Tindak Pidana Penipuan Dan Pengaturannya
a menyerahkan sesuatu benda b mengadakan suatu perikatan utang
c meniadakan suatu piutang. 3. Dengan memakai :
a sebuah nama palsu b suatu sifat palsu
c tipu muslihat d rangkaian kata-kata bohong.
Untuk dapat membuktikan seseorang melakukan penipuan hakim harus melakukan pemeriksaan yakni apakah benar terdakwa telah :
a. Terbukti memenuhi unsur kesengajaan Opzet b. Terbukti memenuhi semua unsur tindak pidana penipuan.
1. Barang siapa Kata ini menunjukkan orang jadi apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana pencurian yang diatur dalam pasal 378 KUHP, maka ia dapat
disebut pelaku atau dader dari tindak pidana pencurian. 2.Menggerakkan orang lain iemand bewegein Bewegein selain diartikan
menggerakkan, sebagian ahli juga menggunakan istilah membujuk atau menggerakkan hati. KUHP tidak memberikan keterangan jelas istilah bewegen
tersebut. Menggerakkan disini didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh pada orang lain, objeknya kehendak seseorang. Yang
jelas dengan cara tidak benar karena kalau dengan cara benar bagaimana mungkin orang lain korban terpengaruh.
31
31
Wirjono prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2003. Hal. 27
3.Sarana-Sarana Penipuan Oplichtingsmiddelen Sarana penipuan disini diantara salah satunya harus dipakai atau perbuatan tersebut dapat dikatakan penipuan.
Seperti dengan menggunakan nama palsu yang bukan nama aslinya atau nama aslinya sendiri tapi belum diketahui masyarakat umum, adapula memakai sifat-
sifat yang palsu, dengan tipu muslihat dan juga kata-kata bohong. Terdapat perbedaan antara tipu muslihat dan rangkaian kebohongan, kalau tipu
muslihat itu berupa membohongi tanpa kata-kata sedangkan rangkaian kebohongan itu dengan kata-kata bohong atau tidak benar, akan tetapi dalam
praktek kedua cara ini dipergunakan bersama-sama dan secara gabungan. Kejahatan penipuan ini tergolong dalam delicta commisionis, yang intinya
melanggar larangan undang-undang Pasal 378 tentang penipuan dan juga merupakan delik aduan sebagaimana dikemukakan oleh menteri kehakiman
Belanda moderman yang memiliki dua alasan, asusila dan materiil selain itu juga dikatakan sebagai vermogens delicten yaitu delik-delik terhadap harta benda, yang
disertai dengan bentuk penipuan-penipuan. 2.Undang-undang yang mengatur tentang Penipuan
a. Pasal 372 KUHP tentang penggelapan yang termasuk penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah. Misalnya, penguasaan suatu barang
oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang tersebut. Atau penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena tugas atau jabatannya, misalnya
petugas penitipan barang. Tujuan dari penggelapan adalah memiliki barang atau
uang yang ada dalam penguasannya yang mana barang uang tersebut pada dasarnya adalah milik orang lain.
32
b.Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang.
33
D.Pencatut Nama
1.Pengertian Pencatu Nama
Mencatut Pencatut berasal dari kata dasar “catut”.pencatut memiliki beberapa
arti, antara lain:
1. Mencari keuntungan dengan jalan tidak sah. Misal dengan cara-cara menipu tipu muslihat dan atau mengakali.
2. Menyalahgunakan, antara lain kekuasaan nama orang, jabatan dan sebagainya untuk mencari keuntungan diri sendiri orang lain kelompok
34
Didalam KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana memang tidak terdapat pasal spesifik yang mengatur tentang tindak pencatutan. Hanya saja, dalam
32
Satjipto Rahardjo. Tanpa tahun. Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Filosofis.Bandung: Sinar Baru. Hal 15.
33
Sudikno Noto Kusumo. 1999. Mengenal Hukum-Suatu Pengantar. Jogyakarta: Hal 145
34
www.sultengpost.com?p=14189
praktik pencatut nama,jabatan dan lain-lain terdapat unsur penipuan. Sehingga pencatutan nama dikategorikan dalam KUHP Pasal 378 tentang Penipuan
“Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan
palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu
barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukum
an penjara paling lama empat tahun”.
35
E.Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan Hukum
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah :
36
1. Faktor Hukum Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan
antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum
merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif.Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan
sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakikatnya penyelenggaraan hukum
bukan hanya mencakup law enforcement, namun juga peace maintenance, karena penyelenggaraan hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian nyaantara
nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
35
Pasal 378, Op.cit Hlm 2
36
Soerjono soekanto,Op.Cit.hlm 12
2. Faktor Penegakan Hukum Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan
peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan
hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum. 3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan. Pendidikan yang
diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan di dalam tujuannya,
diantaranya adalah pengetahuan tentang kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut
karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas yang harus diemban oleh polisi begitu luas
dan banyak. 4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya
mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat
kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan
soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian,
kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.