II-4
4. Degradasi Fisik Habitat Pesisir
Wilayah pesisir memiliki keanekaragaman ekosistem dan biota biodiversity yang tinggi. Kerusakan ekosistem wilayah pesisir dapat
terjadi karena pencemaran perairan pesisir, konversi lahan, dan eksploitasi yang berlebihan oleh manusia, seperti penambangan
terumbu karang, dan penebangan hutan mangrove. Berikut ini adalah beberapa contoh kerusakan ekosistem wilayah pesisir :
a. Kerusakan hutan mangrove
Kerusakan hutan mangrove mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya ekosistem mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan luas hutan mangrove di Indonesia. Penurunan luas hutan mangrove disebabkan oleh pemanfaatan yang berlebihan,
pencemaran limbah, sedimentasi, dan perubahan pasokan air tawar [Dahuri dkk, 2004].
b. Kerusakan ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang, seperti halnya mangrove, juga berfungsi sebagai habitat biota-biota laut dan penahan terjangan ombak dan
gelombang laut. Stabilitas ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya kecerahan, temperatur perairan, dan
salinitas. Adanya pencemaran perairan, sedimentasi, dan kelebihan air tawar akibat banjir menjadi penyebab kerusakan ekosistem
terumbu karang.
c. Kerusakan ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun juga berperan sebagai habitat berbagai jenis biota laut. Lamun sangat membutuhkan intensitas cahaya yang
tinggi untuk kelangsungan hidupnya, jadi kondisi air yang keruh dapat merusak ekosistem padang lamun. Salinitas, temperatur, dan
kualitas air laut juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian ekosistem ini.
d. Kerusakan ekosistem rumput laut
Rumput laut merupakan makanan utama bagi beragam spesies
II-5 organisme laut, seperti bulu babi [Dahuri dkk, 2004]. Selain itu,
rumput laut bermanfaat sebagai bahan baku industri kosmetika, obat-obatan, dan makanan. Seperti halnya padang lamun, aktivitas
kehidupan rumput laut akan terganggu jika perairannya keruh akibat kandungan sedimen yang berlebihan.
e. Kerusakan ekosistem estuari
Estuari merupakan ekosistem tempat air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Dengan demikian, kondisi lingkungan estuari,
khususnya salinitas, sangat fluktuatif, sehingga hanya beberapa spesies organisme saja yang mampu bertahan terhadap perubahan
tersebut. Inilah penyebab miskinnya flora dan fauna yang hidup di ekosistem ini [Dahuri, dkk, 2004]. Dengan kata lain, estuari
merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan mudah rusak.
Gambar II-1 Ekosistem dan biota pesisir : a padang lamun, b
mangrove, c rumput laut, d terumbu karang, e populasi ikan
5. Abrasi