ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTUR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA PADA TAHUN 2000 – 2013

(1)

Oleh

DEWI SARTIKA SIREGAR

ABSTRAK

Pembangunan yang berkelanjutan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor tradisional menuju sektor modern, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Lampung Utara. Transformasi struktur ekonomi secara umum dapat dilihat sebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisi pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi Kabupaten Lampung Utara selama tahun 2000 - 2013 dan pergeseran peranan sektor ekonomi terutama dalam penyerapan tenaga kerjanya dan pertumbuhan serta kontribusi outputnya terhadap penyusunan PDRB Lampung Utara. Penenlitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan alat analisis Shift-Share, LQ (Location Quotien), dan Tipologi Klassen Hasil analisis shift-share PDRB dan tenaga kerja menunjukkan sektor industri merupakan sektor yang tumbuh pesat dengan tingkat kompetitif Cij tertinggi. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis pada tahun 2000 adalah sektor pertanian dan perdagangan, sedangkan pada tahun 2013 sektor yang menjadi basis adalah sektor industri, sektor LGA, sektor perdagangan dan jasa. Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa sektor industri, sektor LGA, sektor perdagangan dan sektor jasa merupakan sektor yang maju dan tumbuh cepat. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan atau transformasi struktur ekonomi di Kabupaten Lampung Utara dari sektor primer ke sektor sekunder pada tahun 2000 - 2013.

Kata Kunci :Transformasi, Struktur Ekonomi, PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, Shift Share , LQ dan Tipologi Klassen.


(2)

STRUCTURE ANALYSIS OF ECONOMIC TRANSFORMATION IN THE DISTRICT IN NORTH LAMPUNG 2000 - 2013

By

DEWI SARTIKA SEIREGAR

ABSTRACT

Sustainable development will create economic growth, which in turn resulted in changes in the economic structure. Structural transformation include of the change processes structure economy from traditional sector to the modern sector, as case in the happened of North Lampung regency. Change structure or transformation economy can be definition the changes of labor recruitment and the contribution regional gross domestic product (PDRB) in region. Purpose of the research to analyze structure economic in region during the year 2000 – 2013 and shift in the economic

sector, especially in the labor absorption and the growth and contributing to the preparation of PDRB output in North Lampung. Analyze data to use in data secondary from 2000 to 2013. This study used shift-share analysis, LQ (Location Quotient), and typology Klassen. The result of shift-share analysis of PDRB and employment show the industrial sector is a rapidly growing sector Rp.2.988,66 Milyar and 200.000 employments with the highest competitive level Cij, Rp.861,16 Milyar and 190.439 employments. LQ analysis results showed that in 2000 the sector base is agriculture (1,08) and trade (1,00), while in 2013 the sector which became the base is industrial (1,18), LGA (1,68), trade (1,15) and services (1,17) sectors. Klassen typology analysis results show that the industrial sector, LGA sector, trade and services sector is a sector that is advanced and fast growing. From these results it can be seen that there has been a change or transformation of the economic structure in North Lampung regency of the primary sector to the secondary sector in the years 2000-2013.

Keywords :Structural Transformation of Economy, PDRB, Employment Absorption, Shift Share, LQ and Typology Klassen


(3)

Oleh

DEWI SARTIKA SIREGAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dewi Sartika Siregar, dilahirkan di Bandar Jaya, pada tanggal 06 Oktober 1992. Sebagai anak kedua dari dua bersaudara, yang terlahir dari buah cinta kasih pasangan Bapak M.Abdir Siregar (Alm) dan Ibu Sarinah.

Pendidikan yang ditempuh penulis ialah dari Taman Kanak-Kanak PKK Candi Rejo diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Dasar SD N 03 Yukum Jaya

diselesaikan pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas Negeri 01

Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan pada tahun 2011 melalui jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank Indonesia (BI). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari 2014 selama 40 hari di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu penulis pernah mengikuti pelatihan jurnalistik dan forum mahasiswa tingkat nasional di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada bulan April 2014 selama tujuh hari.

Penulis pernah menjadi juara I Economics Best student Awards (EBSA) pada tahun 2013 mewakili jurusan. Penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan di lingkungan Universitas Lampung yaitu Pers Mahasiswa PILAR Ekonomi (PM PILAR) sebagai sekretaris umum. Selain itu penulis juga pernah menjadi Surveyor Bank Indonesia pada tahun 2015.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan, kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati untuk:

Ibunda Tercinta, Ibu Sarinah dengan segala limpahan kasih sayang, doa, keikhlasan, ketulusan, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa yang telah

diberikan sedari aku lahir kedunia hingga dewasa, sampai kapanpun tidak mungkin bisa terbalaskan dan takkan bisa tergantikan dengan apapun.

Kakakku tersayang Ahmad Faisal Siregar,S.Sos yang telah memberikan arahan, perhatian, kasih sayang, dan pembelajaran hidup yang luar biasa.


(9)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka

apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Al-Insyirah: 6-8)

Perubahan merupakan suatu hal yang tidak akan pernah bisa

dihindarkan, maka belajarlah untuk memahami dinamika dan

mengarahkan pola dari perubahan hidup.

(Dewi Sartika Siregar)

Jadilah manusia yang mampu memainkan perannya dengan baik

di atas pentas drama dunia.


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkankan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Transformasi Struktur Perekonomian Di Kabupaten Lampung Utara Pada Tahun 2000 - 2013.”Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M.Husaini, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ayahanda Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.


(11)

bidang akademik sejak awal hingga akhir masa perkuliahan.

6. Seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan. 7. Keluargaku Tercinta, ibu yang tiada hentinya mendukung dan tak pernah

lelah mendoakan, serta kakakku yang selalu memberikan arahan dan perhatian serta semangat dan motivasi.

8. Imam Dwi Prasetyo yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan tak pernah lelah menemani serta membantu penyelesaian skripsi ini.

9. Bu Hudaiyah, Bu Yati, Mas Usman, dan para staf Ekonomi Pembangunan yang telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

10. Sahabat - sahabat dari semester awal, Desi, Tria, Zahara, Gita, Rosi, dan, Wiwit, serta geng idola Wirda dan Ona yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan.

11. Sahabat – sahabat PM PILAR, Gita, Dina, Nanda, Mega, Suci, Odi, Fadli, serta adik – adik dan abangabang yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam perkuliahan. Serta seluruh teman-teman EP’11 yang tak dapat disebut satu persatu karena keterbatasan yang ada.

12. Teman–teman bimbingan 2011 Nurul, windy, Aming, Febi, Ari, Nisa, Nina dan Genio yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabatku Pandu, winda, Ita, Tyo, Dian, dan Niko yang selalu memberi nasehat dan motivasi hidup.


(12)

14. Kakak tingkat EP angkatan, 2009 dan 2010 serta adik-adik EP angkatan 2012 dan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun terima kasih banyak atas dukungannya.

