Analisis Dampak Pengembalian Modal, Utang Luar Negeri, dan Current Account terhadap Nilai Tukar Rupiah Periode Q1:2005-Q4:2014
ANALYSIS OF IMPACT RETURNS OF CAPITAL, FOREIGN DEBT, AND CURRENT ACCOUNT OF RUPIAH EXCHANGE RATE
(PERIOD 2005:Q1-2014:Q4)
By Iin Noviyanti
This study aimed to analyze the factors that influence rupiah exchange rate with independent variabels stock price index, BI Rate,government’s foreign debt, private foreign debt, and current account. This study uses time series data period 2005:Q1-2014:Q4. Analysis tools used are multiple regression tool Ordinary Least Square (OLS). The result of this study indicate that the variable returns of capital take a negative and significant effect, variable BI Rate take a negative and significant effect, variablegovernment’s foreign debttake a positive and
significant effect, variable private foreign debt take positive effect but not
significant, and variable current account take negative effect but not significant on the rupiah exchange rate.
Key words:rupiah exchange rate, stock price index, BI Rate, government’s foregn debt, private foreign debt, and current account.
(2)
NILAI TUKAR RUPIAH
PERIODE 2005:Q1
–
2014:Q4
Oleh Iin Noviyanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
(4)
(5)
Gambar Halaman 1. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD periode
2005:Q1–2014:Q4...2
2. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan periode 2005:Q1–2014:Q4 ...4
3. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan BI rate periode 2005:Q1–2014:Q4...6
4. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah, Utang Luar Negeri Pemerintah, dan Utang Luar Negeri Swasta periode 2005:Q1– 2014:Q4...8
5. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan Current Account periode 2005:Q1–2014:Q4...10
6. Kerangka Pemikiran Teoritis ...14
7. Keseimbangan dalam Pasar Valuta Asing ...19
(6)
Lampiran Halaman 1. Data Nilai Tukar, Indeks Harga Saham Gabungan, BI rate, Utang
Luar Negeri Pemerintah, Utang Luar Negeri Swasta, dan Current
AcountPeriode 2005:Q1–2014:Q4 ... L1 2. Hasil UjiStasionary (Unit Root Test)... L2 3. Hasil Uji Kointegrasi... L3 4. Hasil Regresi OLS ... L4 5. Hasil Uji Asumsi Klasik ... L5 6. Titik Persentase Distribusi Chi-Square untuk d.f. = 1–40 ... L6 7. Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05 ... L7 8. Titik Persentase Distribusi t(df=1-40)... L8
(7)
Halaman
COVER ... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ...v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Kerangka Pemikiran ... 14
F. Hipotesis ... 15
G. Sistematika Penulisan ... 16
II. KAJIAN PUSTAKA ...17
A.Landasan Teori... 17
1. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing ... 17
2. Nilai Tukar Rupiah... 20
3. Indeks Harga Saham Gabungan ... 30
4. Suku Bunga Bank Indonesia ... 32
5. Utang Luar Negeri... 33
6.Current Account... 34
(8)
III. METODE PENELITIAN...42
A. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional... 42
B. Jenis dan Sumber Data ... 44
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Alat Analisis... 45
1. UjiStasionary(Unit Root Test)...45
2. Uji Kointegrasi ...46
3. UjiOrdinary Last Square(OLS)...47
4. Pengujian Asumsi Klasik ...48
5. Uji Hipotesis...51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...54
A. Hasil UjiStasionaryData...54
B. Hasil Uji Kointegrasi ...55
C. Hasil Perhitungan Regresi (OLS) ...56
D. Hasil Uji Asumsi Klasik ...58
1. Hasil Uji Normalitas ...58
2. Hasil Uji Multikolinearitas ...59
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas...60
4. Hasil Uji Autokorelasi ...61
E. Hasil Uji Hipotesis...62
1. Hasil Uji F ...62
2. Hasil Uji t...63
F. Penafsiran Koefisien Determinasi...65
G. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian...65
V. PENUTUP A. Simpulan...72
B. Saran ...73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu tentang Nilai Tukar ...40
2. Hasil Uji Unit Root dengan Augmented Dickey-Fuller pada Level periode 2005:Q1-2014:Q4... 54
3. Hasil Uji Unit Root dengan Augmented Dickey-Fuller pada First Differenceperiode 2005:Q1-2014:Q4 ... 55
4. Hasil Uji Kointegrasi... 56
5. Hasil perhitungan regresi berganda (OLS) ... 57
6. Hasil Uji Normalitas ... 59
7. Hasil Uji Multikolinearitas... 59
8. Hasil Uji HeteroskedastisitasCross Term... 60
9. Hasil Uji HeteroskedastisitasNo Cross Term... 60
10. Hasil Uji Autokorelasi ... 61
11. Hasil Uji F dengan tingkat kepercayaan 95% dan n=40 ... 62
(10)
“Jika sore tiba janganlah tunggu waktu pagi, jika pagi tiba, janganlah tunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu dan
manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”
(Ibnu Umar Putra Umar Bin Khattab)
“Kesuksesan bukanlahsegalanya, kegagalan hanya proses semata, berbuat yang terbaik adalah yang terutama.”
(Iin Noviyanti)
“There are seven sins in the world: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science
without humanity, Worship without sacrifice and politics without principle”.
(11)
Dengan puji syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dan nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membawa
dari zaman kegelapan ke zaman yang terang berderang, kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada:
Ayah dan Ibuku tercinta Yansyah dan Yetty Fauzia yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang selalu memberikan semangat dan dukungan,
serta mendoakan keselamatan, kesehatan dan kesuksesanku.
Kedua kakaku Ali Nurdin dan Candra Gunawan yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa.
Dan
Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
(12)
Nama lengkap penulis adalah Iin Noviyanti, penulis dilahirkan pada tanggal 19 November 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Yansyah dan Yetty Fauzia.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan sekolah menengah atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tertulis. Pada tahun 2013/2014 penulis menjabat sebagai Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan (HIMEPA). Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL) ke Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Bandar Dalam, Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat.
(13)
Nama lengkap penulis adalah Iin Noviyanti, penulis dilahirkan pada tanggal 19 November 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Yansyah dan Yetty Fauzia.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan sekolah menengah atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tertulis. Pada tahun 2013/2014 penulis menjabat sebagai Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan (HIMEPA). Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL) ke Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Bandar Dalam, Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat.
(14)
A. Latar Belakang Masalah
Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat iniperkembangan sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan sebuah negara, dimana merupakan sesuatu yang paling kritis bagi mayoritas ekonomi pasar bebas di dunia. Perekonomian terbuka yaitu terjadinya
perdagangan internasional antar negara-negara di dunia. Adanya perbedaan mata uang yang digunakan baik di negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Krugman,2005). Pentingnya nilai tukar
sebagai salah satu indikator ekonomi menjadikan hal yang menarik untuk di bahas dan dilihat perubahan atau fluktuasinya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Transaksi ekspor, impor, dan aliran dana modal baik aliran modal masuk ataupun keluar dari satu negara ke negara lain akan melakukan pertukaran (jual beli) diantara satu mata uang dengan mata uang lainnya. Terkait masalah nilai tukar,
(15)
Indonesia mengalami perubahan sistem kurs pada bulan Agustus tahun 1997 dari sistem mengambang terkendali (managed floating exchange rate) menjadi sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate), hal ini memungkinkan Indonesia mengalami fluktuasi nilai tukar yang lebih besar. Penetapan sistem kurs mengambang bebas, mengindikasikan bahwa penetapan nilai tukar berdasarkan mekanisme pasar yaitu jumlah permintaan dan penawaran mata uang rupiah di pasar uang. Intervensi pemerintah (Bank Sentral) tidak dibenarkan, bank sentral hanya dapat mengendalikan nilai tukar melalui mekanisme pasar.
Gambar 1. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD periode 2005:Q1–2014:Q4
Sumber : Bank Indonesia, 2015
Pada Gambar 1. telah menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD dalam kurun waktu 2005 hingga 2014. Pergerakan nilai rupiah yang ditampilkan beberapa kali mengalami pergerakan yang ekstrim. Pada Q2 2005 nilai tukar rupiah 9,173 terhadap USD. Peristiwa melambungnya harga minyak dunia yang
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 5 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 4 Q3 2 0 1 4 R p /1 $ Nilai tukar
(16)
sempat menembus level US$70/barrel pada tahun 2005 memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah hingga 10,310 pada Q3 2005.Pergerakan Nilai tukar Rupiah merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Bank Indonesia berupaya menjaga pergerakan nilai tukar rupiah mengingat nilai tukar rupiah merupakan hal yang penting dalam perekonomian negara. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ini terlebih dahulu harus mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhinya. Banyak kajian yang telah dilakukan untuk dapat menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi serta mengukur
signifikansi pengaruh dari faktor-faktor tersebut.
