Analisis Transformasi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000-2013

(1)

By

DENI SEPTANDI

ABSTRACT

Economic transformation is a process of structural change in the

economy, marked by a shift from one economic sector to other economic sectors that may affect changes in the Gross Regional Domestic Product of a country or a region. This study aims to determine the transformation of the economic sectors with the shift share method in Lampung province of the Year 2000 - 2013 and prove empirically the effect of the components of aggregate demand:

consumption, investment, government spending and net exports to economic growth. The variables used in this study is divided into two sides of the demand side and the supply side. From the demand side variable used is private

consumption, investment (domestic investment and foreign investment), government spending, and net exports. While the supply side variables used include agriculture, mining, industry, commerce, finance, electricity and water, buildings, transportation, and services.

Calculation shows that the entire konrtibusi economic sectors in Lampung has a positive value or increased, which shows that all sectors of the economy in Lampung experienced growth, with the largest sectors are experiencing an increase in transport and communications sector. The calculation result of three components shift-share result if the effect of the growth of national economy is able to increase the economic growth of Lampung Province, The research proves that the variable consumption, investment, and net exports effect on economic growth in Lampung from 2000 - 2013. While the government spending variables have no effect on economic growth in the province of Lampung.

Keywords: Transformation of Economic Sectors, aggregate demand, aggregate supply, shift-share


(2)

Oleh

DENI SEPTANDI

ABSTRAK

Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai dengan pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan Produk Domestik Regional Bruto pada suatu negara atau suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transformasi sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013serta membuktikan secara empiris pengaruh komponen-komponen

permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan variabel yang digunakan adalah Konsumsi swasta, investasi (investasi dalam negeri dan investasi luar negeri), pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran variabel yang digunakan antara lain sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, keuangan, listrik dan air, bangunan, transportasi, dan jasa-jasa..

Hasil perhitungan menunjukan bahwa seluruh konrtibusi sektor ekonomi di Lampung memiliki nilai positif atau mengalami kenaikan, yang menunjukan bahwa seluruh sektor perekonomian di Lampung mengalami pertumbuhan, dengan sektor yang terbesar mengalami peningkatan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil perhitungan tiga komponen shift-share diperoleh hasil jika pengaruh pertumbuhan perekonomian Nasional mampu meningkatkan

pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung, Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel konsumsi, investasi, dan net ekspor berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

Kata Kunci : Transformasi Sektor Ekonomi, permintaan agregat, penawaran agregat, shift-share


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Deni Septandi, lahir di Ogan Ilir pada tanggal 26

September 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. M. Natsir dan Ibu Ir. Yudi Herlina.

Pendidikan formal yang telah ditempuh yakni pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) PG Bunga Mayang Lampung Utara pada tahun 1998, Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Selanjutnya pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang diterima melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gemah Ripah, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu selama 40 hari.


(7)

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Kupersembahkan

karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :

Ayahku, Ir. M. Natsir, S.H. dan ibuku, Ir. Yudi Herlina yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku,

semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah dan Ibu tercinta.

Serta kakak-kakakku tercinta, Levirta Vagisa S.H., M.Kn. dan Deri Febogi, S.H. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasiku.

Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung


(8)

M

OTO


(9)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Transformasi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Periode 2000-2013” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses

penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.


(10)

skripsi.

5. Bapak Heru Wahyudi,S.E.,M.Si selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas Feri, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Orang tuaku Tercinta, Papa ku tersayang Ir. M. Natsir, S.H., Mama ku tersayang Ir. Yudi Herlina, dan Kakak-kakakku Levirta Vagisa, S.H., M.Kn., Deri Febogi, S.H., Aditya Bardawansyah, S.H., kemudian Fakhrul Arifin, Erisa Tri Anggraini S.Adm. beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Sahabat-sahabat ILK yang telah berjuang bersama-sama. Aldy, Dedi, Efridho, Ghazi, Gita, Oddie, Pandu, Pramadhan, Restu, Kunay, Shoffan, Siraj, Yokur, Yahya, Yusan. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis.


(11)

Andika Mahardika dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatusatu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis.

11. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 19 Agustus 2015 Penulis


(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Hipotesis ... 14

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Tinjauan Teoritis ... 16

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 16

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 16

3. Teori Perubahan Struktur (Transformasi) Ekonomi ... 23

4. Metode Shift Share ... 30

B. Tinjauan Empirik ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis dan Sumber Data ... 39

B. Batasan Variabel ... 40

C. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 42

D. Metode Analisis ... 44

E. Prosedur Analisis Data (Data Generating Procces) ... 47


(13)

i

A. Transformasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung ... 54

B. Uji Asumsi Klasik ... 57

C. Pengaruh Komponen Permintaan Agregat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 61

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Outlook Pertumbuhan Domestik Bruto Asia Tenggara ... 3

2. Pendapatan Domestik Bruto ADH Konstan di Indonesia ... 5

3. Ringkasan Penelitian Abdiyanto (2003) ... 33

4. Ringkasan Penelitian Hidayat (2010)... 34

5. Ringkasan Penelitian Mulyanto (2006) ... 34

6. Ringkasan Penelitian Arief (2013) ... 35

7. Ringkasan Penelitian Aris (2010) ... 35

8. Ringkasan Penelitian Bhaskara Rao dan Arusha Cooray (2010) ... 36

9. Ringkasan Penelitian Ismaeel Ibrahim Naiya (2013)... 37

10.Ringkasan Penelitian El-Hadj Bah (2010) ... 38

11.Ringkasan Variabel Penelitian ... 39

12.Uji Statistik Durbin-Watson ... 49

13.Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDRB Indonesia ... 55

14.Hasil Analisis Shift-Share Provinsi Lampung ... 56

15.Hasil Uji White No Cross Terms ... 59

16.Hasil Uji Autokorelasi... 60

17.Hasil Uji Mulitikolinearitas... 60

18.Hasil Uji Parsial (Uji t-statistik) ... 62


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan Tahun 2013 ... 8 2. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut

Komponen Pengeluaran Tahun 2009-2013 ... 10 3. Kerangka Berpikir Penelitian ... 14 4. Hasil Uji Normalitas ... 58


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial, di samping akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan. Maka tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang (Afrizal, 2013).

Walaupun banyak mendapat tanggapan di kalangan masyarakat namun tidak dapat disangkal bahwasanya pemerataan pembangunan merupakan salah satu indikator yang lazim digunakan oleh badan-badan dunia dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu Negara.

Pembangunan ekonomi adalah usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per kapita masyarakat pelaku ekonomi dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila upaya apabila tingkat pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product atau


(17)

GDP) pada suatu tahun tertentu lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi. Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang menaik. Ini tidak berarti bahwa pendapatan per kapita harus mengalami kenaikan terus menerus.