15. Tim Surveyor Peninjauan Harga Bank Indonesia. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 8 April 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B.Rumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian... 12

D.Manfaat Penelitian... 13

E. Kerangka Pemikiran Teoritis... 14

F. Sistematika Penulisan ... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA A.LandasanTeori... 18

1. Teori Perubahan Struktural ... 18

2. Otonomi Daerah ... 20

3. Teori Pembangunan Daerah ... 21

4. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi ... 24

5. Ketenagakerjaan... 27

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 29

7. Alat Analisis... 29

B. Penenlitian Terdahulu... 33

III. METODE PENELITIAN A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

B. Jenis dan Sumber Data ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D Metode Analisis ... 45


(14)

ii

2. AnalisisLocation Quotient(LQ) ... 48

3. AnalisisTipologi Klassen... 49

IV. HASIL DAN PEMABAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian... 52

B. Hasil Analisis Perekonomian Lampung Utara ... 55

1. Analisis Konstribusi PDRB Sektoral Kab.Lampung Utara ... 55

2. Analisis Struktur Tenaga Kerja ... 76

3. Hasil analisisShift Share... 77

4. Hasil analisisLocation Quotient(LQ) ... 93

5. Hasil analisisTipologi Klassen... 96

C. Pembahasan ... 100

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 105

B.Saran... 107 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data yang Digunakan Dalam Penelitian ... L.1 2. Hasil AnalisisShift Share... L.9 3. Hasil Analisis LQ... L.13 4. Hasil Analisis Tipologi ... L.14


(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 16

2. Bentuk Klasifikasi Model Tipologi Klassen ... 51

3. Sub Sektor Pertanian Tahun 2000 - 2013 ... 57

4. Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2000 - 2013 ... 60

5. Sub Sektor Industri Pengolahan Tahun 2000 - 2013 ... 61

6. Sub Sektor LGA Tahun 2000 - 2013 ... 64

7. Sub Sektor Konstruksi Tahun 2000 - 2013... 66

8. Sub Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Tahun 2000 - 2013... 68

9. Sub Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2000 - 2013 ... 70

10. Sub Sektor Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaab Tahun 2000 - 2013 ... 71

11. Sub Sektor Jasa - jasa Tahun 2000 - 2013 ... 74


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Nilai PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Utama

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2000 dan 2013

(Dalam Milyar) ... 5 2. Persentase Konstribusi Persektor Terhadap PDRB Provinsi Lampung

Menurut Lapangan Usaha Utama ADHK Tahun 2000 Periode 2000 dan 2013 (Persen) ... 5 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Provinsi Lampung Yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun 2000 dan 2013 (Jiwa) ... 7 4. Konstribusi Sektor – Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB

Kabupaten Lampung Utara Menurut Lapangan Usaha ADHK Tahun

2000 Periode Tahun 2000 dan 2013 ... 9 5. Nilai dan Konstribusi PDRB Kabupaten Lampung Utara Menurut

Lapangan Usaha ADHK Tahun 2000 Periode Tahun 2000 dan 2013 ... 56 6. Penduduk Kabupaten Lampung Utara Usia 15 Tahun Ke Atas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2013 ... 76 7. Hasil Analisis Shift Share PDRB Kabupaten Lampung Utara Tahun

2000 – 2013 (Milyar Rupiah) ... 78 8. Hasil Analisis LQ Kabupaten Lampung Utara Tahun 2000 - 2013 ... 93 9. Klasifikasi Sektor Ekonomi Kabupaten Lampung Utara Dari Hasil

Analisis Tipologi Klassen Pada Tahun 2000 - 2013 ... 96 10.Hasil Analisis Struktur Perekonomian Kabupaten Lampung Utara Tahun


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba–lomba meningkatkan daya

saing. Salah satu upaya negara dalam meningkatkan daya saing adalah dengan merancang sistem perencanaan pembangunan, mulai dari lingkup nasional hingga regional. Pembangunan nasional di Indonesia juga bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah. Keberhasilan pembangunan negara tidak terlepas dari pembangunan–pembangunan daerah di bawahnya yang

merupakan komponen dari suatu negara. Keberhasilan pembangunan ini akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara.

Salah satu bentuk aplikasi untuk mengoptimalkan pembangunan daerah adalah dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah dimana setiap daerah memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur dan melaksanakan urusan pemerintahannya sendiri yang menjadi wewenangnya dan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah yang dimiliki. Dengan demikian setiap daerah dapat lebih mengetahui

permasalahan yang terdapat di wilayahnya, serta dapat mengoptimalkan pembangunan daerah dengan mengembangkan sektor–sektor potensial yang


(19)

efektif akan mengakibatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang lebih luas.

Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan ini merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dalam praktek, lajunya pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (Lia Amalia, 2007).

Pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Secara umum

pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan menaikkan mutu hidup yang dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan

dasar(Pambudi, 2010).

Pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional. Pembangunan wilayah merupakan salah satu tahap dalam strategi pembangunan nasional. Oleh karena itu penting untuk mempertimbangkan strategi pembangunan yang ada di suatu


(20)

3

Kewenangan Pemerintah Daerah sangat luas dalam mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, ini didasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 tentang

PemerintahanDaerah. Dengan adanya hal ini diharapkan setiap daerah atau wilayah yang ada di Indonesia melakukan pembangunan yang optimal dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi tiap–tiap daerah.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia. Sama hal nya dengan wilayah lainnya Provinsi Lampung juga melaksanakan pembangunan wilayah yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang efektif dapat dilihat dari meningkatnya total output wilayahnya yang diukur dengan tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menurunnya jumlah penduduk miskin dan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang diukur dari PDRB per kapita.

Proses pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang terjadi pada akhirnya akan menyebabkan transformasi struktural. Transformasi struktural diartikan sebagai proses pergeseran pertumbuhan dan konstribusi sektorperekonomian yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam konsep pembangunan di atas seperti transfer tekonologi yang terjadi pada suatu masyarakat yang lebih

mengefisiensikan produksi dibandingkan dengan menggunakan proses manual, selain itu sumber daya manusia yang terinterfensi dengan lingkungan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat menjadi stimulus perubahan pola pikir dan sistem perekonomian suatu masyarakat, sehingga masyarakat juga mengalami


(21)

transisi konsep pemikiran yang tadinya bersifat tradisional menjadi lebih modern. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita. (Tambunan, 2001).

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan: (1) merosotnya pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2003).

Perubahan struktur yang terdapat dalam suatu perekonomian wilayah

mengindikasikan adanya perubahan struktur perekonomian yang menjadi motor penggerak ekonomi wilayah sedang bergeser dari sektor primer yang subsisten menuju sektor ekonomi modern yang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier.

Menurut Badan Pusat Statistik secara sederhana kita dapat melihat perubahan struktur perekonomian yang terdapat di Provinsi Lampung dengan melihat konstribusi sektor–sektor perekonomian terhadap pembentukan PDRB provinsi.

Berikut adalah konstribusi sektor–sektor perekonomian dalam pembentukan

PDRB Provinsi Lampung yang terjadi pada 14 tahun terakhir yaitu pada tahun 2000 dan 2013.


(22)

5

Tabel 1. Nilai PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha Utama Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2000 dan 2013 (Dalam Milyar)

No Lapangan Usaha Tahun

2000 2013

1. Pertanian 10.388,77 16.884,41

2. Pertambangan dan Penggalian 603,63 933,72

3. Industri pengolahan 3.112,08 6.097,67

4. Listrik , gas dan air bersih 77,96 192,61

5. Konstruksi 1.198,94 2.142,78

6. Perdagangan , hotel dan restoran 3.620,05 7.131,12 7. Pengangkutan dan komunikasi 1.276,33 3.883,73 8. Keuangan , real estate & jasa perusahaan 843,42 5.102,39

9. Jasa–jasa 2.124,80 3.754,91

Total 23.245,98 46.123,35

Sumber : BPS Provinsi Lampung tahun 2014

Tabel 2. Persentase Konstribusi Persektor Terhadap PDRB LampungMenurut Lapangan Usaha Utama Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 Periode 2000 dan 2013 (Persen).