Penelitian yang telah dilakukan oleh M.Noor Nugroho dkk (2012) mengatakan bahwa bahwa aliran modal baik aliran masuk maupun keluar berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dalam hal iniportfolio investmentpada umumnya ditempatkan pada SUN (obligasi pemerintah jangka panjang, sampai dengan 30 tahun), SPN (surat perbendaharaan negara berjangka pendek), SBI dan saham (Nugroho dkk, 2010). Penelitian yang lebih mendalam menunjukkan bahwa pengaruh aliran modal masuk yang ditempatkan pada outlet-outlet investasi tersebut memiliki pengaruh yang berbeda.
Menurut Mishkin Frederic S. (2008) nilai tukar dalam jangka pendek, keputusan untuk memegang aset domestik dan asing memainkan peran yang lebih besar
(17)
dalam menentukan kurs daripada yang dilakukan oleh permintaan ekspor dan impor. Untuk memahaminya, membandingkan perkiraan aset yang memberikan kemungkinan atas keuntungan modal (capital gain) sehingga aset mempunyai perkiraan tingkat pengembalian modal (Mishkin,2008)
IHSG atau indeks harga saham gabungan merupakan indikator kinerja bursa saham utamadi Indonesia, IHSG menggambarkan kondisi bursa saham pada bursa efek Indonesia (BEI). Saat IHSG naik maka harga saham di BEI sedang
meningkat, namun persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda dibandingkan dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham. Kenaikan atau penurunan IHSG sangat bergantung pada pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Pergerakan nilai IHSG akan menarik investor untuk
menginvestasikan dana mereka pada saham di BEI.
Gambar 2. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan periode 2005:Q1–2014:Q4
Sumber : Bank Indonesia, 2015
0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 5 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 4 Q3 2 0 1 4 R p /1 $
(18)
Pada gambar tersebut menunjukkan pergerakan dari nilai tukar rupiah dan IHSG dari awal tahun 2005 hingga akhir tahun 2014. Pergerakan nilai IHSG sangat berfluktuatif yang mengalami perubahan yang cukup besar dari tiap waktunya, berbeda dengan nilai tukar rupiah yang mengalami fluktuatif yang tidak terlalu ekstrim. Pada pergerakan IHSG tersebut pada tahun 2005 hingga tahun 2007 mampu mempertahankan nilai yang terus naik, namun pada tahun 2008 dunia mengalami krisis likuiditas, dimana terjadicredit freezeyang membuat
perusahaan–perusahaan kesulitan mempertahankan operasinya yang menyebabkan penurunan daya beli konsumen. Penurunan tersebut juga mempengaruhi turunnya IHSG hingga tahun 2009 dan terus naik hingga tahun 2010. Pada tahun 2011 hingga 2014 terjadi pergerakan fluktuatif untuk IHSG. Pergerakan nilai yang cukup ekstrem terjadi pada Q3 2012 dimana IHSG semula 4,263 namun menurun hingga 3,317 dan kembali meningkat menjadi 4,941 pada awal 2013. Menurut M.Noor dkk pada hasil penelitiannya mengatakan bahwa aliran modal asing yang diinvestasikan ke Indonesia salah satunya berupa saham akan mempengaruhi apresiasi nilai rupiah, aliran modal yang naik akan meningkatkan permintaan mata uang Indonesia yang berakibat apresiasi nilai tukar rupiah.
Faktor yang selanjutnya selain IHSG adalah BIRate. Sebagaimana yang
disebutkan dalamInflation Targeting Frameworkbahwa BIRatemerupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance) dari kebijakan
moneter Bank Indonesia. Menaikkan dan atau menurunkan BIRatemerupakan otoritas penuh BI sebagai pengambil kebijakan terkait moneter. Fungsi dari suku bunga yaitu menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara (Sukirno, 2006). Menaikkan BIRate,berupaya menarik investor
(19)
lebih memilih Indonesia sebagai tempat untuk berinvestasi karena dianggap lebih menjanjikan karena tingkat suku bunga yang tinggi.
Penyerapan dana dari luar negeri akibat meningkatnya suku bunga bank Indonesia ini akan meningkatkan permintaan rupiah dan penambahan devisa Indonesia. Kebijakan menaikkan tingkat suku bunga akan menyerap aliran modal untuk masuk ke Indonesia yang berakibat apresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain (Wibowo dkk, 2005).
Gambar 3. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan BIRateperiode 2005:Q1– 2014:Q4
Sumber : Bank Indonesia, 2015
Gambar 3. ini menunjukkan pergerakan nilai tukar rupiah dan BIRate.
Pergerakan BIRatepada awal tahun 2005 sebesar 8.25 hingga Q2 tahun 2005 sebesar 8.5 dan terus meningkat pada pertengahan tahun 2005 hingga 10.
Peningkatan BI Rateini terus terjadi hingga awal 2006. Dan peningkatan BIrate
0 2 4 6 8 10 12 14 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 5 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 4 Q3 2 0 1 4 % R p /1 $
(20)
yang cukup ekstrim terjadi di akhir tahun 2005 dari 10 hingga 12.75 hal ini karena respon Bank Indonesia terhadap kenaikan harga minyak dunia yang naik hingga 50%. Berbeda dengan tahun 2005, tahun 2006 suku bunga BI terus mengalami penurunan hingga akhir tahun. Hal ini karena semakin membaiknya
perekonomian Indonesia di banding tahun sebelumnya. Pergerakan BI Rate kembali naik pada tahun 2008 yang di pengaruhi oleh meningkatnya harga minyak karena krisis di Timur Tengah. BIRatekembali mengalami fluktuasi hingga tahun 2013 yang meningkat cukup besar dari Q2 2013 sebesar 6 menjadi 7.25 pada Q3 2013 bersamaan dengan kenaikan harga BBM, dan kenaikan harga barang lainnya karena libur sekolah dan hari raya idul fitri yang terjadi bersamaan, inflasi tersebut mengakibatkan BI menaikan BIRatelebih tinggi. BIRateterus diupayakan agar tetap stabil ataupun mengendalikan peningkatkan BIRatetidak terlalu ekstrim hingga akhir tahun 2014.
Faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah yang selanjutnya adalah utang luar negeri. Utang luar negeri diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa ataupun dalam bentuk devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang diterima dari pemberi pinjaman/hibah luar negeri (PPHLN) yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu (Nugroho dkk, 2012). Pada hasil penelitian yang dilakukan M. Noor Nugroho dkk pada tahun 2012 mengatakan dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi). Utang luar negeri dapat
memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo harus
(21)
segera dibayarkan, sehingga permintaan terhadap valuta asing akan naik. Meningkatnya permintaan valuta asing yang digunakan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah.
Utang luar negeri baik dari pihak pemerintah maupun swasta yang telah jatuh tempo harus segera dibayarkan akan mengurangi cadangan devisa yang dimiliki negara yang pada akhirnya akan mendpresiasi nilai tukar rupiah (Sugeng dkk, 2009)
Gambar 4. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah, Utang Luar Negeri Pemerintah dan Utang Luar Negeri Swasta periode 2005:Q1–2014:Q4
Sumber : Bank Indonesia, 2015
Gambar pergerakan nilai tukar rupiah, utang luar negeri pemerintah dan swasta yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar tersebut menunjukkan peningkatan ULNP dan ULNS dari tahun 2005 hingga 2014. Hanya di beberapa periode waktu saja yang mengalami penurunan. Seperti pada tahun 2005, utang luar negeri
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 5 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 4 Q3 2 0 1 4 R p /1 $ Ju ta U S D
(22)
pemerintah pada Q1 yang awalnya 80,241 juta USD turun menjadi 78,134 pada Q2 2005. Penurunan utang luar negeri pemerintah juga terjadi pada akhir 2010. Sedangkan pada utang luar negeri swasta penurunan terjadi pada akhir 2005 dari 51,065 menjadi 50,580.
