Materi Muatan Peraturan Desa
41
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. Tugas pembantu dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintahan KabupatenKota; dan
d. Uraian pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
37
Apabila dicermati Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, secara eksplisit dalam ketentuan ini disebutkan beberapa aspek yang harus diatur
dengan Peraturan Desa, diantaranya pembentukan Dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, susunan organisasi dan tata kerja
pemerintahan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMD.
Demikian juga halnya dengan urusan Desa yang didasarkan pada penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan
pengaturannya kepada Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan
KabupatenKota Kepada Desa. Yang mencakup 31 urusan pemerintahan kabupatenkota dengan berbagai
rinciannya, yang dapat diklasifikasi untuk diatur dengan Peraturan Desa, mulai dari Bidang Pertanian dan diklasifikasi untuk diatur dengan Peraturan Desa, mulai dari
37
Perhatikan Pasal 206 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemeintahan Daerah. Penyusunan Peraturan Desa.
42
Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan, Bidang pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral, Bidang Kehutanan dan Perkebunan sampai dengan Bidang
Arsip dan Perpustakaan, yang dalam berbagai rinciannya tidak tertutup kemungkinan pengaturannya melalui Peraturan Desa, seperti pengaturan pemanfaatan air pada
tingkat usaha tani, pengelolaan dan pemberian izin pertambangan bahan galian golongan c dibawah satu hektar tanpa memakai alat berat kepada penduduk desa yang
bersangkutan, pengelolaan hutan desa, pengelolaan lalu lintas ternak yang ada di desa, pengadaan dan pengelolaan Taman Bacaan dan Perpustakaan Desa dan
sebagainya, yang tentunya diserahkan oleh pemerintahan kabupatenkota setelah melalui pengkajian dan evaluasi penyerahan urusan dimaksud.
Berdasarkan realitas tersebut, maka pada dasarnya cakupan Peraturan Desa yang akan dibentuk cukup luas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut baik melalui Peraturan Kepala Desa dan atau Keputusan Kepala Desa, sehingga
akan memungkinkan Desa dapat mewujudkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan otonomi Desa.
C. Hambatan-hambatan Dalam Pembuatan Peraturan Desa PERDES di Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo.
Sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Mbetung, Kec.Djuhar. Kabupaten Karo, pada Tanggal 13 Mei-18 Mei 2013, Penulis
43
memperoleh Data tentang bagaimana Proses Pembuatan hingga penetapan suatu Peraturan Desa Perdes di Desa Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo.
Desa Mbetung yang berdiri pada Tahun 1880 dengan luas + 410 ha, dan luas hutannya + 140 ha, dan di huni + 161 Kepala Keluarga. Ternyata memiliki retribusi
pajak Desa sebesar + Rp. 3 Jt pertahunnya, tetapi pembangunan infra struktur di Desa tersebut masih sangat minim.
Di desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo hanya memiliki 8 delapan Peraturan Desa Perdes, dua diantaranya adalah Perdes yang masih bertahan dan
berlaku dari zaman dulu dan masih dijalankan oleh masyarakatpenduduk desa sampai sekarang.
Ke 8 Peraturan Desa Perdes tersebut adalah: 1. Gantang Tumba Peradatan Erdemu Bayu Desa Mbetung atau lebih dikenal
dengan sebutan Mas Kawin. 2. Sistem Gotong Royong
3. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2008 4. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2009
5. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2010 6. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2011
7. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2012 8. ADD Alokasi Dana Desa tahun 2013
44
Dari Perdes yang tertera tersebut, dapat kita ketahui bahwa sistem Pemerintahan Desa Mbetung masih sangat lemah, terbukti dari 6 Perdes yang sama
dimulai dari Tahun 2008-2013, dan semua hanya mengatur tentang alokasi Dana Desa ADD.
Padahal sesuai dengan Data yang diperoleh penulis dari wawancara langsung dengan Kepala Desa Kades dan Sekretaris Desa Sekdes bahwa proses
pembentukan hingga penetapan Perdes Peraturan Desa di Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo harus melalui langkah-langkah berikut.
1. Melakukan musyawarah yang di laksanakan di Balai Desa Loss , begitu penduduk menyebutnya yang dihadiri oleh, ketua adat, Penduduk Desa, Kepala
Desa Kades , dan BPD Badan Permusyawaratan Desa, termasuk juga Sekretaris Desa.
