PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
PENIPUAN JUAL BELI ONLINE
(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

(Jurnal)

Oleh
IMAS HIDAYANTI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018

ABSTRAK
PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
PENIPUAN JUAL BELI ONLINE
(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

Oleh
Imas Hidayanti, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica

Email : [email protected]
Kemajuan teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif, implementasi transaksi
jual beli online selain memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa
kemudahan dalam bertransaksi jual beli ternyata transaksi jual beli melalui internet juga
masih memiliki banyak kekurangan/kelemahan khususnya mengenai tatacara transaksi
jual beli online.Tindak pidana penipuan jual beli online diatur dalam pasal 28 ayat(1)
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Permasalahan adalah bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana
penipuan jual beli online dan apakah faktor penghambat dalam penyidikan tindak pidana
penipuan jual beli online. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif
dan Pendekatan yuridis empiris. Narasumber dalam penelitian ini penyidik Kepolisian
dan Akademisi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peran kepolisian dalam
penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online dilakukan sama dengan tindak pidana
konvensioal lain dimana Penyidikan mengacu pada KUHAP.(1) Penyelidikan oleh
pihak kepolisian; (2)Melakukan penindakan terhadap pelaku kejahatan; dan
(3)Melakukan penyidikan terhadap tersangka dan membuat laporan hasil berkas perkara.
Faktor-faktor penghambat paling dominan adalah faktor Sarana dan prasarana yang
belum memadai dalam menunjang kinerja kepolisian dalam melakukan penyidikan.
Saran yang dapat penulis berikan adalah adalah (1)Perlu adanya sarana dan fasilitas
yang memadai guna memaksimalkan kinerja kepolisian. (2)Perlu adanya sosilisasi

dari pihak kepolisian dan instansi terkait terhadap mayarakat untuk lebih berhati-hati
dalam menggunakan sosial media khususnya dalam bertransaksi jual beli online.
Kata Kunci : Peran Kepolisian, Penyidikan, Jual Beli Online

ABSTRACT
THE ROLE OF THE POLICE IN THE LAW INVESTIGATION OF
CRIMINAL FRAUD TO BUY AND SELL ONLINE
(Study Case in Polresta Bandar Lampung)

By
Imas Hidayanti, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica
Email : [email protected]
Technological advances have positive and negative impacts, the implementation of
online buying and selling transactions in addition to providing a positive impact for the
community in the form of ease in transactions selling and selling it turns out the sale
and purchase transactions through the internet also still have many shortcomings /
weaknesses, especially regarding the procedure of online sale and purchase
transactions. The criminal act of online trading fraud is regulated in Article 28
paragraph (1) of Law No.11 of 2008 on Information and Electronic Transaction. The
problem is how the role of the police in the investigation of criminal acts of online

buying and selling fraud and whether the obstacle factor in the investigation of criminal
acts of online buying and selling fraud. The approach used is the normative juridical
approach and the empirical juridical approach. The interviewees in this research are
Police and Academics investigators. Based on the results of research conducted, the role
of the police in the investigation of criminal acts of online buying and selling fraud is
done similarly with other conventional criminal offenses where the Investigation refers
to the Criminal Code Procedure. (1) Investigation by the police; (2) take action on the
perpetrators of crimes; and (3) Investigate the suspect and file a case report. The most
dominant inhibiting factors are the insufficient facilities and infrastructure in supporting
the police performance in conducting the investigation. The suggestions that writers can
give are (1) There is a need for adequate facilities and facilities to maximize police
performance. (2) It is necessary to have socialization from the police and related
institutions to the society to be more careful in using social media, especially in
transacting buying and selling online.
Key Word: Role of The Police, Investigation, Buy and Sell Online

I.

PENDAHULUAN


Arus globalisasi yang saat ini membuat
jarak bukanlah suatu problematika lagi.
Manusia semakin mudah berhubungan dan
bertansaksi dengan manusia la,hin melalui
perkembangan teknologi, perkembangan
teknologi yang sangat pesat menimbulkan
adanya suatu gaya baru dalam sistem
perdagangan. Beberapa tahun terakhir
perdagangan online atau e-commerce
semakin marak di Indonesia. Bemunculan
situs jual beli online yang memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi ini.
Pada dasarnya setiap teknologi diciptakan
untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu
manusia, setelah diciptakan teknologi di
kembangkan agar semakin efesien dan
efektif, untuk memenuhi kebutuhan yang
dimaksud.1
Teknologi informasi telah membuka mata
dunia akan sebuah dunia baru, interaksi

baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia
yang tanpa batas. Disadari betul bahwa
perkembangan teknologi yang disebut
internet, telah mengubah pola interaksi
masyarakat,
yaitu
interaksi
bisnis,
ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah
memberikan kontribusi yang demikian
besar pada masyarakat, industri maupun
pemerintah. Internet seakan sudah menjadi
kebutuhan primer bagi masyarakat,
khususnya daerah perkotaan, proses jual
beli melalui internet tentu sudah tidakasing
lagi. Internet bukan hanya konsumsi
golongan tertentu saja seperti tahun-tahun
sebelumnya,namun sudah merambah ke
masyarakat golongan menengah ke bawah.
Kemajuan teknologi saat ini menjadi

pedang bermata dua, karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan, kemajuan dan peradaban
1

Josua Sitompul, Cyber Space Cybercrime
Cyberlaw, Tinjauan Aspek Hukum Pidana , (
Jakatrta: Tatanusa, 2012), hlm.1.

manusia, sekaligus menjadi sarana baru
dalam melawan hukum. Hukum adalah
salah satu aspek yang mencakup dalam
semua segi kehidupan manusia, termasuk
dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia,
yang diantaranya diatur dalam hukum
yang mengatur perdagangan online atau ecommerce. Kegiatan perdagangan dengan
memanfaatkan media internet ini dikenal
dengan istilah electronic commerce atau
2
disingkat

dengan
e-commerce.
ECommerce merupakan suatu proses jual
beli barang dan jasa yang dilakukan
melalui jaringan komputer yaitu internet.
Jual beli online menjadi salah satu
alternatif yang paling menarik bagi
konsumen
untuk
berbelanja
selain
berbelanja secara fisik. Bagi pelaku usaha
jual beli online dianggap menarik karena
tidak memerlukan modal yang besar, pasar
yang besar karena internet dapat diakses
oleh para konsumen dari seluruh dunia.
Sedangkan bagi para
konsumen,
berbelanja melalui jual beli
online

dianggap lebih menarik karena konsumen
tidak perlu repot untuk berpergian karena
hanya dengan memanfaatkan teknologi
informasi sudah dapat mengakses dan
bertransaksi melalui jual beli online
sehingga dapat lebih menghemat biaya.
Mereka mendasarkan transaksi jual beli
tersebut atas rasa kepercayaan satu sama
lain,sehingga perjanjian jual beli yang
terjadi diantara para pihak pun dilakukan
secara elektronik.Transaksi jual beli
melalui internet (E-Commerce) sangat
marak dilakukan oleh masyarakat banyak,
Mialnya didaerah perkotaan seperti Bandar
Lampung. Budaya perkotaan sangat
dirasakan langsung oleh masyarakat
sekitarnya, sebagai salah satu contoh
adanya kecenderungan pola hidup serba
instant
dengan

alasan
kepraktisan
dengankemudahan berbelanja menjadi
2

Ahmad M. Ramli , Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem
Hukum Indonesia, (Jakarta: Refika Aditama,2004) hlm. 1.

alasan utama masyarakat perkotaan
menggunakan tranksaki jual beli melalui
internet (E-Commerce).
Implementasi transaksi jual beli selain
memberikan
dampak
positif
bagi
masyarakat berupa kemudahan dalam
bertransaksi jual beli ternyata transaksi
jual beli melalui internet juga masih
memiliki banyak kekurangan/kelemahan

khususnya mengenai tatacara transaksi jual
beli online, karena sistemnya yang tidak
mempertemukan secara langsung antara
penjual dan pembeli dan hanya atas dasar
kesepakatan dan kepercayaan, karena
setelah kedua belah pihak sepakat maka
pembeli harus mentransfer uang kepada
penjual sejumlah harga barang dan ongkos
kirim, maka setelah terjadi transaksi
penjual mengirimkan barang ke alamat
pembeli. Sistem itulah yang menjadi celah
besar bagi orang tidak bertanggung jawab
untuk melakukan penipuan berkedok jual
beli online, karena siapapun dapat
mendaftar dan mengakses situs jual beli
online secara bebas dan gratis.
Terdapat pengaturan dalam K itab UndangUndang Hukum Pidana tepatnya pada
Pasal 378 di tetapkan kejahatan penipuan
(oplichting)
dalam

bentuk
umum,
sedangkan yang tercantum dalam Bab
XXV Buku II KUHP memuat berbagai
bentuk penipuan terhadap harta benda
yang di rumuskan dalam 20 pasal,
yangmasing-masing pasal mempunyai
nama-nama khusus (penipuan dalam
bentuk khusus), keseluruhan pasal pada
Bab XXV ini di kenal dengan nama
bedrog atau perbutan curang. Pengaturan
khusus mengenai penipuan dalam transaksi
elektronik terdapat dalam pasal 28 ayat (1)
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik.