Peningkatan pada utang luar negeri swasta meningkat dengan pesat, hal ini karena adanya kebebasan pihak swasta untuk berhutang di luar negeri. Pihak swasta mengambil keputusan untuk meminjam dana berupa utang luar negeri karena menganggap bahwa utang luar negeri lebih menguntungkan disaat suku bunga kredit di Indonesia yang lebih besar seperti saat ini. Seperti dapat dilihat sejak tahun 2011 utang luar negeri swasta terus meningkat dengan jumlah yang besar.
Current Accountmerupakan nilai total ekspor dan impor suatu negara. CA dapat bernilai defisit maupun surplus. Defisit CA dimana nilai total ekspor suatu negara lebih kecil dari nilai total impornya. Besarnya impor daripada ekspor yang terjadi di Indonesia mengartikan bahwa lebih besar dana yang dikeluarkan daripada dana yang masuk ke Indonesia dalam transaksi perdagangan. Saat defisit CA
menggambarkan adanya kelebihan penawaran mata uang domestik dan kelebihan permintaan mata uang asing, permintaan atas mata uang asing yang meningkat akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Aliran dana lain yang juga berpengaruh pada nilai tukar adalah aliran modal yang bersumber dari transaksi CA. Bahkan kinerja CA yang memburuk dan melewati thresholdtertentu dapat memberikan dampak yang berlipat terhadap depresiasi nilai tukar rupiah (Sugeng, 2009). DefisitCurrent Accountyang makin besar akan melemahkan nilai tukar rupiah. Defisit CA yang besar menggambarkan lemahnya
(23)
perdagangan Indonesia, defisit mengakibatkan pengurangan jumlah cadangan devisa yang dimiliki. Penurunan jumlah devisa yang dimiliki yang mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Gambar 5. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah danCurrent Accountperiode 2005:Q1–2014:Q4
Sumber : Bank Indonesia, 2015
Pada Gambar 5. menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah danCurrent Account dari Q1 2005 sampai Q4 2014. Pada awal tahun 2005 nilai dari CA Indonesia masih bernilai positif yaitu 259 juta USD pada Q1 tahun 2005 dan 423 juta USD pada Q2 2005, namun pada Q3 2005 menunjukkan nilai negatif yang besar hingga -1,196 juta USD. Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat itu
mengakibatkan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak merasakan dampak kenaikan harga tersebut. Kenaikan harga minyak dunia yang di impor dari luar negara Indonesia mengakibatkan nilai impor yang lebih besar dibandingkan nilai
-12,000 -10,000 -8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 5 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 4 Q3 2 0 1 4 Ju ta U S D R p /1 $
(24)
ekspor negara Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi yang bertujuan untuk mengurangi defisit berdampak pada periode selanjutnya. Pada akhir 2005 neraca berjalan Indonesia menjadi 821 juta USD. Nilai positif CA mampu dipertahankan hingga akhir tahun 2007. Memasuki tahun 2008 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan nilai CA pada Q1 hingga Q4 2008 bernilai negatif. Setelah krisis tahun 2008 nilai impor dan ekspor mulai dikendalikan hingga pada awal tahun 2009 nilai positif 2,722 padaCurrent AccountIndonesia. Nilai positif tersebut dapat dipertahankan hingga Q3 2011. Nilai negatif terjadi lagi mulai akhir tahun 2011 hingga akhir tahun 2014.
Nilai tukar mata uang memang dihasilkan dari sejumlah faktor komplek. Dan pengaruh nilai tukar rupiah yang besar terhadap perekonomian menjadi alasan nilai tukar mata uang adalah diantara yang paling diamati, dianalisis dan diatur kebijakannya oleh pemerintah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mendorong penulis untuk membuat penulisan ilmiah yang berjudul“Analisis Dampak Pengembalian Modal, Utang Luar Negeri, danCurrent Account
Terhadap Nilai Tukar Rupiah Periode 2005:Q1–2014:Q4”.
B. Rumusan Masalah
Pergerakan nilai tukar rupiah dan nilai IHSG yang telah digambarkan pada gambar sebelumnya menunjukkan pergerakan yang berbeda. Pergerakan yang menunjukkan pengaruh negatif dan positif berubah di setiap periode waktu seperti pada IHSG yang hampir pada seluruh kuartalnya mengalami kenaikan kemudian
(25)
penurunan. Pada BIRateyang berfluktuatif menggambarkan ketetapan bank Indonesia dalam merespon keadaan pasar. Kebijakan menaikkan dan menurunkan BIratedilihat melalui keadaan pasar. Fluktuasi yang ekstrim pada BIRateterjadi di beberapa periode waktu yang tidak bersamaan dengan naik atau turunnya nilai tukar rupiah. Pada Gambar 4. yang menggambarkan pergerakan ULN pemerintah dan swasta dan nilai tukar rupiah. Utang luar negeri pemerintah maupun swasta menunjukkan peningkatan di hampir setiap periode waktu. Bahkan pada utang luar negeri swasta menunjukkan kenaikan yang makin besar. CA yang mulai terjadi pada akhir 2011 menunjukkan fluktuatif yang cukup tinggi hingga akhir tahun 2014. Berbeda dengan nilai tukar rupiah yang tidak begitu berfluktuatif cenderung stabil pada tiap penurunan maupun naiknya nilai tukar rupiah apabila dibandingkan dengan fluktuasiCurrent AccountIndonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh IHSG terhadap nilai tukar rupiah? 2. Bagaimana pengaruh BIRateterhadap nilai tukar rupiah?
3. Bagaimana pengaruh dari utang luar negeri pemerintah terhadap nilai tukar rupiah?
4. Bagaimana pengaruh dari utang luar negeri swasta terhadap nilai tukar rupiah? 5. Bagaimana pengaruh dariCurrent Accountterhadap nilai tukar rupiah?
(26)
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh dari IHSG terhadap nilai tukar rupiah.
2. Pengaruh dari BIRateterhadap nilai tukar rupiah.
3. Pengaruh dari utang luar negeri pemerintah terhadap nilai tukar rupiah. 4. Pengaruh dari utang luar negeri swasta terhadap nilai tukar rupiah. 5. Pengaruh dariCurrent Account terhadap nilai tukar rupiah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai syarat dalam meraih gelar sarjana ekonomi di fakultas ekonomi dan bisnis universitas Lampung.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian sejenis dan dapat dikembangkan secara luas lagi dengan mengambil faktor-faktor ekonomi makro yang lain.
(27)
E. Kerangka Pemikiran
Pergerakan nilai tukar rupiah di pengaruhi berbagai faktor, aliran modal dari luar negeri yang masuk ke Indonesia mempengaruhi nilai tukar rupiah yang telah di paparkan dari penelitian yang dilakukan oleh M.Noor dkk (2012). Pada
penelitiannya Sugeng (2009) menjelaskan mengenai penyerapan dana dari luar negeri akan menguatkan nilai tukar rupiah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Tri Wibowo dan Hidayat Amir (2006)Current Accountmemiliki hubungan yang negatif. Semakin besar penurunanCurrent Accountakan
menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah sebaliknya peningkatan CA menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji apakah variabel IHSG, BIRate, utang luar negeri pemerintah, utang luar negeri swasta danCurrent Accountterhadap nilai tukar rupiah dan dapat digambarkan model seperti berikut ini :
Gambar 6. Kerangka pemikiran teoritis IHSG (-)
BIrate(-) Utang Luar Negeri
Pemerintah (+) Nilai Tukar Rupiah
Utang Luar Negeri Swasta (+)
(28)
F. Hipotesis
Aliran modal asing terutama modal jangka pendek yang diinvestasikan pada aset keuangan rupiah berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Aliran modal masuk akan mendorong apresiasi rupiah terhadap US dollar dan sebaliknya, aliran modal keluar berdampak pada depresiasi rupiah (Nugroho dkk, 2012). Suku bunga BI menurut Wibowo dkk berdampak apresiasi nilai tukar rupiah karena naiknya BI akan menyebabkan aliran modal dari luar negeri yang menambah suplay devisa negara. Utang luar negeri pemerintah maupun swasta yang telah jatuh tempo pembayaran menurut M.Noor dkk (2012) dan Sugeng dkk (2009) mengakibatkan menurunkan jumlah devisa negara yang berdampak depresiasi nilai tukar rupiah. Dan pada menurunnyaCurrent Account yang menyebabkan mengurangnya cadangan devisa yang dimiliki mengakibatkan nilai tukar rupiah terdepresiasi.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa yang diajukan untuk diteliti adalah : 1. IHSG diduga mempunyai hubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah,
sehingga peningkatan IHSG akan mengapresiasi nilai tukar rupiah. 2. BIratediduga mempunyai hubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah,
sehingga peningkatan BIrateakan mengapresiasi nilai tukar rupiah.
