PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN

(1)

ABSTRACT

DETERMINATION OF NITRITE AND NITRATE LEVEL IN

LAMPUNG BAY AS AN INDICATOR OF AQUATIC ENVIROMENTAL QUALITY

By

Muhammad Prasetio Ersa

This research was aimed to analyze nitrite and nitrate level of sea water in lampung bay. This analyze was conducted by using spectrophotometer UV-Vis methtod to test the content of nitrite and Brusin Sulfate method to test the content of nitrate. The result of research showed that there were concentration of nitrite ranged 0,0059 ppm to 0,0008 ppm and concentration of nitrate ranged 0,003ppm to 0,083ppm. Based on state environment minister’s decision No. 51 of 2004 about marine water quality standard of marine biota, the nitrate value was 0,0008 ppm. Anchorage are had the largest nitrite concentration and also its nitrate concentration was large, but pahawang area had small nitrite concentration and the content of nitrate was not detected by tool. The high concentration of nitrate was directly proportional to nitrate concentration this was in accordance with the observation that has been done.


(2)

ABSTRAK

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR

KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN

Oleh

Muhammad Prasetio Ersa

Telah dilakukan analisis kadar nitrit dan nitrat air laut pada perairan Teluk Lampung. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis untuk uji kandungan nitrit dan metode Brusin Sulfat untuk uji nitrat. Hasil penelitian menunjukan adanya konsenterasi senyawa nitrit berkisar antara 0,0059 ppm sampai 0,0008 ppm. Pada uji nitrat didapatkan konsentrasi senyawa nitrat berkisar antara 0,003 ppm sampai pada 0,083 ppm. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 baku mutu air laut untuk biota laut nilai nitrat yaitu 0,008 ppm. Pada kawasan pelabuhan memiliki konsentrasi senyawa nitrit yang terbesar dan juga konsentrasi senyawa nitrat yang besar, namun pada kawasan pulau pahawang memiliki konsentrasi senyawa nitrit yang kecil dan kandungan senyawa nitratnya tidak terdeteksi oleh alat. Tingginya konsentrasi senyawa nitrit berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa nitrat, hal ini sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.


(3)

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR

KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN (Skripsi)

Oleh

Muhammad Prasetio Ersa

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR

KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN

Oleh

Muhammad Prasetio Ersa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komponen- Komponen Spektrofotometer UV- Vis ... 15

2. Lokasi Sampling ... 19

3. Van dorn ... 20

4. Parameter Temperatur Sampel Air Laut ... 30

5. Parameter pH Sampel Air Laut ... 31

6. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Sampel ... 35

7. Hasil Pengukuran Kadar Nitrat pada Sampel ... 39

8. Grafik Linieritas Nitrit ... 42

9. Grafik Linieritas Nitrat ... 42

10. Lokasi Titik Pengambilan Sampel ... 57

11. Lokasi Pengambilan Sampel ... 58

12. Pengambilan Sampel ... 59

13. Pengukuran In Situ ... 59


(6)

Persembahan

Segala Puji syukur ku ucakan kepada sang pencipta Allah SWT dam

Nabi Besar Muhammad SAW

Ku persembahkan karya kecil ku ini kepada

Kedua orang tuaku tercinta Papa dan Mama yang telah memberikan doa,

kasih saying dukungan dan semangat yang takkan pernah habis, yang

selalu sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kelak aku sedih dan

senang, yang tak pernah lelah selalu mendoakan dan memberikanku yang

terbaik dalam hidup ini

Uni dan adikku tersayang yang selalu memberikan doa dan dukungannya

Sahabat-sahabat terbaiku atas semua doa, semangat persaudaraan dan

kebersamaan yang telah kalian berikan

Para pendidik yang ku hormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman

yang telah membuatku lebih berwawasan


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 23 November 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lestari.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Urang Kalianda, diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kalianda, diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus antara lain sebagai Kader Muda Himaki, Anggota Muda Rois FMIPA, Brigade BEM FMIPA dan Anggota Muda Birohmah pada tahun 2010-2011. Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki, Anggota Departemen Kebijakan Publik BEM FMIPA, Anggota Bidang Kaderisasi Rois FMIPA dan Anggota BK BBQ Birohmah pada tahun 2011-2012, serta pada tahun 2012-2013 sebagai Ketua BK BBQ FMIPA Unila.


(8)

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) pada tahun 2013 di desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan prektik kerja lapangan (PKL) di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas Lampung.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pesisir Teluk Lampung ... 4

B. Indikator Kualitas Lingkungan Perairan ... 6

C. Nitrogen ... 9

1. Nitrit ... 10

2. Nitrat ... 12

D. Spektrofotometri UV-Vis ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Alat dan Bahan ... 18

C. Sampling ... 19

1. Penentuan Lokasi Sampling ... 19

2. Persiapan Sampling ... 19


(10)

ii

4. Pengamatan Lapangan ... 20

5. Temperatur ... 20

6. DO ... 21

7. pH ... 21

D. Persiapan Bahan ... 21

1. Contoh Uji ... 21

2. Larutan Sulfanilamida ... 21

3. Larutan NED Dihidroklorida ... 22

E. Penentuan Kadar Nitrit ... 22

1. Pembuatan Larutan Induk Nitrit ... 22

2. Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit ... 22

3. Pembuatan Larutan Baku Nitrit ... 22

4. Pembuatan Larutan Kerja Nitrit ... 22

5. Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 23

6. Pengukuran Sampel ... 23

F. Penentuan Kadar Nitrat ... 24

1. Pembuatan Air Bebas Nitrat... 24

2. Pembuatan NaCl 30% ... 24

3. Pembuatan Larutan Brusin Sulfat ... 24

4. Pembuatan Larutan Stok KNO3 ... 24

5. Pembuatan Larutan Standar KNO3 NO3- N ... 24

6. Pengukuran Sampel ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengambilan Sampel ... 26

B. Kondisi Sampel ... 26

1. Parameter Temperatur Perairan Teluk Lampung ... 29

2. Parameter pH Perairan Teluk Lampung ... 30

C.Konsentrasi Senyawa Nitrit dan Nitrat ... 32

1. Konsentrasi Senyawa Nitrit di Perairan Teluk Lampung ... 33

2. Konsentrasi Senyawa Nitrat di Perairan Teluk Lampung ... 37

D. Validasi Metode ... 41


(11)

