yang menggunakan jalur embriogenesis somatik dan akibat dari eksplan awal yang digunakan telah mengalami subkultur berulang yang cukup lama + 5 tahun. Untuk mengetahui adanya variasi dari suatu populasi harus dilakukan pengukuran dan analisis mengikuti kaidah statistika. Populasi yang bervariasi mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari nilai rata-rata, ragam, dan standar deviasi. Tabel 9. Kisaran, rataan, ragam fenotipik σ 2 f dan standar deviasi ragam fenotipik Sd σ 2 f dari variable yang diamati. No. Variabel Dosis radiasi Gray Kisaran Rataan σ 2 f 2Sd σ 2 f Kriteria Keragaman 1 tinggi tunas 0.5-1.5 0.96 0.10 0.04 Luas cm 10 0.5-2.1 1.24 0.29 0.12 Luas 2 jumlah daun 2.0-14.0 8.2 17.31 0.55 Luas 10 2.0-7.0 3.875 3.84 0.44 Luas 3 Jumlah stomata 35-91 63.45 372.87 3.22 Luas 10 36-93 64.43 408.29 5.05 Luas 4 Panjang stomata 12203-30654 20544 28708164 893 Luas nm 10 14301.6-24557 19795.8 9238107 675.43 Luas 5 Lebar stomata 9747.96-20721.6 16447.7 9033810 500.94 Luas nm 10 12142.9-19428.6 15860 7233506 597.67 Luas 6 Jumlah kloroplas 4.0-11.0 6.49 5.45 0.39 Luas di dalam sel penjaga 10 4.4-13.4 8.15 11.28 0.75 Luas Keterangan : Angka-angka rataan yang diberi tanda pada variabel yang sama berarti berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 Iradiasi sinar gamma menyebabkan keragaman pertumbuhan regeneran. Tabel 10 menunjukkan bahwa variabel tinggi tunas, jumlah daun, jumlah stomata, panjang stomata, lebar stomata, dan jumlah kloroplas di dalam sel penjaga mempunyai keragaman fenotipik yang luas pada regeneran mutan yang diiradiasi sinar gamma maupun kontrol. Pada planlet yang tanpa diberi perlakuan iradiasi keragaman terjadi akibat adanya keragaman somaklonal. Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan Grosser et al., 2007. Keragaman pada eksplan disebabkan adanya sel-sel bermutasi maupun adanya polisomik dari jaringan tertentu. Variasi ini berasal dari keragaman genetik dari eksplan dan keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur in vitro. Menurut Purwati dan Sudjindro 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya keragaman somaklonal pada kultur jaringan adalah fase pertumbuhan awal, genotipe, zat pengatur tumbuh, sumber jaringan eksplan dan protokol atau prosedur regenerasi planlet. Iradiasi sinar gamma dapat menyebabkan terjadinya keragaman pertumbuhan planlet. Pengaruh yang signifikan berdasarkan analisis statistika diantara populasi regeneran mutan dalam media in vitro menunjukkan adanya keragaman. Nilai standar deviasi dari masing-masing regeneran mutan menunjukkan besarnya tingkat keragaman dalam populasi regeneran mutan tersebut. Menurut Welsh 1991, jika dua atau lebih genotipe ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang sama kondisi in vitro sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda, maka kedua individu tersebut mempunyai genotipe yang berbeda. Gambar 12. Regeneran-regeneran mutan yang telah disambung, a M-105, b K-02, dan c M-104. Sampai saat ini beberapa regeneran mutan yang dihasilkan telah dipindahkan ke lapang dengan cara disambung grafting dengan batang bawah JC Gambar 12. Penyambungan regeneran mutan dengan batang bawah ini bertujuan untuk melihat keragaan dan karakter dari masing-masing regeneran hasil iradiasi secara in vivo. Regeneran mutan yang telah dilakukan penyambungan dengan batang bawah yaitu K-02, M-104, dan M-105. A B C KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Dosis iradiasi dan interaksi antara dosis iradiasi dan konsentrasi biotin memberikan pengaruh yang nyata terhadap proliferasi kalus jeruk siam namun konsentrasi biotin tidak memberikan pengaruh yang nyata. 2. Penambahan 2.0 mgl dan 1.5 mgl ABA serta EM 500 mgl dalam media merupakan konsentrasi yang paling baik digunakan untuk mendewasakan embrio somatik yang diiradiasi maupun yang tidak diiradiasi. 3. Pemberian mutagen sinar gamma dosis 10 Gy pada kultur kalus in vitro dapat mempengaruhi pertumbuhan regeneran planlet dan meningkatkan keragaman fenotipik dan genetik pada jeruk siam pontianak. Pemberian mutagen sinar gamma menyebabkan perubahan pada morfologi daun, pertumbuhan bibit somatik, anatomi stomata, dan jumlah kromosom. Saran Perlu pengamatan lebih lanjut terhadap regeneran mutan yang telah disambung dengan batang bawah sehingga akan diperoleh data mengenai karakter dari masing-masing regeneran mutan secara in vivo terutama karakter buah warna kulit dan jumlah biji. DAFTAR PUSTAKA Agisimanto, D. dan I. Sutarto. 