3. Utang luar negeri pemerintah diduga mempunyai hubungan positif terhadap nilai tukar rupiah, sehingga peningkatan nilai utang luar negeri pemerintah akan mendepresiasi nilai tukar rupiah.
4. Utang luar negeri swasta diduga mempunyai hubungan positif terhadap nilai tukar rupiah, sehingga peningkatan nilai utang luar negeri swasta akan mendepresiasi nilai tukar rupiah.
(29)
5.Current Accountdiduga mempunyai hubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah, sehingga peningkatan CA akan mengapresiasi nilai tukar rupiah.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari:
Bab I. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan pustaka. Berisikan teori-teori yang sesuai dengan faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah dan rujukan dari penelitian terdahulu. Bab III. Metodelogi penelitian. Berisikan tahapan-tahapan penelitian, data dan
sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil
perhitungan secara kuantitatif dan kualitatif. Bab V. Simpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(30)
A. Landasan Teori
1. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing
Perdagangan antar negara melibatkan pertukaran timbal balik mata uang yang berbeda. Mata uang-mata uang yang diperdagangkan dalam mata uang yang khusus ada dalam pasar valuta asing. Transaksi yang dilakukan di pasar valuta asing menentukan harga dari mata uang-mata uang yang dipertukarkan. Ada dua transaksi kurs, transaksi spot/tunai (spot transaction) meliputi pertukaran segera (dua hari) dari deposito (simpanan bank). Transaksiforward(forward
transaction) meliputi pertukaran deposito bank untuk beberapa waktu kedepan. Apabila suatu mata uang nilainya meningkat disebut mengalami apresiasi, dan apabila nilainya menurun disebut mengalami depresiasi.
Seperti halnya harga barang apapun atau aset dalam pasar bebas, kurs ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan. Kurs ditentukan ke dalam dua bagian, kurs yang ditentukan dalam jangka panjang dan kurs yang ditentukan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, empat faktor utama yang memengaruhi kurs adalah tingkat harga relatif, tarif dan kuota, prefensi untuk barang domestik dibandingkan luar negeri, dan produktifitas. Segala sesuatu yang meningkatkan
(31)
permintaan untuk barang-barang yang diproduksi secara domestik yang diperdagangkan relatif terhadap barang-barang luar negeri cenderung untuk menguatkan mata uang domestik karena barang domestik akan terjual ketika mata uang domesik lebih tinggi. Sama halnya apapun yang meningkatkan pemintaan untuk barang luar negeri relatif terhadap barang domestik cenderung untuk
melemahkan mata uang domestik karena barang domestik akan terus terjual hanya jika mata uang domestik lebih rendah.
Dalam jangka panjang, kenaikan tingkat harga suatu negara (relatif terhadap tingkat harga luar negeri) menyebabkan mata uangnya terdepresiasi, dan penurunan tingkat harga relatif menyebabkan mata uangnya terapresiasi. Meningkatnya hambatan perdagangan menyebabkan mata uang suatu negara menguat dalam jangka panjang. Meningkatnya permintaan untuk ekspor suatu negara meyebabkan mata uangnya menguat dalam jangka panjang, sebaliknya meningkatnya permintaan untuk impor menyebabkan mata uang domestik melemah. Dalam jangka panjang, kalau suatu negara menjadi lebih produktif secara relatif terhadap negara lain, mata uang negara tersebut terapresiasi.
Terkadang kurs menunjukkan perubahan yang begitu besar (hingga beberapa persen) dari hari ke hari (kurs spot) ditentukan dalam jangka pendek. Perilaku kurs jangka pendek adalah mengetahui bahwa kurs adalah harga dari aset
domestik (deposito bank, obligasi, saham dan lain-lain yang didominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan dalam aset luar negeri. Faktor yang
memengaruhi aset domestik dan luar negeri adalah harapan atas aset-aset ini relatif terhadap satu sama lain. Ketika orang dalam negeri dan luar negeri
(32)
mengharapkan tingkat pengembalian dari aset rupiah naik relatif lebih tinggi terhadap tingkat pengembalian aset luar negeri, akan membuat permintaan terhadap mata uang domestik lebih tinggi dan sebaliknya penurunan permintaan untuk aset luar negeri.
Kondisi saat ini di mana banyak mobilitas modal, mempermudah orang asing untuk membeli aset luar negeri. Aset-aset tersebut diasumsikan merupakan substitusi yang sempurna. Ketika mobilitas modal bergerak fleksibel, apabila perkiraan tingkat pengembalian atas aset luar negeri, baik orang asing atau orang dalam negeri hanya akan memegang aset domestik dan tidak ingin memegang aset luar negeri. Persamaan ini disebut kondisi paritas suku bunga. Jika suku bunga domestik lebih tinggi daripada suku bunga luar negeri, ini artinya ada perkiraan apresiasi positif dari mata uang asing.
Gambar 7. Keseimbangan dalam Pasar Valuta Asing
Sumber : Frederic S. Mishkin 0.95 1.00 1.05 Ms ($USD)
D a
b
c
Jumlah uang beredar (Rp) S
(33)
Dalam analisis penawaran dan permintaan pasar berada dalam keseimbangan ketika jumlah aset rupiah yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada Gambar 7. keseimbangan terjadi pada titik b, perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Pada titik b kurs adalah 1.00 mata uang $USD
terhadap rupiah. Analisis penawaran dan permintaan mengenai pasar valuta asing dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa kurs berubah. Kurva penawaran adalah vertikal pada suatu jumlah dan tidak bergeser karena jumlah uang beredar ($USD) pada nilai berapapun tidak akan menggeser jumlah uang (Rp) atau dapat disimpukan tidak saling mempengaruhi. Dengan asumsi ini, kita hanya perlu melihat pada faktor-faktor yang dapat menggeser kurva pemintaan aset rupiah untuk menjelaskan bagaimana kurs berubah sepanjang waktu. Pergeseran permintaan untuk aset domestik dapat berpengaruh dari suku bunga domestik, suku bunga luar negeri, perkiraan tingkat harga domestik, perkiraan hambatan perdagangan, perkiraan permintaan impor, perkiraan permintaan ekspor dan perkiraan produktivitas.
2. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar mata uang atau kurs, menurut Paul R Krugman dan Maurice (2005) adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Sedangkan menurut Sadono Sukirno kurs/nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange
(34)
rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang negara Indonesia (rupiah) dengan mata uang negara lain. Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing (Sukirno, 2006). Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena
meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.
2.1 Penentuan Nilai Tukar
2.1.1 Kurs Dalam Pendekatan Tradisional
Penjelasan mengenai fluktuasi Kurs dengan model pendekatan tradisional
didasarkan pada kajian terhadap pertukaran barang dan jasa antar Negara. Artinya sejauh mana nilai kurs antara dua mata uang dari dua Negara ditentukan
berdasarkan besarnya nilai perdagangan barang dan jasa diantara dua Negara tersebut. Oleh karena itulah model ini disebut sebagai model pendekatan
(35)
perdagangan (trade approach) atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to exchange rate determination).
Menurut pendekatan ini, equilibrium kurs adalah kurs yang akan
menyeimbangkan nilai ekspor dan nilai impor suatu negara. Dalam pendekatan ini kurs ditentukan dari keseimbangan nilai ekspor dan nilai impor. Jika nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor, maka nilai mata uang suatu Negara akan
mengalami depresiasi (penurunan). Begitu sebaliknya, jika nilai ekspor lebih besar, maka nilai kurs akan mengalami apresiasi (peningkatan) terhadap nilai tukar mata uang mitra dagangnya secara internasional.
Dalam sistem kurs bebas dan atau mengambang kurs yang mengalami depresiasi atau apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor dari barang dan jasa suatu Negara, sehingga akan tercapai keseimbangan nilai kurs di mana nilai ekspor sama besarnya dengan nilai impor. Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus menjelaskan hal ini. Menurutnya: “meningkatnya kurs pound (Inggris) akan menjadikan impor barang dan jasa dari Inggris akan lebih mahal bagi Amerika, sehingga permintaan Amerika terhadap barang–barang ekspor dari Inggris menjadi turun. Karena kurs dollar lebih murah bagi Negara– Negara Eropa terutama Inggris, maka mereka (Negara–Negara Eropa) akan mengimpor lebih banyak barang– barang dan jasa dari Amerika”.