Pasal 378 KUHP mengatur sebagai berikut:
Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkam diri sendiri atau oranglain
secara melawan hukum dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu
muslihat
ataupun
rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain
untukmenyerahkan
barang
sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang
maupun menghapus piutang, diancam
karena penipuan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik mengatur sebagai
berikut :
“setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan
yang
mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik”
R Sugandhi mengemukakan pengertian
penipuan sebagai berikut :
“Penipuan adalah tindakan seseorang
dengan
tipuan
muslihat,
rangkaian
kebohongan, nama palsu dan keadaan
palsu dengan maksud menguntungkan diri
sendiri dengan tiada hak rangkaian
kebohongan ialah susunan kalimatkalimatbohong yang tersusun demikian
rupa yang merupakan cerita sesuatu yang
3

seakan-akan benar”.
Tindak pidana penipuan kerap kali kita
temukan dan terjadi di lingkungan
masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan
atau
keuntungan
seseorang
dapat
melakukan suatu tindak pidana penipuan.
Di Indonesia seringnya terjadi tindak
pidana penipuan dikarenakan banyak
faktor-faktor yang mendukung terjadinya
3

Satjipto rahardjo,199. Ilmu hukum ,PT citra aditya
bhakti.bandung . hlm 52

suatu tindakan penipuan, misalnya karena
kemajuan teknologi sehingga dengan
mudah melakukan tindakan penipuan,
keadaan ekonomi yang kurang sehingga
memaksa seseorang untuk melakukan
penipuan, terlibat suatu utang dan lain
sebagainya. 4
Salah satu upaya kepolisian dalam
menangulangi tindak pidana penipuan
adalah dengan Memberikan informasi
kepada masyarakat dalam bentuk berita di
media masa atau media elektronik agar
mengantisipasi masyarakat bahwa telah
merebaknya penipuan jual beli online,
upaya penyebaran yang di lakukan oleh
tim Humas Polresta Bandar Lampung
langsung
di
publikasikan
kepada
masyarakat guna tidak terjadinya lagi
penipuan-penipuan yang dapat merugikan
masyarakat.
Wilayah
kota
Bandar
Lampung sendiri terdapat laporaan terkait
penipuan jual beli online, peringatan dari
Kapolres Bandar Lampung Kombes Pol
Nurochman, menghimbau agar masyarakat
mewaspadai penipuan jual beli via online
yang marak beberapa pekan terakhir.
Sebagai salah satu contoh adalah
pengaduan penipuan jual beli online
dengan nama pelapor Sr yang berniat
membeli sebuah hanphone blackberry via
online dengan sarana sosial media
facebook ,Sr tergiur bertransakasi jual beli
online karena harga yang sangat murah
sehingga tertarik untuk membelinya, Sr
yang merupakan Mahasiswa Perguruan
Tinggi Negeri di Bandar Lampung telah
sepakat untuk bertransaksi dengan salah
satu online shope melalui media sosial
facebook setelah mentransfer sejumlah
uang namun barang yang telah menjadi
kesepakatan itupun tidak kunjung diterima
oleh Sr, karena merasa telah tertipu maka

Sr pun segera melaporkan kasusnya ke
Polresta Bandar Lampung. Contoh diatas
merupakan salah satu pengaduan kasus
tentang maraknya penipuan online yang
marak terjadi di Bandar Lampung. Dari
kasus berkedok jual beli online tersebut
maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang proses penyidikannya, karena
dalam pemahaman tentang penyidikan
yaitu upaya oleh Polisi yang menyidik
untuk
mencari
dan
mengungkap
keterangan
atau
informasi
tentang
peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana atau peristiwa kejahatan yang
diduga dilakukan oleh seseorang yang
belum diketahui identitas pelakunya,
informasi-informasi atau bahan keterangan
itu mampu menjelaskan tentang peristiwa
yang diduga merupakan peristiwa pidana,
informasi itu bukan hanya terbatas kepada
kiblat ketentuan yang ada dalam
perumusan perundang-undangan, tetapi
lebih pada penyidik harus mampu
membongkar pelanggaran hukum yang
sesungguhnya. 5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Peran Kepolisian dalam
Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Jual
Beli Online (Studi Kasus di Polresta
Bandar Lampung)”.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ini yaitu:
1. Bagaimanakah peran penyidik dalam
penegakan hukum tindak pidana
penipuan jual beli online?
2. Apakah faktor penghambat dalam
penyidikan dalam penegakan hukum
tindak pidana penipuan jual beli
online?