iii

2. Limit Deteksi Instrumen ... 43

3. Limit Deteksi Metode ... 43

4. Akurasi ... 44

5. Presisi ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Kadar Nitrit ... 52 2. Perhitungan Kadar Nitrat ... 55 3. Gambar Pengambilan Sampel ... 57


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengamatan Visual Sampel ... 27

2. Kondisi Fisik dan Kimia Sampel ... 28

3. Hasil Pengukuran Kandungan Senyawa Nitrit ... 33

4. Hasil Analisis Senyawa Nitrat ... 38

5. Hasil Pengukuran Akurasi ... 45

6. Hasil Pengukuran Presisi ... 46

7. Larutan Standar Nitrit ... 52

8. Mencari Limit Deteksi Instrumen ... 54

9. Mencari Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitatif ... 54


(14)

Moto

“…

Jika kamu menolong (Agama) Allah, niscaya Dia

akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”

(Q.S Muhammad: 7)

“Khairunnas Anfahum linnas”

(HR. Ahmad)

Hadapi Hidup Dengan Senyuman

(Muhammad Prasetio Ersa)

Sukses tanda kejayaan


(15)

(16)

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 23 November 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lestari.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Urang Kalianda, diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kalianda, diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus antara lain sebagai Kader Muda Himaki, Anggota Muda Rois FMIPA, Brigade BEM FMIPA dan Anggota Muda Birohmah pada tahun 2010-2011. Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki, Anggota Departemen Kebijakan Publik BEM FMIPA, Anggota Bidang Kaderisasi Rois FMIPA dan Anggota BK BBQ Birohmah pada tahun 2011-2012, serta pada tahun 2012-2013 sebagai Ketua BK BBQ FMIPA Unila.


(18)

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) pada tahun 2013 di desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan prektik kerja lapangan (PKL) di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas Lampung.


(19)

SANWACANA

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur Penulis haturkan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Allah SWT., karena atas seizin-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul "Penentuan Kadar Nitrit, Dan Nitrat Pada Perairan Teluk Lampung sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Perairan" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui karena Allah SWT. serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dalam kehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan kehidupan kepada penulis dan memberikan nikmat sehat untuk menyelesaikan skripsi ini.


(20)

2. Ibu Rinawati, Ph.D., selaku pembimbing I penelitian yang telah banyak memberikan nasihat, saran, ilmu, motivasi, perhatian, serta kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing II penelitian yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Bapak .Drs. R. Supriyanto, M.S. selaku penguji penelitian yang telah memberikan semangat, kritik, saran, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Prof. Suharso, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila.

6. Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila. 7. Ibu Dian Septiani Pratama, M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan bimbingan konseling berupa arahan dan masukan yang baik kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Seluruh dosen jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.

9. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai. Bapak (Erwin Bakar) dan Ibu (Syarifah Lestari). Hanya terima kasih yang bisa Tio ucapkan dan berikan kepada kalian. Pengorbanan kalian sungguh luar biasa untuk membesarkan Tio. Terima kasih telah memberikan semangat kepada Tio untuk

menyelesaikan studi di jurusan Kimia dan menyelesaikan skirpsi ini. Terima Kasih.


(21)

10. Uni ku tercinta (Rasuna Ersa ) dan Adik ku yang ku sayangi (Muhammad Firza Ersa), terima kasih atas dukungannya selama ini kepada Tio dari awal kuliah sampai saat ini, rasanya Tio tak akan mampu dan bias membalas atas dukungan yang telah kalian berikan kepada Tio selama ini.

11. Teman-teman satu perjuangan, Uti, Juni, Kristi dan Kak Suparno, terima kasih banyak atas kerjasama, masukan, semangat, dan kekompakkan kalian selama ini serta telah membuat saya menjadi seseorang yang mampu menghadapi dan menyelesaikan semua halangan dan rintangan selama melaksanakan penelitian ini.

12. Teman-teman seperjuangan di laboratorium, Daniar, Fani, Anggino, Ayu, Lewi, Mila.

13. Teman-taman kimia 2010, Hanif, Hapin, Surtini, Ariyanti, Rani, dll. yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dorongan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

14. Adik-adik kimia 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.

15. Kepada Mbak Iin dan Mas Udin selaku laboran dari laboratorium Kimia Analitik dan Intrumentasi, terima kasih atas bantuan dan saran dalam kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

16. Mbak Nora dan Pak Gani yang selalu direpotkan oleh saya masalah administrasi jurusan.

17. Teman-teman Dewan Pembina FMIPA, terimakasih atas semangat yang diberikan dan atas kekeluargaan yang terjalin selama ini.


(22)

19. Adik-adik Rois FMIPA, Ali, Ari, Didin. Adi Setiawan, Ade Pamungkas, dll. terimakasih atas semangat yang diberikan dan atas kekeluargaan yang terjalin selama ini.

20. Para penghuni kontarakan B10, Imam, Adi, Gusman, Kak Gamal bersaudara, Danu, Miko, Putra dan Firman, terimakasih atas semangat yang diberikan dan atas kekeluargaan yang terjalin selama ini

21. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih.

