2.2 Identifikasi Awan Cumuliform dengan
Menggunakan Citra Satelit
Satelit geostasioner merupakan satelit yang mengorbit bumi yang berada pada
ketinggian sekitar 36.000 km di atas ekuator, searah dengan rotasi bumi. Area pengamatan
satelit ini terbatas pada daerah yang tampak, dan informasi serta gambar yang dihasilkan
berguna pada daerah antara 70 °LU dan 70
°LS. Satelit geostasioner ini memantau berbagai lokasi di permukaan bumi. Kegunaan
utama dari satelit geostasioner adalah untuk mengamati bumi dari posisi tetap di atas
ekuator dan untuk memonitor perubahan gejala meteorologi termasuk pergerakan awan
taifun atau depresi pada interval waktu yang singkat. Satelit geostasioner yang digunakan
untuk mengamati daerah Asia Pasifik adalah Geostationary Meteorological Satellite
yang mengorbit pada bujur 140 °BT.
Geostationary Meteorological Satellite GMS merupakan satelit geostasioner buatan
Jepang yang pertama kali diluncurkan pada tanggal 14 Juli 1977 dengan nama GMS-1.
Satelit GMS memiliki empat misi utama, yaitu:
a. pengamatan cuaca melalui VISSR
b. pengumpulan data meteorologi
c. meyebarkan data citra
d. pengamatan lingkungan luar angkasa
monitoring partikel matahari Satelit GMS dapat memberikan informasi
dari hasil liputannya yaitu memantau permukaan bumi, liputan awan, badai tropik,
ENSO, posisi dan gerak ITCZ dan menduga curah hujan. Satelit ini memiliki dua buah
sensor yaitu sensor infra merah infrared dan sensor cahaya tampak visible. Sensor
infrared
sensitif terhadap panjang gelombang 10.00–12.50
μm dan digunakan untuk mengukur emisi suhu awan. Sedangkan sensor
visible yang sensitif terhadap panjang
gelombang 0.55–0.75 μm digunakan untuk
melihat besarnya albedo objek Darmawati 2005.
Gambar 1 Sistem global satelit meteorologi. Sumber
:
http:mscweb.kishou.go.jpgeneralactivi tiesgmsindex.htm
Identifikasi jenis awan melalui citra satelit umumnya dilakukan dengan mengamati sifat
dari awan tampilan awan dalam citra. Salah satu sifat awan yang digunakan untuk tujuan
tersebut adalah kecerahan. Kecerahan awan dalam citra satelit merupakan indikator yang
paling baik untuk mengindikasikan karakteristiknya. Secara umum, pada citra
visibel VIS, nilai kecerahan yang tinggi berasosiasi dengan awan tebal, yang
cenderung untuk merefleksikan lebih banyak sinar matahari Conway 1997. Karena itu,
pada citra VIS awan tebal akan tampak putih atau abu-abu yang sangat terang. Sedangkan
awan tipis akan tampak lebih gelap atau bahkan transparan.
Sementara itu pada citra infrared IR, nilai kecerahan yang tinggi berasosiasi dengan
temperatur terdingin puncak awan. Sehingga puncak awan yang sangat tinggi dan dingin
akan tampak putih atau abu-abu yang sangat terang. Sedangkan awan rendah dan hangat
akan tampak sebagai bayangan abu-abu gelap atau bahkan menyatu dengan permukaan
tanah atau perairan.
Awan cumuliform merupakan jenis awan yang menghasilkan hujan konvektif. Awan ini
terbentuk dalam kondisi atmosfer yang tidak stabil dimana udara naik dan turun yang
menyebabkan awan mengalami perkembangan vertikal. Awan ini terdiri dari
dua jenis awan yaitu stratocumulus dan cumulus serta cumulonimbus. Dalam citra
satelit, stratocumulus sering tampak dalam helai, garis, atau pola jalan, khususnya di atas
air pada musim dingin. Pada citra IR, awan ini akan tampak berwarna abu-abu sedang
sementara dalam citra VIS dapat terlihat sangat cerah dan menggumpal. Awan cumulus
rendah akan tampak dalam bentuk awan yang tidak teratur dalam ukuran yang beragam.
Awan ini akan tampak menggumpal pada citra VIS karena bayangan pada puncak awan yang
berbentuk tidak beraturan. Sedangkan pada citra IR awan cumulus memperlihatkan sifat
abu-abu yang berkisar dari abu-abu gelap sampai sedang Conway 1997.
Pada saat awan cumuliform terbentuk pada atmosfer yang tidak stabil, udara yang naik
dengan cepat menyebabkan awan tumbuh sangat tinggi dan berkembang menjadi awan
cumulus yang menjulang tinggi. Dalam kondisi ekstrim awan ini dapat berkembang
membentuk anvil. Tipe awan seperti ini dikenal dengan cumulonimbus dan umumnya
berasosiasi dengan angin kencang, hujan deras, dan tornado. Dalam citra satelit, awan
ini tampak bundar atau segitiga tergantung
pada kekuatan angin level atas. Awan cumulonimbus akan tampak sangat cerah baik
pada citra VIS maupun IR karena dicirikan oleh awan yang sangat tebal, perkembangan
awan yang tinggi dan sangat dingin, serta puncak awan yang tinggi.
III. BAHAN DAN METODE