4

Moeljatno.Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta: Bina
Aksara.1993 hlm 54.

5

Hartono, penyidikan dan penegakan hukum
pidana , ( Jakarta: Sinargrafika, 2010 ) hlm.33.

Pada penelitian ini penulis melakukan dua
pendekatan yaitu pendekatan yuridis
normatif dan pendekatan yuridis empiris.
Prosedur pengumpulan data dalam
penulisan penelitian ini dengan cara studi
kepustakaan dan lapangan. Data yang
diperoleh dikelola dengan menggunakan
metode induktif.

II.
A.

PEMBAHASAN
Peran Kepolisian Dalam Penyidikan
Tindak Pidana Penipuan Jual Beli
Online

Berdasarkan hasil wawancara yang telah
penulis lakukan, diperoleh jawaban atas
permasalahan mengenai peran kepolisian
dalam penyidikan tindak pidana penipuan
jual beli online adalah sebagai berikut :
1. Penyelidikan Oleh Pihak Kepolisian
Penyelidikan yang dilakukan Polresta
Bandar Lampung terhadap tindak pidana
penipuan jual beli online dilakukan oleh
Polisi Unit Tindak Pidana Tertentu
Polresta
Bandar
Lampung.
Tahap
penyelidikan merupakan tahap pertama
yang
dilakukan
penyelidik
dalam
melakukan penyelidikan tindak pidana
serta tahap tersulit dalam proses
penyidikan, hal ini disebabkan dalam tahap
ini penyelidik harus dapat membuktikan
tindak pidana yang terjadi serta bagaimana
dan sebab-sebab dari tindak pidana
tersebut dalam upaya penanggulangan.
Menurut
Rinaldi
Sucipto
dalam
penyelidikan kasus penipuan jual beli
online,
pihak
kepolisian
banyak
mengalami kendala dan kesulitan, karena
kasus yang berhubungan dengan kejahatan
dunia maya penanganannya berbeda
dengan kasus tindak pidana biasa atau
konvensional. Apalagi pelaku kejahatan
tersebut bisa melakukan aksinya kapan
saja tanpa sepengetahuan orang lain dan
menggunakan akun palsu. Kesepakatan
yang dilakukan antara penjual dan pembeli

juga didasarkan pada kepercayaan dan
tidak bertemu secara langsung maka dapat
dengan mudah para pelaku kejahatan
penipuan melakukan aksinya. Langkahlangkah yang dilakukan pihak kepolisian
adalah melakukan pemeriksaan misalnya
di warnet yang biasanya digunakan oleh
pelaku
kejahatan,
sekaligus
mengumpulkan bukti, melacak, dan
melakukan penyitaan terhadap bukti
elektronik sperti hard disk, melakukan
pengungkapan
atau
penahanan
berdasarkan bukti permulaan atau alat
bukti yang cukup. Oleh karena itu dalam
mengatasi tindak pidana penipuan jual beli
online, aparat kepolisian juga melakukan
kerjasama dengan pihak-pihak lain. Seperti
diantaranya Kominfo Provinsi Lampung,
Perguruan Tinggi di Lampung, penyedia
layanan internet service provider (ISP) dan
instansi terkait lainnnya. Hal ini dilakukan
untuk mempercepat proses pemberantasan
yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana
penipuan jual beli online. 6
2.

Melakukan Penindakan Terhadap
Pelaku Kejahatan
Seperti yang diuraikan dalam contoh kasus
penipuan jual beli online pengaduan
penipuan jual beli online dengan nama
pelapor Sr yang berniat membeli sebuah
handphone blackberry via online dengan
sarana sosial media facebook , Sr tergiur
bertransakasi jual beli online karena harga
yang sangat murah sehingga tertarik untuk
membelinya,
Sr
yang
merupakan
Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di
Bandar Lampung telah sepakat untuk
bertransaksi dengan salah satu online
shope melalui media sosial facebook
setelah korban mentransfer sejumlah uang
ke nomer rekening salah satu bank milik
pelaku namun barang yang telah menjadi
kesepakatan itupun tidak kunjung diterima
oleh Sr, karena merasa telah tertipu maka
Sr pun segera melaporkan kasusnya ke
6

Hasil wawancara penulis dengan Penyidik
Pembantu unit Tipiter Polresta Bandar Lampung
Renaldi Sucipto , pada tanggal 20 September
2017..