22. Almamater tercinta, Universitas Lampung

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Aamiin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota provinsi lampung, yang memiliki letak geografis pada 5,20° sampai dengan 5,30° lintang selatan dan 105,28° sampai dengan 105,37° bujur timur. Kota Bandar Lampung terletak di sekitaran perairan teluk lampung di ujung selatan pulau Sumatra kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatra yang memiliki peran sangat penting juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi

masyarakat

Di sepanjang pinggiran Teluk Lampung terdapat berbagai macam aktivitas manusia, mulai dari kegiatan industri (industri pengolahan batubara, pembuatan kapal, industri kertas), aktivitas nelayan sekitar teluk lampung (pelelangan ikan), aktifitas pelabuhan (bongkar muat ekspor dan impor) hingga aktifitas rumah tangga seperti mandi, mencuci, membuang kotoran (MCK) dan membuang sampah. Akibat dari aktivitas manusia tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perairan di sekitar teluk lampung yang juga akan berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup dari masyarakat di sekitar


(24)

2

teluk lampung, air memiliki peranan penting sebagai pelarut dan pembawa

berbagai macam zat polutan baik polutan organik maupun anorganik dari berbagai sumber seperti industri, industri rumah tangga, pemukiman penduduk, maupun aktivitas pertanian, sehingga limbah dan polutan yang masuk dalam lingkungan dapat di ketahui pada air, dalam hal ini diperlukan uji kualitas lingkungan perairan dengan beberapa parameter, parameter yang digunakan terbagi dalam 2 sifat, yaitu secara fisika dan kimia. Adapun parameter-parameter yang bersifat fisika antara lain: suhu, kekeruhan, warna, dan TDS. Sedangkan parameter-parameter yang bersifat kimia antara lain: pH, dissolve oxygen (DO), chemical oxygen demand

(COD), biochemical oxygen demand (BOD), kesadahan, sulfit, klorit, fosfat, serta kandungan senyawa nitrogen seperti nitrit, nitrat dan amonia.

Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient (Alaerst dan Sartika, 1987). Selain itu, sifat toksik dari senyawa nitrit adalah mampu mengoksidasi ion fero (Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+) di dalam hemoglobin (Hb) dapat mengubah hemoglobin menjadi metahemoglobin (MetHb) di dalam darah (Jensen, 1995). Sedangkan toksisitas nitrat secara tidak langsung di perairan karena membantu pertumbuhan alga secara berlebihan yang dikenal dengan istilah “alga bloom” sehingga mengakibatkan kadar oksigen terlarut bisa

berkurang (Hallberg, 1989).

Dalam penentuan kadar nitrat, dilakukan dengan metode Brucin sulfat dengan menggunakan alat spektrofotometri. Metode ini menggunakan bahan reagen


(25)

3

tergolong murah serta memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga hasil pengukuran dapat maksimal.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar senyawa-senyawa nitrogen seperti nitrit dan nitrat pada perairan Teluk Lampung sebagai indikator kualitas lingkungan perairan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang tingkat

pencemaran yang terjadi di Teluk Lampung terutama pencemaran oleh senyawa- senyawa nitrogen hasil pembuangan limbah pabrik maupun limbah rumah tangga sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah daerah, pihak industri dan masyarakat setempat sehingga dapat mengelola kawasan Teluk Lampung secara tepat dengan memperhatikan kualitas lingkungannya.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pesisir Teluk Lampung

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah darat merupakan wilayah daratan yang masih dipengaruhi oleh fenomena lautan, seperti gelombang, pasang surut, angin laut, dan lain-lain, sedangkan ke arah laut merupakan wilayah laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan seperti erosi, sedimentasi, dan lain-lain (Dahuri et al. 1996).

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar. Wilayah ini telah mengalami banyak perubahan fungsi untuk dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan devisa negara. Namun aktivitas perekonomian tersebut yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi kawasan industri, pariwisata dan pemukiman telah menyebabkan proses abrasi dan sedimentasi yang cukup parah (Wiryawan et.al, 1999).

Teluk Lampung terletak di bagian selatan pulau Sumatera yang secara geografis terletak di kota Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung yang memiliki wilayah pantai yang cukup luas. Di sepanjang pantai Teluk Lampung terdapat tiga


(27)

5

kecamatan yaitu, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Barat, dan Kecamatan Panjang yang terdiri dari 12 desa (Wiryawan dkk.,1999). Pesisir Pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak mengkonversi lahan pantai, menjadi kawasan industri antara lain industri batubara, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, pelabuhan niaga dan pemukiman (Wiryawan et.al, 1999).

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di perairan Teluk Lampung termasuk salah satunya di pesisir pantai kota Bandar Lampung, berdampak pada pencemaran perairan Teluk Lampung. Pencemaran adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam perairan. Pencemaran tersebut ditandai dengan menurunnya kualitas dan produktivitas perairan karena pembuangan limbah dari limbah domestik rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas perkapalan (Wijayanti, 2007).

Aktivitas-aktivitas tersebut di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem di kawasan pantai tersebut. Hal ini disebabkan oleh kerusakan-kerusakan lingkungan laut dari eksploitasi lahan pantai secara berlebihan. Eksploitasi terbesar adalah pembukaan hutan bakau (mangrove) yang ditandai dengan adanya abrasi pantai, sedimentasi, intrusi air laut. Tekanan lingkungan terhadap perairan ini makin lama semakin

meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut. Jenis limbah yang masuk seperti limbah organik, dan anorganik (sampah) inilah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan (Wiryawan et.al, 1999).