(36)
Gambar 8. Keseimbangan dalam Pendekatan Perdagangan
Sumber : Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus
Kurva D adalah kurva permintaan barang dan jasa oleh Amerika untuk mingimpor barang–barang Inggris. Sedangkan kurva S adalah kurva penawaran barang dan jasa oleh Inggris yang akan di ekspor ke Amerika. Akibat dari besarnya
permintaan akan barang dan jasa oleh Amerika akan membuat barang dan jasa yang diimpor dari Inggris akan lebih mahal baginya (Amerika). Akibatnya nilai Dollar akan lebih murah dari pounds. Begitu sebaliknya, jika penawaran barang dan jasa yang dilakukan oleh Inggris lebih besar, akan membuat Dollar akan lebih mahal dari pounds. Akibat besarnya tarikan permintaan dan penawaran atas barang dan jasa di dua Negara tersebut, maka titik keseimbangan kurs akan terbentuk dengan sendirinya yaitu pada titik E. Jika kursnya berada di atas E (excess supply), akan terdapat kelebihan valuta asing yang ditawarkan oleh Inggris atas jumlah yang diminta Amerika. Kelebihan penawaran itu akan menurunkan nilai Pounds atas Dollar dan dengan sendirinya akan membentuk titik E yang baru di mana pasaran valuta asing untuk pound dan dollar berada pada keseimbangan yang baru. Jadi teori ini menjelaskan bahwa keseimbangan nilai tukar mata uang
E P
Q
(37)
antar Negara terjadi karena adanya perubahan jumlah ekspor dan impor dari barang dan jasa suatu Negara.
2.1.2 Kurs Dalam Pendekatan Moneter Pendekatan Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Irving Fisher yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
MV = PT Di mana :
M (money) : jumlah uang yang beredar V (velocity) : Kecepatan peredaran uang P (Price) : Tingkat harga barang
T (Trade) : Jumlah barang yang diperdagangkan.
Menurut Fisher harga barang tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar saja tetapi juga kecepatan peredaran uang. Semakin cepat peredaran uang maka akan berakibat pada harga barang dan jasa yang semakin mahal yang menyebabkan permintaan akan barang dan jasa dari luar negeri turun dan secara tidak langsung akan melemahkan nilai tukar uang, sebaliknya jika kecepatan peredaran uang semakin lambat maka harga barang akan turun yang secera tidak langsung nilai uang naik.
(38)
Pendekatan Keynes
Keynes membedakan 3 motivasi memegang uang, yaitu: 1. Untuk transaksi
Motivasi transaksi menunjukkan perlunya uang untuk memenuhi kebutuhan transaksi untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa, baik perorangan maupun secara kelompok/ perusahaan. Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semikin tinggi pula permintaan atas uang dengan tujuan transaksi.
2. Untuk berjaga–jaga
Berhubungan dengan kaitan perencanaan keamanan yang meyangkut transaksi yang tidak terduga. Permintaan uang untuk berjaga–jaga juga dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semikin tinggi pula permintaan atas uang dengan tujuan berjaga–jaga.
3. Untuk spekulasi
Didefenisikan sebagai motif mencari keuntungan karena mengetahui kondisi pasar lebih baik. Menurut Keynes, permintaan uang untuk spekulasi ini di sebabkan karena adanya pengharapan masyarakat akan suatu jaminan kepastian untuk mendapatkan keuntungan dari tingkat suku bunga. Jika suku bunga berubah, maka jumlah uang yang diminta akan berubah juga. Kemudian Keynes menambahkan, adanya pengharapan masyarakat akan adanya suku bunga di atas normal (obligasi) sebagai salah satu pemicu motivasi untuk spekulasi. Ia menyatakan, jika suku bunga rendah masyarakat akan memilih obligasi karena menganggap akan mendapatkan keuntungan, demikian sebaliknya. Teori Keynes ini diaplikasikan kepada proses permintaan uang yang kemudian mempengaruhi aggregat demand
(39)
akan suatu mata uang atas mata uang lainnya sedangkan, penawaran akan jumlah uang ditentukan oleh pemerintah dan otoritas moneter yang ada.
Teori Paritas Daya Beli
Salah satu teori yang diterima oleh umum adalah teori paritas daya beli atau dikenal denganPurchasing Power Parity(PPP). Teori ini dianalisa oleh David Ricardo pada tahun 1817 dan Gustav Cassel pada tahun 1916. Pendekatan teori ini menggunakan harga relatif di berbagai negara sebagai petunjuk bagi nilai tukar dalam sistem yang fleksibel. Menurut teori ini sejumlah barang di Jerman bernilai 25 Deutschemark (DM) sedangkan di Amerika barang yang sama laku seharga $10, maka dalam jangka panjang kurs akan mendekati harga 2,5 DM per Dollar. Dari contoh di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa teoriPurchasing Power Parityadalah teori yang merumuskan dan menjelaskan fluktuasi nilai mata uang dalam jangka panjang. Secara absolut teori paritas daya beli adalah Kurs antara dua mata uang merupakan rasio dari tingkat harga umum dari dua Negara yang bersangkutan.
TeoriPurchasing Power Paritydirumuskan berdasarkan asumsi implisit bahwa dalam konteks perdagangan dan hubungan keuangan internasional tidak ada biaya transportasi, tarif atau kendala lainnya yang dapat menghalangi laju perdagangan barang dan jasa secara bebas. Juga diasumsikan bahwa semua jenis komoditas dapat diperdagangkan secara bebas dan tidak terjadi gangguan struktural di setiap Negara.
(40)
Teori Paritas Tingkat Bunga (Interest Rate Parity)
Teori ini menjelaskan hubungan antara dua pasar yaitu, pasar keuangan
internasional, atauinternastional money marketdan pasar valuta asing atauforex market. Teori Paritas Tingkat Bunga, IRP menjelaskan bahwa perbedaan tingkat bunga padainternational money marketakan cenderung sama dengan kurs
forward premiumataukurs forwarddiscount pada pasar valuta asing (Hadi,2004).
Berdasarkan pada teori ini, dapat ditentukan atau diharapkan berapa perubahan kursforwarddibanding dengan kursspotbila terdapat perbedaan tingkat bunga antara dua negara. Seorang pemilik dana dapat menentukan pada mata uang negara mana dananya harus disimpan atau diinvestasikan. Keputusan yang diambil pemilik dana didasarkan pada selisih tingkat bunga antara dua negara melalui perbedaan antara kursforwarddan kursspotyang ditentukan berdasarkan forward rate premiumatauforward rate discount.
Pendekatan Keseimbangan Portofolio
Pendekatan keseimbangan portofolio dari Tobin berbeda dengan pendekatan moneter dalam hal diasumsikannya obligasi-obligasi domestik dan luar negeri sebagai subsitusi yang tidak sempurna. Penekanan keseimbangan portofolio adalah bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses penyamanan dan
keseimbangan stok atau total permintaan dan penawaran aset-aset finansial (dalam hal ini uang dipandang hanya salah satu bentuk dari sekian jenis asset finansial) dalam setiap negara. Pendekatan ini juga menekankan arti penting perdagangan (sektor riil) secara eksplisit dalam analisanya. Dengan demikian pendekatan
(41)
keseimbangan portofolio dapat dianggap sebagai salah satu versi pendekatan moneter yang lebih realistis.
2.2 Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Krugman (2005) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).
Sistem kurs mengambang
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).
Sistem kurs tertambat
Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.
Sistem kurs tertambat merangkak
Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
(42)
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan sistem kurs terambat.
Sistem sekeranjang mata uang
Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.
Sistem kurs tetap
Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki
ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
2.3 Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar (Bank Indonesia).
Sistem kurs tetap (1970- 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
(43)
Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar
denganspreadtertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997.
3. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut jugaJakarta Composite Index, JCI, atauJSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini
mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal10 Agustus 1982.
(44)
Indeks harga saham mempunyai tiga manfaat utama. Yaitu: sebagai penanda arah pasar, pengukur tingkat keuntungan, dan tolak ukur kinerja portofolio. Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
IHSG = p
d × 100
dimana p adalah harga penutupan di pasar reguler,xadalah jumlah saham, dan d adalah nilai dasar.