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dan lainnya. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah tingkat pertumbuhan PDB yang tinggi dan kerkelanjutan sehingga dapat berpengaruh terhadap stuktur ekonomi atau mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi.

Perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktur ekonomi merupakan suatu perubahan ekonomi yang berkaitan dengan realokasi kegiatan ekonomi ke dalam sektor-sektor pertanian, industri (manufaktur) dan jasa yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan memodernkan perekonomian (Chenery, 1986).

Diantara negara-negara kawasan Asia Tenggara, perekonomian Filipina menjadi yang terbaik dibandingkan banyak tetangganya yang babak belur seperti


(18)

dengan negara-negara tersebut, Filipina juga harus mengalami pelemahan nilai tukar peso dan merosotnya nilai saham meskipun kinerja ekonominya luar biasa. Setelah mengalami kontraksi hebat pada tahun 1998 akibat krisis, ekonomi Indonesia mulai mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2000, meskipun sebenarnya masih jauh dari harapan dalam arti perbaikan (recovery) ekonomi yang sesungguhnya. Organisasi Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD) memprediksi Indonesia akan meraih pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) tertinggi di antara enam negara utama di Asean pada periode 2012-2016

(Philstar.com 2/9/2013). Berikut tingkat PDB beberapa di Asean tahun 2010 sampai dengan 2013:

Tabel 1. Outlook Pertumbuhan Domestik Bruto Asia Tenggara ( dalam %)

Tahun

Negara

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam

2000 4.9 8.3 4.0 10.3 4.6 6.1

2001 3.3 0.4 3.4 2.0 1.8 5.8

2002 4.5 5.4 3.7 4.2 5.3 7.1

2003 4.8 5.8 4.9 4.6 7.1 7.3

2004 5.0 6.8 6.7 9.2 6.3 7.8

2005 5.7 5.0 4.8 7.4 4.6 8.4

2006 5.5 5.6 5.3 8.7 5.1 8.2

2007 6.3 6.3 6.7 8.8 5.0 8.5

2008 6.0 4.9 4.2 1.7 2.5 6.3

2009 4.6 -1.5 1.1 -1.3 -2.3 5.3

2010 6.1 7.2 7.3 14.5 7.8 6.8

2011 6.3 4.6 4.5 5.6 2.5 5.9

2012 6.2 5.6 6.8 1.3 6.5 5.2

2013* 6.4 5.8 7.2 5.8 6.9 5.3

Sumber: International Monetary Found, World Economic. 2013 * Angka Perkiraan

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu


(19)

di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut berbeda bila dibandingkan dengan Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7% (2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan ekonomi Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi

dibandingkan Indonesia dari periode 2002 hingga 2010. Meskipun demikian hal ini bisa dikatakan baik, karena Pada tahun 2008, terjadi krisis global yang berpusat di Amerika Serikat. Krisis ini memberikan dampak yang cukup besar dalam

perekonomian global khususnya bagi negara-negara yang mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Indonesia juga merasakan dampaknya meskipun tidak sebesar krisis moneter pada tahun 1998. Perlambatan ekonomi dunia yang semakin dalam dan anjloknya harga komoditas global mendorong merosotnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sehingga transformasi struktur ekonomipun terpengaruh.

Transformasi struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan laju pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa dibandingkan dengan laju pertumbuhan di sektor pertanian, sehingga secara agregat kontribusi sektor pertanian akan relatif menjadi semakin lebih kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan jasa, sehingga perekonomian menjadi semakin modern.


(20)

Pertumbuhan ekonomi wilayah dan/atau daerah atau provinsi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi melalui kenaikan seluruh nilai tambah (value added) di wilayah tersebut. Perhitungan Pendapatan wilayah pada awalnya dibuat berdasarkan harga berlaku. Namun agar dapat melihat

pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, maka harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya diyatakan dalam harga konstan. Biasanya Badan Pusat Statisik (BPS) dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam harga berlaku dan harga konstan. Berikut akan ditampilkan Tabel yang memperlihatkan PDB Indonesia selama 14 Tahun (2000-2013):

Tabel 2. Pendapatan Domestik Bruto ADH Konstan di Indonesia Tahun 2000-2013 (Milyar Rupiah)

Tahun PDB %Pertumbuhan

2000 1226139,9

2001 1646322 15.58%

2002 1821833.4 9.63%

2003 2013674.6 9.53%

2004 2295826.2 12.29%

2005 2774281.1 17.25%

2006 3339216.8 16.92%

2007 3950893.2 15.48%

2008 4948688.4 20.16%

2009 5606203.4 11.73%

2010 6446851.9 13.04%

2011 7419187.1 13.11%

2012 8229439.4 9.85%

2013 9074969.2 9.41%

rata-rata 13.38%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Dijelaskan dalam Tabel 2 adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia dalam kurun waktu 2000 sampai 2013, dimana data ini menggambarkan bagaimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang selalu


(21)

mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu besar perubahannya.

Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) yang beroperasi di daerah tersebut, sehingga secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh besar-kecilnya transfer payment atau bagian dari pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau dana dari luar wilayah yang masuk ke dalam wilayah.

Permasalahan pokok yang ada dalam pembangunan suatu daerah terletak

pada penetapan prioritas kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan

menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan agar pelaksanaan pembangunan daerah menuju kepada pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru serta merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Diterbitkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 / Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 / Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Kedua undang-undang tersebut, memiliki makna yang sangat penting bagi daerah karena adanya pemberian urusan, sumber daya


(22)

manusia dan pembiayaan, yang selama ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat.

Urusan dimaksud mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali urusan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama serta moneter dan fiskal. Dalam urusan pembiayaan, daerah dapat menggali sekaligus

menikmati sumber-sumber potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa adanya intervensi terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan dapat berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya terciptanya peningkatan pembangunan di daerah.

Pemerintah daerah mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat

daerah. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan

masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal. Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan

kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

Proses pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di suatiu daerah pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer


(23)

menuju sektor sekunder. Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor industri, perdagangan dan jasa.

Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prospek pertumbuhan yang cukup baik dalam kisaran 6% sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Provinsi Lampung juga memiliki potensi sumber daya alam yang menjadi andalan komoditas ekspor dan sumber daya pariwisata yang mulai

menarik wisatawan asing. Perekonomian Lampung masih berbasis perekonomian agraris dimana sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup masyarakat. Struktur ekonomi Lampung berdasarkan PDRB menurut sektoral dapat dilihat dari pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan Tahun 2013.