(28)

6

Penurunan kualitas lingkungan ini dapat diidentifikasi dari perubahan komponen fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar pantai. Perubahan komponen fisik dan kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya kualitas perairan juga

menyebabkan bagian dasar perairan (sedimen) menurun, yang dapat

mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama pada struktur komunitasnya (Odum, 1971). Salah satu biota laut yang diduga akan terpengaruh langsung akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di lingkungan pantai adalah hewan makrobenthos.

B. Indikator Kualitas Lingkungan Perairan

Air diperlukan bagi kehidupan organisme. Peranan air bagi kehidupan semakin meningkat dengan majunya kebudayaan manusia. Kalau air tersebut digunakan oleh organisme untuk keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus sesuai dengan air yang dibutuhkan oleh ikan itu (Wardoyo 1981).

Kualitas air dalam hal analisis kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yangdapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak 1995).

Menurut Lagler (1997) di dalam lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya. Unsur ketiga adalah


(29)

7

yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim.

Banyak jenis binatang dan tumbuhan yang sama, hidup baik di sungai maupun di danau, dan banyak dari adaptasi yang mereka perlukan ternyata sama. Disebabkan keadaan fisik sungai dan danau sangat berbeda satu sama lain

kebiasaan-kebiasaan jenis binatang dan tumbuhan yang sama ini perlu perhatian yang berbeda (Anwar, 1984).

Transparansi air berhubungan dengan kedalaman air, dimana hubungannya adalah pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya (Cholik, 1991).

Degradasi kualitas air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas air. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian, maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan. Perairan

merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang lainnya. Contoh


(30)

8

sampah yang mempunyai potensi mencemari lingkungan perairan. Dampak dari terjadinya hal tersebut, yang paling utama merasakan adalah organisme-organisme akuatik (komponen biologi). Sebagai parameter biologi, plankton khususnya fitoplankton yang mempunyai peranan penting dalam rantai makanan di ekosistem akuatik sering dijadikan indikator kestabilan, kesuburan dan kualitas perairan (Basmi, 2000).

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya sebagai kehidupan itu tidak dapat digantikan dengan senyawa lainnya. Dalam jaringan, air merupakan medium untuk berbagai reksi dan proses ekskresi. Tubuh manusia terdiri atas 60-70% air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, oleh karena itu kuntitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).

Komponen-komponen yang terdapat dalam air jelas berbeda jika sumber air tersebut berbeda pula. Sungai mengandung padatan yang terbentuk sebagai akibat dari erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, kotoran manusia maupun hewan. Air yang bersumber dari mata air sebenarnya juga mengandung komponen yang sama namun dengan kadar yang berbeda (Wardhana, 1995).

Di dalam suatu perairan sumber nutrien dapat berupa unsur hara makro

(C,O,H,N,P,S,Mg,Ca, dan Cl) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co). Di antara unsur hara tersebut, yang dianggap sangat essensial untuk di produksi yaitu nitrogen (N) dan fosfor (P) (Nugroho, 2006).


(31)

9

C. Nitrogen

Nitrogen merupakan senyawa yang banyak tersebar secara luas di alam, sumber utama dari senyawa ini adalah antropogenik (berasal dari aktivitas manusia) seperti pembuangan limbah dan kotoran (Michalski dkk., 2006).

Senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai bahan tersuspensi. Dalam air senyawa nitrogen memegang peranan sangat penting dalam perairan, yang terdiri dari nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Jenis-jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat (NO3-), dan ammonium (NH4+). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitrit (NO2-). Sebagian besar dari nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan yang berprotein, juga dapat berbentuk senyawa/ ion-ion lainnya dari bahan

pencemar.

Senyawa N-nitrogen yang dikenal dengan nitrogen total adalah jumlah atau kadar keseluruhan nitrogen yang terdapat dalam limbah cair atau sampel (Hamida, 1993). Nitrogen total pada perairan berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul gas N2, sedangkan nitrogen organik terdiri dari protein, asam amino dan urea (Efendi, 2003). Menurut Gabriel (2001) nitrogen memiliki sifat fisik dan sifat kimia sebagai berikut

a. Sifat fisik nitrogen

 panas transformasi β ↔ α: 54,71 kal/mol;  panas fusi/peleburan: 17,23 kal/mol;


(32)

10

 panas penguapan: 1332,9 kal/mol;  temperatur kritis: 126,26 ± 0,04 kal/mol;  tekanan kritis: 33,45 ± 0,02 atm;

 massa jenis:

 bentuk α: 1,0265 gr/ml pada -252,6oC  bentuk β: 0,08792 gr/ml -210,0oC  bentuk cair: 1,1607-0,0045

b. Sifat kimia nitrogen

Pada suhu rendah unsur nitrogen kurang reaktif, sedangkan pada suhu tinggi nitrogen bisa bereaksi dengan krom, silikon, titanium, aluminium, boron, berilium, magnesium, barium, strontium, kalsium, dan lithium, dan bereksi dengan oksigen membentuk nitrit NO. Pada suhu menengah nitrogen bereaksi dengan hidrogen dengan bantuan katalis membentuk amoniak. Pada suhu di atas 1800oC, nitrogen, karbon, dan hidrogen bergabung dapat membentuk hidrogen sianida.