No Lapangan Usaha Tahun

2000 2013

1. Pertanian 44,69% 36,61%

2. Pertambangan dan penggalian 2,60% 2,02%

3. Industri pengolahan 13,39% 13,22%

4. Listrik , gas dan air bersih 0,34% 0,42%

5. Konstruksi 5,16% 4,65%

6. Perdagangan , hotel dan restoran 15,57% 15,46% 7. Pengangkutan dan komunikasi 5,49% 8,42% 8. Keuangan , real estate & jasa perusahaan 3,63% 11,06%

9. Jasa - jasa 9,14% 8,14%

Total 100,00% 100,00%

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2014 Data Diolah

Tabel 1 dan Tabel 2 memaparkan mengenai nilai dan konstribusi dari sektor–

sektor ekonomi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Sektor yang pertama yaitu sektor primer, dapat dilihat dari Tabel 1 dan Tabel 2 bahwa nilai output dari sektor primer yang pertama yaitu sektor pertanian Provinsi Lampung memiliki trendyang positif selama kurun waktu penelitian, sedangkan dalam


(23)

konstribusinya terhadap akumulasi PDRB memilikitrendyang negatif atau selalu menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2000 sektor pertanian memberikan

konstribusi terhadap PDRB sebesar 44,69 persen dan pada tahun 2013 sebesar 36,61 persen. Sektor yang memberikan konstribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang pada tahun 2000 yang memberikan konstribusi sebesar 15,47 persen dan pada tahun 2013 sebesar 15,56 persen.

Sektor yang merupakan sektor yang memberikan konstribusi terbesar ke tiga sektor industri pengolahan, pada tahun 2000 memberikan konstribusi sebesar 3,39 persen dan pada tahun 2013 memberikan konstribusi sebesar 13,22 persen. Sektor Keuangan real estat dan jasa perusahaan di tahun 2000 memberikan konstribusi terhadap PDRB sebesar 3,63 persen dan pada tahun 2013 memberikan konstribusi sebesar 11,06 persen. Sektor ini mengalami perkembangan yang sangat cepat.

Serta sektor jasa–jasa merupakan sektor yang memberikan konstribusi terbesar

ke lima dalam struktur perekonomian Provinsi Lampung yang pada tahun 2000 memberikan konstribusi terhadap PDRB sebesar 9,14 persen dan pada tahun 2013 sebesar 8,14 persen. Berdasarkan pemaparan konstribusi sektor–sektor ekonomi

terhadap pembentukan PDRB di atas secara menyeluruh memperlihatkan bahwa struktur perekonomian Provinsi Lampung tidak terlalu mengalami perubahan, proporsi dari konstribusi sebagian besar masih tetap, yang banyak berubah terjadi pada sektor tersier.


(24)

7

Aspek penting lainnya dari transformasi struktural adalah sisi ketenagakerjaan. Nasoetion dalam Pambudi (2010), merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses transformasi dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor perekonomian dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi. Dengan peningkatan efisiensi transfer tenaga kerja pada sektor–sektor yang potensial akan mengakibatkan peningkatan perekonomian

yang optimal pada suatu wilayah.

Ketenagakerjaan juga merupakan indikator penting dalam transformasi struktural dimana pergeseran atau perubakan struktur dapat dilihat melalui perubahan

tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor–sektor tersebut. Jumlah tenaga kerja

penduduk Provinsi Lampung yang bekerja menurut lapangan usaha adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Provinsi Lampung Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun 2000–2013 (Jiwa)

No. Lapangan usaha Jumlah

Konstribusi (%) 2000 2013 2000 2013 1. Pertanian 1.920.238 1.794.308 66,11 51,69 2. Pertambangan dan penggalian 11.763 13.558 0,40 0,39 3. Industri pengolahan 199.580 289.173 6,87 8,33

4. LGA 6.516 5.703 0,22 0,16

5. Konstruksi 63.062 148.052 2,17 4,26

6. Perdagangan hotel dan restoran 329.905 600.918 11,36 17,31 7. Pengangkutan dan komunikasi 80.679 118.605 2,78 3,42 8. Keuangan , real estate & jasa perusahaan 7.767 51.795 0,27 1,49

9. Jasajasa 285.188 449.490 9,82 12,95

Total 2.904.698 3.471.602 100 100


(25)

Tabel 3 memaparkan mengenai jumlah penduduk Provinsi Lampung usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha pada tahun 2000 dan 2013. Pada tahun 2000 total penduduk yang bekerja di sektor primer sebesar 1.932.001jiwa, sektor sekunder sebesar 269.158 jiwa dan sektor tersier sebesar 703.539 jiwa. Sedangkan pada tahun 2013 penduduk yang bekerja pada sektor primer sebesar 1.811.605 jiwa, pada sektor sekunder sebesar 559.155 dan pada sektor tersier sebesar 1.321.566 jiwa.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pergeseran konstribusi sektor ekonomi secara menyeluruh diikuti dengan pergeseran tenaga kerja yang terdapat dalam pada sektor–sektor tersebut, dimana tenaga kerja di sektor pertanian terus

menurun dan sektor lainnya (sekunder dan tersier) mengalami peningkatan pada kurun waktu 2000 - 2013.

Perekonomian Provinsi Lampung yang telah dipaparkan di atas merupakan akumulasi dari perekonomian yang terdapat di seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Utara.

Dasar pertimbangan Kabupaten Lampung Utara dipilih sebagai daerah penelitian dikarenakan selain Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung, kabupaten ini memiliki karakteristik sebagai daerah

penghasil komoditas pertanian yang terus mengalami penurunan, serta kabupaten ini telah mengalami pemecahan atau pemekaran wilayah-wilayah baru. Kabupaten Lampung Utara mekar menjadi beberapa wilayah, yang pertama mekar menjadi Kabupaten Lampung Barat berdasarkan UU No.6 tahun 1991, kemudian mekar


(26)

9

kembali menjadi Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan UU No. 02 tahun 1997 dan yang terakhir mekar kembali menjadi Kabupaten Waykanan berdasarkan UU No.12 tahun 1999. Pemekaran daerah yang dilakukan berdasarkan Undang–

Undang otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pembangunan yang terdapat di setiap wilayah yang ada di Provinsi Lampung.

Pembangunan di Kabupaten Lampung Utara dilaksanakan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah pembangunan dalam aspek ekonomi. Perkembangan dalam perekonomian Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan perekonomian yang diukur dengan nilai PDRB. Dari nilai PDRB yang dihasilkan Kabupaten Lampung Utara memberikan informasi mengenai konstribusi sektor–

sektor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Lampung Utara sebagai berikut .

Tabel 4. Konstribusi Sektor–Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB

Kabupaten Lampung Utara Utama Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode2000 –2013 (Persen)

No Lapangan Usaha Tahun

2000 2013

1 Pertanian 48,42 34,69

2 Pertambangan dan penggalian 0,69 0,79

3 Industri pengolahan 12,73 15,60

4 Listrik , gas dan air bersih 0,26 0,70

5 Konstruksi 3,70 4,79

6 Perdagangan , hotel dan restoran 15,70 17,86

7 Pengangkutan dan komunikasi 4,63 8,05

8 Keuangan , real estate & jasa perusahaan 4,49 7,99

9 Jasa - jasa 9,40 9,54

Total 100,00 100,00


(27)

Tabel 4 menunjukkan konstribusi sektor–sektor ekonomi dalam pembentukan

PDRB Kabupaten Lampung Utara dalam kurun waktu tahun 2000–2013. Dari

tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa sektor primer, khususnya sektor pertanian selalu mengalami penurunan setiap tahunnya dalam memberikan konstribusi kepada PDRB Kabupaten, pada tahun 2000 sektor pertanian memberikan konstribusi sebesar 48,42 persen dan pada tahun 2013 memberikan konstribusi sebesar 34,69 persen. Sedangkan untuk sektor sekunder seperti industri

pengolahan selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2000 memberikan konstribusi sebesar 12,73 persen dan pada tahun 2013 sebesar 15,60 persen.

Pada salah satu sektor tersier yaitu sektor keuangan memberikan konstribusi yang terus meningkat, pada tahun 2000 sebesar 4,49 persen dan pada tahun 2013 sebesar 7,99 persen. Secara menyeluruh perekonomian Kabupaten Lampung Utara mengalami perkembangan dengan proporsi peringkat yang masih sama, akan tetapi terdapat pergeseran konstribusi dimana sektor primer terus menurun dan sektor sekunder dan tersier mengalami peningkatan.

