1. Perkembangan
Unit Terapung Serta
Sumber
:
Umum Saguling dan Cirata 1992.
Kabupaten 1988-1992.
Produksi
No
4.
Teknik produksi dan pola yang diterapkan oleh petani pada ketiga
waduk umumnya tidak berbeda. Penggunaan faktor produksi umumnya benih
dan pakan. Kepadatan kedua
produksi yang diterapkan oleh petani yang terdapat
ketiga waduk dapat dilihat pada
2.
Thn 1 . 1 9 8 8
2 . 1 9 8 9 3.1990
1991 5 . 1 9 9 2
Unit, Pemilik Produksi kg
2. Penggunaan Benih, Pakan dan Hasil Produksi
Tahun 1993.
i
: Data Hasil
U n i t 15
146 312
502 546
i Sagul ing
C i r a t a
Dari 2
dapat dilihat Jatiluhur umumnya petani
benih dan pakan dengan kepadatan yang relatif lebih tinggi dengan
kedua waduk lainnya. Hal disebabkan karena di Jatiluhur kondisi
yang Kepadatan populasi
yang masih dari kedua waduk
lainnya sehingga tingkat kompetisi dalam memperoleh suplai benih masih
Sagu l
Ekonomi
No.
2 2.1996
U n i t 1236
1351 1724
1800 1936
Pemi l i k 24
44 53
90
C i r a t a
Per 1
4 k a l i 4 k a l i
4 k a l i Produksi
54900 213820
808700 132 000
667000 Pemi l i k
25 80
210 358
442
Pemi l i k 482
515 581
601 651
Produksi 31.900
571.600 997.100
2.802.500 4.110.160
Produksi Penggunaan Faktor
Produksi 2.544.000
3.113.010 3.633.340
4.261.5651941
U n i t 74
351 899
1613
P a k a n
keterangan beberapa responden, kondisi
waduk Jatiluhur baik dapat
dengan tidak adanya up-welling. Sedangkan di dan Cirata up-welling sering terjadi.
kedua wilayah tahun
1986-1991
up-welling telah terjadi sekitar
20
dengan kerugian sekitar
398.655
kg ikan yang di Saguling dan sekitar
10.154
kg di Cirata UPTD Perikanan Umum
Saguling-Cirata,
1991.
Ukuran benih yang digunakan oleh petani ikan jaring terapung di ketiga sekitar
35 100
petani ikan menggunakan benih kuran
100
Merk pakan yang umumnya digunakan di ketiga waduk adalah Shinta
dan Comfeed. Merk pakan Shinta lebih digunakan
89
dan sisanya sekitar
11
menggunakan Comfeed.
Biaya
Biaya produksi yang umumnya dikeluarkan oleh petani ikan di ketiga wilayah waduk
dapat kedalam biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya tidak tetap yang harus dikeluarkan adalah biaya benih, pakan, tenaga kerja dan perawatan alat. Sedangkan biaya tetap adalah pengeluaran untuk biaya
alat, SIUP serta biaya Iainnya. Komposisi biaya produksi yang
harus dikeluarkan oleh ketiga waduk dapat dilihat pada
3. 3.
Total Biaya Produksi tahun
1993.
Waduk i
C i rata
Sumber
:
Data Hasil Olahan Komposisi biaya pengeluaran terbesar adalah untuk penyediaan benih dan
pakan. Mengingat bahwa budidaya ikan pada jaring terapung merupakan budidaya yang
yang adalah
yang seharusnya.
Dari ketiga waduk pengeluaran lebih harus dikeluarkan oleh petani
ikan di jatiluhur mereka harus membayar
Perum Otorita Jatiluhur
50.000.- per kolam per tahun. dengan beberapa
responden, yang
sebanyak 50.000,-
sehingga ada beberapa responden yang merasa terbebani dengan keadaan ini.
untuk
POJ, retribusi kelompok dengan
rata-rata sekitar
dengan kedua waduk yang lain- nya,
di Jatiluhur pengeluaran tetap terhadap retribusi lebih besar dari kedua waduk
Di Cirata dan Saguling, biaya administrasi yang dikeluarkan
biaya administrasi Dari ketiga waduk tersebut, total biaya
diieluarkan oleh petani ikan
mas
yang terdapat di Jatiluhur. yaitu per kolam per tahun,
sedangkan di Saguling sekitar Rp 7.882.040,- per kolam per tahun dan di Cirata Rp 8.279.470,- per kolam pera tahun.
rata-rata jual ikan, penerimaan
dan keuntungan petani ikan pada saat penelitian
dapat pada
4. 4. Penerimaan dan Keuntungan
per per Tahun, Tahun
Sumber
:
Data Analisa
Penerimaan d a n Biaya ratio dan Payback Period
-
Period
Cirata
Rata-rata nilai ratio imbangan penerimaan dan biaya pada
waduk adalah sebagai
:
untuk Jatilihur IUC adalah 1.17 Saguling dan Cirata sekitar 1.17.
Dari ketiga dapat
bahwa jaring
terapung untuk
ratio terdapat pada wilayah S a p -
ling 1.24 in disebabkan biaya yang
untuk relatif lebih
daripada kedua waduk
Keadaan disebabkan oleh
yang memadai dan penyediaan pakan yang relatif
jika dibandingkan dengan kedua waduk
Analisa payback-period memberikan bahwa di Jatiluhur waktu yang
diperlukan oleh petani untuk mengembalikan modal investasi adalah sekitar bulan, di Sapling
bulan di Cirata
sekitar
9.48 bulan.
Penerimaan
No.