1. Nitrit

Senyawa nitrogen anorganik bersifat toksik terhadap organisme yang hidup di perairan. Nitrat, nitrit dan amonia merupakan derivat senyawa nitrogen anorganik yang memiliki daya racun masing-masing senyawa berbeda, yaitu amonia dan nitrit bersifat sangat toksik walau dalam konsentrasi yang rendah, sedangkan nitrat akan bersifat toksik dalam konsentrasi tinggi. Toksisitas akut NH3 menyebabkan kematian sedang perlakuan kronis dapat menimbulkan kerusakan ginjal,


(33)

11

kapasitasi pembawa oksigen pada organisme makhluk hidup pada perairan (Das dkk., 2004). Sifat toksik dari senyawa nitrit adalah mampu mengoksidasi ion fero

(Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+) di dalam hemoglobin (Hb) dapat mengubah hemoglobin menjadi methaemoglobin (MetHb) di dalam darah (Jensen, 1995). Nitrogen di perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Pada umumnya nitrogen anorganik dalam keadaan aerobik terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu

sebagai NO3- dan dengan bilangan oksidasi keadaan anaerob, sebagai NH4+yang stabil. Dalam kondisi tanpa katalis biologi, ion nitrat hanya sedikit bereaksi dalam air. Kemampuan pertukaran ion dari bahan-bahan yang terjadi secara alamiah tidak mengikat ion dengan kuat.

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan

keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob (Effendi H, 2003).

Nitrit merupakan bentuk antara oksidasi amonia ke nitrat atau reduksi nitrat ke amonia. Nitrit dapat masuk ke perairan melalui air limbah industri. Nitrit di dalam tubuh dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk

methemoglobinemia. Sifat asam dari senyawa nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui berpotensi karsinogenik(Sutrisno dan Eni, 2002).


(34)

12

Pada reduksi nitrat oleh aktivitas mikroba di lakukan pada kondisi anerob, yang merupakan proses yang terjadi dan dapat menghasilkan gas amonia dan gas-gas lain misannya N2O, NO2, NO, dan N2. Proses denitrifikasi ditunjukan dalam persamaan reaksi:

NO3- N02- NH3 (gas) (nitrat) (nitrit)

N2O (gas) N2 (gas)

Pada proses denitrifikasi, gas N2 yang terlepas dari dalam air ke udara, ion nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman dalam perairan.

Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar terlarut rendah (Ida, 2009).

2. Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi H, 2003).

Senyawa nitrat merupakan nitrogen anorganik yang sangat larut dalam air dan bersifat stabil, senyawa nitrat merupakan sumber pencemaran pada perairan dan tanah yang dapat mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam perairan senyawa nitrat berupa ion nitrat (NO3-) dan sebagai indikator penting untuk


(35)

13

Nitrosomonas

Nitrobakter

2013). Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan yang merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan (fitoplankton dan alga) (Efendi, 2003).

Toksisitas nitrat secara tidak langsung terjadi di perairan karena membantu pertumbuhan alga secara berlebihan sehingga menimbulkan istilah “alga bloom” sehingga mengakibatkan kadar oksigen terlarut bisa berkurang (Hallberg, 1989). Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dengan bantuan bakteri nitrobakter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimia. Oksidasi nitrit menjadi amonia dan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditunjukan dalam persamaan berikut.

2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H+ + 2H2O

2NO2- + O2 2NO3

(Efendi, 2003)

Proses nitrifikasi sangat ditentukan oleh kondisi pH, suhu kandungan oksigen terlarut, kandungan bahan organik dan aktivitas bakteri lain di perairan (Novotny, 1994).

Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut yang dapat menimbulkan pengurangan populasi ikan, bau busuk, dan rasa tidak enak. Nitrat adalah ancaman bagi kesehatan manusia terutama untuk bayi, yang menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai methemmoglobinemia atau sindrom


(36)

14

bayi biru. Methemmoglobinemia menyebabkan warna kulit berubah menjadi biru, bayi yang terkena sindrom tersebut dalam tubuh nitrat akan dikonversikan

menjadi nitrit yang kemudian dengan hemoglobin akan mengurangi daya angkut oksigen oleh darah (Tresna, 2000).

D. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat pada panjang

gelombang (190-380) dan sinar tampak pada panjang gelombang (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995).

Dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis senyawa N-nitrogen dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantatif, hal ini karena, sampel akan

menyerap radiasi (pemancaran) elektomagnetis, dimana panjang gelombang dapat terlihat. Pada pengukuran absorbansi dan tranmitansi dalam spektroskopis dan dengan garis kalibrasi konsentrasi senyawa N-nitrogen dapat diketahui (Ida, 2009).


(37)

15

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun

pembanding (Khopkar, 1990).

Komponen penting dari spektrofometer terdiri dari sumber cahaya, monokromator, sel sampel, detektor dan read out (pembaca). Berikut

digambarkan komponen-komponen spektrofotometer ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Komponen-komponen spektrofotometer UV-Vis (Kristianingrum, 2014)


(38)

16

Fungsi masing-masing bagian spektrofotometer

1. Sumber cahaya berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Pada UV-Vis sumber cahaya menggunakan fotoiodida yang telah dilengkapi monokromator. 2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnanya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel. UV-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat sampel, kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini, disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (Vis). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

a. Kepekaan yang tinggi;


(39)

17

c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang; d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi;

e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor yang sering digunakan detektor foto (photo detector),

photocell, phototube, hantaran foto, dioda foto, dan detektor panas.

Read out (pembaca) merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor (Kristianingrum, 2014).


(40)

118

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain,

spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific, tipe Genesys 10V), neraca analitik, penangas air, spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica;

labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL, pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan 50 mL, pipet ukur 5 mL, gelas piala 200 mL dan 400 mL,

erlenmeyer 250 mL, dan peralatan gelas lainnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah: Air suling bebas nitrit, glass wool, kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 μm, larutan sulfanilamida (H2NC6H4SO2NH2), larutan NED

Dihidroklorida, larutan induk nitrit 250 mg/L NO2-N, Asam sulfat, kertas pH, larutan buffer (pH 4, 7 dan 10), air suling, akuabides, KNO3 pa dan, brucin sulfat.