Polresta Bandar Lampung. Dalam hal
kasus penipuan jual beli online ini
melanggar pasal Pasal 378 KUHP di
tetapkan kejahatan penipuan (oplichting)
dalam bentuk umum dan Pasal 28 ayat (1)
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik.
Pasal 378
berikut:

KUHP

mengatur

sebagai

Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkam diri sendiri atau oranglain
secara melawan hukum dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu
muslihat
ataupun
rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain
untukmenyerahkan
barang
sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang
maupun menghapus piutang, diancam
karena penipuan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik mengatur sebagai
berikut :
“setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan
yang
mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik”
Menurut penulis, upaya penindakan yang
dilakukan
pihak
kepolisian
dalam
penyidikan tindak pidana penipuan jual
beli online akan mengalami banyak
hambatan
dimana
akan
kesulitan
menemukan dimana pelaku berada karena
biasanya pelaku menggunakan akun palsu
dan identitas palsu dalam pembuatan
nomor rekening.Maka tidakan kepolisian
juga seharusnya menghimbau masyarakat
agar lebih berhati-hati dalam melakukan
transaksi jual beli online, walaupun
memang memudahkan dalam bertansaksi
namun seharusnya masyarakat harus lebih
cermat untuk melakukan transaksi jual beli
online.

3.

Melakukan
Penyidikan
Terhadap
Pelaku dan Membuat Laporan Hasil
Berkas Perkara
Menurut Rinaldi Sucipto, penyidikan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian tidak
mengenal batas wilayah. Oleh karena itu
perlu kerjasama dengan aparat penegak
hukum yang lain. Karena hal tersebut
sangat
penting
dilakukan
dalam
mengumpulkan barang bukti, penyitaan
terhadap bukti elektronik pelaku kejahatan
cyber crime. 7
Menurut Gigih, penyidikan yang dilakukan
oleh kepolisian akan menelusuri sumber
dokumen elektronik tersebut. Dalam
praktiknya,
biasanya
pertama-tama
penyidik akan melacak keberadaan pelaku
dengan
menelusuri
alamat
Internet
Protocol
(“IP
Address”)
pelaku
berdasarkan logIP Address yang tersimpan
dalam server pengelola website/homepage
yang dijadikan sarana pelaku dalam
melakukan penipuan. Permasalahannya
adalah, penyidik akan menemui kesulitan
jika
website/homepage
tersebut
pemiliknya berada di luar wilayah
yurisdiksi Indonesia (seperti facebook,
google, twitter, yahoo, dll.). Meskipun saat
ini APH (polisi maupun Penyidik Pegawai
Negeri
Sipil/PPNS
Kementerian
Komunikasi dan Informatika) telah bekerja
sama
dengan
beberapa
pengelola
website/homepage
di
luar
wilayah
Indonesia, dalam praktiknya tidak mudah
untuk mendapatkan IP address seorang
pelaku yang diduga melakukan tindak
pidana dengan menggunakan layanan web
site/homepage tertentu. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan prosedur hukum antarnegara. Meskipun pemerintah antar-negara
melalui aparat penegak hukumnya telah
membuat
perjanjian
Mutual
Legal
Asistance (“MLA”) atau perjanjian
bantuan hukum timbal balik, pada
kenyataannya MLA tidak serta merta
7

Hasil wawancara penulis dengan Penyidik
Pembantu unit Tipiter Polresta Bandar Lampung
Renaldi Sucipto , pada tanggal 20 September
2017.

berlaku dalam setiap kasus yang
melibatkan antar-negara. Permasalahan
yurisdiksi inilah yang seringkali menjadi
penyebab tidak dapat diprosesnya atau
tertundanya
penyelidikan/penyidikan
kasus-kasus cyber crime. 8

pidana atas perbuatan tersebut dengan
ketentuan perbuatan tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi orang
lain.9
Menurut
penulis,
peraturan
perundang-undangan yang ada sudah
cukup baik pada kenyataannya dan
sanksi yang diberikan pun sudah
cukup untuk membuat pelaku jera.
Namun terkadang kurang maksimal
dalam melakukan penanganan yang
ketat, sehingga masih saja terjadi
adanya tindak pidana penipuan jual
beli onine. Peran kepolisian dalam
penyidikan tindak pidana penipuan
jual beli pada dasarnya sama saja
dengan penyidikan pada tindak pidana
umum lainnya namun penyidikan pada
kasus penipuan jual beli online banyak
menemukan kendala dan faktor
penghambat
pada
proses
penyidikannya
baik
menemukan
pelaku dan lokasi pelaku maupun
mengungkap kasus tersebut.