Rata rata IHSG =Jumlah IHSG periode harian selama 1 bulan Jumlah periode waktu selama 1 bulan Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue),partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian jugadelisting. Dalam hal terjadistock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai dasar tidak disesuaikan karena Nilai pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan
(45)
beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
4. Suku Bunga Bank Indonesia
BIRateadalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap ataustance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar BankOvernight(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BIRateapabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BIRateapabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
5. Utang Luar Negeri
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang
(46)
luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional.
Ada beberapa penyebab meningkatnya Utang Luar negeri Indonesia secara umum yaitu:
Defisit Transaksi Berjalan (TB).
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
Meningkatnya kebutuhan investasi.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Meningkatnya Inflasi.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor . Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena
ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga nominal.
(47)
a) Pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup defisit APBN, dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN, sehingga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum, dengan demikian pemerintah dapat melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk meningkatnya pendapatan per kapita. b) Dalam jangka panjang, ternyata hutang luar negeri dapat menimbulkan
permasalahan ekonomi pada banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing walaupun terdapat peningkatan pendapatan perkapita maupun laju pertumbuhan tinggi, bukan berarti bahwa negara tersebut sudah maju tetapi dihitung juga dari banyaknya hutang yang dimiliki negara tersebut.
6.Current Account(CA)
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu (Krugman dan Maurice, 2005), sedangkanCurrent Accountatau neraca perdagangan adalah catatan yang berisi nilai barang dan saja yang diekspor maupun diimpor oleh
(48)
suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit. Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. Arus masuk valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana. Tiap-tiapcredit entry(bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengandebit entry(bertanda negatif) yang sama. Keduaentriestersebut dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat namun, dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) adalah kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada ekspor. Neraca Pembayaran defisit, terjadi apabila jumlah pembayaran lebih besar daripada jumlah penerimaan (transaksi kredit < transaksi debet). Suatu Negara jika mengalami kelebihan impor dan kelebihan tersebut ditutup dengan menambah pinjaman akomodatif dan mengurangi cadangan (stok) nasional maka negara tersebut sedang mengalami defisit total. Pembayaran defisit dapat juga dilakukan dengan meminjam dari bank sentral luar negeri.
(49)
Neraca pembayaran surplus, adalah apabila jumlah penerimaan lebih besar daripada jumlah pembayaran/ utang (transaksi kredit> transaksi debet). Jika BOP surplus, bank sentral dapat membayar utang luar negerinya atau memperoleh aset cadangan tambahan dari luar negeri. Neraca Pembayaran seimbang, adalah apabila jumlah pembayaran atau utang sama dengan jumlah penerimaan (transaksi kredit = transaksi debet).
Dampak Neraca Pembayaran Defisit Apabila neraca pembayaran suatu Negara mengalami defisit, maka dampak yang akan terjadi sebagai berikut:
a) Produsen dalam negeri tidak dapat bersaing dengan barang-barang impor. b) Pendapatan Negara sedikit, sehingga utang Negara bertambah besar. c) Perusahaan banyak yang gulung tikar, sehingga pengangguran meningkat
akibat dari PHK
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Telah banyak studi terdahulu yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah dengan berbagai variabel yang berbeda-beda, antara lain :M. Noor Nugroho, dkk,Tri Wibowo & Hidayat Amir,Sugeng,M. Noor Nugroho,IbrahimdanYanfitri, danSanti Lismayanti.
M. Noor Nugroho, dkk (2012)
Pada jurnal Dampak Pembalikan Modal DanThresholdDefisit Neraca Berjalan Terhadap Nilai Tukar Rupiah bertujuan untuk mengukur pengaruh aliran modal asing terhadap nilai tukar rupiah, baik secara total maupun menurut outlet
(50)
investasinya, yaitu SUN, SPN, SBI dan saham. Lebih jauh paper ini mengukur pengaruh CAbalanceterhadap nilai tukar rupiah. Dari tujuan tersebut
menghasilkan bahwa Aliran modal asing terutama modal jangka pendek yang diinvestasikan pada aset keuangan rupiah berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Aliran modal masuk akan mendorong apresiasi rupiah terhadap US dollar, dan sebaliknya, aliran modal keluar berdampak pada depresiasi rupiah. Secara umum aliran modal keluar berdampak lebih besar terhadap nilai tukar rupiah dalam arti depresiasi yang ditimbulkan relatif lebih besar dibandingkan apresiasi yang terjadi pada saat terjadi aliran modal masuk dengan pengecualian aliran modal yang diinvestasikan dalam SBI. Aliran dana lain yang juga
berpengaruh signifikan pada nilai tukar adalah aliran modal yang bersumber dari transaksi CA. Bahkan, kinerja CA yang memburuk dan melewatithresholdatau batasan tertentu dapat memberikan dampak yang berlipat terhadap depresiasi nilai tukar rupiah. Hasil estimasi menunjukkan bahwa apabila defisit CA melebihi thresholddefisit USD980 juta (kurang lebih ekuivalen 2% dari GDP), nilai tukar akan terdepresiasi sebesar 12,7% (m-o m) dengan efek tunda 4 bulan.
Tri Wibowo & Hidayat Amir (2006)
Penelitian terdahulu yang telah dijelaskan pada jurnal Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi variabel yang terkait dengan nilai tukar rupiah dan menyusun model nilai tukar rupiah yang terbaik, serta memprakirakan nilai tukar rupiah. Pada Jurnal tersebut menghasilkan penulis mengasumsikan besaran nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh terhadap penerimaan, pengeluaran serta pembiayaan dalam APBN. Mengingat pentingnya asumsi nilai tukar rupiah sebagai indikator makro
(51)
dalam penyusunan APBN, diperlukan indentifikasi variabel-variabel terkait yang berpengaruh serta model yang tepat untuk memprakirakan besarnya nilai tukar rupiah yang mendekati kenyataan. Artikel ini terfokus pada identifikasi variable variabel penentu besarnya nilai tukar rupiah tersebut, serta pemilihan model yang terbaik untuk prakiraan nilai tukar rupiah dimasa yang akan datang. Pengujian atas beberapa model menghasilkan model terbaik bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besaran nilai tukar rupiah terhadap US$ adalah selisih pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika, serta nilai tukar rupiah terhadap US$ satu bulan sebelumnya (lag -1). Dengan model tersebut, nilai tukar rupiah terhadap US$ pada tahun 2006 diprakirakan berada pada kisaran Rp9.430/US$ (batas bawah) sampai dengan Rp10.204/US$ (batas atas), dengan nilai rata-rata sebesar Rp9.809/US$.
Sugeng, M. Noor Nugroho, Ibrahim dan Yanfitri (2009)
Jurnal Pengaruh Dinamika Penawaran dan Permintaan Valas Terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Kinerja Perekonomian Indonesia yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penawaran dan permintaan valas terhadap nilai tukar rupiah dan kinerja perekonomian Indonesia pada akhirnya menghasilkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar baik dalam jangka panjang maupun pendek. Dalam jangka panjang,net suplayvalas dari pelaku luar negeri merupakan satu-satunya faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar. Kenaikan 1% net supply valas dari pelaku luar negeri akan menyebabkan apresiasi nilai tukar sebesar 0,06%. Sementara dalam jangka pendek, faktor risiko merupakan faktor utama
(52)
yang memengaruhi pergerakan nilai tukar. Koefisien regresi faktor risiko sebesar 0,70 yang mengimplikasikan setiap risiko memburuk dimana indeks risiko meningkat sebesar 1% akan menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah sebesar 0,70%. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan sentimen pelaku pasar terhadap pasar valas masih mendominasi. Faktor kedua yang berpengaruh signifikan adalah pergerakan nilai tukar regional sebesar 0,46. Adapun indeks nilai tukar regional tersebut merupakan indeks komposit dari mata uang negara Jepang, Euro, dan Singapura yang mewakili nilai tukar regional. Nugroho dkk (2008) menunjukkan bahwa pergerakan keempat mata uang tersebut memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan rupiah.
Santi Lismayanti (2011)
Melalui Jurnal Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Nilai Tukar Dan Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia Periode 2001-2010 yang memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari indeks harga konsumen, pendapatan nasional, tingkat suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar dan pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan internasional. Pada Jurnal ini Lisma menjelaskan hasil penelitiannya bahwa untuk mencapai tujuan tersebut dibentuk tiga model regresi yang masing-masing menerangkan prilaku nilai tukar rupiah, prilaku ekspor dan prilaku impor. Model yang dibentuk dilakukan melaluiforward stepwise regression. Periode pengamatan penelitian ini adalah kuartal I tahun 2001 hingga kuartal IV tahun 2010. Analisis yang dibuat menggambarkan bahwa secara umum nilai tukar masih ditentukan oleh beberapa variabel perdagangan internasional, begitupun sebaliknya.