(41)

19

C. Sampling

1. Penentuan Lokasi Sampling

Penentuan lokasi dilakukan pada 8 titik di sekitar teluk Lampung, di antaranya didaerah tempat pelelangan ikan (TPI Ujung Bom Teluk Betung Selatan dan Lempasing), pelabuhan ( pertamina), pemukiman penduduk, muara sungai (muara sungai Way Lunik dan muara sungai way kuripan), serta daerah wisata yang jauh dari industri (sekitaran pulau pahawang). Gambar lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi sampling (a) tempat pelelangan ikan, pelabuhan, pemukiman, serta muara sungai, (b) tempat wisata

2. Persiapan Sampling

Persiapan sampling dilakukan dengan menyiapkan beberapa alat dan bahan yang di persiapkan untuk pengukuran kualitas air secara in situ dan pengambilan sampel air.


(42)

20

3. Pengambilan Contoh Air

Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama Vandorn.

Gambar 3. Vandorn

4. Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengamati keadaan di sekitar loasi titik pengambilan contoh air di antaranya keadaan cuaca, kedalaman, warna, bau, dan kecepatan alir.

5. Temperatur

Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian termometer elektronik di masukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.


(43)

21

6. Disolve Oxygen (DO)

Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian DO Meter Portable di masukkan dalam contoh air dam mencatat hasil yang terbaca pada alat.

7. pH (Keasaman)

Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian pH Meter portable di masukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.

D. Persiapan Bahan

1. Contoh Uji

Air suling disaring dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm, tampung hasil saringan. Larutan ini digunakan sebagai blanko penyaringan. Saring contoh uji dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm. Masukkan contoh uji ke dalam botol gelas berwarna gelap bebas dari kontaminasi nitrit.

2. Larutan Sulfanilamida, H2NC6H4SO2NH2.

Dilarutkan 5 gram sulfanilamida dalam campuran 300 mL air suling dan 50 mL HCl pekat, kemudian diencerkan dengan air suling sampai 500 mL.


(44)

22

3. Larutan NED Dihidroklorida.

Dilarutkan 500 mg N-(1-naphthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED Dihidroklorida) dalam 500 mL air suling. Lalu disimpan dalam botol gelap dalam

refrigerator. Ganti setiap bulan atau bila berwarna coklat.

E. Penentuan Kadar Nitrit

1. Larutan Induk Nitrit, 250 mg/L NO 2-N.

dilarutkan 1,232 gram NaNO2 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 mL, kemudian diawetkan dengan 1 mL CHCl3.

2. Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit, 50 mg/L NO2-N

Pembuata larutan intermediet nitrit dilakukan dengan mengencerkan larutan induk nitrit sebanyak 50 ml kedalam 200 ml aquades

3. Pembuatan Larutan Baku Nitrit, 0,50 mg/L NO2-N

Diencerkan 10 mL larutan intermedia dengan air suling sampai volume 1000 mL, persiapkan setiap hari atau setiap akan digunakan.

4. Pembuatan Larutan Kerja Nitrit, NO2-N

Pipet 0,0 ml, 1,0 ml, 2,0 ml, 5,0 ml, 10,0 ml, 15,0 mL dan 20,0 ml larutan baku nitrit (0,5 mg/L ) masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan air


(45)

23

suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit, NO2-N 0,00 mg/L, 0,01 mg/L, 0,02 mg/L, 0,05 mg/L, 0,10 mg/L, 0,15 mg/L dan 0,20 mg/L.

5. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi di buat dengan optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat. Kemudian ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja tambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, lalu kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit. Setelah itu ditambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm dan kurva lakibrasi pun dapat dibuat.

6. Pengukuran Sampel

Pengukuran kadar nitrit pada sampel dilakukan dengan pipet 50 mL sampel, masukkan kedalam gelas piala 200 mL. Ditambahkan 1 mL larutan

sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit. Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.


(46)

24

F. Penentuan kadar Nitrat

1. Pembuatan Air Bebas Nitrat

Disediakan air bebas Nitrat dan nitrit untuk di gunakan dalam preparasi semua reagen dan sebagai larutan standar.

2. Pembuatan NaCl 30%

Dilarutkan 30 gram NaCl dalam 100 ml air bebas nitrit dan nitrat (Aquades).

3. Pembuatan Larutan Brusin Sulfat

Dilarutkan 1 g Brusin sulfat [(C22H26N2O4)2·H2SO4·7H2O] dan 0,1 g asam sulfanilik (NH2C6H4SO3H·H2O) dalam 70 ml Aquades hangat, lalu tambahkan 3 ml HCl, dinginkan, di aduk dan di encerkan sampai volume 100 ml dengan aquades bebas nitrit dan nitrat, kemudian disimpan dalam botol gelap pada suhu 5°C.

4. Pembuatan Larutan Stok KNO3 100 mg/L

Pembuatan larutan stok KNO3 dilakukan dengan melarutkan 0,7218 g KNO3 anhidrat hingga batas tera pada labu ukur 1 L serta ditambahkan 2 ml larutan kloroform untuk mengawetkan larutan.

5. Pembuatan Larutan Standar KNO3 NO3-N 1 mg/L

Pembuatan Larutan Standar KNO3 NO3-N 1 mg/L dilakukan dengan melarutkan 10 ml larutan stok KNO3 dengan Aquades sampai volume 1 L


(47)

25

6. Pengujian Sampel

Pengujian kadar nitrat dilakukan dengan diambil 10 ml sampel air lalu di masukkan dalam labu Erlenmayer 50 ml, kemudian di tambahkan 10 ml larutan NaCl 30 % dan ditambahkan larutan Brusin Sulfat sebanyak 0,5 ml, diaduk hingga homogen, setelah itu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml, diaduk dan dihomogenkan serta biarkan hingga dingin, kemudian diukur larutan dengan alat SpektrofotometerUV-Vis pada panjang gelombang 410 nm.