B. Faktor-faktor Penghambat dalam
Penyidikan Tindak Pidana Jual Beli
Online
Berdasarkan hasil wawancara yang telah
penulis lakukan, diperoleh jawaban atas
permasalahan
mengenai
faktor
penghambat dalam penyidikan tindak
pidana penipuan jual beli online adalah
sebagai berikut:
1.

8

Faktor Hukumnya Sendiri
Menurut Sanusi Husin, beberapa
negara maju mengkategorikan secara
terpisah
delik
penipuan
yang
dilakukan secara online (computer
related fraud) dalam ketentuan khusus
cyber crime. Sedangkan di Indonesia,
UU ITE yang ada saat ini belum
memuat pasal khusus/eksplisit tentang
delik “penipuan”. Pasal 28 ayat (1)
UU
ITE
saat
ini
bersifat
general/umum dengan titik berat
perbuatan “penyebaran berita bohong
dan
menyesatkan”
serta
pada
“kerugian”
yang
diakibatkan
perbuatan tersebut. Tujuan rumusan
Pasal 28 ayat (1) UU ITE tersebut
adalah
untuk
memberikan
perlindungan terhadap hak-hak dan
kepentingan konsumen. Perbedaan
prinsipnya dengan delik penipuan
pada
KUHP
adalah
unsur
“menguntungkandiri sendiri” dalam
Pasal 378 KUHP tidak tercantum lagi
dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE,
dengan konsekuensi hukum bahwa
diuntungkan atau tidaknya pelaku
penipuan, tidak menghapus unsur

Hasil wawancara penulis dengan Akademisi Fakultas
Informatika Universitas Lampung Gigih Nata Forza, S.T,
M.TI, pada tanggal 25 Oktober 2017.

2.

9

Faktor Penegak Hukum
Menurur Gigih proses penyidikan
yang
dilakukan
oleh
penyidik
Kepolisian Polresta Bandar Lampung
banyak
mengalami
kendala
dikarenkan
kurangnya
ilmu
pengetahuan penyidik mengenai ilmu
informatika atau cybercrime yang
mana ilmu itu dikuasi oleh para ahli
informatika
seharusnya
penyidik
Kepolisian Polreta Bandar Lampung
bekerja sama dengan instansi terkait
yang ahli dan dapat membantu dalam
proses penyidikan tindak pidana
penipuan jual beli online.10

Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Sanusi Husin, S.
H., M. H. selaku Akademisi Hukum Pidana
Universitas Lampung, pada tanggal 19 September
2017.
10
Hasil wawancara penulis dengan Akademisi
Fakultas Informatika Universitas Lampung Gigih
Nata Forza, S.T, M.TI, pada tanggal 25 Oktober
2017.

3.

Menurut penulis, Penipuan secara
online pada prinisipnya sama dengan
penipuan
konvensional.Yang
membedakan hanyalah pada sarana
perbuatannya yang digunakan oleh
pelaku yakni menggunakan Sistem
Elektronik
(komputer,
internet,
perangkat telekomunikasi). proses
penyidikan tindak pidana penipuan
jual beli online yang dilakukan oleh
penyidik Kepolisian Polresta Bandar
Lampung tidak semudah penyidikan
yang dilakukan terhadap tindak pidana
umum
lainnya
penyidik
harus
memahami dan menguasi sistem
elektonik maka untuk menunjng
penyidikan maka penyidik perlu
bekerja sama dengan instansi terkait
lainnya. Menurut penulis, upaya
penindakan yang dilakukan pihak
kepolisian dalam
penydikan tindak
pidana penipuan jual beli online akan
mengalami banyak hambatan dimana
akan kesulitan menemukan dimana
pelaku berada karena biasanya pelaku
menggunakan akun palsu dan identitas
palsu dalam pembuatan nomor
rekening. Maka tidakan kepolisian
juga
seharusnya
menghimbau
masyarakat agar lebih berhati-hati
dalam melakukan transaksi jual beli
online,
walaupun
memang
memudahkan
dalam
bertansaksi
namun seharusnya masyarakat harus
lebih cermat untuk melakukan
transaksi jual beli online.
Faktor Sarana dan Fasilitas yang
Mendukung
Menurut Rinaldi Sucipto, keterbatasan
sarana dan fasilitas merupakan faktor
penghambat yang masih ada pada saat
ini. Sarana dan fasilitas tersebut
mencakup, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup dan sebagainya.
Jika hal tersebut tidak terpenuhi,
terasa
sulit
dalam
melakukan
penyidikan tindak pidana penipuan
jual bei online secara sempurna.
Sehingga penyidikan tersebut dapat
berlangsung dengan baik apabila