(24)

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa perekonomian Lampung masih didominasi oleh 4 (empat sektor) ekonomi yang utama, yaitu sektor pertanian, industri

pengolahan, perdagangan/hotel/restoran dan transportasi/komunikasi. Kontribusi keempat sektor ini dalam perekonomian Lampung mencapai kisaran 75 s.d 80 persen. Sektor pertanian dalam kuruan waktu lima tahun terakhir tetap

memberikan kontribusi terbesar. Pada Gambar1dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian sedikit menurun dari 38.89% tahun 2009 menjadi 35.54% di tahun 2013. Sektor perdagangan/Hotel/Restoran sebagai kontributor terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 13.44% di tahun 2009 meningkat menjadi 15.94% di tahun 2013. Sektor industri dan pengolahan yang menempati posisi ketia dengan kontribusi meningkat dari 14.07% di tahun 2009 menjadi 15.52% di tahun 2013. Sektor lainnya yang juga memberikan konstribusi cukup besar adalah sektor transportasi/komunikasi. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 9.90 persen di tahun 2009 dan meningkat menjadi 11.76 persen di tahun 2013. Sektor kegiatan ekonomi yan memberikan kontribusi paling rendah adalah sektor listrik dan air bersih, yaitu 0.58% di tahun 2009 dan 0.56% di tahun 2013.

Ditinjau kembali PDRB Lampung berdasarkan sektor ekonomi (lapangan usaha) selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, telah terjadi pergeseran struktur ekonomi Lampung yang ditandai dengan

menurunnya kontribusi sektor ekonomi pertanian di tahun 2013. Sedangkan jika diamati PDRB Lampung dari sisi permintaan yaitu diamati dari komponen pengaluarannya terjadi perubahan yang signifikan PDRB Lampung dari komponen impor barang dan jasa di tahun 2013.


(25)

Gambar 2. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2009-2013

Sumber: Susenas, Badan Pusat Statistik. 2014

Berdasarkan Gambar 2, selama lima tahun terakhir PDRB Lampung dari komponen pengeluaran masih didominasi oleh komponen konsumsi dan ekspor barang dan jasa yang terus mengalami peningkatan. Komponen konsumsi

menyumbang sebesar Rp 20,748.71 Miliyar di tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp 24,560.74 Miliyar di tahun 2013. Untuk komponen ekspor barang dan jasa di tahun 2009 menyumbang sebesar Rp18,944.63 Miliyar menjadi Rp 21,118.40 Miliyar di tahun 2013. Komponen ekspor barang dan jasa mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp 23,974.26 Miliyar. Sedangkan komponen impor barang dan jasa mengalami penurunan yang siginifikan selama lima tahun terakhir dari Rp 14.700.48 Miliyar di tahun 2009 turun menjadi Rp 4.330.62 di tahun 2013.

Penurunan komponen impor barang dan jasa di Lampung menunjukkan

pergeseran komponen PDRB Lampung yang lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi regional dengan menurunnya tingkat ketergantungan supply barang dan

0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00 40,000.00 45,000.00 50,000.00

2009 2010 2011 2012 2013

PDRB Lampung dan Komponen Pengeluaran

PDRB Konsumsi Swasta Pengeluaran Pemerintah

Investasi (PMTB) Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa


(26)

jasa dari luar negeri. Dengan demikan, akan meningkatnnya peran pertumbuhan ekonomi regional yang selanjutnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan

masyarakat di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat perolehan pendapatan per kapita menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Sebaliknya penurunan pada tingkat pendapatan per kapita menunjukkan tingkat kesejahteraan yang semakn menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor dan transfer yan mengalir keluar (transfer out) sama dengan transfer masuk (transfer in) maka pendapatan per kapita dapat ditunjukkan melalui tingkat PDRB per kapita. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang transformasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung dengan judul penelitian sebagai berikut “Analisis Transformasi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000-2013.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana transformasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013?

2. Komponen-komponen permintaan agregat manakah yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung selama periode 2000-2013?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah:


(27)

1. Mengetahui transformasi sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013.

2. Membuktikan secara empiris pengaruh komponen-komponen permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung selama periode 2000-2013.

D. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai transformasi sektor ekonomi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh komponen-komponen permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Pusat Provinsi Lampung tentang komponen-komponen permintaan agregat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

E. Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada di suatu negara maka peran sektor pertanian semakin lama semakin kecil (baik proporsi terhadap produksi nasional maupun tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian) kemudian digeser perannya oleh sektor industri. Dalam proses pembangunan


(28)

ekonomi akan terjadi perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara. Pada masa – masa awal pembangunan ekonomi sektor primerlah yang mendominasi

perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumbangan sektor pertanian terhadap produksi nasional dan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian.

Makin berperannya sektor industri dalam perekonomian maka menyebabkan semakin besarnya produksi nasional karena sektor industri dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Dilihat dari besarnya tingkat produksi nasional maka diharapkan akan menaikkan pendapatan masyarakat di Negara yang bersangkutan, dimana peningkatan pendapatan ini diharapkan dapat semakin mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan yang ada. Adapun kerangka pemikiran yang akan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian tentang transformasi sektor ekonomi Lampung periode 2000-2013, direpresentasikan melalui Gambar 3 sebagai berikut.


(29)

Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian

F. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga sektor pertanian berkontribusi lebih besar terhadap PDRB Provinsi Lampung dibandingkan konstribusi sektor lainnya;

2. Diduga faktor dari sisi permintaan berpengaruh nyata dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung.

PDRB Provinsi Lampung Demand Side  Konsumsi

 Investasi

 Pengeluaran Pemerintah  Net Ekspor

Supply Side  Pertanian  Pertambangan  Industri  Listrik & Air  Bangunan  Perdagangan  Transportasi  Keuangan  Jasa-jasa

Pertumbuhan Ekonomi Lampung

Metode Shift Share

Transformasi sektor ekonomi Provinsi


(30)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasannya lebih terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun ruang lingkup penelitianya adalah mengetahui sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013, serta mengetahui secara empiris pengaruh komponen-komponen permintaan agregat terhadap


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto / Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang

dibutuhkannya.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan (Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas


(32)

produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi (Bhinadi:2003).

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai berikut.

a. Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar

Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun beberapastudi empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti kualitas SDM dan infrastruktur pendukung (Todaro : 2006).

b. Teori Transformasi Struktural

Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara


(33)

yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis. Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sektor pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor

modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.

c. Teori Model Solow

Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi, pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut. y = f (k) ... (1)

Dari persamaan 1 terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the law of

deminishing return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor


(34)

penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai berikut.

i = s f(k) ...(2)

Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.

Δk = i - kt ... (3) Yang mana adalah porsi penyusutan terhadap capital stock.

Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatancapital stock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan

mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.

Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara


(35)

mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. Δk = sf(k) - ( + n) kt, ...(4)

dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori ini diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).

Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

Δk = sf(k) - ( + n + g) kt, ...(5)

Yang mana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang

terus tumbuh.

Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong


(36)

kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen yang berusaha menjelaskan bahwa sumber-sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Modal dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi.

Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses learning by doing,

yang dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi. Efisiensi ini yang dapat meningkatkan produktivitas. Sehingga dalam hal ini kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

e. Teori Pertumbuhan Solow Dengan Unsur Human Capital

Teori ini memasukkan unsur human capital sebagai unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Human capital berperan sama dengan kapital yang bersifat fisik. Model awal teori ini ditulis sebagai

Y (t) = K (t)α {A(t)H(t)}1-α...(6)


(37)

Y : output

K : persediaan modal fisik A : kemajuan teknologi H : labor service

K dan H bersama-sama mempengaruhi output dan berlaku constant return to scale. Variabel H bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja sebagaimana dinotasikan sebagai berikut.

H(t) = L(t) G(E), dimana L adalah jumlah tenaga kerja, G adalah fungsi dari human capital per tenaga kerja yang digambarkan dalam tingkat pendidikan tenaga kerja (E). Variabel K dan L adalah dinamik dan dinotasikan sebagai berikut.

K = sK Y(t) dan L = nL(t) ...(7)

sK adalah bagian dari output yang disisihkan untuk akumulasi modal dengan asumsi tidak ada depresiasi, dan n adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tenaga kerja. Sementara itu teknologi sebagai faktor yang eksogen, dan SDM

dinotasikan sebagai berikut H(t) = sH Y(t) dimana sH adalah bagian dari sumber daya yang dicurahkan untuk akumulasi modal sumber daya manusia. Dalam accounting growth persamaan i bisa diubah diubah dalam bentuk logaritma natural dengan membagi masing-masing sisi dengan L sehingga menjadi sebagai berikut. Ln Yi/Li = αLn Ki/Li + (1-α) ln Hi/Li + (1-α) ln Ai ...(7)

Persamaan (8) menggambarkan kontribusi kapital per tenaga kerja, labor service per worker, dan residual terhadap output per worker. Persamaan tersebut da8pat


(38)

diturunkan lagi dengan mengurangi αLn (Yi/Li) dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Ln Yi/Li = α/(1- α) Ln Ki/Yi + ln Hi/Li + ln Ai ...( 9)

Persamaan (9) menggambarkan output per tenaga kerja yang dipengaruhi oleh

capital-output ratio (K/Y), labor services per worker dan residual. Persamaan (8) dan (9) tidak jauh berbeda, tetapi persamaan jauh (9) lebih menggambarkan perubahan dalam jangka panjang dalam variabel labor service per worker (H/L) dan residual (A) (Romer : 2006). A adalah residual yang menggambarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi output per worker, dimana termasuk di dalamnya adalah kemajuan teknologi.

3. Teori Perubahan Struktur (Transformasi) Ekonomi

Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai dengan pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan Produk Domestik Regional Bruto pada suatu negara atau suatu daerah (Abdiyanto, 2003). Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yangsemula lebih bersifat subsisten, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor jasa yang tangguh. Teori perubahan struktural yang terkenal dikemukakan oleh W. Arthur Lewis dan Hollis B. Chenery-Syrquin (Todaro, 2003) .


(39)

W. Arthur Lewis mengembangkan teori transformasi perekonomian subsisten dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain :

a. Perekonomian Tradisional

Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan

perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.

b. Perekonomian Industri

Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi. Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self-sustaining growth) dan perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di tarik dari


(40)

sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan.

Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi kepada pola kehidupan perkotaan.

Model perubahan struktur ekonomi selanjutnya adalah dari Hollis B. Chenery-Syrquin. Teori Chenery dikenal dengan teori Pattern of Development. Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi modal dan peningkatan sumber daya (Human Capital).

1) Dilihat dari Permintaan Domestik

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang-barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada.


(41)

Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi

peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

2) Dilihat dari Tenaga Kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.

Hasil penelitian empiris yang dilakukan Chenery dan Syrquin tahun 1975

mengidentifiakasikan bahwa, sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang kebutuhan pokok ke berbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia, perkembangan kota-kota dan industri perkota-kotaan bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari

pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari semula yang di dominasi oleh sektor primer meuju ke sektor-sektor non-primer (Tambunan, 2003).


(42)

Berkembangnya sektor pertanian (primer) yang kuat akan memberikan landasan bagi industri berdaya saing tinggi dengan dukungan sumber daya yang memadai. Industri yang tumbuh pesat akan mampu menyerap dukungan sektor pertanian sekaligus meningkatkan nilai tambahnya. Perkembangan industri dan pertanian pada akhirnya akan meningkatkan dan mendorong tumbuhnya sektor jasa dalam arti yang

luas,karena industri membutuhhkan dukungan perbankan, asuransi, periklanan, akuntansi, pelatihan, pemasaran, distribusi, pengangkutan dan berbagai jenis jasa lainnya.

4. Produk Domestik Regional Bruto

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).

a. Metode Langsung

Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil

penghitungan yang sama (BPS, 2008). Penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :


(43)

1) Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitunganmelalui pendekatan nilai tambah (value added). Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau subsektor tersebut.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005).

Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian , industri , Pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, angkutan , lembaga keuangan ; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana, 2000).


(44)

2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yangkomponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2008).

3) Pendekatan Pengeluaran (Expend Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008).

b. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi

Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini, digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian


(45)

masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :

a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

4. Metode Shift Share

Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu


(46)

tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P), dan Differential Shift ( D ).

B. Tinjauan Empirik

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil

penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Abdiyanto (2003) menganalisis proses perubahan struktur ekonomi yang mempengaruhi perubahan PDRB di Sumatera Utara yang menunjukkan bahwa pada tahun 1983 kontribusi sektor jasa lebih besar dibanding pertanian dan pada tahun 1993 kembali terjadi transformasi ekonomi dimana sektor industri memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi, struktur ekonomi Sumatera Utara kembali berubah dimana sektor pertanian lebih memberikan kontribusi dibandingkan dengan sektor industri.

Hidayat (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang menjadi sektor unggulan di Kota Manado dan bagaimana struktur perekonomian di kota tersebut. Hasil penelitian Hidayat menunjukkan bahwa yang menjadi sektor unggulan untuk periode tahun 2009-2010 adalah sektor keuangan,persewaan, & js, prsh, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan &komunikasi, dan sektor listrik,gas, dan air bersih.

Mulyanto (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui terjadinya transformasi struktural dan ketimpangan antar daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.


(47)

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa transformasi struktural yang terjadi tidak diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja sektoral dari sektor

pertanian ke sektor industri di kedua Kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan terjadinya dualisme transformasi struktural. Hubungan antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi yang berbentuk kurva U terbalik ternyata berlaku di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.