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi senyawa nitrit pada daerah Ujung Bom Teluk Betung Selatan di permukaan (B1P dan B2P), di kedalam ( B1K dan B2K), muara sungai Way Lunik (C), pelabuhan (D), pemukiman penduduk (E), pulau Pasaran muara sungai Way Kuripan (F), pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H) serta objek wisata Pulau Pahawang (I) yaitu berturut- turut sebesar 0,0037 ppm, 0,0043 ppm, 0,0025ppm, 0,0043 ppm, 0,0026 ppm, 0,0059 ppm, 0,0034 ppm, 0,0040 ppm, 0,0031 ppm, 0,0009 ppm, 0,0008 ppm.

2. Kadar tertinggi senyawa nitrit terdapat pada titik D yang mana merupakan kawasan pelabuhan sedangkan kadar senyawa nitrit terendah terdapat pada titik I yang merupakan kawasan objek wisata. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh aktifitas manusia seperti aktifitas rumah tangga dan industry, dapat mempengaruhi kadar senyawa nitrat yang terkandung pada air di sekitar perairan.

3. Konsentrasi senyawa nitrat pada daerah Ujung Bom Teluk Betung selatan (B), muara sungai Way Lunik (C), pelabuhan (D), Pemukiman Penduduk (E), yaitu berturut- turut sebesar 0,0003 ppm, 0,058 ppm, 0,083 ppm, 0,008 ppm.


(49)

48

Sedangkan untuk kawasan pulau Pasaran muara Sungai Way Kuripan (F), pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H) serta objek wisata Pulau Pahawang (I) menunjukkan hasil nihil.

4. Kadar tertinggi yang terukur ada pada titik D yaitu pada kawasan pelabuhan, sedangkan kadar senyawa nitrat terendah yang terukur ada pada titik B yaitu pada kawasan pelelangan ikan Ujung Bom Teluk Betung Selatan. Hal ini memungkinkan karena pada titik D air lautnya berwarna Hijau keruh serta berbau amis yang secara fisik menunjukkan adanya kadar senyawa nitrat yang tinggi

5. Kadar senyawa nitrat yang tidak terukur terdapat pada titik F, G, H, I. hal ini di mungkinkan karna rendahnya kandungan senyawa nitrat pada ke empat titik ini, sehinga kadar senyawa nitrat tidak terbaca absorbansinya oleh spektrofotometer UV-Vis.

6. Hasil pengukuran senyawa nitrit dan nitrat menunjukan adanya hasil yang tidak jauh berbeda yang dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa nitrit dan senyawa nitrat berbanding lurus, bila kadar senyawa nitrit pada perairan di suatu kawasan tinggi, maka kadar senyawa nitratnya pun tinggi, begitu pula sebaliknya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengukuran kadar senyawa nitrit dan nitrat pada sekitaran bulan November-Februari atau pada saat musim hujan, agar mendapatkan data pembanding perbedaan kadar senyawa nitrit dan nitrat pada saat musim hujan dan kemarau.


(50)

49

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta. hlm. 15-16.

Alaerst G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Anwar, J, 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Press. Yogyakarta.

Asdak,1995.Hidrologi dan Pengelolaan DAS . Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.

Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. IPB. Bogor

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Cholik. dkk, 1991.Pengelolaan Air Kolam. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Laut Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta.

Ermer, J. 2005. Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. Dalam: Ermer, J., dan Miler. J.H.McB., Editors. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA. Hal: 3-5.

Hallberg, G.R. 1989. Nitrate in groundwater in the United States. IN: Nitrogen management and Groundwater Protection. Elsevier. Amsterdam, pp. 35-74

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember 2004.


(51)

50

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill. New York Ida, Y.HRP. 2009. Penentuan Kadar Nitrit Pada Beberapa Air Sungai di Kota

Medan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri (Visible). Universitas Sumatra Utara. Medan.

Jensen, F.B. 1992. Influence of haemoglobin Conformation, Nitrite and Eicosanoidson K+ Transport Across the Carp Red Blood Cell Membrane. Journal of Experimental Biology, 171, 349–371.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia press, hal 215 -216. Jakarta.

Kristianingrum, Susila. 2014. Spektroskopi Ultra Violet dan Sinar Tampak. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Lagler, 1997. Ichtiologi. The Study Of Fishery . John and Sons. Ins. New York. Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.

Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Michalski, R.,dkk. 2006. Determination of Nitrogen Species (Nitrate, Nitrite and Ammonia Ions) in Environmental Samples by Ion chromatography. Polish Journal of Environmental Studies Volume 15, No. 1 , 5-18 h.

Midlen, A., dan T. Redding. 2000. Environmental Management For Aquaculture. Kluwer Academic. Boston. 223.

Mulja, M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.

Mutakin, Awan dan Gunaan Kp. 2010. Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika . Buana Nusa. Bandung.

Novotny, V., dan H. Olem. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 h.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan 1. Jakarta. Universitas Trisakti. hlm. 4-5.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.


(52)

51

Sutrisno T, Eni Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta.

Thompson B. 2004. Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. Institute of Environmental Science & Research Limited. Christchurch Science Centre. New Zealand.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta.

Wardoyo, S. 1981.Pengelolaan Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB. Bogor Wijayanti, H. M. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar

Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wiryawan B., B. Marsjen, H. Adi Susanto, A. K. Mahi, M Ahmad, dan H. Poepitasari. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Bandar Lampung: Pemda Tk I Lampung- CRMP Lampung.