Pembangunan di Kabupaten Lampung Utara dilaksanakan dalam segala aspek, termasuk pembangunan dalam aspek ekonomi. Sistem dan program perencanaan pembangunan disusun sedemikian rupa untuk mengakselerasi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tersebut.

Salah satu aplikasi untuk mengoptimalkan pembangunan adalah dengan dilaksanakannya otonomi daerah dimana daerah memiliki kewenangan untuk mengelola administrasi dan perekonomian wilayahnya secara optimal.


(28)

11

Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten tua yang banyak mengalami pemekaran wilayah, dimana pemekaran wilayah ini dirancang yang bertujuan untuk mengoptimalkan pembangunan daerah yang lebih efektif. Mulai dari tahun 1991, 1997 dan tahun 1999 Kabupaten Lampung Utara berkembang menjadi Kabupaten Lampung Barat, Tulang Bawang dan Kabupaten Waykanan. Setelah tahun 2000 kabupaten Lampung Utara kembali mengalami perkembangan dari 8 kecamatan menjadi 16 kecamatan. Berdasarkan perda No.08 tahun 2006, wilayah Kabupaten Lampung Utara dimekarkan menjadi 23 kecamatan dan 247 desa/kelurahan (Lampung Utara Dalam Angka, 2014).

Pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara diharapkan menciptakan

perkembangan perekonomian yang baik dengan didukung pembangunan wilayah yang optimal. Pertumbuhan perekonomian dapat dilihat dari nilai PDRB dan secara struktural dapat dilihat dari konstribusi sektor perekonomian yang terdiri dari sembilan sektor ekonomi.

Dimensi pokok dari pembangunan ekonomi adalah transformasi perekonomian. Dimana perekonomian primer yang bersifat subsisten bergeser menurun dan akan digantikan oleh sektor perekonomian modern yang ditopang oleh sektor sekunder dan tersier. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana pergeseran atau transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Utara setelah mengalami pemekaran wilayah apakah berbanding lurus dengan tujuan pembangunan ekonomi daerah. Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul“Analisis Transformasi Struktur Perekonomian Di Kabupaten Lampung Utara Pada Tahun 2000– 2013”.


(29)

B. Rumusan Masalah

Pembangunan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan transformasi atau pergeseran struktur perekonomian. Adanya perubahan konstribusi sektor–sektor perekonomian terhadap pembentukan

PDRB Kabupaten Lampung Utara serta perubahan penyerapan tenaga kerja yang terjadi menggambarkan adanya pergeseran atau transformasi struktur

perekonomian di Kabupaten Lampung Utara. Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis mengambil permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :

Apakah terjadi perubahan struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Utara dilihat dari konstribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2000–2013 berdasarkan pendekatanshift share, LQ dan Tipologi Klassen serta

perubahan penyerapan pada struktur ketenagakerjaan persektor ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk menganalisis pergeseran struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Utara dilihat dari konstribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2000–2013 berdasarkan pendekatanshift share,LQ dan Tipologi Klassen,


(30)

13

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai pembelajaran riil dan merupakan penerapan teori - teori akademis yang telah diperoleh selama studi diperguruantinggi, sekaligus sebagai tolak ukur pribadi tentang keilmuan yang diterima selama ini, dan juga sebagai tugas akhir yang merupakan syarat dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

2. Bagi Pemerintah daerah

Diharapkan sebagai bahan pertimbangan perencanaan strategis ekonomi di wilayah Kabupaten Lampung Utara, serta dapat memberikan informasi kepada pemerintah mengenai pergeseran struktur ekonomi dari tahun ke tahun guna menentukan kebijakan yang tepat bagi penyerapan tenaga kerja agar

pengangguran ditekan sedemikian kecil untuk meningkatkan PDRB.

3. Bagi pembaca

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam tulisan peneliti lainnya agar dapat memberikan konstribusi yang positif bagi penelitian–penelitian berikutnya.


(31)

E. Kerangka Pemikiran

Perkembangan perekonomian terbuka negara–negara di dunia memacu setiap

negara untuk melakukan perencanaan matang dalam perekonomiannya untuk meningkatkan daya saing, tak terkecuali dengan Indonesia. Negara

memformulasikan berbagai rumusan perencanaan guna menciptakan

pembangunan perekonomian yang efektif. Pembangunan ekonomi yang dilakukan pada skala nasional juga di dukung dari pembangunan ekonomi di tiap–tiap

daerah.

Salah satu aplikasi untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi daerah adalah dengan dilaksanakannya otonomi daerah dimana daerah memiliki kewenangan untuk mengelola daerahnya guna mengoptimalkan pembangunan ekonomi. Seperti yang terjadi di Kabupaten Lampung Utara. Otonomi daerah bertujuan untuk mencipatakn pertumbuhan ekonomi yang optimal serta meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat yang ada di daerah.

Menurut Chenery pembangunan ekonomi akan mengakibatkan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian yang terdapat di suatu wilayah. Dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan pergeseran atau transformasi sektor perekonomian, yaitu proses pergeseran pertumbuhan dan konstribusi sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer atau tradisional menuju sektor sekunder dan tersier atau sektor yang lebih modern. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan


(32)

15

komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita suatu masyarakat di suatu wilayah (Tambunan, 2001).

Secara sederhana perubahan struktur perekonomian ini dapat dilihat dari

konstribusi sektor–sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Lampung

Utara yang dihasilkan dalam periode tertentu. Proses perubahan struktur

perekonomian ditandai dengan: (1) merosotnya pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro,2003).

Aspek penting dari transformasi struktural adalah sisi ketenagakerjaan. Nasoetion (1991) dalam Pambudi (2010), merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses transformasi dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor perekonomian dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi. Dengan peningkatan efisiensi transfer tenaga kerja pada sektor–sektor yang potensial akan mengakibatkan peningkatan perekonomian

yang optimal pada suatu wilayah.

Untuk melihat proses transformasi struktural perekonomian wilayah dapat menggunakan pertumbuhan ekonomi dan pendekatan sektor–sektor

perekonomian yang membentuk struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Utara. Selain itu dapat dilihat pula dari penyerapan tenaga kerja pada masing–


(33)

masing sektor yang mengalami perubahan. Dalam menganalisis proses tranfosmasi struktur perekonomian dilakukan dengan beberapa pendekatan. Transformasi struktur perekonomian dapat dianalisis melalui konstribusi setiap sektor perekonomian terhadap PDRB dan komposisi penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor perekonomian. Selain itu juga ada beberapa model analisis yang lazim digunakan untuk menganalisis proses perubahan struktur ekonomi suatu wilayah, diantaranya adalah, LQ,shift sharedan Tipologi Klassen.Analisis ini sering dipergunakan untuk menganalisis proses perubahan struktur ekonomi misalnya pertumbuhan dan pergeseran pertumbuhan suatu variabel regional sektor dalam suatu daerah.

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Struktur Perekonomian Wilayah Pendekatan Sektoral

1. Pertanian

2. Pertambangan dan enggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air bersih 5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa

Pergeseran : 1. Penyerapan Tenaga Kerja 2. Konstribusi Terhadap PDRB

Struktur Perekonomian Kabupaten Lampung Utara Pembangunan Ekonomi


(34)

17

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini diuraikan dalam lima bab yang meliputi :

I. PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang dan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.

II. TIJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan landasan teori yang membahas dan menerangkan teori–teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian meliputi data atau variabel dan alat analisis penelitian IV. HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisi tentang diskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil.

V. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penelitian. DAFTAR PUSTAKA


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan pada mekanisme untuk mentransformasikan struktur perekonomian, dari pola perekonomian pertanian yang bersifat subsisten tradisional menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Lia Amalia, 2007).