Arief (2013) melakukan penelitian untuk mengetaui struktur perekonomian dan pertumbuhan di provinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industry pengolahan dan sektor listrik gas dan air bersih. Dua sektor ini yang memberikan kontribusi paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu, ada empat sektor yang perkembangannya cepat dibandingkan dengan nasional, yaitu: sektor pertambangandan penggalian, industri penglahan, sektor listrik gas dan air bersih, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Keempat sektor inii dapat dikembangkan untuk mendukung perkembangan Provinsi Banten.

Bhaskara dan Arusha (2010) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi beberapa bantahan determinan pertumbuhan jangka panjang di tujuh negara Asia Selatan. Hasil menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penentu yang kuat dari tingkat pertumbuhan jangka panjang di tujuh Selatan-Asia negara. Kami menemukan bahwa faktor-faktor penentu yang kuat, dengan pengecualian FDI, semua signifikan secara statistik pada tingkat 5% atau 10%.

Islameel (2013) melakukan analisis untuk membandingkan dan menganalisis hubungan antara perubahan struktural dan pertumbuhan ekonomi di empat negara anggota OIC ( Indonesia, Malaysia, Nigeria dan Turki). Hasil analisis menunjukkan


(48)

bahwa negara-negara yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berhasil secara efektif mengubah kegiatan produktif mereka dari rendah ke sektor

produktivitas yang tinggi; dan diversifikasi ekonomi mereka dari monokultur, tergantung pada ekspor sumber daya alam tunggal atau sejumlah bahan baku pertanian, untuk manufaktur dan ekspor produk jadi.

El-Hadj (2010) melakukan analisisuntuk menjawab apakah negara-negara maju (Asia, Amerika Latin dan Afrika) mengikuti proses transformasi struktural yang sama. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa secara umum transformasi di negara berkembang menyerupai transformasi struktural di negara-negara maju.

Tabel 3. Ringkasan Penelitian Abdiyanto (2003)

Judul AnalisisTransformasi Ekonomi di Sumatera Utara Penulis/Tahun Abdiyanto / 2003

Tujuan Untuk menganalisis proses perubahan struktur ekonomi yang mempengaruhi perubahan PDRB di Sumatera Utara Model dan alat

analisis

Model Regresi Logaritma Berganda Alat: Ordinary Least Square

Hasil dan Kesimpulan

Transformasi ekonomi di Sumatera Utara pada tahun 1983 kontribusi sektor jasa lebih besar dibanding pertanian dan pada tahun 1993 kembali terjadi transformasi ekonomi dimana sektor industri memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi, struktur ekonomi Sumatera Utara kembali berubah dimana sektor pertanian lebih memberikan kontribusi dibandingkan dengan sektor industri.


(49)

Tabel 4. Ringkasan Penelitian Hidayat (2010)

Judul Analisis Struktur Perekonomian di Kota Manado Penulis/Tahun Januardy A.J. Hidayat / 2010

Tujuan Untuk megetahui apa yang menjadi sektor unggulan di Kota Manado dan bagaimana struktur perekonomian di kota tersebut.

Variabel PDRB atas dasar harga konstan. Model dan alat

analisis

Metode location Quotient ( LQ ) dan Shif-Share Jenis data Time series tahun 2009-2010.

Hasil dan Kesimpulan

Dari hasil analisis data,diketahui bahwa sektor ekonomi yang dapat dijadikan sektor ekonomi unggulan untuk periode tahun 2009-2010 adalah sektor keuangan,persewaan, & js, prsh, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan &komunikasi, dan sektor listrik,gas, dan air bersih. Dengan melihat perubahan sektor ekonomi unggulan tersebut maka dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kota Manado pada periode tahun 2010 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun 2002.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Mulyanto (2006)

Judul Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah

Penulis/Tahun Mulyanto Sudarmono / 2006

Tujuan Untuk mengetahui terjadinya transformasi struktural dan ketimpangan antar daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.

Variabel PDRB masing-masing kabupaten

Jumlah penduduk masing-masing kabupaten Model dan alat

analisis

Alat analisis : Sumbangan sektor, Location Quotient, Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan dan Overlay, indeks Wiliamson dan indeks Entropi Theil, serta analisis korelasi Jenis data Time series tahun 1983-2003

Hasil dan Kesimpulan

Transformasi struktural yang terjadi tidak diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja sektoral dari sektor pertanian ke sektor industri di kedua Kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan terjadinya dualisme transformasi struktural. Hubungan antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi yang berbentuk kurva U terbalik ternyata berlaku di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.


(50)

Tabel 6. Ringkasan Penelitian Arief (2013)

Judul Analisis Stuktur Perekonomian dan Pertumbuhan di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, dan Shitf Share Penulis/Tahun Arief Kurniawan S / 2013

Tujuan Untuk mengetaui struktur perekonomian dan pertumbuhan di provinsi Banten.

Variabel PDRB menurut sektor lapangan Model dan alat

analisis

Alat analisis: Location Quotient dan Shift Share Jenis data Data sekunder (2006-2011)

Hasil dan Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industry pengolahan dan sektor listrik gas dan air bersih. Dua sektor ini yang

memberikan kontribusi paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu, ada empat sektor yang

perkembangannya cepat dibandingkan dengan nasional, yaitu: sektor pertambangandan penggalian, industri penglahan, sektor listrik gas dan air bersih, dan sektor perdagangan hotel dan restoran.

Tabel 7. Ringkasan Penelitian Aris (2010)

Judul Analisis Ekonomi dan Potensi Pengembangan Wilayah Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen

Penulis/Tahun Aris Munandar / 2010

Tujuan Untuk mengetahui bagaimana potensi Kecamatan Gemolong jika ditinjau dari aspek ekonomi dengan tetap

mempertimbangkan aspek perencanaan wilayah sebagai hinterland Kabupaten Sragen

Variabel PDRB kabupaten Sragen menurut sektor lapangan. Model dan alat

analisis

Alat analisis: Location Quotient, Analisis Skalogram dan Shift Share

Jenis data Data primer (`wawancara dan metode survei) dan data sekunder

Hasil dan Kesimpulan

Secara ekonomi ada separo sektor di Kecamatan Gemolong yang basis, dan separo sisanya masuk dalam non basis, sektor-sektor non basis ini harus lebih dikembangkan seperti sektor pertanian yang selalu menurun karena memang sumber daya air permukaan yang kurang mendukung serta kurangnya jaringan irigasi.


