Banjir Pencemaran perairan pesisir Abrasi Intrusi air asin Eutrofikasi

II-3 1. Sedimentasi Sedimentasi adalah pengendapan sedimen, baik dari sungai maupun dari laut lepas, dan merupakan suatu proses alamiah yang pasti terjadi di wilayah pesisir. Proses sedimentasi berfungsi konstruktif terhadap wilayah pesisir, yakni membentuk daratan pantai dan dibutuhkan oleh ekosistem pesisir sebagai sumber hara. Namun, apabila kadarnya berlebihan, sedimentasi berdampak bencana dan kerusakan bagi wilayah pesisir, seperti pendangkalan perairan pesisir. Sedimen yang masuk ke wilayah pesisir berpotensi untuk mendangkalkan perairan pesisir, membentuk delta dan tanah-tanah timbul. Terbentuknya delta dan tanah timbul dipengaruhi oleh 3 faktor [De Blij dan Muller, 1996] yaitu : 1. kuantitas dan jenis material sedimen yang dibawa aliran sungai 2. konfigurasi dasar laut yang dekat dengan mulut sungai 3. kekuatan arus dan gelombang laut

2. Banjir

Banjir di wilayah pesisir dapat disebabkan oleh pendangkalan sungai, pasang-surut laut, atau kombinasi kedua-duanya. Bila curah hujan tinggi, sungai yang dangkal tidak mampu menampung air hujan, sehingga terjadilah banjir. Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global juga berkontribusi dalam menyebabkan banjir di wilayah pesisir.

3. Pencemaran perairan pesisir

Pencemaran perairan pantai berakibat buruk bagi wilayah pesisir jika air laut tidak mampu lagi untuk membersihkan dirinya dari bahan-bahan pencemar yang masuk ke perairan pantai. Bahan-bahan pencemar air laut dapat berasal dari darat dan laut. Bahan pencemar dari darat seperti limbah rumah tangga, industri, dan pertanian. Bahan pencemar dari laut seperti tumpahan minyak dari kapal-kapal. Pencemaran perairan pesisir dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem dan biota-biota perairan pesisir. II-4

4. Degradasi Fisik Habitat Pesisir

Wilayah pesisir memiliki keanekaragaman ekosistem dan biota biodiversity yang tinggi. Kerusakan ekosistem wilayah pesisir dapat terjadi karena pencemaran perairan pesisir, konversi lahan, dan eksploitasi yang berlebihan oleh manusia, seperti penambangan terumbu karang, dan penebangan hutan mangrove. Berikut ini adalah beberapa contoh kerusakan ekosistem wilayah pesisir :

a. Kerusakan hutan mangrove

Kerusakan hutan mangrove mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya ekosistem mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan luas hutan mangrove di Indonesia. Penurunan luas hutan mangrove disebabkan oleh pemanfaatan yang berlebihan, pencemaran limbah, sedimentasi, dan perubahan pasokan air tawar [Dahuri dkk, 2004].

b. Kerusakan ekosistem terumbu karang

Ekosistem terumbu karang, seperti halnya mangrove, juga berfungsi sebagai habitat biota-biota laut dan penahan terjangan ombak dan gelombang laut. Stabilitas ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya kecerahan, temperatur perairan, dan salinitas. Adanya pencemaran perairan, sedimentasi, dan kelebihan air tawar akibat banjir menjadi penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang.

c. Kerusakan ekosistem padang lamun

Ekosistem padang lamun juga berperan sebagai habitat berbagai jenis biota laut. Lamun sangat membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, jadi kondisi air yang keruh dapat merusak ekosistem padang lamun. Salinitas, temperatur, dan kualitas air laut juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian ekosistem ini.

d. Kerusakan ekosistem rumput laut

Rumput laut merupakan makanan utama bagi beragam spesies II-5 organisme laut, seperti bulu babi [Dahuri dkk, 2004]. Selain itu, rumput laut bermanfaat sebagai bahan baku industri kosmetika, obat-obatan, dan makanan. Seperti halnya padang lamun, aktivitas kehidupan rumput laut akan terganggu jika perairannya keruh akibat kandungan sedimen yang berlebihan.

e. Kerusakan ekosistem estuari

Estuari merupakan ekosistem tempat air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Dengan demikian, kondisi lingkungan estuari, khususnya salinitas, sangat fluktuatif, sehingga hanya beberapa spesies organisme saja yang mampu bertahan terhadap perubahan tersebut. Inilah penyebab miskinnya flora dan fauna yang hidup di ekosistem ini [Dahuri, dkk, 2004]. Dengan kata lain, estuari merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan mudah rusak. Gambar II-1 Ekosistem dan biota pesisir : a padang lamun, b mangrove, c rumput laut, d terumbu karang, e populasi ikan

5. Abrasi

Abrasi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula akibat pengikisan oleh kekuatan arus dan gelombang laut. Kerusakan II-6 ekosistem yang berperan sebagai penahan abrasi, seperti mangrove dan terumbu karang, menyebabkan potensi kerusakan akibat abrasi semakin besar. Dampak buruk abrasi dapat mengancam keberlangsungan ekosistem buatan, seperti permukiman, industri, dan budidaya, terlebih yang berada di dekat atau di pinggir pantai.