Pada dasarnya teori mengenai perubahan struktural ini menjelaskan fenomena terjadinya perubahan struktur ekonomi di negara berkembang yang didominasi kegiatan perekonomian pedesaan menuju pada perekonomian yang berorientasi perkotaan yang didominasi dengan sektor industri dan jasa. Secara umum transformasi perekonomian ditandai dengan pergeseran kegiatan perekonomian dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa). Kegiatan produksi barang dan jasa yang sering disebut lapangan usaha dalam perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam tingkat regional dikelompokkan ke dalam sembilan sektor yaitu (1) sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3) sektor industri pengolahan; (4) sektor listris, gas dan air bersih; (5) sektor konstruksi; (6) sektor perdagangan, hotel dan


(36)

19

restoran; (7) sektor pengangkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, serta (9) sektor jasa jasa (Kuncoro,2004).

Teori Chenery

Chenery dalam Tambunan (2001), mengatakan bahwa pada umumnya

transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita.

Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam

perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang

berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya (Human Capital) (Kurniawan, 2013).Analisis teori Pattern of Development dapat dilihat dari permintaan domestik dan tenaga kerja, berikut penjelasannya :

a. Permintaan Domestik

Permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang


(37)

-barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor (Kurniawan 2013).

b. Tenaga Kerja

Dari sisi tenaga kerja akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut (Kurniawan 2013).

2. Otonomi Daerah

Dalam UU No.32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Selanjutnya daerah otonom didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwewenang mengatur dan mengurus administrasi, urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan


(38)

21

Republik Indonesia. Tujuan dari dilaksanakannya otonomi daerah adalah memungkinkan pemerintah lokal untuk dapat mendorong pembangunan yang efektif di daerahnya serta kebijakan – kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat sasaran sehingga pembangunan daerah lebih efisien. Otonomi daerah ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat yang dilihat dari pendapatan per kapita masyarakat.

3. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, semuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999).

Proses perencanaan pembangunan daerah dipengaruhi oleh dua kondisi yaitu kondisi dimana terdapat tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam produksi atau proses pembangunan perekonomiannya. Kondisi yang kedua yaitu kondisi yang memaparkan fakta bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda– beda (Kuncoro,2004).


(39)

a. Teori Ekonomi Neoklasik

Berdasakan teori neoklasik terdapat dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah. Berdasarkan teori ini, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya apabila modal bisa mengalir dengan lancar atau tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan modal mengalir dari daerah yang ber upah tinggi menuju daerah yang ber upah rendah dengan lancar (Arsyad, 1999).

b. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (Economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu basis dan non basis, dimana hanya kegiatan basis yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Kegiatan basis ini berhubungan dengan faktor – faktor produksi yang terdapat di suatu wilayah, seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja yang lebih luas (Tarigan, 2012).

Strategi pembangunan daerah yang timbul didasarkan pada teori basis ekonomi adalah penekanan terhadap pentingnya bantuan kepada pelaku usaha yang mempunyai pasar yang memiliki cakupan lebih besar, secara nasional maupun internasional. Hal ini diimplementasikan dalam kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu (Arsyad, 2004).


(40)

23

c. Teori Lokasi

Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki mengenai tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber – sumber yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Para pengusaha atau pelaku kegiatan akan cenderung memilih lokasi yang dapat

meminimumkan biaya produksi dan memaksimalkan keuntungan (Tarigan, 2012).

d. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place teory) merupakan teori yangmenganggap bahwa ada hirarki tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya (Yudi, 2012).

e. Teori Kaukasif Kumulatif

Menurut konsep dari teori kausatif kumulatif (cumulative causation) menunjukkan kondisi di daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk. Kekuatan - kekuatan pasar yang terjadi secara alamiah cenderung akan

memperparah kesenjangan diantara daerah maju dan terbelakang di suatu wilayah. Daerah yang maju dan lebih berekembang mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah lain. (Arsyad,2004).


(41)

f. Teori Daya Tarik

Teori daya tarik merupakan teori yang memaparkan mengenai pasar dan industrialisasi. Teori daya tarik industri merupakan suatu model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasari terbangunnya teori daya tarik adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif. (Arsyad, 2004).

g. Hipotesis Konvergensi

Konvergensi merupakan hipotesis yang menggambarkan proses pertumbuhan perekonomian di negara – negara atau wilayah – wilayah yang berbeda, pemaparan tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga mengurangi GAP pendapatan, produktifitas, tingkat upah dan berbagai indikator ekonomi lainnya yang terdapat dalam perekonomian. Dalam hipotesis konvergensi ini terdapat pola yang menggambarkan bahwa terdapat tendensi dari negara atau wilayah miskin untuk mengejar ketinggalannya dari wilayah kaya (Yudi, 2012).

4. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Berbagai teori – teori yang mengemukakan mengenai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dari berbagai ekonom adalah sebagai berikut :

a. Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam,


(42)

25

masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi.

Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja sehingga mengefektifkan proses produksi. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara (Kuncoro,2004).

b. Whilt Whitman Rostow

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu: masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju

kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of high mass consumption) (Yudi, 2012).

c. Friedrich List

Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang laizes-faire dapat menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan industri pengolahan


(43)

(Manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. (Kurniawan,2013).

d. Thomas Robert Malthus

Malthus menganggap bahwa pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan

sendirinya. Pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Menurutnya, proses pembangunan adalah proses naik turunnya aktivitas ekonomi, lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas perekonomian. Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut (Jhinghan, 2012).

e. Harrod – Domar

Teori Harrod – Domar menganggap bahwa pada dasarnya setiap perekonomian harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang – barang modal (gedung, alat – alat dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, dibutuhkan investasi - investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Diasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara besarnya total stok modal atau K, dengan GNP total atau Y, jika dibutuhkan modal sebesar US$3 untuk


(44)

27

terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikkan arus output nasional atau GNP. Dalam ilmu ekonomi hubungan ini dikenal sebagai rasio modal output (capital-output ratio) (Todaro,2003).

5. Ketenagakerjaan

a. Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan penduduk dalam usia yang bekerja. Angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnnya terlibat atau berusaha untuk dapat terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memperoduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu (Dumairy,1996).

Mereka yang termasuk angkatan kerja adalah masyarakat atau penduduk yang memiliki pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab serta penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari dan mengharap pekerjaan juga termasuk kategori angkatan kerja.

Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang pada periode referensi tidak mempunyai atau melakukan aktifitas ekonomi, penduduk bukan angkatan kerja juga didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan (BPS Provinsi Lampung, 2014).


(45)

Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu kelompok penduduk yang bekerja dan menganggur. Yang dimaksud pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang

mempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja

dikarenakan oleh suatu sebab atau alasan tertentu. Adapun yang dimaksud pengangguran adalah penduduk atau masyarakat yang termasuk angkatan kerja namun tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha, atau merasa mungkin tidak mendapat pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan (Bellante dan Jackson,1990).

b. Tenaga Kerja di Negara Berkembang

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di negara sedang berkembang (NSB) menjadi semakin serius. Tenaga kerja yang tidak bekerja bekerja secara penuh memiliki berbagai bentuk, dari hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilitized ). Oleh karena itu, dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi NSB perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan – kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin(Arsyad,1999).


(46)

29

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut. Sedangkan PDRB harga konstan menunjukkan nilai barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. BPS telah menetapkan tahun dasar adalah tahun 2000, sebelumnya adalah tahun dasar 1993. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS Provinsi Lampung,2014).

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau provinsi dalam suatu periode tertentu.