(51)

Tabel 8. Ringkasan Penelitian Bhaskara Rao dan Arusha Cooray (2010) Judul Determinats of the Long-run Growth Rate in the

South-Asian Countries

Penulis/Tahun B. Bhaskara Rao dan Arusha Cooray / 2010

Tujuan Untuk mengidentifikasi beberapa bantahan determinan pertumbuhan jangka panjang di tujuh negara Asia Selatan. Variabel IRAT : rasio investasi terhadap GDP

FDIRAT : rasio penanaman modal asingg terhadap GDP EXRAT : rasio Ekspor terhadap GDP

M2RAT : rasio M2 terhadap GDP ΔlnP : tingkat inflasi

GRAT : rasio pengeluaran pemerintah terhadap GDP CORR : ukuran korupsi

POL : ukuran kelembagaan PEDU : angka partisipasi primer SEDU : angka partisipasi sekunder

REMRAT : rasio pekerja remitansi terhadap PDB BDRAT: rasio defisit anggaran terhadap PDB MILRAT : rasio pengeluaran milier terhadap PDB Model dan alat

analisis

Model Solow (Fungsi Produksi)

Ln yit = ln Ai0 + (gi0 + g1itZit + ..i3it)T + αln kit + ɛ it

Jenis data Data Panel Hasil dan

Kesimpulan

Hasil menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penentu yang kuat dari tingkat pertumbuhan jangka panjang di tujuh Selatan-Asia negara. Kami menemukan bahwa faktor-faktor penentu yang kuat, dengan pengecualian FDI, semua signifikan secara statistik pada tingkat 5% atau 10%. Bukti menunjukkan bahwa efek

pertumbuhan investasi relatif lebih kecil dibandingkan dengan faktor-faktor penentu lainnya seperti pendidikan. Hal ini mungkin karena investasi yang terjadi di tradisional dan sektor yang kurang inovatif. Penentu pertumbuhan adalah partisipasi murni rasio pria dan wanita sekolah dasar wanita dan pria sekunder. Demikian pula, hasil kami menunjukkan bahwa negara-negara yang lebih besar memiliki sektor keuangan yang tumbuh lebih cepat. Pengeluaran pemerintah memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa

pemerintah adalah penyedia utama pendidikan, kesehatan dan layanan lainnya di negara-negara Selatan-Asia. Demikian pula pengeluaran militer memiliki dampak positif pada pertumbuhan mungkin karena investasi mengambil tempat di infrastruktur dan barang modal.


(52)

Tabel 9. Ringkasan Penelitian Ismaeel Ibrahim Naiya (2013)

Judul Structural Change, Economc Growth and Proverty in OIC Countries: the case of Indonesia, Malaysia, Nigeria and Turkey

Penulis/Tahun Ismaeel Ibrahim Naiya / 2013

Tujuan Untuk membandingkan dan menganalisis hubungan antara perubahan struktural dan pertumbuhan ekonomi di empat negara anggota OIC ( Indonesia, Malaysia, Nigeria dan Turki)

Variabel PDB per kapita, Perubahan struktur demografi (Rata-rata urbanisasi), dan Perubahan struktur ekonomi (PDB per sektor) dan perubahan struktur sosial-ekonomi (tabungan dan investasi, utang luar negeri, Pembangunan manusia) Model dan alat

analisis

Model Analisis: Statistik deskriptif. Jenis data Sekunder (1960-2011)

Hasil dan Kesimpulan

Analisis menunjukkan bahwa negara-negara yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berhasil secara efektif mengubah kegiatan produktif mereka dari rendah ke sektor produktivitas yang tinggi; dan diversifikasi ekonomi mereka dari monokultur, tergantung pada ekspor sumber daya alam tunggal atau sejumlah bahan baku pertanian, untuk

manufaktur dan ekspor produk jadi. Malaysia dan Turki memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Nigeria dan Indonesia dalam hal stabilitas politik, pembangunan manusia dan manajemen ekonomi serta transformasi demografis. Bahkan, Indonesia juga lebih baik dibanding Nigeria dalam hal faktor ini. Faktor-faktor ini membantu negara-negara ini untuk dapat memiliki

berkelanjutan ekonomi pertumbuhan, transformasi struktural dan dapat secara substansial mengurangi kemiskinan. Stabilitas pemerintah (baik itu sipil atau militer) selama periode waktu yang berkelanjutan, memiliki kemauan untuk mengubah struktur produktif dalam perekonomian, memungkinkan negara untuk mengembangkan padat yayasan dalam bentuk penyediaan

infrastruktur dasar, pengembangan sumber daya manusia, hukum dan lembaga lainnya yang mendukung fungsi efektif dan efisien dari pasar.


(53)

Tabel 10. Ringkasan Penelitian El-Hadj Bah (2010)

Judul Structural Transformation Path Across Countries Penulis/Tahun El-Hadj Bah / 2010

Tujuan Untuk menjawab apakah negara-negara maju (Asia, Amerika Latin dan Afrika) mengikuti proses transformasi struktural yang sama.

Variabel PDB per kapita (1975-2000) Model dan alat

analisis

Model fungsi polinomial.

Yit= αi+ β1 log(xit) + β2 (log(xit))2+ β3(log(xit))3 + ... +ɛ it

Jenis data Data Panel 1955, 1960, 1965, 1970-2000 Hasil dan

Kesimpulan

Peneliti menggunakan proses transformasi struktural di negara-negara maju sebagai patokan untuk menganalisis secara rinci proses transformasi struktural di negara maju. Secara umum transformasi di negara berkembang menyerupai transformasi struktural di negara-negara maju.

Heterogenitas jalur transformasi struktural juga ada diantara sub-benua Afrika, Asia dan Amerika Latin dan di dalam masing-masing daerah. Asia adalah negara yang memiliki jalur

transformasi struktural paling dekat dengan negara-negara maju. Dimana fitur utama negara Asia yang memiliki saham industri yang tinggi. Negara-negara Afrika memiliki saham hasil pertanian yang rendah dan output pada PDB per kapita yang sangat rendah. Amerika Latin umumnya mengikuti fitur tranformasi seperti negara maju.


(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) dari periode 2000-2013. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan variabel yang digunakan adalah Konsumsi swasta, investasi (investasi dalam negeri dan investasi luar negeri), pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran variabel yang digunakan antara lain sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, keuangan, listrik dan air, bangunan, transportasi, dan jasa-jasa. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ini dirangkum dalam Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 11. Ringkasan Variabel Penelitian

Nama Variabel Simbol

Variabel

Periode Satuan

Pengukuran

Sumber Data

PDRB Y 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI

Konsumsi C 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI

Investasi I 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI

Pengeluaran Pemerintah G 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI


(55)

Pertanian Pt 2000-2013 Juta Rp BPS

Pertambangan Pb 2000-2013 Juta Rp BPS

Perdagangan Pd 2000-2013 Juta Rp BPS

Keuangan Keu 2000-2013 Juta Rp BPS

Industri Ind 2000-2013 Juta Rp BPS

Listrik dan air La 2000-2013 Juta Rp BPS

Bangunan Bg 2000-2013 Juta Rp BPS

Transportasi Tp 2000-2013 Juta Rp BPS

Jasa-jasa Srv 2000-2013 Juta Rp BPS

B. Batasan Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Variabel PDRB yang digunakan adalah PDRB Provinsi Lampung menurut harga konstan tahun 2000. Penggunaan PDRB menurut harga konstan adalah untuk menhilangkan adaya pengaruh inflasi dalam perhitungan PDRB tersebut pada rentang waktu penelitian.