2008. Induksi Mutagenesis dan Aplikasi Penanda PCR Mempercepat Penemuan Calon Varietas Unggul Jeruk Baru. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 235-246. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Cetakan Pertama. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2009. Jus Jeruk Siam : Di Balik Rasa Pahit Temukan Manfaat yang Menakjubkan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No.2: 8-9. Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2005. Pustek Nuklir Bahan dan Radiometri PSD Pertanyaan yang Sering DitanyakanFAQ. http.www.batan-bdg.go.id. [21 November 2010]. Badawy, E.M., A.M.Habib, A.A.El-Banna, and G.M.Yousry. 2009. Effect of some factors on somatic embryos formation from callus suspensions culture in phoenix dactylifera L. Cv. Sakkoty. 4th Conference on Recent Technologies in Agriculture. 593-599. Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Cetakan Kelima. Penerjemah Kuardiarti, L. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. 499 hal. Darajat, A.A. 1987. Variabilitas dan Adaptasi Genotipe Terigu pada Berbagai Lingkungan Tumbuh di Indonesia. Disertasi. Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2009. Statistik Produksi. http:www.hortikultura.deptan.go.id. 23 September 2009. Egertsdotter, U. 1999. Somatic Embriogenesis in picea suspensions culture, p.51- 60. In Hall D.R. Ed., Plant Cell Culture Protocols. Humana Press. New Jersey. El-Shiaty, O.H., S.F.El-Sharabasy, and A.H.Abd El-Kareim. 2004. Effect of some amino acids and biotin on callus and proliferation of date palm Phoenix dactylifera L. Sewy cultivar. Arab J.Biotech. Vol. 7 2: 256-272. FAOSTAT. 2007. Database. Food and Agriculture Organization of The United Nation. http:faostat.fao.orgsite340DesktopDefaulth.aspx?PageID=340. 23 September 2009. George, E.F., M.A. Hall, and G.J. De Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture 3 rd Edition. Netherlands:500 p. George, E.F., and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook and Directory of Comercial Laboratories. Exegetics Limited. England:706 p. Ghanati, F. and M.R. Ishka. 2009. Investigation of the interaction between absisic acid ABA dan excess benzyladenine BA on the formation of shoot in tissue culture of tea Camelia sinensis L.. International Journal of Plant Production 3 4: 7-14. Gomez, K.A., dan A.A.Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Penerjemah: E.Sjamsudin dan J.S.Baharsjah. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal. Gray, D. J. 2005. Propagation from nonmeristematic tissues: nonzygotic embryogenesis, p. 187-200. In Robert N. Trigiano and Dennis J. Gray Eds.. Plant Development and Biotechnology. CRC Press. New York. Grosser, J.W., X.X. Deng, and R.M. Goodrich. 2007. Somaclonal variation in sweet orange, p 219-234. In Khan, I.A Ed. Citrus: Genetic, Breeding, and Biotechnology. CAB International. Cambridge. Hardiyanto, Mila, dan S. Lestari. 2008. Identifikasi batang bawah jeruk JC Japanche Citroen zigotik dan nucellar berdasarkan morfologi dan analisis isozim. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 181-196. Herison, C., Rustikawati, S.H.Sutjahjo, dan S.I.Aisyah. 2008. Induksi mutasi melalui iradiasi sinar gamma terhadap benih untuk meningkatkan keragaman populasi dasar jagung Zea mays L.. Jurnal Akta Agrosia vol.11 no1:57-62. Husni, A. 2010. Fusi Protoplas Interspesies antara Jeruk Siam Simadu dengan Jeruk Mandarin Satsuma. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 161 hal. Husni, A., A. Purwito, I. Mariska, dan Sudarsono. 2010. Regenerasi jeruk siam melalui embriogenesis somatik. Jurnal AgroBiogen 62:75-83. Husni, A., M. Kosmiatin, I. Mariska, dan C. Martasari. 2008. Studi Isolasi Protoplas Pada Jeruk Siam. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 197-208. Hutabarat, B. dan A. Setyanto, 2008. Komoditas Jeruk Indonesia di Persimpangan Jalan Pasar Domestik dan Internasional. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 1-30. Kosmiatin, M., R. Yunita, dan A. Husni. 2010. Peningkatan toleransi alumunium pada jeruk batang bawah dengan teknik seleksi in vitro berulang. Jurnal AgroBiogen 61:33-39. Lubis, K. 2005. Pemuliaan mutasi pada tanaman hias. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara:1-4 p. Martasari, C., D. Agisimanto, dan H.M. Yusuf. 2004. Pemuliaan mutasi tanaman jeruk keprok. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 140-151. Martasari, C. dan Mulyanto, H. 2008. Teknik identifikasi varietas jeruk. IPTEK Hortikultura No.4:6-12. Menegristek. 2000. Jeruk. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. 16 hal. Miglani, G.S. 2006. Mendelian Genetics. In Dashek, W.V. and Harison, M. Eds.. Plant Cell Biol Sci. Publisher. USA. Ollitrault, P., F. Luro, and M. Yamamoto. 2007. Seedlessness and ploidy manipulations, p. 197-218. In Khan, I.A Ed. Citrus: Genetic, Breeding, and Biotechnology. CAB International. Cambridge. Pracaya. 2002. Jeruk Manis: Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Cetakan ke-X. Penebar Swadaya. Jakarta. 159hal. Purwati, R.D. dan Soedjindro. 2009. Variasi ketahanan genotipe kenaf Hisbiscus cannabinus L. terhadap nematode puru akar Meloidogyne incognita. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 152: 60-65. Renukdas, N.N., M.L.Mohan, S.S.Khuspe, and S.K.Rawal. 2006. Influence of phytohormones, culture conditions, and ethylene antagonist on somatic embryo maturation and plant regeneration in papaya. International Journal of Agricultural Research 1 2: 151-160. Rohlf, F.J. 1998. Ntsys-pc: Numerical Taxonomic and Multivariate Analysis System. Version 2.0. User Guide, Exeter Publishing Co.Ltd. Roose, M.L., and T.E.Williams. 2007. Mutation breeding, p. 345-352. In Khan, I.A Ed. Citrus: Genetic, Breeding, and Biotechnology. CAB International. Cambridge. Samanhudi. 2008. Perbanyakan cepat jeruk keprok tawangmangu secara in vitro untuk mendukung pengembangan agribisnis jeruk di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 209-218. Sari, E. S. 2004. Pentingnya pengujian kandungan gula pada jeruk Pontianak Citrus nobilis var. microcarpa sebagai jaminan kualitas rasa. Unit PSMB Dinas Perindag. Pontianak. Sarwono, B. 1994. Jeruk dan Kerabatnya. Revisi ke-VII. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hal. Soedjono, S. 2003. Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 222: 70-78. Steel, R.G.D., Torrie J.H. 1995. Prisnsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia. Jakarta. Sukarmin dan F. Ihsan. 2008. Teknik persilangan jeruk Citrus sp. untuk perakitan varietas unggul baru. Buletin Teknik Pertanian. 131:12-15. Suminar, E. 2010. Induksi Keragaman Genetik dengan Mutagen Sinar Gamma pada Nenas Ananas comosus L. Merr. secara In Vitro. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal. Suryowinoto, M. 2000. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Edisi V. Kanisius. Yogyakarta. 252 hal. Sutarto, I., D.Agisimanto., dan A.Supriyanto. 2009. Development of promising seedless citrus mutants through gamma irradiation, p. 306-308. In Q.Y.Shu Ed.. Induced Plant Mutations in the Genomics Era. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Roma. Sutjahjo, S.H., A. Kadir., dan I. Mariska. 2007. Efektivitas polietilena glikol sebagai bahan penyeleksi kalus nilam yang diiradisasi sinar gamma untuk toleransi terhadap cekaman kekeringan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 9:48- 57. Tangpong, P., T.Taychasinpitak, C. Jompuk, and P. Jompuk. 2009. Effect of acute and cronic irradiation in vitro culture of anubias congensis N. E. Browm. Thorpe, T., C. Stasolla, E.C. Yeung, G-J.de Klerk, A. Roberts, and E.F.George. 2008. The components of plant tissue culture media II: organic additions, osmotic an pH effects, and supports systems in George E.F., M.A. Hall, dan G-J. De Klerk Eds.. Plant Propagation by Tissue Culture 3 rd Edition. Springer. Netherlands. Trisnawati, W. 2008. Mutu dan Preferensi Panelis Sari dan Sirop Buah Jeruk Siam Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 460-468. Usman, M., B. Fatima, and K.A.Gillani. 