7. Alat Analisis

a. Analisis LQ

Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya besarnya peranan suatu sektor atau industri tersebut secara nasional. Banyak variabel yang bisa


(47)

diperbandingkan, tetapi secara umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut

(RobinsonTarigan,2012) :

LQ =

Keterangan :

Eij = PDRB atau kesempatan kerja sektor i di daerah penelitian Ej = PDRB atau kesempatan kerja total daerah Penelitian

Ein = PDRB atau kesempatan kerja di sektor i di perekonomian provinsi En = PDRB atau kesempatan kerja total di perekonomian provinsi

Apabila nilai perhitungan LQ >1 berarti peranan sektor tersebut di daerah penelitian lebih menonjol dari pada peranan sektor tersebut secara nasional. Hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor i dan

mengekspor ke daerah lain. Dengan demikian bahwa sektor i merupakan sektor basis ekonomi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sebaliknya, jika nilai LQ < 1 menunjukan peranan sektor tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut di wilayah provinsi.

b. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah analisis yang membandingkan perbedaan laju

pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dengan daerah nasional atau daerah yang ada di atasnya. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau


(48)

31

daerah yang lebih besar. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah terhadap nasional dapat dilihat dari: (1).Pertubuhan ekonomi nasional ( national growth effect ) yaitu bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap daerah. (2).Pergeseran proporsi (proportional shift) yaitu mengukur perubahan relatif (naik atau turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama di tingkat provinsi. Disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix), proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur – unsur luar yang bekerja secara nasional.(3) Pergeseran diferensial (differensial shift) mengetahui seberapa kompetitif sektor daerah tertentu terhadap provinsi.Defferential shift adalah akibat dari pengaruh faktor – faktor yang bekerja khusus di daerah (Robinson Tarigan,2012).

Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh: pertumbuhan nasional (N) atau national share merupakan komponen yang digunakan untuk melihat laju

pertumbuhan daerah dengan membandingkan daerah yang ada di atasnya, industri mixataubauran industri (M), dan keunggulan kompetitif ( C ). Menurut Prasetyo Soepomo (1993) bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponen-komponennya adalah :

D ij = N ij + M ij + C ij Sumber : Prasetyo Soepomo, 1993


(49)

c. Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen adalah salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten – kabupaten yang akan dianalisis dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Lampung sebagai daerah referensi dalam penelitian ini.Analisis Tipologi Klassen

menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008):

a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

b. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut


(50)

33

terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

d. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski < sk.

B.Penelitian Terhdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah :


(51)

1. Penelitian Akrom Hasani

Penelitian Akrom Hasani (2010), tentang “Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Analisis Shift Share Di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun

2003-2008”. Penelitian ini menggunakan teknik anlisis Shift Share. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dilihat dari hasil analisis shift share yang telah dilakukan untuk penyerapan tenaga kerja di provinsi Jawa Tengah tahun analisis 2003–2008. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan bahwa sektor industri yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja sebesar 17,88 % selanjutnya diikuti sektor perdagangan sebesar 13,25 % dan sektor jasa sebesar 11,19 % sedangkan sektor pertanian menunjukkan nilai negatif sebesar 57,67 % artinya bahwa telah terjadi pergeseran dalam penyerapan tenaga kerja di provinsi Jawa Tengah.

Hasil analisis shift share untuk konstribusi PDRB di provinsi Jawa Tengah tahun analisis 2003–2008. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan nilai positif semua dari 4 sektor tersebut, sektor industri yang paling banyak dalam memberikan konstribusi terhadap PDRB di provinsi Jawa Tengah sebesar 40,9 % diikuti sektor perdagangan sebesar 23,33 % dan sektor pertanian sebesar 22,97 % kemudian sector jasa sebesar 12,8 %. Data tersebut mengartikan bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional bergeser ke sektor perekonomian modern.

Struktur perekonomian di Provinsi Jawa Tengah telah bergeser dari sektor primer atau pertanian ke sektor sekunder atau industri, akan tetapi belum bergeser ke


(52)

35

sektor jasa meskipun sektor jasa merupakan sektor yang memungkinkan untuk terus berkembang. Pergeseran struktural ekonomi ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian ke sektor industri di provinsi Jawa Tengah.

2. Penelitian Sus Setyaningrum

Penelitian yang dilakukan Sus Setyanimgrum (2001), yang berjudul “Analisis Struktur Perekonomian Provinsi Daerah Istimewa YogyakartaPada Tahun

1993-1998”. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Analisis Shift-Share.

Penelitian ini memaparkan bahwa pada tahun 1993 – 1998 struktur perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh sektor industri pengolahan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari konstribusi yang diberikan oleh sektor – sektor tersebut tarhadap PDRB provinsi.

Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer memiliki nilai yang rendah dan memiliki tingkat petrumbuhan yang

lambat, sedangkan untuk sektor sekunder dan sektor tersier menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Dalam kurun waktu penelitian (1993 – 1998) semua sektor ekonomi mengalami peningkatan kecuali pada sektor konstruksi atau bangunan mengalami penurunan sebesar (-13,72%).

Persentase kenaikan pendapatan pada sektor ekonomi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut, sektor pertanian (9,67%), sektor pertambangan dan penggalian (1,63%), sektor industri pengolahan (22,49%), sektor listrik, gas dan air bersih (35,63%), sektor perdagangan, hotel dan restoran


(53)

(15,94%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,67%), sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan (21,21%), dan sektor jasa-jasa (14,64%). Dari

persentase tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan terbesar dialami oleh sektor listrik, gas dan air bersih kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan.

Berdasarkan hasil analisis Shift-Share tahun analisis 1993-1998 menunjukkan total laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki trend yang positif, artinya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dilihat dilihat pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga menunjukkan nilai positif terhadap sektor-sektor sejenis secara nasional. Jika dilihat dari pengaruh komponen bauran industri (Mij) menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listirk gas dan air bersih, Angkutan dan komunikasi menunjukkan kontribusi positif, sedangkan sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, keuangan, dan jasa

menunjukkan nilai negatif berarti sektor-sektor tersebut berkembang lebih lambat dibandingkan sektor sejenis secara nasional.

Pengaruh keunggulan kompetitif (Cij) menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian, listrik gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi menunjukkan kontribusi terhadap pendapatan yang negatif, sedang sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan hotel restoran, keuangan dan jasa persewaan, jasa menunjukkan nilai yang positif. Dapat disimpulkan hasil dari analisis Shift-Share adalah bahwa arah perekonomian sektor-sektor ekonomi Provinsi Daerah


(54)

37

Istimewa Yogyakarta didominasi oleh sektor industri pengolahan sebagai kontribusi terbesar dalam PDRB selama tahun 1993-1998.

3. Penelitian Kurniawan Arief

Penelitian Kurniawan Arief (2013), tentang “Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, Analisis Shift

Tahun 2007 – 2011”. Penelitian ini menggunakan teknik anlisis LQ dan Shift Share. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Analisis ini dilakukan untuk melihat struktur perekonomian Provinsi Banten dengan menggunakan dua alat analisis, yaitu dengan menggunakan pendekatan LQ dan Shift Share. Hasil penelitian menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor ekonomi yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis ekonomi atau sektor unggulan Provinsi Banten adalah Industri Pengolahan (2,0) dan sektor listrik, gas, dan air bersih (4,8). Kemudian di dapat dua sektor tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.

Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk memenuh kebutuhan luar daerah yaitu sektor komunikasi dan pengangkutan (1) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (1). LQ=1, artinya komoditas itu tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.