2. Yang membuat peraturan adalah : BPD Badan Permusyawaratan Desa di rancang oleh Kepala Desa kades dan Sekdes Sekretaris Desa dan disahkan
bersama tetapi belum menjadi UU. Setelah itu, Peraturan Desa Perdes yang dimusyawarahkan tersebut dibawa
oleh Kepala Desa Kades ke kecamatan untuk diserahkan kepada Camat dan Camat akan menyerahkan rancangan Perdes tersebut kebagian hukum di tingkat Kabupaten
untuk diundangkan agar sah menjadi peraturan Desa Perdes. Setelah disahkan dibagian hukum ditingkat Kabupaten, PerDes tersebut
dibawa kembali oleh Camat dan menyerahkannya kepada Kades Kepala Desa untuk
45
disahkan bersama-sama menjadi PerDes dan dijalankan oleh Pemerintahan Desa beserta penduduk Desa dalam kehidupan sehari-hari karena telah menjadi Undang-
undang dan sifatnya mengikat.
Gambar 1. Proses Pelaksanaan dan Pengawasan Dalam Menjalankan PerDes di Desa Mbetung.
38
Pada tahun 2014, Kades dan BPD termasuk SekDes akan mengajukan rancangan Peraturan Desa sesuai dengan hasil musyawarah dengan penduduk desa
kepada bagian Hukum di tingkat Kabupaten untuk disahkan seperti:
39
- Pengesahan Jalan Pertanian
- Pengesahan Jalan Kuburan
- Pembuatan Parit Limbah Desa
- Pembuatan Pagar Batas Desa
38
Hasil wawancara langsung dengan Bpk. Firdaus Tarigan selaku KaDes dan Bpk. Raslan Pinem selaku SekDes
39
Hasil Wawancara langsung dengan Bpk. Mawan Tarigan Selaku Ketua BPD Desa Mbetung pada tanggal 15 Mei 2013.
Merancang
Kades
BPD
Badan Permusyawaratan Desa
Menjalankan Keputusan bersama
Bersama Keputusan
Mengawasi
46
Dalam Proses pembuatan Peraturan Desa di desa Mbetung, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat, diantaranya adalah:
40
1. Faktor Kekeluargaan
Karena masih eratnya hubungan kekeluargaan sehingga dalam pembuatan Pengesahan Perdes, Kades dan BPD, kesulitan untuk mensahkan pendapatseseorang
karena, jika pendapat orang tersebut disahkan oleh Kades dan BPD, maka ada orang yang sakit hati karena pendapatnya di tolak, Padahal pendapat orang yang ditolak itu
masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Kades Kepala Desa. 2.
Faktor Tingkat Pendidikan yang masih rendah Ilmu Pengetahuan yang minim Mayoritas Penduduk di Desa Mbetung, Kec. Djuhar Kab. Karo masih
berpendidikan rendah, di Zaman modern seperti saat ini saja kebanyakan pemuda- pemudi Desa hanya mengecap pendidikan sampai tingkat SMA. Sangat jarang sekali
yang melanjut ke perguruan tinggi. Dengan keadaan yang seperti ini, ketika mereka di hadapkan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan pasti akan terjadi Pro dan kontra antara sesama mereka, sehingga timbul rasa ketidak percayaan antara satu sama lain
penduduk desa. Begitu juga dengan musyawarah pembuatan peraturan desa. 3.
Faktor menyatukan Paham Pola Pikir
40
Hasil Wawancara langsung dengan Kades dan BPD Desa Mbetung pada tanggal 16 Mei 2013.
47
Dalam hal menyatukan paham Pola Pikir juga sering menjadi faktor penghambat dalam pembuatan Perdes, karena masing-masing peserta musyawarah
ingin pendapatnya dijadikan prioritas utama yang akan dicantumkan dalam pembuatan peraturan desa.
Sehingga kembali dapat terjadi pro dan kontra antara sesama peserta musyawarah. Biasanya jika sudah terjadi adu mulut antara sesama peserta
musyawarah, Kades dan BPD termasuk Sekdes secara langsung menunda musyawarah dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Solusi yang diambil jika terjadi pro dan kontra dalam musyawarah pembuatan Peraturan Desa, Kades dan BPD termasuk SekDes akan melakukan voting suara
terbanyak untuk menentukan Peraturan Desa. Dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa, Kades beserta fungsionalis
Desa memegang teguh PP No.72 Tahun 2005, untuk menjadi landasan kewenangan dalam menjalankan Roda Pemerintahan Desa.
