Kepala Surah dan Tanda Ayat

bentuk bunga melingkar yang digores dengan tinta merah. Ini bisa ditemukan pada Surah as-Sajdah32 ayat 15. Tetapi penyalin naskah tidak konsisten dalam penggunaan tanda ini. Pada Surah al- ‘Alaq96: 19 terdapat ayat sajdah, namun simbol serupa tidak digunakan untuk menunjukkan posisi tersebut, melainkan dengan tanda lingkaran merah, seperti yang digunakan untuk menunjukkan akhir ayat.

3. Kepala Surah dan Tanda Ayat

Dalam tradisi penyalinan mushaf, kepala surah—yang berisi penjelasan nama surah, jumlah ayat, serta tempat surah diturun- kan—biasanya ditulis dengan gaya dan warna yang khas, yaitu berwarna merah sebagai suatu bentuk penekanan dan kesan yang berbeda dengan teks utama. Sesuatu yang sangat khas di banyak mushaf yang berasal dari Jawa, adalah penulisan huruf ta’ marb ū- ¯ah atau alif yang dipilin-pilin berulang kali. Bentuk pilinan yang unik banyak ditemukan dalam mushaf yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ali Akbar menduga, hal ini merupakan pengaruh dari tradisi aksara Jawa. 28 Dalam naskah Terjemahan Al-Qur’an Pegon juga terjadi kreasi yang unik tersebut, meskipun tidak konsisten dilakukan di semua awal surah. Bentuk unik itu bisa dilihat misalnya pada Surah Y±s³n, Nµ¥, al-Jinn, al-Muzzammil, al-Mudda££ir, al-Qiy±mah, al-Ins±n, al-Mursal±t, ‘Abasa, at-Takw³r, al-Infi¯±r, al-Balad, az-Zalzalah, at- Tak±£ur, al-‘Ashr, Quraisy, al-M±‘µn, al-Kau£ar, al-Lahab, al- Falaq, dan an-N±s. Selain pada surah ini, huruf ta’ tidak dipilin- pilin sedemikian rupa. Model pembuatan kepala surah dalam naskah ini beraneka ragam. Pertama, diletakkan di tengah atas aksara sin yang ditulis memanjang pada kalimat Bismill±hir-ra¥m±nirra¥³m sehingga membuat bidang ruang kosong di atasnya. Di situlah kepala surah diletakkan. Misalnya yang terjadi pada Surah as-Sajdah. Kedua, diletakkan pada ruang kosong di akhir kalimat surah sebelumnya, sehingga terpisah dengan kalimat Bismill±hir-ra¥- m±nirra¥³m sebagai permulaan surah. Misalnya yang terjadi pada Surah ar-Ra¥m±n, Surah al-W±qi‘ah, Surah al-Jumu‘ah, Surah al- Mun±fiqµn, dan Surah al-Mulk. Model ini memberikan kesan bahwa kepala surah secara visual berfungsi untuk mengisi ruang 28 Ibid. hlm. 248. kosong pada deretan kalimat di akhir surah yang belum memenuhi bidang ruang di akhir ruas kiri halaman. Dalam model ini juga terdapat tiga keragaman: ditulis di akhir ayat pada akhir surah; ditulis di antara dua kata yang mengapitnya pada ayat terakhir suatu surah; dan ditulis sebelum kata terakhir dari ayat terakhir pada surah. Ketiga, ditulis khusus di dalam bingkai khusus yang letaknya di bawah kalimat terakhir pada surah sebelumnya dan terpisah dengan kalimat Bismill±hir-ra¥m±nirra¥³m. Model ini terdapat, misalnya pada Surah Y±s³n, Nµ¥, al-Jinn, al-Muzzammil, al-Mud- da££ir, al-Qiy±mah, al-Ins±n, al-Mursal±t, dan an-Naba’. Dilihat dalam konteks bidang dan ruang halaman naskah, bisa disimpulkan bahwa model penulisan kepala surah ini, di samping sebagai sebuah penjelasan, juga sebagai kreasi seni penulisan kepala surah dalam rangka mengisi bidang ruang yang kosong pada halaman naskah. Ini terbukti bahwa model yang menyatu dengan tulisan basmalah disebabkan tidak ada ruang kosong lagi, sedangkan yang menyatu dengan teks di atasnya dan yang memakai bidang ruang sendiri, seluruhnya karena terdapat ruang yang kosong. Model-model ini, bila dibandingkan dengan model-model penulisan kepala surah pada mushaf di Nusantara, 29 menjadi salah satu keunikan tersendiri dari naskah ini. Sebab, meskipun inti dari naskah ini adalah penerjemahan Al-Qur’an, tetapi penyalinnya tidak kehilangan daya kreasi seni visual dalam penulisannya.

4. Jenis Bahasa Jawa yang Digunakan