4.

11

didukung dengan sarana dan fasilitas
yang cukup seperti yang telah
disebutkan.11
Faktor Masyarakat
Menurut Gigih, Jual beli online
menjadi salah satu alternatif yang
paling menarik bagi konsumen untuk
berbelanja selain berbelanja secara
fisik. Bagi pelaku usaha jual beli
online dianggap menarik karena tidak
memerlukan modal yang besar, pasar
yang besar karena internet dapat
diakses oleh para konsumen dari
seluruh dunia. Sedangkan bagi para
konsumen, berbelanja melalui jual beli
online dianggap lebih menarik karena
konsumen tidak perlu repot untuk
berpergian karena hanya dengan
memanfaatkan teknologi informasi
sudah
dapat
mengakses
dan
bertransaksi melalui jual beli online
sehingga dapat lebih menghemat
biaya. Mereka mendasarkan transaksi
jual
beli
tersebut
atas
rasa
kepercayaan satu sama lain, sehingga
perjanjian jual beli yang terjadi
diantara para pihak pun dilakukan
secara elektronik.Transaksi jual beli
melalui internet (E-Commerce) sangat
marak dilakukan oleh masyarakat
banyak, Mialnya didaerah perkotaan
seperti Bandar Lampung. Budaya
perkotaan sangat dirasakan langsung
oleh masyarakat sekitarnya, sebagai
salah
satu
contoh
adanya
kecenderungan pola hidup serba
instant dengan alasan kepraktisan
dengan
kemudahan
berbelanja
menjadi alasan utama masyarakat
perkotaan menggunakan tranksaki jual
beli melalui internet (E-Commerce).
Bagian terpenting dalam menentukan
penanggulangan tindak pidana adalah
kesadaran masyarakat. Semakin tinggi
kesadaran masyarakat maka akan
semakin
memungkinkan

Hasil wawancara penulis dengan Penyidik
Pembantu unit Tipiter Polresta Bandar Lampung
Renaldi Sucipto , pada tanggal 20 September
2017..

5.

penanggulangan yang baik pula.
Sebaliknya semakin rendah tingkat
kesadaran masyarakat, maka akan
semakin sulit untuk menanggulangi
tindak pidana tersebut.12
Faktor Kebudayaan
Menurut Sanusi Husin, kebudayaan
merupakan salah satu faktor yang
paling lama hidup dan berkembang
ditengah
masyarakat.
Budaya
mayarakat
yang memiliki rasa
keingintahuan
yang
berlebihan
membuat para pelaku tindak pidana
penipun jual beli onlinememanfaatkan
situasi seperti ini. Filterisasi budaya
itu harusnya masyarakat menerapkan
dengan
baik,
sehingga
dalam
penggunaan media elektronik baik itu
hand phone ataupun komputer dapat
dilakukan dengan bijak sesuai kultur
budaya masyarakat Lampung itu
sendiri. Maka dari itu seharusnya kita
sebagai masyarakat haruslah jeli dan
memproteksi dari segala kejahatan
baik itu kejahatan dunia maya maupun
kejahatan konvensional.13

Faktor yang paling relevan dan dominan
dalam proses penyidikan tindak pidana
penpuan jual beli online ini yaitu faktor
sarana dan prsarana yang belum memadai
sehingga memperlambat kinerja kepolisian
dalam melakukan penyidikan. transaksi
jual beli selain memberikan dampak positif
bagi masyarakat berupa kemudahan dalam
bertransaksi jual beli ternyata transaksi
jual beli melalui internet juga masih
memiliki banyak kekurangan/kelemahan
khususnya mengenai tatacara transaksi jual
beli online, karena sistemnya yang tidak
mempertemukan secara langsung antara
penjual dan pembeli dan hanya atas dasar
12