2. Konsumsi

Variabel konsumsi yang digunakan adalah konsumsi swasta atau masyarakat Provinsi Lampung yang diperoleh dari SEKI-BI pada periode 2000-2013. 3. Investasi

Variabel investasi yangg digunakan adalah investasi langsung di Provinsi Lampung baik investasi dari dalam negeri maupun invstasi dari luar negeri atau foreign direct invesment (FDI).

4. Pengeluaran Pemerintah

Variabel pengeluaran pemerintah yang digunakan adalah jumlah pengeluaran pemerintah yang diperoleh dari SEKI-BI periode 2000-2013.


(56)

5. Net Ekspor

Variabel net ekspor yang digunakan adalah selisih antara ekspor dikurangi impor Provinsi Lampung yang diperoleh dari SEKI-BI periode 2000-2013. 6. Pertanian

Variabel pertanian yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil pertanian Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013. 7. Pertambangan

Variabel pertambangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil pertambangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.

8. Perdagangan

Variabel perdagangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil perdagangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013. 9. Keuangan

Variabel keuangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sector keuangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.

10. Industri

Variabel industri yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sector industri Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013. 11. Listrik dan Air

Variabel listik dan air yang digunakan adalah listik dan air Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.


(57)

12. Bangunan

Variabel bangunan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sektor kontruksi Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.

13. Jasa-Jasa

Variabel jasa-jasa yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sector jasa Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013

C. Gambaran Umum Provinsi Lampung

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang terletak paling selatan di Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi Lampung terletak di 103° 40’ - 105° 50’ Bujur Timur dan 6° 45’ - 3° 45’ Lintang Selatan. Batas wilayah Provinsi Lampung adalah sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjung Karang dan Teluk Betung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Teluk Betung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Dengan luas daratan sebesar 35.288,35 Km2. Kondisi alam di Provinsi Lampung sepanjang pantai sebelah barat dan selatan berbukit-bukit dan di bagian tengah merupakan dataran rendah. Sementara itu di sebelah timur sepanjang tepi Laut Jawa merupakan wilayah perairan yang luas dan memiliki potensi kelautan yang


(58)

cukup besar. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat. Dengan posisi demikian, Provinsi Lampung menjadi penghubung utama lalu-lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa maupun sebaliknya. Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai 833.847 Ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah perkebunan dengan luas 20,92% lading dan 20,50% pertanian.

Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yaitu: 1) daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 m diatas permukaan laut, 2) daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringannya antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut, 3) daerah dataran aluvial dengan kemiringan 0% sampai 3%, 4) daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m, dan 5) serta daerah river basin.

Pada tahun 2013, jumlah penduduk Lampung tercatat sebesar 7.767.312 jiwa. Secara adminisratif Provinsi Lampung dibagi menjadi 15 kabupaten / Kota. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 214 kecamatan, 1174 kelurahan dan 2.153 desa, termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera.


(59)

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode shift share dan regresi berganda.

1. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik yang digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional dan nasional).

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu :

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.

b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan dalam penelitian.

c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.


(60)

Dij = Nij + Mij + Cij

Nij = Eij x Ra Mij = Eij (Ri -Ra) Cij = Eij (ri-Ra) Keterangan :

Dij =Perubahan suatu variabel regional sektor (i) di Provinsi Lampung dalam kurun waktu tertentu.

Nij = Pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap perekonomian Provinsi Lampung.

Mij =Pertumbuhan proporsional atau pengaruh bauran industri sektor i di Provinsi Lampung.

Cij =Pengaruh keunggulan kompetitif sektor i di Provinsi Lampung. Eij =PDRB sektor (i) Provinsi Lampung pada awal tahun periode.

Ra =Selisih antara PDRB Indonesia tahun akhir dengan PDRB Indonesia tahun awal pada periode dibagi dengan PDRB Indonesia pada tahun awal periode.

Ri =Selisih antara PDRB Indonesia sektor i tahun akhir dengan PDRB Indonesia sektor i pada tahun awal periode dibagi dengan PDRB Provinsi sektor i pada tahun awal periode.

ri =Selisih antara PDRB sektor i di Provinsi Lampung tahun akhir periode dengan PDRB sektor i di Provinsi Lampung tahun awal periode dibagi dengan PDRB sektor i di Provinsi Lampung tahun awal periode.


(61)

Dalam penelitian ini juga akan menghitung nilai pergeseran bersih (PB), dengan nilai perhitungan yang didapat dari jumlah antara variabel Cij dan variabel Mij dimana jika perhitungan > 0 maka sektor tersebut masuk dalam golongan sektor maju (progresif) dan jika perhitungan < 0 maka sektor tersebut masuk dalam kategori sektor lambat berkembang.

2. Analisis Regresi Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dimana analisis ini merupakan salah satu metode yang sangat populer dalam mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang diterangkan dengan satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama disebut dengan variabel terikat sedangkan variabel berikutnya disebut sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi linear

berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.

Dalam analisis ini dilakukan bantuan program Eviews 4.1 dengan bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda

dengan metode kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang ideal dan dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya. Fungsi persamaan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:


(62)

Keterangan :

Y : PDRB Provinsi Lampung C : Konsumsi

I : Investasi

G : Pengeluaran Pemerintah

NE : Net Ekspor

et : Error term

E. Prosedur Analisis Data (Data Generating Procces)

Agar model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), model tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi-asumsi tersebut antara lain:

1. Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual observasi).

2. Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variabel bebas). 3. Tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang tidak konstan dari

variabel pengganggu)

Sebelum melakukan uji regresi, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang baik, yakni:

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah menggunakan uji Jarque-Bera (uji J-B). Hasil penghitungan nilai J-B


(63)

hitung ini dibandingkan dengan χ2–tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom = df) 2 dan α = 5%. Pedoman yang digunakan apabila J-B hitung > dibanding dengan χ2–tabel df 2 dan α 5%, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa data yang digunakan berdistribusi normal ditolak, dan sebaliknya.

b. Uji Heterokedastisitas

Dalam regresi linear ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = σ2

(konstan), semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya,

heteroskedastisitas diperolah pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditunjukkan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Kriteria uji digunakan:

a. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas. b. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata (α) yang

digunakan, maka persamaan mengalami heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk

mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) dalam Eviews. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka


(1)

53

1. H0 diterima Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau jika probabilitas t hitung > tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2. H0 ditolak Ha diterima apabila t hitung > t tabel atau jika probabilitas t hitung < tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah secara statistik bahwa koefisien regresi dari variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang bermakna dengan membandingkan nilai probabilitas (F-statistik) dengan F tabel, dengan kententuan jika FStatistik > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-sama, dengan formulasi hipotesis sebagai berikut: H0 : β1= β2= β3= 0 H0 diterima (Prob F-statistik signifikan pada α 5%),

artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1= β2= β3≠ 0 Ha diterima (Prob F-statistik tidak signifikan pada α = 5%), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hasil perhitungan membuktikan bahwa seluruh konrtibusi sektor ekonomi di Lampung memiliki nilai positif atau mengalami kenaikan, yang menunjukan bahwa seluruh sektor perekonomian di Lampung mengalami pertumbuhan, dengan sektor yang terbesar mengalami peningkatan adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi. Hasil perhitungan tiga komponen shift-share

diperoleh hasil jika pengaruh pertumbuhan perekonomian Nasional mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung, perhitungan ini juga menunjukan sektor yang paling terpengaruhi adalah sektor pertanian, dan diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar. Sektor ekonomi yang mengalami peningkatan ekonomi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

2. Dari hasil regresi diperoleh bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dipengaruhi oleh komponen-komponen permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel konsumsi, investasi, dan net ekspor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.


(3)

67

B. Saran

1. Secara keseluruhan sebagian besar perekonomian Provinsi Lampung dibentuk oleh sektor tersier, dibuktikan semakin meningkatnya kontribusinya terhadap PDRB, oleh karena itu diharapkan pemerintah Provinsi Lampung melalui dinas-dinasnya dapat membuat kebijakan dalam hal untuk pengembangan sektor sekunder dan primer, hingga sektor tersebut dapat berkembang dimasa mendatang.

2. Diharapkan kepada pemerintah Provinsi Lampung dapat mendukung sektor-sektor yang masuk dalam kategori sektor lambat berkembang seperti penanaman modal, penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor tertentu dengan cara promosi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi baik dalam mengikuti pameran di berbagai daerah, berkunjung ke luar negeri untuk mempromosikan potensi investasi dari Provinsi Lampung, serta membuat kebijakan-kebijakan agar dapat merangsang tumbuh kembang kemajuan suatu sektor.

3. Pemerintah Provinsi Lampung dan pemerintah kabupaten dan kota diharapkan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di wilayah kabupaten dan kota Provinsi Lampung dengan cara promosi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi baik dalam mengikuti pameran di berbagai daerah, berkunjung ke luar negeri untuk mempromosikan potensi investasi dari Provinsi Lampung, serta mengundang langsung para investor datang ke Lampung agar mereka lebih yakin menanamkan modalnya di Provinsi Lampung.


(4)

Abdiyanto. 2003. Analisis Transformasi Ekonomi di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Afrizal, Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011.Skripsi Jurusan IlmuEkonomi. Universitas Hasanudin. Makassar

Arsyad, L.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta

Awaluddin, Imam.2004. Nilai Tukar Rupiah Riil Equilibrium Sebelum dan Selama Masa Krisis. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol IV No. 02

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2004. Publikasi PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2008. Publikasi PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Publikasi PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013.

Bah, El-Hadj. 2010. Strucutral Transformation Paths Across Countries. New Sealand: Departement of Economics, The University of Auckland. Bhinadi,Ardito.2003. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan luar Jawa.

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Chenery, et.al. 1986. Industrialization and Growth. Oxford University Press Endah Astuti, Tri. 2009. “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Melalui

Komponen-Komponen Permintaan Agregat Terhadap Inflasi di Indonesia Periode 2000:01-2008:09”. Universitas Lampung

Enders, Walter (2004). Applied Econometric Time Series. Canada: Wiley & Son, Incorporated

Hidayat, Januardy A.J. 2013. Analisis Struktur Perekonomian di Kota Manado. Manado: Universitas Samratulangi Manado.


(5)

63

Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mankiw, N Gregory. 2000. Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga Muelgini, et,al. 2005. “Domestic and International Transmission Effect on

Inflation in Indonesia”. Makalah Seminar Akademik Tahunan Ekonomi

II “Indonesian Economy under Gobal Changes:Strengthening Monetary

-Fiscal Stability and Real Sector to Accelerate Economic Growth” Kerjasama FEUI-BI. Jakarta

Munandar, Aris. 2010. Analisis Ekonomi dan Potensi Pengembangan Wilayah Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas Maret. Naiya, Ismaeel Ibrahim. 2013. Strucuture Change, Economic Growth and Poverty

in OIC Countries: the case of Indonesia, Malaysia, Nigeria and Turkey.

Islamic Development Bank Jeddah: Economic Research and Policy Departement

Rao, B. Bhaskara and Cooray, Arusha. 2010. Determinants of the Long-Run Growth Rate in The South-Asian Countries. Australia: University of Western Sydney.

Romer, David. 2006. Advanced Macroeconomics. McGraw-Hill

S, Arief Kurniawa. 2013. Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, Shift Share. Universitas Negeri Semarang.

Sasmita, Tyas Dwi. 2011. “Analisis Dampak Langsung (Pass-Through Effect)

Nilai Tukar Rupiah per Dolar Amerika Serikat Terhadap Inflasi di Indonesia (Periode 200.01-2010.12)”.Universitas Lampung

Setiawan, Wawan. 2010. “Analisis Dampak Fluktuasi Perekonomian Global Terhadap Kebijakan Moneter”. Universitas Indonesia

Sudarmono, Mulyanto. 2006. Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jateng. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suryana (2000), Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan, Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat

Tambunan, Dr. Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Jakarta : Ghalia Indonesia

Tarigan, Robins (2005), Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara,


(6)

Todaro, Michael P and Smith, Stepen C. 2003. Economic Development. Boston: Pearson Addison Wesley

Todaro, Michael P and Smith, Stepen C. 2006. Economic Development. Boston: Pearson Addison Wesley

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 / Nomor 32 Tahun2004 tentang Otonomi Daerah

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 / Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Widarjono, Agus.2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia Fakulitas Ekonomi UII

http://www. Philstar.com http://www.bps.go.id/pdb.php www.fiskal.depkeu.go.id

http://lampung.bps.go.id/publikasi/buku/lda2013/index.html#/440/zoomed http://lampung.bps.go.id/publikasi//buku/skd2013