41
Pemerintah Desa juga membuat Program Kerja yang bernama : Tipoksi Tugas Pokok dan Fungsi seperti :
- Menjalankan roda pemerintahan
- Melayani masyarakat
- Mendengarkan menerima mempertimbangkan masukan keluhan dari
masyarakat desa.
41
Sumber : Hasil Wawancara langsung dengan Bpk Firdaus Tarigan selaku Kades Desa Mbetung Kec. Djuhar, Kabupaten Karo, pada tanggal 17 Mei 2013.
48
Dengan memperhatikan hambatan-hambatan tersebut, perlu adanya solusi upaya untuk mengatasinya.
1. Faktor Kekeluargaan Untuk mengatasi hambatan ini perlu dilakukannya upaya pendekatan antar
sesama penduduk Desa Mbetung Kec.Djuhar Kabupaten Karo melalui jalurkekeluargaan.Sebagaimana yang kita ketahui, suku Karo adalah Suku
yangmempunyai berbagai macam marga dan tutur adat istiadat. Dikatakan tutur adat istiadat, berarti suku karo memiliki tingkatan-
tingkatan dalan hubungan kekeluargaan antara satu orang dengan yang lainnya. Tingkatan itu seperti:
- Kalimbubu sebagai tingkat pertama - Sembuyak sebagai tingkat kedua
- Anak Beru sebagai tingkat ketiga Kemudian, tingkatan-tingkatan ini yang diharapkan menjadi solusi ketika
faktor kekeluargaan menjadi penghambat dalam musyawarah terutama dalam pengambilan keputusan.
Dengan tujuan untuk menghindari rasa sakit hati antara sesama peserta musyawarah yang masing-masing memiliki hubungan keluarga
2. Faktor tingkat pendidikan yang masih rendah Ilmu Pengetahuan yang minim Untuk menyelesaikan hambatan ini, peranan keluarga dan Pemerintah Desa
mutlak diperlukan karena, harus adanya program-program atau kegiatan kerja
49
yang mampu menimbulkan rasa kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk kesejahteraan bersama dan untuk kemajuan Desa.
Rasa kesadaran akan pentingnya pendidikan inilah yang harus diajarkan dan ditanamkan kepada setiap Pemuda-Pemudi yang menjadi penerus di Desa
Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo untuk merubah nasib demi kemajuan Desa.
3. Faktor menyatukan Paham Pola Pikir Solusi untuk menyelesaikan hambatan ini sedikit lebih rumit dari dua faktor
penghambat lainnya. Di Desa Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo, ada dua pihak yang selalu pro
dan kontrak jika melakukan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Yang Pertama: Kaum Tua yang masih menganut paham zaman dahulutempo
dulu. Yang Kedua: Kaum Muda yang sudah menganut Paham Modern.
Kaum Tua, dalam mengambil keputusan selalu mengutamakan atau mengingat nasehat-nasehat dari orang-orang tua zaman dahulu yang sudah tiada
berbeda dengan Kaum Muda yang lebih mengutamakan pola pikir yang mengikuti perkembangan Zaman.
Pro dan Kontra dari kedua pihak ini terlihat jelas ketika Pemerintah Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo melakukan Musyawarah dalam pembuatan
50
rancangan Perdes untuk tahun 2014 tentang pengesahan Jalan Pertanian dan Pengesahan jalan kuburan.
Kaum Tua lebih memilih untuk tidak membuat peraturan tentang pengesahan kedua jalan tersebut, jikapun dibuat jalan tersebut tidak usah diaspal tetapi tetap
tanah biasa karena dapat menimbulkan perbedaan antara Desa Mbetung yang terdahulu dengan yang sekarang, sedangkan Kaum Muda lebih memilih jalan tersebut
diaspal dengan tujuan untuk mempermudah melakukan kegiatan pertanian dan sebagainya.
Dalam hal ini, keputusan mutlak ada ditangan Tetua Adat Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo yang akan melakukan pertimbangan bersama-sama
dengan Kades dan BPD Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo untuk mengambil keputusan.
51