2
kc
2.1996
Produksi Harga
Total Biaya
Pemasaran dan Perkembangan Harga
Secara umum, pemasaran ikan mas hasil budidaya
terapung dari ketiga wilayah waduk yang terdapat di DAS
dapat dilihat pada skema di
.
Perkembangan harga benih dan ikan mas konsumsi di Saguling, Cirata dan Jatiluhur
1985
dapat dilihat pada
5.
5. Perkembangan Harga dan Ikan Konsumsi di
Cirata dan Jatiluhur.
Sumber
:
UPTD Wilayah
Cirata Tahunan
Kabupaten
1988 1991.
Berdasarkan pada
5
dapat dilihat perkembangan harga benih
terjadi cepat daripada harga ikan konsumsi. Hal
dapat yang dapat diperoleh
ikan.
Thn 1985
1986 1987
1988 1989
1990 1991
Ikan
Dari wawancara dengan responden, permasalahan yang timbul dalam
budidaya ikan mas pada terapung
:
Harga Rata-rata lkan d i
Harga Ikan d i
No.
2 2.1996
Saguling, Cirata
Rp 1 800
Rp 1 850 Rp 1 850
Rp 2 050 Rp 2 350
Rp 2 650 Rp 3 300
Harga lkan d i Pasar
Saguling, Cirata
1 400 Rp 1 400
Rp 1 700 Rp 1 950
Rp 2 050 Rp 2 100
Rp 2 200
J a t i luhur Rp
-
Rp Rp
-
Rp 2100 Rp 2250
Rp 2650 Rp 3200
Saguling, Cirata
Rp 1 750 Rp 1
Rp 2 150 Rp 2 450
Rp 2 550 Rp 2 550
Rp
2 600 Jati luhur
Rp Rp
Rp
Rp 1750 Rp 1860
Rp 1887 Rp 1950
Jati
Rp 2 400 Rp 2 650
2 650 Rp 2 650
1. Harga Benih; Harga benih
permasalahan paling utama yang dihadapi oleh petani
ikan
jaring terapung. Harga benih tinggi
harga ikan relatif tidak
2. Pengadaan benih; Pengadaan benih juga merupakan permasalahan yang sering
ole petani ikan. penyediaan benih merupakan pakan
yang budidaua
ikan
jaring terapung. 3.
Harga
ikan
juga adanya
harga pakan yang
Budidaya ikan
jaring terapung merupakan budidaya sif dengan
pakan yang maka tingkat harga dan
pakan penting
pengembangan budidaya ikan pada jaring terapung
.
4.
Permodalan; Oleh karena budidaya pada jaring terapung ini dan
modal, maka untuk diperlukan modal yang
besar. gian besar petani
dapat pembendungan
tetapi ada juga yang merasa modal yang diperlukan tidak
dari segi dapat
dan hal merupakan daya
bagi yang terdapat diluar wilayah waduk untuk
investasi di bidang ini walaupun yang terhadap
ini adalah masyarakat yang terkena genangan,
karena terbatasnya modal pada beberapa petani, prioritas ini belum dapat sepenuhnya diterapkan.
ada abeberapa investor luar yang menanamkan modalnya pada
ini dengan persyaratan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat yang terkena genangan.
Sampai dengan penelitian dilakukan, kebijakan yang jelas mengenai
an belum
5. Peraturan; Peraturan yang dicanangkan oleh daerah
ataupun melalui
umumnya dapat berjalan dengan baik. Hanya tingkat pemiliian
menunjukkan adanya kekurangan dalam penerapan untuk wilayah Jatiluhur, reaibusi POJ sebesar
merupakan permasalahan yang oleh
petani ikan di waduk tersebut.
DAN
SARAN
1 Pengembangan budidaya ikan pada terapung merupakan
satu alternatif yang tepat untuk pemanfaatan sumberdaya yang teraapat di beberapa
waduk di DAS dan
2 Petani ikan di waduk Jatiluhur, Saguling dan Cirata tan benih
1.001 897.67
Kepadatan pakan bagi masing-masing waduk adalah sekitar 8.637
dan 8.510
yang umumnya sekitar 4
dalam satu
untuk satu kolam jaring terapung. 3 Tingkat keuntungan
yang diperoleh untuk waduk Jatiluhur Rp
Saguling sekitar Rp dan
Cirata sekitar
rasio yang didapat dari ketiga lokasi but adalah masing-masing
1.24 dan 1.17. Jika dikonversi dalam bulan, yang
untuk pengembalian modal investasi untuk satu kolam adalah 11.28 bulan,
bulan 9.48 bulan.
4 Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan di ketiga waduk umumnya adalah mengenai harga benih dan harga pakan yang terus
dengan harga
ikan yang
SARAN
1 Diperlukan kembali pembenahan tataletak terapung terutama pada
lokasi yang cukup populasinya. Dengan pembenahan
ditingkatkan. 2 Diperlukan
kembali mengenai budidaya
terapung, terutama yang terdapat di Saguling dan Cirata. perlu
dan kembali mengenai
modal yang turut serta dalam
ini. 3
untuk daerah waduk Jatiluhur, mengenai
belakang dan
dari untuk POJ
yang sakan oleh petani ikan sebagai
biaya yang cukup besar. 4 Mengingat
terapung merupakan yang relatif baru
dimana petani ikan masih mengalami dari kegiatan pertanian ke
penyuluhan mengenai budidaya
lebih ditingkatkan, terutama hal- yang berhubungan dengan
benih dan pakan.
No. 2 ke
2.1996
Effendi, P.
1991.
Benih Pengembangan Pembenihan
Air Tawar.
Jawa Lembaga
Universitas
1980.
Sadili Sonny, K.
1989.