Hasil analisis LQ juga di dapat lima sektor lain yang termasuk sektor non basis, yaitu : sektor pertambangan dan penggalian (0), Sektor Bangunan (0,4),

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (0,4), Sektor Jasa-jasa (0,5) dan Sektor pertanian (0,5). Hasil analisis Shift Share didapat bahwa ada tujuh sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan dapat dikembangkan dengan baik yaitu


(55)

sektor pertambangan dan dan penggalian (4,63), sektor industri pengolahan (25,38), sektor listrik, gas dan air bersih (1,55), sektor bangunan (9,73), sektor perdagangan, hotel dan restoran (25,51), sektor komunikasi dan pengangkutan (25,43) dan sektor jasa-jasa (12,66).

Pada sektor pertanian memiliki nilai (-138,91) dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (-1996,08) yang merupakan sektor yang tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan sektor yang lainnya. Selain itu di dapat bahwa terdapat empat sektor yang perkembangannya cepat dibandingkan dengan nasional, yaitu: sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Keempat sektor ini dapat dikembangkan untuk mendukung perkembangan Provinsi Banten.


(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel merupakan suatu objek yang diteliti atau menjadi fokus perhatian dalam sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur ekonomi, Sektor Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air Bersih, Konstruksi, Perdagangan, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Jasa – jasa dengan indikator tenaga kerja dan PDRB. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah :

a. Struktur Perekonomian

Struktur Perekonomian merupakan variabel yang menentukkan besar kecilnya konstribusi masing – masing sektor ekonomi di suatu daerah. Dengan mengamati struktur ekonomi tersebut kita dapat melihat kekuatan ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi dapat dipakai untuk pengambilan keputusan dalam

mengarahkan sasaran kebijakan pembangunan yang telah dirumuskan dalam perencanaan pembangunan.

b. Sektor Pertanian

Sektor Pertanian merupakan nilai komoditas – komoditas pertanian dari sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan yang


(57)

diakumulasi menjadi total output sektor pertanian (BPS Provinsi Lampung, 2014).

c. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan nilai komoditas – komoditas pertambangan dan penggalian yang terdiri dari usaha penggalian, pengeboran, pencucian, pengambilan dan pemanfaatan segala macam bahan tambang, mineral dan bahan galian yang tersedia didalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas (BPS Provinsi Lampung, 2014).

d. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri pengolahan merupakan nilai yang dihasilkan dari usaha

pengolahan bahan organik maupun anorganik menjadi produk yang lebih tinggi nilainya baik dilakukan dengan tangan, mesin atau proses kimiawi . Sektor industri pengolahan terdiri dari sub sektor industri minyak dan gas bumi serta sub sektor industri tanpa migas (BPS Provinsi Lampung, 2014).

e. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih merupakan nilai produksi komoditas – komoditas yang diakumulasi dari subsektor listrik, gas dan air bersih. Di Kabupaten Lampung Utara sektor ini hanya meliputi kegiatan listrik dan air bersih, karena sampai saat ini produksi gas (Gas Kota) belum ada di Kabupaten Lampung Utara (BPS Provinsi Lampung, 2014).


(58)

41

f. Sektor Konstruksi

Sektor Konstruksi merupakan semua nilai yang dihasilkan dari usaha – usaha sub sektor konstruksi yang meliputi pembangunan,pembuatan, perluasan, pemasangan , perbaikan berat dan ringan, perombakan dari suatu bangunan atau konstruksi lainnya (BPS Provinsi Lampung, 2014).

g. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan semua keuntungan yang dihasilkan dari usaha – usaha penjualan dan penyediaan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terdiri dari tiga sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor

retoran/rumah makan (BPS Provinsi Lampung, 2014).

h. Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sektor Transportasi dan Komunikasi merupakan semua nilai yang diakumulasi dari semua kegiatan yang terdapat dalam subsektor Transportasi dan Komunikasi yang sebagian besar meliputi penganggkutan, pengiriman, telekomunikasi dan jasa penunjang komunikasi (BPS Provinsi Lampung, 2014).

i. Sektor Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan merupakan nilai dari semua hasil dari transaksi keuangan, persewaan dan jasa - jasa perusahaan. Sektor


(59)

sektor bank, Lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan yang terakhir sub sektor jasa perusahaan (BPS Provinsi Lampung, 2014).

j. Sektor Jasa – Jasa

Sektor Jasa adalah nilai seluruh produksi jasa – jasa yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah yang terdapat dalam sub sektor jasa swata dan jasa

pemerintahan. Penghitungan sektor jasa terdiri dari dua sub sektor, yang pertama yaitu sub sektor pemerintahan umum yang nilainya diakumulasi dari administrasi pemerintahan dan jasa pemerintahan lainnya. Sedangkan sub sektor yang kedua yaitu sub sektor swasta yang dihitung dari jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga (BPS Provinsi Lampung, 2014).

k. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total keseluruhan dari nilai tambah (alue added) yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Data PDRB tersebut merefelsikan potensi sekaligus kemampuan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi (BPS Provinsi Lampung, 2014).

l. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia


(60)

43

kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan penduduk dalam usia yang bekerja. Angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnnya terlibat atau berusaha untuk dapat terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memperoduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu.

Mereka yang termasuk angkatan kerja adalah masyarakat atau penduduk yang memiliki pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab serta penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari dan mengharap pekerjaan juga termasuk kategori angkatan kerja.

Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang pada periode referensi tidak mempunyai atau melakukan aktifitas ekonomi, penduduk bukan angkatan kerja juga didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan (BPS Provinsi Lampung, 2014).

B.Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode 2000 – 2013. Dengan menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan lapangan pekerjaan yang masih kosong atau lowong


(61)

terhadap tenaga kerja di pasar tenaga kerja, sehingga nilai variabel kesempatan kerja tercerminkan dari penyerapan tenaga kerja aktual dari penduduk yang berusia 15 tahun ke atas sektor lapangan usaha :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri

4. Listrik , Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Real estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa – jasa

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari : 1. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara 3. Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Lampung

C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui dokumen tertulis, terutama berupa arsip dan juga termasuk buku – buku tertentu, pendapat dan teori serta data – data dari dinas terkait yang berhubungan dengan masalah


(62)

45

penelitian. Data yang diperlukan adalah data jumlah tenaga kerja menurut lapangan kerja utama serta nilai PDRB Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2000 – 2013.

D.Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif - kuantitatif dengan

menggunakan teori dan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Akan tetapi penelitian ini lebih cenderung di dominasi dengan analisis deskriptif. Adapun alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah analisis yang membandingkan perbedaan laju

pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dengan daerah nasional atau daerah yang ada di atasnya. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau

produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.

Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah terhadap daerah yang ada di atasnya misalnya provinsi dapat dilihat dari: (1).Pertumbuhan ekonomi provinsi (growth effect ) yaitu bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi

terhadap daerah yang ada dibawahnya. (2).Pergeseran proporsi (proportional shift) yaitu mengukur perubahan relatif (naik atau turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama di tingkat provinsi. Disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix), proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur – unsur luar


(63)

yang bekerja secara eksternal.(3) Pergeseran diferensial (differensial shift): mengetahui seberapa kompetitif sektor daerah tertentu terhadap provinsi.

Defferential shift adalah akibat dari pengaruh faktor – faktor yang bekerja khusus di daerah (Robinson Tarigan,2012).

Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan provinsi (N) atau national share merupakan komponen yang digunakan untuk melihat laju

pertumbuhan daerah dengan membandingkan daerah yang ada di atasnya, industri mix atau bauran industri (M), dan keunggulan kompetitif ( C ). Menurut Prasetyo Soepomo (1993) bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponen-komponennya adalah :

D ij = N ij + M ij + C ij Sumber : Prasetyo Soepomo, 1993

Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti

j = Variabel wilayah yang diteliti (Kebupaten Lampung Utara) n = Variabel wilayah Provinsi Lampung

D ij = Perubahan sektor i di daerah j (Kabupaten Lampung Utara)

N ij = Pengaruh pertumbuhan provinsi terhadap sektor i di daerah j (Kabupaten Lampung Utara)

M ij = Bauran industri sektor i di daerah j (Kabupaten Lampung Utara)


(64)

47

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Tenaga kerja dan PDRB yang dinotasikan sebagai (y). maka :

D ij = y* ij – y ij N ij = y ij . r n

M ij = y ij ( r i n – r n) C ij = y ij (r ij – r i n) Sumber : Prasetyo Soepomo 1993

Keterangan :

y ij = Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j (Kabupaten Lampung Utara) y* ij = Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j akhir tahun analisis

r ij = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kabupaten Lampung Utara) r in = Laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi Lampung)

r n = Rata-rata Laju pertumbuhan Tenaga Kerja/PDRB di daerah n (Provinsi Lampung)

Sumber : Prasetyo Soepomo 1993

Keterangan :


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada struktur perekonomian Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2000–2013 maka dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan atau transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Utara dari sektor primer yaitu sektor pertanian menuju sektor sekunder.

Berdasarkan hasil analisis sektor–sektor ekonomi yang terdapat dalam struktur perekonomian Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2000 -2013 dengan menggunakan analisis konstribusi,Shift share, LQ dan tipologi klassen memperlihatkan bahwa sektor pertanian yang merupakan sektor primer mengalami penurunan baik secara konstribusi maupun dalam peranannya menyerap tenaga kerja yang terus menurun, serta dari hasil analisis shift share yang menunjukkan bahwa sektor ini tidak memiliki daya saing dengan Cij sbesar negatif -Rp.744,32 Milyar. Selain itu hasil analisis LQ didapat bahwa sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor basis perekonomian dengan LQ < 1, serta dalam penelitian selama 14 tahun terkhir pada tahun 2013 sektor pertanian termasuk kedalam sektor yang relatif tertinggal pada kuadran ke empat tipologi klassen.


(2)

106

Sektor ekonomi yang terdeteksi memiliki keunggulan kompetitif dan merupakan sektor basis pada tahun 2013 meliputi sektor industri pengolahan, sektor LGA, Sektor Perdagangan, dan sektor jasa. Dari sektor–sektor tersebut hanya ada tiga sektor basis yang menjadi sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa, dan sektor yang memiliki prioritas tertinggi yang mampu mendukung perkembangan dan memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten lampung Utara, diukur dari kinerja dan produktivitas kerja

pertumbuhan sektoral, adalah sektor industri pengolahan yang merupakan sektor sekunder.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka didapat bahwa sektor industri merupakan sektor yang mengalami peningkatan baik dalam konstribusi maupun peranannya dalam menyerap tenaga kerja. Dari hasil analisisshift shre sektor ini memiliki nilai keunggulan kompetitif sebesar Rp.861,16 Milyar dan secara total memiliki perubahan yang positif sebesar RP.2.988,66 milyar.

Dari hasil analisis LQ yang telah dilakukan sektor industri pengolahan pada tahun 2013 telah bertransformasi menjadi sektor basis dengan nilai indeks LQ > 1, yaitu sebesar 1,18. Berdasarkan kualifikasi sektoral pada tipologi klassen didapat bahwa sektor industri pengolahan tergolong ke dalam sektor kuadran I, yaitu sektor yang tumbuh dan maju pesat dimana pertumbuhan dan tingkat

konstribusinya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama ditingkat provinsi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Lampung Utara telah bertransformasi dari sektor primer bergeser ke sektor sekunder


(3)

107

B. Saran

1. Pembangunan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara harus lebih memberikan fokus terhadap sektor yang terdeteksi menjadi sektor–sektor unggulan yang memiliki tingkat kompetitif atau daya saing yang tinggi seperti sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan perekonomian daerah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menyusun program atau rencana strategis menyangkut pengembangan sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Lampung Utara.

2. Pemerintah daerah juga harus memberikan alokasi dana yang lebih untuk membangun sarana dan prasarana yang menunjang sektor unggulan. Hal tersebut bertujuan agar mobilitas perekonomian di Kabupaten Lampung Utara dapat berkembang lebih cepat.

3. Selain itu, pemerintah daerah harus memperhatikan kesiapan faktor tenaga kerja atau sumber daya manusia dalam menghadapi transformasi perekonomian dari primer menuju sekunder.

4. Pemerintah daerah juga harus memperhatikan sektor yang mengalami

penurunan dan pergeseran seperti sektor pertanian. Harus ada revitalisasi atau perbaikan sistem dalam tubuh sektor pertanian mengingat sektor pertanian merupakan sektor pokok yang sangat vital bagi berlangsungnya ketahanan pangan masyarakat. Jika penurunan sektor terus dibiarkan akan terjadi perubahan pola perekonomian dari produsen menjadi konsumen bahan hasil pertanian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyanto. 2003. Transformasi Ekonomi Di Sumatera Utara. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Amalia, Lia. 2007.Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Amir, Hidayat & Suahasil Nazara. 2005.Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 : Analisis Input Output. Jakarta : JEPI

Arsyad, Lincolin. 1999.Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN. . 2004.Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.. Yogyakarta : STIE YKPN

Badan Pusat Statistik. 2012. Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung. Lampung : BPS Provinsi Lampung.

2014. Lampung Dalam Angka 2014. Lampung : BPS Provinsi Lampung.

2011. Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung. Lampung : BPS Provinsi Lampung.

Barthos, Basir. 1999.Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan Makro. Jakarta : Bumi Aksara.

Bellante, Jackson. 1990.Ekonomi Ketenagakerjaan, Edisi Kedua, (terj), Wimandjaja. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Budiono. 1985.Teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Dumairy. 1996.Perekonomian Indonesia, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Hasani, Akrom. 2010.Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan

Shift-Share Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Jhingan, M.L. 2012.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


(5)

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi 3 dan 4. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Kurniawan, Arief. 2013.Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, Shift Share. Semarang : FE Universitas Negeri Semarang.

Kusreni, Sri. 2009.Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi sektoral dan Wilayah Serta Struktur Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah Perkotaan Di Jawa Timur. Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.

Minton, Jefri. 2011. AnalisiStruktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share Di Provinsi Sumatera Barat Periode Tahun 19802009. Padang : FE Universitas Andalas.

Pambudi, Andi. 2010.Pergeseran Struktur Perekonomian Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang: FE Universitas Diponegoro.

Prawira, Yudha dan Wahyu Hamidi. 2013.Transformasi Ekonomi Kabupaten Siak Tahun 20012010. Pekanbaru : FE Universitas Riau.

Setyaningrum, Sus.2010.Analisis Struktur Perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Tidak dipublikasikan.

Sjafrizal. 2008.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Badouse Media. Sjafrizal. 1997 .Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Barat. Jakarta : Prisma LP3ES

Sukirno, Sadono. 1992 .Beberapa Aspek Permasalahan Dalam Pembangunan Daerah. Jakarta : LPFEUI

.1985.Ekonomi Pembangunan ( Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan). Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Supomo, Prasetyo. 2001.Teori pertumbuhan berbasis ekonomi (Ekspor), Posisi dan Sumbangannya Bagi Pembendaharaan Alatalat Analisis Regional.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Supomo, Prasetyo. 1993.Analisis Shift Share, Perkembangan dan Penerapan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Tambunan, Tulus.T.H . 2001 .Transformasi Ekonomi Di Indonesia : Teori dan Penemuan Empiris. Jakarta : Salemba Empat.


(6)

Tarigan, Robinson.2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Todaro, Michael.P. 2003.Pembangunan EkonomiBagian I, Edisi 5. Jakarta : Bumi Aksara.

Yudi, Chandra. 2012.Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share Di Kabupaten Tulang Bawang Periode Tahun 20052009. Lampung : FEB Universitas Lampung.

Yunisvita . 2011.Transformasi Struktur Ketenagakerjaan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan. Palembang: FE Universitas Sriwijaya.