6. Intrusi air asin

Intrusi air asin dari laut adalah masuknya air laut ke darat. Air asin dapat masuk melalui saluran sungai atau merembes melalui tanah. Intrusi air laut melalui sungai disebabkan debit air sungai yang kecil, sedangkan intrusi melalui tanah disebabkan tipisnya cadangan air tanah kawasan pesisir dan hilir akibat pemakaian yang berlebihan. Akibatnya, manusia akan kesulitan dalam mendapatkan sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari mereka. Gambar II-2 Proses intrusi air laut ke sumur-sumur penduduk

7. Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah pengkayaan perairan dengan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfat, yang menyebabkan meningginya populasi alga dan tanaman pada perairan tersebut blooming alga. Peningkatan jumlah tersebut menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sehingga kandungan oksigen pada kolom air, khususnya dasar perairan, berkurang. Kandungan oksigen yang sedikit menyebabkan terjadinya aktivitas anaerob yang menghasilkan racun berupa metana dan sulfat. Akibatnya, ikan-ikan dan organisme komunitas dasar perairan, seperti terumbu karang, mengalami kematian. Selain itu, berkembangnya jenis alga beracun, seperti dinoflagellata, menyebabkan terjadinya fenomena II-7 red tides , yang dapat mematikan ikan-ikan. Gambar II-3 Proses terjadinya eutrofikasi

2.1.3 Pengembangan Aspek Ekonomi dan Sosial Masyarakat Pesisir

Pengembangan aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir merupakan komponen dari pembangunan wilayah pesisir dan laut. Perbaikan kualitas hidup masyarakat pesisir merupakan tantangan utamanya. Kualitas hidup yang lebih baik mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi, pendidikan yang baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan lingkungan hidup, dan pemberantasan kemiskinan [Bank Dunia, 1991 dalam Todaro, 1999]. a. Pengembangan aspek ekonomi masyarakat pesisir Ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu studi tentang individu- individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, untuk menghasilkan produksi berbagai jenis barang dan jasa dan menyalurkannnya distribusi kepada berbagai individu dan golongan masyarakat konsumen. Proses produksi untuk menghasilkan berbagai produk, baik berupa barang maupun jasa, dilakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber daya yang ada [Suryonandono, 2006]. II-8 Tabel II-2 Sektor perekonomian wilayah menurut BPS [BPS, 2004] Sektor Isian Primer • Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan • Pertambangan dan penggalian Sekunder • Industri Pengolahan • Listrik dan air bersih • Konstruksi Tersier • Perdagangan, hotel dan restoran • Pengangkutan dan komunikasi • Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan • Jasa-jasa Tujuan pengembangan ekonomi masyarakat adalah [Todaro, 1999] : 1. kenaikan pendapatan per kapita 2. pengentasan kemiskinan 3. penambahan lapangan kerja Usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi tantangan tersebut bagi masyarakat pesisir adalah dengan melancarkan kegiatan- kegiatan ekonomi wilayah pesisir, yakni memanfaatkan potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan wilayah pesisir, mentransformasikannya menjadi barang dan jasa, yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Kegiatan-kegiatan ekonomi wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel II-3. b. Pengembangan aspek sosial masyarakat pesisir Pengembangan aspek sosial bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan menjadikan setiap anggota masyarakat dapat [Todaro, 1999; BPS, 2004]: 1. memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. 2. peningkatan standar kesehatan 3. kebebasan menjalankan agama 4. mengenyam pendidikan yang baik 5. memenuhi kebutuhan berupa rasa aman II-9 Tabel II-3 Beberapa kegiatan ekonomi wilayah pesisir Kegiatan Ekonomi Isian Perikanan • Perikanan tangkap • Budidaya perikanan pantai Budidaya Pesisir dan Pertanian • Tambak udang , bandeng • Tambak garam • Budidaya rumput laut • Budidaya kepiting, tiram, kerang mutiara • Irigasi dan drainase • Sawah pasang surut Kehutanan dan Perkebunan • Hutan mangrove • Perkebunan kelapa Industri Ringan dan Berat • Pengolahan ikan dan udang • Pengolahan minyak sawit • Galangan kapal Pertambangan • Penambangan pasir laut, karang • Penambangan minyak dan gas bumi Perhubungan • Pelabuhan • Sarana transportasi darat Perdagangan dan Keuangan • Pasar • TPI • Bank • Koperasi Pariwisata • Renang dan selam • Ecotourism • Selancar • Memancing • Pelayaran Sumber : Suryonandono, 2005 Permasalahan yang sering terjadi berkenaan dengan masyarakat wilayah pesisir adalah rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir. Tingkat kesejahteraan yang rendah tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, yang merupakan sebab sekaligus akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang potensi sumber daya pesisir, baik cara pemanfaatannya maupun konservasinya. Hal ini menyebabkan terbatasnya masyarakat pesisir dalam bermata pencaharian dan tidak adanya inovasi untuk meningkatkan pendapatannya melalui diversifikasi usaha kecil dan II-10 menengah dengan memanfaatkan potensi sumber daya pesisir [Suryonandono, 2005; Fitria, 2007]. Kondisi kesehatan masyarakat pesisir umumnya juga memprihatinkan. Menurut yang tercantum dalam Atlas Wilayah Pesisir Jawa Barat Bagian Utara, terganggunya kesehatan masyarakat mempengaruhi kinerja dan produktivitas mereka dalam mencari penghasilan dan mendorong adanya pengeluaran uang yang lebih banyak, seperti untuk biaya pengobatan.. Kemiskinan masyarakat pesisir yang membatasi akses mereka kepada sarana kesehatan makin memperburuk keadaan. Masyarakat pesisir pada umumnya kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan kebersihan penggunaan sumber air, sehingga sering terkena penyakit pencernaan dan pernafasan, seperti infeksi saluran pernafasan atas ISPA, muntaber, dan demam berdarah. Pengembangan aspek sosial dan ekonomi dalam rangka pemberdayaan masyarakat wilayah pesisir memiliki 5 komponen utama. Kelima komponen itu adalah : 1. ekonomi, sosial, budaya, hukum 2. kewilayahan 3. ekosistem

4. daerah aliran sungai