2008. Exploitation of potential target tissues to develop polyploids in citrus. Pak.J.Bot.,404:1755-1766. Van Harten, A.M. 1998. Mutation Breeding: Theory and Practical Application. Cambridge University Press. 353p. Walpole, R.E. 1997. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 516 hlm. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 121 hal. Welsh, J.R. 1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Penerjemah : J.P. Mogea. Erlangga. Jakarta. 224 p. LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media MW Morrel dan Wetmore, 1961 Bahan Kimia MS mg L -1 Unsur Hara Makro NH 4 NO 3 1 650 KNO 3 1 900 CaCl 2 .2H 2 O 440 MgSO 4 .7H 2 O 370 KH 2 PO 4 170 Unsur Hara Mikro H 3 BO 3 22.3 Na 2 MoO 4 .2H 2 O 8.6 KI 6.2 CoCl.6H 2 O 0.83 MnSO 4 .4H 2 O 0.025 ZnSO 4 .7H 2 O 0.25 CuSO 4 .5H 2 O 0.025 Na2EDTA.2H 2 O 37.3 FeSO 4 .7H 2 O 27.8 Vitamin Calcium Panthotenat 0.5 Myoinositol 50 Nicotinic Acid 0.5 Pyridoxine HCl B6 0.5 Thiamine B1 0.5 Biotine 0.05 Lampiran 2. Data biner pengamatan morfologi pada 15 regeneran kontrol dan mutan Karakter Subkarakter Regeneran K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 M-101 M-102 M-103 M-104 M-105 M-106 M-107 M-108 perubahan Jumlah daun lambat 0-3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 Cepat 3 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 perubahan tinggi tunas lambat 0-0.3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 Cepat 0.3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 Warna daun hijau tua 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 hijau muda 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 Bentuk daun Normal 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 keriting 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 Bentuk ujung daun membulat 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 runcing 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ketegapan tanaman tegap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 terkulai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Akar ada 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 tidak ada 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 Lampiran 3. Deskripsi Jeruk Siam Pontianak Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 466kptsPO.21092003 Tanggal : 15 September 2003 Asal Tanaman : Kalimantan Barat Bentuk batang : Silindris Bentuk percabangan : Melengkung ke atas Bentuk daun : Oval, pangkal daun tumpul dengan ujung daun meruncing dan bergerigi Ukuran daun : Panjang 6.5 cm dan lebar 3.0 cm Warna daun : Bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda Panjang tangkai daun : 1-1.3 cm Jumlah bunga per tandan : 4 – 5 kuntum Jumlah buah per dompol : 3 – 6 buah Umur mulai berbuah : 3 – 4 tahun Warna kulit buah matang : Hijau kekuningan Ukuran buah : Panjang 7.1 cm, diameter 7.6 cm Jumlah juring per buah : 10-12 juring Jumlah biji per buah : 14-24 biji setiap juring 0-2 biji Warna daging buah : Orange Kulit buah : Tipis 1 – 1.5 mm Bentuk buah : Bulat, dengan ujung buah tumpul datar Rasa : Manis Aroma buah : Agak harum Tekstur daging buah : Halus Kadar gula : 12.5 o Brix Kadar asam : 5.6 Bobot per buah : 113.84 gram Produksi : 100 – 200 buah 33 kg ha tahun umur 3-4 tahun Lampiran 4. Sidik ragam luas kalus pada 2 MST Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr F Rad 4 4.69 1.17 8.36 .0001 Bio 4 0.26 0.06 0.46 0.765 radbio 16 4.73 0.29 2.11 0.009 Galat Percobaan 204 28.60 0.14 Umum 228 38.58 KK : 57.67 Lampiran 5. Sidik ragam luas kalus pada 4 MST Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr F Rad 4 26.56 6.64 16.2 .0001 Bio 4 1.84 0.46 1.12 0.347 radbio 16 21.58 1.35 3.29 .0001 Galat Percobaan 199 81.54 0.41 Umum 223 130.69 KK : 55.9 Lampiran 6. Sidik ragam jumlah kloroplas di dalam sel penjaga Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr F Jumlah kloroplas 17 734.89 43.23 8.22 .0001 Galat percobaan 70 368 5.26 Umum 87 1102.89 KK : 32.59 Lampiran 7. Rekapitulasi hasil uji kehomogenan ragam terhadap beberapa varibel pada regeneran 0 dan 10 Gy Variabel Test statistik P-value jumlah daun 4.101 0.056 Tinggi tanaman 0.342 0.083 panjang stomata 3.108 0.146 lebar stomata 1.249 0.79 Jumlah kloroplas 0.565 0.066 jumlah stomata 1.184 0.843