Lampiran 2. Prosedur karakterisasi raw sugar 1.
Kadar Air AOAC, 1995
Sebanyak 2-5 g contoh dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobotnya. Kemudian cawan tersebut dipanaskan pada suhu
100-105°C selama tiga jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dilakukan kembali selama 30 menit di dalam oven,
kemudian didinginkan dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai tercapai bobot konstan. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan bobot yang
hilang sebagai air. Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut. Kadar air =
100 x
contoh bobot
akhir bobot
awal bobot
−
2. Kadar Abu AOAC, 1995
Contoh sebanyak 2 – 10 gram dimasukkan dalam cawan porselin yang sudah ditimbang terlebih dahulu bobotnya. Contoh tersebut kemudian dibakar
pada pemanas destruksi sampai terbentuk arang dan tidak timbul asap lagi. Setelah itu, contoh dipanaskan dalam tanur pengabuan pada suhu
600 ˚C, sampai dihasilkan warna abu keputih-putihan. Contoh yang sudah
membentuk abu dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan menjadi dingin hingga suhu kamar, dan ditimbang dengan segera. Contoh kemudian
dipanaskan kembali dengan desikator, kemudian ditimbang kembali. Pekerjaan tersebut diulangi sampai selisih antara dua penimbangan berturut-
turut kurang dari 0,002 gram. Kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut :
bobot abu bobot contoh
Kadar abu = x 100
3. Analisa Kadar Warna ICUMSA
Sebanyak 50 gram contoh ditambahkan aquades 50 ml dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 2 gram bubuk kieselgel, aduk-aduk dan
kocok beberapa saat, kemudian disaring dengan saringan vakum
59
Ekstingsi jenis E = menggunakan kertas saring Whatman 42 dan filtrat ditampung dalam vakum
flask sampai jernih diulang-ulang. Filtrat dipindahkan dalam gelas piala 150 ml; pH larutan dijadikan 7,00
± 0.05 dengan menambahkan tetes demi tetes larutan 0,1 N HCl atau NaOH. Kemudian tentukan ekstingsi jenisnya dengan
spektrofotometer panjang gelombang 420 nm. Untuk menentukan ekstingsi harus diketahui briks larutan setelah diatur pada pH 7 setelah dikoreksi suhu
briks terkoreksi dengan pemisalan B, lalu berat jenis larutan diukur yang ditentukan dengan briks sebelum koreksi dalam tabel hubungan briks dengan
berat jenis dengan pemisalan S gml, lalu tebal kolom larutan diameter dengan pemisalan T cm, lalu larutan diukur absorbansinya yang didapat dari
Transmitran dari terbaca T, Absorban A = 2-log T, lalu warna ICUMSA diperoleh dengan mengalikan nilai ekstingsi dengan nilai 1000.
A x 100 BxSxT
Warna ICUMSA = E x 1000
4. Polarisasi
Sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml Pb asetat dan 5 ml aquades, kemudian labu digoyang agar
tercampur merata, lalu disaring. Nira hasil saringan dimasukkan ke dalam tabung polarimeter. Skala pada sacharimeter dibaca, setelah itu dicatat
pemutaran bidang polarisasi. Dicocokan dengan daftar briks. Dengan demikian diperoleh persen polarisasi.
5. Uji Gula Peredukasi dengan Metode DNS Miller, 1959