(53)
Tabel 1. Penelitian Terdahulu tentang Nilai Tukar
No Judul Penulis Variabel Hasil
1. Dampak Pembalikan Modal Dan Threshold Defisit Neraca Berjalan Terhadap Nilai Tukar Rupiah (2008:01-2012:06) M. Noor Nugroho, dkk Nilai tukar Rupiah, Surat Utang Nugara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaa n Negara (SPN), Saham, dan Neraca Berjalan
Aliran modal asing terutama modal jangka pendek yang diinvestasikan pada aset keuangan rupiah berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Aliran modal masuk akan mendorong apresiasi rupiah terhadap US dollar, Aliran dana lain yang juga berpengaruh signifikan pada nilai tukar adalah aliran modal yang bersumber dari transaksi CA. Bahkan, kinerja CA yang memburuk dan melewati
thresholdtertentu dapat
memberikan dampak yang berlipat terhadap depresiasi nilai tukar rupiah.
2. Faktor-Faktor Yang
Mempengaru hi Nilai Tukar Rupiah (2006) Tri Wibowo & Hidayat Amir Nilai Tukar, Wholesale Price Index (WPI), Jumlah uang beredar (M1), PDB riil, Tingkat Suku Bunga, Neraca Perdagangan
Variabel moneter yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika adalah selisih pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika, serta nilai tukar rupiah terhadap US$ satu bulan sebelumnya (lag -1). Selisih jumlah uang beredar (M1) Indonesia dan Amerika belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. 3. Pengaruh Dinamika Penawaran Dan Permintaan Valas Terhadap Nilai Tukar Rupiah Dan Kinerja Perekonomian Indonesia (2004:01-2008:12) Sugeng, M. Noor Nugroho, Ibrahim dan Yanfitri Nilai tukar, Inflasi, Transaksi jual beli valas, Asset LN
Interaksi antara permintaan dan penawaran valas secara signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah, dan pengaruh permintaan dan penawaran valas dari pelaku luar negeri lebih dominan dibandingkan dari pelaku dalam negeri.Dan nilai tukar memengaruhi perkembangan harga dan output perekonomian. Sehingga terdapat
permasalahan pasar valas dan koreksi nilai tukar apabila pergerakannya karena
(54)
transaksi spekulatif tidak sejalan dengan faktor fundamental perekonomian. 4. Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Nilai Tukar Dan Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia Periode 2001-2010 Santi Lismaya nti Nilai tukar, indeks harga konsumen, pendapatan nasional, tingkat suku bunga, dan jumlah uang beredar, dan perdagangan internasional.
Hasil regresi variabel nilai tukar baik terhadap ekspor maupun terhadap impor menunjukan tidak signifikan. Namun variabel ini tetap di pertahankan karena hasil
coofficients menunjukan seuai
dengan teori dan untuk melakukan transaksi perdagangan internasional diperlukan valas. Tidak signifikannya variabel nilai tukar terhadap ekspor dan impor juga menunjukan bahwa valas tidak hanya diperlukan sebagai transaksi ekspor impor namun valas juga menunjukan sebagai komoditi yang diperjual belikan.
(55)
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel)yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan variabel bebasnya (independent variabel)yaitu indeks harga saham gabungan (IHSG), BIRate, utang luar negeri pemerintah, utang luar negeri swasta dan neraca transaksi berjalan periode 2005:Q1-2014:Q4.
2. Definisi Operasional Variabel
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (Sukirno,2004). Nilai Tukar Rupiah disajikan sebagai harga mata uang Indonesia (rupiah) terhadap mata uang Amerika Serikat (USD) yang didapat dari Statistika Ekonomi
(56)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG di tampilkan dari SEKI BI periode 2005 sampai 2014 berupa data quartal .
BIRate
BIRateadalah suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik melalui SEKI Bank Indonesia berupa 3 bulanan atau kuartal periode 2005 hingga 2014.
Utang Luar Negeri Pemerintah
Utang luar negeri merupakan jenis pinjaman yang berasal dari luar negeri dan memiliki persyaratan tertentu yang dibebankan kepada pihak (negara) penerima utang tersebut. Dalam pengertian anggaran negara, utang luar negeri disebut juga sebagai sumber pendanaan alternatif yang digunakan untuk pembiayaan anggaran negara.Utang luar negeri didapat dari SEKI bank Indonesia berupa data yang terpisah dari data utang luar negeri swasta periode 2005 sampai 2014.
Utang Luar Negeri Swasta
Utang luar negeri swasta merukapan pinjaman ke luar negeri yang dilakukan oleh pihak swasta yang juga ditampilkan ke publik pada SEKI bank Indonesia berupa data quartal periode 2005 sampai 2014.
(57)
Current Account
Transaksi berjalan adalah bagian dari perkiraan neraca pembayaran yang mencatat pembayaran dan penerimaan yang ditimbulkan dari perdagangan barang dan jasa. neraca transaksi berjalan juga didapat dari SEKI bank Indonesia berupa kuartal 1 2004 hingga kuartal 4 2014.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data runtut waktu (time series) berupa data kuartal dengan periode Q1 2005 sampai Q4 2014. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari data yang berhubungan dengan variabel penelitian secara urut sesuai dengan tahun penelitian dan mendokumentasikannya, data-data
tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Bank Indonesia dan jurnal-jurnal ilmiah serta literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui pendalaman literatur-literatur yang berkaitan dengan objek studi. Teknik
dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan objek studi.
(58)
D. Metode Alat Analisis
1. UjiStasionary(Unit Root Test)
Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa dengan menggunakan data time series adalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Data dikatakan stasioner bila data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak terpengaruhi waktu.
Dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil. Jika estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression. Spurious regressionmemiliki pengertian bahwa hasil regresi dari satu variabel time series pada satu atau beberapa variabel time series lainnya cenderung untuk menghasilkan kesimpulan hasil estimasi yang bias yang ditunjukkan dengan karakteristik seperti memperoleh R2 yang tinggi tetapi pada
kenyataannya hubungan antara variabel tersebut tidak memiliki arti. Apabila data yang diamati dalam uji Unit Rootternyata belum stasioner maka harus dilakukan uji integrasi sampai memperoleh data yang stasioner.
(59)
2. Uji Kointegrasi
Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel-variabel yang diobservasi. Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu tidak stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila variabel runtun waktu tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang.
Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji ini merupakan kelanjutan dari ujistationary. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakahresidual
terkointegrasistationaryatau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Istilah kointegrasi dikenal juga dengan istilaherror, karena deviasi terhadapekuilibriumjangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek. Ada beberapa macam uji kointegrasi, antara lain :
1) Uji Kointegrrasi Engel-Granger(EG)
Penggunaan kointegrasi EG didasarkan atas uji ADF (C,n), ADF (T,4) dan statistik regresi kointegrasi CRDW (Cointegration Regression Durbin Watson). Dasar pengujian ADF (C,n), ADF (T,4) adalahstatistic Dickey-Fuller, sedangkan
(60)
uji CDRW didasarkan atas nilaiDurbin Watson Ratio, dan keputusan penerimaan atau penolakannya didasarkan atas angka statistik CDRW.
2) Uji Kointegrasi Johansen
Alternatif uji kointegrasi yang banyak digunakan saat ini adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen. Uji ini dapat digunakan untuk beberapa uji vector. Uji kointegrasi ini mendasarkan diri pada kointegrasi sistemequations. Apabila dibandingkan dengan uji kointegrasi Engle-Granger CDRW, metode Johansen tidak menuntut adanya sebaran data yang normal.
Untuk uji kointegrasi menggunakan hipotesa sebagai berikut : H0 = tidak terdapat kointegrasi
Ha = terdapat kointegrasi Kriteria pengujiannya adalah :
H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilaitrace statistic> nilai kritistrace H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilaitrace statistic< nilai kritistrace
3. Ordinary Least Square (OLS)
Setelah dilakukan uji stasioneritas apabila hasilnya menunjukan bahwa data stasioner maka akan dilakukan estimasi menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode OLS digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang membuat metode ini menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat dan popular.