(1)

25

6. Pengujian Sampel

Pengujian kadar nitrat dilakukan dengan diambil 10 ml sampel air lalu di masukkan dalam labu Erlenmayer 50 ml, kemudian di tambahkan 10 ml larutan NaCl 30 % dan ditambahkan larutan Brusin Sulfat sebanyak 0,5 ml, diaduk hingga homogen, setelah itu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml, diaduk dan dihomogenkan serta biarkan hingga dingin, kemudian diukur larutan dengan alat SpektrofotometerUV-Vis pada panjang gelombang 410 nm.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi senyawa nitrit pada daerah Ujung Bom Teluk Betung Selatan di permukaan (B1P dan B2P), di kedalam ( B1K dan B2K), muara sungai Way Lunik (C), pelabuhan (D), pemukiman penduduk (E), pulau Pasaran muara sungai Way Kuripan (F), pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H) serta objek wisata Pulau Pahawang (I) yaitu berturut- turut sebesar 0,0037 ppm, 0,0043 ppm, 0,0025ppm, 0,0043 ppm, 0,0026 ppm, 0,0059 ppm, 0,0034 ppm, 0,0040 ppm, 0,0031 ppm, 0,0009 ppm, 0,0008 ppm.

2. Kadar tertinggi senyawa nitrit terdapat pada titik D yang mana merupakan kawasan pelabuhan sedangkan kadar senyawa nitrit terendah terdapat pada titik I yang merupakan kawasan objek wisata. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh aktifitas manusia seperti aktifitas rumah tangga dan industry, dapat mempengaruhi kadar senyawa nitrat yang terkandung pada air di sekitar perairan.

3. Konsentrasi senyawa nitrat pada daerah Ujung Bom Teluk Betung selatan (B), muara sungai Way Lunik (C), pelabuhan (D), Pemukiman Penduduk (E), yaitu berturut- turut sebesar 0,0003 ppm, 0,058 ppm, 0,083 ppm, 0,008 ppm.


(3)

48

Sedangkan untuk kawasan pulau Pasaran muara Sungai Way Kuripan (F), pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H) serta objek wisata Pulau Pahawang (I) menunjukkan hasil nihil.

4. Kadar tertinggi yang terukur ada pada titik D yaitu pada kawasan pelabuhan, sedangkan kadar senyawa nitrat terendah yang terukur ada pada titik B yaitu pada kawasan pelelangan ikan Ujung Bom Teluk Betung Selatan. Hal ini memungkinkan karena pada titik D air lautnya berwarna Hijau keruh serta berbau amis yang secara fisik menunjukkan adanya kadar senyawa nitrat yang tinggi

5. Kadar senyawa nitrat yang tidak terukur terdapat pada titik F, G, H, I. hal ini di mungkinkan karna rendahnya kandungan senyawa nitrat pada ke empat titik ini, sehinga kadar senyawa nitrat tidak terbaca absorbansinya oleh spektrofotometer UV-Vis.

6. Hasil pengukuran senyawa nitrit dan nitrat menunjukan adanya hasil yang tidak jauh berbeda yang dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa nitrit dan senyawa nitrat berbanding lurus, bila kadar senyawa nitrit pada perairan di suatu kawasan tinggi, maka kadar senyawa nitratnya pun tinggi, begitu pula sebaliknya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengukuran kadar senyawa nitrit dan nitrat pada sekitaran bulan November-Februari atau pada saat musim hujan, agar mendapatkan data pembanding perbedaan kadar senyawa nitrit dan nitrat pada saat musim hujan dan kemarau.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta. hlm. 15-16.

Alaerst G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Anwar, J, 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Press. Yogyakarta.

Asdak,1995.Hidrologi dan Pengelolaan DAS . Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.

Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. IPB. Bogor

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Cholik. dkk, 1991.Pengelolaan Air Kolam. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Laut Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta.

Ermer, J. 2005. Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. Dalam: Ermer, J., dan Miler. J.H.McB., Editors. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA. Hal: 3-5.

Hallberg, G.R. 1989. Nitrate in groundwater in the United States. IN: Nitrogen management and Groundwater Protection. Elsevier. Amsterdam, pp. 35-74 Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember 2004.


(5)

50

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill. New York Ida, Y.HRP. 2009. Penentuan Kadar Nitrit Pada Beberapa Air Sungai di Kota

Medan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri (Visible). Universitas Sumatra Utara. Medan.

Jensen, F.B. 1992. Influence of haemoglobin Conformation, Nitrite and Eicosanoidson K+ Transport Across the Carp Red Blood Cell Membrane. Journal of Experimental Biology, 171, 349–371.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia press, hal 215 -216. Jakarta.

Kristianingrum, Susila. 2014. Spektroskopi Ultra Violet dan Sinar Tampak. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Lagler, 1997. Ichtiologi. The Study Of Fishery . John and Sons. Ins. New York. Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.

Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Michalski, R.,dkk. 2006. Determination of Nitrogen Species (Nitrate, Nitrite and Ammonia Ions) in Environmental Samples by Ion chromatography. Polish Journal of Environmental Studies Volume 15, No. 1 , 5-18 h.

Midlen, A., dan T. Redding. 2000. Environmental Management For Aquaculture. Kluwer Academic. Boston. 223.

Mulja, M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.

Mutakin, Awan dan Gunaan Kp. 2010. Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika . Buana Nusa. Bandung.

Novotny, V., dan H. Olem. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 h.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan 1. Jakarta. Universitas Trisakti. hlm. 4-5.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.


(6)

Sutrisno T, Eni Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta.

Thompson B. 2004. Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. Institute of Environmental Science & Research Limited. Christchurch Science Centre. New Zealand.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta.

Wardoyo, S. 1981.Pengelolaan Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB. Bogor Wijayanti, H. M. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar

Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wiryawan B., B. Marsjen, H. Adi Susanto, A. K. Mahi, M Ahmad, dan H. Poepitasari. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Bandar Lampung: Pemda Tk I Lampung- CRMP Lampung.