Hasil wawancara penulis dengan Akademisi
Fakultas Informatika Universitas Lampung Gigih
Nata Forza, S.T, M.TI, pada tanggal 25 Oktober
2017.
13
Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Sanusi Husin,
S. H., M. H. selaku Akademisi Hukum Pidana
Universitas Lampung, pada tanggal 19 September
2017.

kesepakatan dan kepercayaan, karena
setelah kedua belah pihak sepakat maka
pembeli harus mentransfer uang kepada
penjual sejumlah harga barang dan ongkos
kirim, maka setelah terjadi transaksi
penjual mengirimkan barang ke alamat
pembeli. Sistem itulah yang menjadi celah
besar bagi orang tidak bertanggung jawab
untuk melakukan penipuan berkedok jual
beli online, karena siapapun dapat
mendaftar dan mengakses situs jual beli
online secara bebas dan gratis.

III. PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah dilakukan dan
diuraikan penulis, maka dapat disimpulkan
yaitu:
1. Peran Kepolisian Dalam Penyidikan
Tindak Pidana Penipuan Jual Beli
Online pada dasarnya sama dengan
tindak pidana konvensioal lain yang
mengacu pada Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
dimana Penyidikan merupakan suatu
aktifitas yuridis yang dilakukan
penyidik
untuk
mencari
dan
menemukan
kebenaran
sejati
(membuat terang dan jelas tindak
pidana
yang
terjadi).
Adapun
rangkaian kegiatan penyidik dalam
melakukan penyidikan adalah:
1) Penyelidikan oleh pihak kepolisian;
2) Melakukan penindakan terhadap
pelaku kejahatan; dan
3) Melakukan penyidikan terhadap
tersangka dan membuat laporan
hasil berkas perkara.
2. Faktor-faktor
penghambat
dalam
penyidikan tindak pidana penipuan
jual beli online (studi pada Polresta
Bandar Lampung) yaitu:

1)

2)

3)

4)

5)

UU ITE yang ada saat ini belum
memuat pasal khusus/eksplisit
tentang delik “penipuan”. Pasal
28 ayat (1) UU ITE saat ini
bersifat general/umum dengan
titik berat perbuatan “penyebaran
berita bohong dan menyesatkan”
serta pada “kerugian” yang
diakibatkan perbuatan tersebut.
Kurangnya
pemahaman
kepolisian mengenai teknologi
sehingga dalam proses penyidikan
sedikit terkendala.
Sarana dan prasarana yang belum
memadai
dalam
menunjang
kinerja
kepolisian
dalam
melkukan penyidikan .
Ketertarikan masyarakat sekarang
dalam bertansaksi jual beli online
karena
sangat
memudahkan
namun sistem ini menimbulkan
celah kejahatan bagi pelaku.
Kebudayaan yang seiring waktu
terkikis
oleh
moderenisasi
sehingga
semua
menuntut
kepraktisan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka
dalam hal ini penulis dapat memberikan
saran:
1. Perlu adanya sarana dan fasilitas yang
memadai guna
memaksimalkan
kinerja kepolisian dalam melakukan
penyidikan dan menciptakan rasa
aman terhadap masyarakat. Disertai
dengan peningkatan kualitas dari
kepolisian dengan cara diberikannya
pemahaman yang mendalam tentang
perkembangan
teknologi
dan
informasi serta perlu bekerjasama
dengan instansi terkait sehingga
kepolisian dapat menjalankan tugas
dan kewajibannya dengan maksimal.

2.

Perlu adanya sosilisasi dari pihak
kepolisian
dan
instansi
terkait
terhadap mayarakat untuk lebih
berhati-hati
dalam
menggunakan
sosial media khususnya dalam
bertransaksi jual beli online.

DAFTAR PUSTAKA
Josua Sitompul, Cyber Space Cybercrime
Cyberlaw, Tinjauan Aspek Hukum
Pidana , (Jakatrta: Tatanusa, 2012)
Ahmad M. Ramli , Cyber Law dan HAKI
Dalam Sistem Hukum Indonesia,
(Jakarta: Refika Aditama,2004)
Satjipto rahardjo,199. Ilmu hukum ,PT
citra aditya bhakti.bandung.
Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum
Pidana.Jakarta: Bina Aksara.
Hartono, penyidikan dan penegakan
hukum pidana,(Jakarta: Sinargrafika,
2010)
UU No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab
Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Dan Transaksi Elektronik
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Undang
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

No. HP : 082279628297