(61)
Melalui metode OLS, maka diperoleh persamaan model regresi liniernya adalah sebagai berikut:
Yt =βo + β1X1 + β2X2 + β3X3+β4X4 +β5X5+ ei
Keterangan :
βo= Konstanta Regresi
β1,β2,β3…= Koefisien Regresi Yt = Nilai Tukar Rupiah
X1= IHSG
X2= BIrate
X3= Utang Luar Negeri Pemerintah
X4= Utang Luar Negeri Swasta
X5=Current Account
ei= Standar Eror
4. Pengujian Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2010) untuk mengetahui apakah model estimasi yang telah dibuat tidak menyimpang dari asumsi-asumsi klasik, maka dilakukan beberapa uji antara lain :
4.1 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkain waktu (time series). Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara data dalam
(62)
variabel pengamatan. Apabila terjadi korelasi maka disebutproblem Autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya atau penganggu suatu periode berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data bersifat time series. Untuk menguji asumsi klasik ini dapat digunakan metode Breusch-Godfrey yang merupakan pengembangan dari metode Durbin-Watson. Dimana metode ini lebih dikenal dengan nama metodeLagrange Multiplier(LM).
4.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan (e) atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Rumus regresi diperoleh dengan asumsi bahwa variabel penggangu (error) atau e, diasumsikan memiliki variabel yang konstan (rentang e kurang lebih sama). Apabila terjadi variabel e tidak konstan, maka kondisi tersebut dikatakan tidak homoskedastik atau mengalami Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan satu ke residual ke pengamatan yang lain tetap, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut homokedastisitas. Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedestisitas digunakanUji White.
(63)
4.3 Uji Multikolieniritas
Multikolieniritas adalah suatu keadaan dimana terjadi linear yang “perfect” di
antara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolieniritas. Uji multikolieniritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolieniritas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel dependent dalam model regresi atau untuk menguji ada tidaknya hubungan yang sempurna atau tidak sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan.
Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu yang pertama dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, (jika VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolieniritas). Metode yang kedua yaitu dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2). Caranya yaitu dengan melakukan langkah pengujian terhadap masing–masing variabel independen/bebas untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi secara bersama variabel independen dengan variabel dependen, jika ditemukan nilai melebihi nilai R2 pada model penelitian, maka dari model persamaan tersebut terdapat multikolinieritas, dan sebaliknya jika R2 lebih besar dari semua r2 maka ini menunjukan tidak terdapatnya multikolinieritas pada model persamaan yang diuji
(64)
4.4 Uji Normalitas
Regresi linier normal klasik mengasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari gangguan residual memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang konstan. Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kenormalan error term dari variabel bebas maupun terikat, selain itu untuk mengetahui apakah data sudah menyebar secara normal. Metode yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain Jarque-Bera Test (J-B Test) dan metode grafik. Dalam metode J-B Test, yang dilakukan adalah menghitung nilaiskewnessdankurtosis.
Hipotesis dari pengujian normalitas ini yaitu Ho : data tersebar normal dan Ha : data tidak tersebar normal. Dengan kriteria pengujian :
- Ho ditolak dan Ha diterima, jika P Value < P tabel - Ho diterima dan Ha ditolak, jika P Value > P table
5. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis merupakan komponen utama yang diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan dari suatu penelitian, uji hipotesis juga digunakan untuk mengetahui keakuratan data. Uji Hipotesis dibagi menjadi beberapa pengujian diantaranya yaitu uji t stastistik dan uji f.
5.1 Uji t statistik (Uji Parsial)
Uji t statistik digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya. Uji ini dilakukan dengan
(65)
membandingkan t hitung atau t statistik dengan t tabel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji t adalah sebagai berikut :
- Menetukan Ho dan Ha.
o Jika Hipotesis positif, maka :
Ho : β1 ≤ 0 : β1 > 0
o Jika hipotesis negatif, maka :
Ho : β1 ≥ 0 : β1 < 0
- Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis ( = n–k–1 )
- Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t statistik.
Kriteria pengambilan keputusan :
o Ho diterima apabila memenuhi syarat t-hitung < t-tabel ; t-hitung > t-tabel,
artinya variabel dependen tidak dipengaruhi oleh variabel independen.
o Ho ditolak apabila memenuhi syarat t-hitung ≥ t-tabel ; t-hitung ≤ t-tabel ,
artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.
5.2 Uji F statistik
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Anova yaitu uji yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah model regresi yang ada signifikan atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan kesimpulan :
(66)
o Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.
Ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
o Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.
Ini berarti bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
(67)
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
2. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel BIrate
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
3. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel utang luar negeri pemerintah (ULNP) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 10%.
4. Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Eviews 6 yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel utang luar negeri swasta (ULNS) berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
(1)
membandingkan t hitung atau t statistik dengan t tabel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji t adalah sebagai berikut :
- Menetukan Ho dan Ha.
o Jika Hipotesis positif, maka : Ho : β1 ≤ 0
: β1 > 0
o Jika hipotesis negatif, maka : Ho : β1 ≥ 0
: β1 < 0
- Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis ( = n–k–1 )
- Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t statistik.
Kriteria pengambilan keputusan :
o Ho diterima apabila memenuhi syarat t-hitung < t-tabel ; t-hitung > t-tabel, artinya variabel dependen tidak dipengaruhi oleh variabel independen.
o Ho ditolak apabila memenuhi syarat t-hitung ≥ t-tabel ; t-hitung ≤ t-tabel , artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.
5.2 Uji F statistik
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Anova yaitu uji yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah model regresi yang ada signifikan atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan kesimpulan :
(2)
53
o Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.
Ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
o Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.
Ini berarti bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
(3)
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
2. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel BIrate
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
3. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel utang luar negeri pemerintah (ULNP) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 10%.
4. Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Eviews 6 yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabel utang luar negeri swasta (ULNS) berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
(4)
73
5. Berdasarkan hasil estimasi menggunakanEviews 6yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara parsial variabelCurrent
Account (CA) berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada taraf signifikasi 5%.
B. SARAN
1. Policy Makeratau pembuat kebijakan harus lebih efektif dalam membuat kebijakan yang tepat dalam memperbaiki kondisi nilai tukar rupiah Indonesia yang terus mengalami depresiasi yang semakin tinggi tiap periode waktu. Melihat pengaruh IHSG, BIRate, ULNP, ULNS, dan CA terhadap nilai tukar rupiah, maka diharapkan dapat terus meningkatkan IHSG dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memilih variabel lain yang diduga berpengaruh lebih besar dalam memperbaiki kondisi nilai tukar rupiah.
(5)
Dominick, Salvatore. 1997.Ekonomi Internasional,alih bahasa oleh Haris Munandar edisi 5 cetak 1. Erlangga, Jakarta
Gujarati, N. Domanar dan Porter, C. Dawn. 2010.Dasar-dasar ekonometrika. Salemba Empat, Jakarta
Gujarati, Damonar. 1997. Ekonometrika dasar, Alih Bahasa oleh Sunarmo Zain. Erlangga. Jakarta.
Krugman R. Paul dan Obstfeld Maurice. 2005.Ekonomi Interasional Teori dan Kebijakan Jilid 2. Rajawali Pers, Jakarta [penerjemah: Dr. Faisal H Basri,SE. M.Sc]
Lismayanti,Santi. 2011.Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Nilai Tukar Dan Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Perdagangan Internasional
Indonesia Periode 2001-2010, skripsi
Mankiw, N Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta
Mishkin, Federic S. 2008.Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Buku 2.Edisi 8. Salemba Empat, Jakarta [penerjemah: Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita G]
Nugroho,M.Noor, dkk. 2012.Dampak Pembalikan Modal Dan Threshold Defisit Neraca Berjalan Terhadap Nilai Tukar Rupiah, Jurnal Ekonomi bank Indonesia.
Samuelson, A.Paul. 1992.Ekonomiedisi kedua belas Jilid 2. Erlangga, Jakarta Sugeng. Nugroho,M.Noor. Ibrahim dan Yanafitri. 2009.Pengaruh Dinamika
Penawaran Dan Permintaan Valas Terhadap Nilai Tukar Rupiah Dan Kinerja Perekonomian Indonesia,Jurnal Ekonomi bank Indonesia. Sukirno, Sadono. 2003.Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajawali
Pers. Jakarta
(6)
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wibowo, Tri dan Amir,Hidayat. 2005.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah, Jurnal Ekonomi bank Indonesia.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika; Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit Ekonnesia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta
www.bi.go.id