Pengertian Adat Pengertian tradisi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Bersyukur kepada Tuhan. 2. Mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan rahmat. 3. Meminta ampun atas kesalahan. b. Cara 1. Individual, seperti meditasi, bertapa dan yoga. 2. Kolektif umum, seperti khutbah, shalat berjamaah dan haji. 2. Menurut Hormans, ritual berawal dari kecemasan dan membaginya menjadi dua tingkatan, yaitu : a. Kecemasan primer yang melahirkan ritual primer. Ritual ini didefinisikan sebagai upacara yang bertujuan mengatasi kecemasan, meskipun tidak langsung berpengaruh terhadap tercapainya tujuan. b. Kecemasan sekunder sebagai upacara penyucian untuk kompensasi kemungkinan kekeliruan dan kekurangan dalam ritual primer. 3. Antony Wallace, meninjau ritual dari segi jangkauannya yakni sebagai berikut : 18 a. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan perburuan. b. Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. c. Ritual sebagai ideologis mitos dan ritual tergabung untuk mengendalikan suasana perasaan hati, nilai, sentimen dan perilaku untuk kelompok yang baik. Misal upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak dan tanggung jawab yang baru. 18 Ibid., 69 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Ritual sebagai penyelamatan salvation, misalnya seseorang yang mempunyai pengalaman mistikal seolah-olah menjadi orang baru, ia berhubungan dengan kosmos yang juga mempengaruhi dunia profan. e. Ritual sebagai revitalisasi penguatan atau penghidupan kembali yang bertujuan untuk penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat. Contohnya kegiatan istighotsah yang sering dilakukan warga NU. 19 Semua Agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Disamping itu, ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci; dan memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental. Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena itu, ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat, dilakukan sesuai dengan ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya maupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral. Sedangkan perilaku profan dilakukan secara bebas. Ritual ditinjau dari dua segi: tujuan makna dan cara. Dari segi tujuan, ada ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan; ada ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada 19 http:haznsinaga.blogspot.co.id201210makalah-pendidikan-agama-islam.html tgl 16-06-2016 pukul 4:40 wib digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan rahmat; dan ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan. 20 Adapun dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua: individual dan kolektif. Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada yang dilakukan dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti meditasi, bertapa, dan yoga. Ada pula ritual yang dilakukan secara kolektif umum, seperti khotbah, salat berjamaah, dan haji. George Homans menunjukkan hubungan antara ritual dan kecemasan. Menurut Homans, ritual berawal dari kecemasan. Dari segi tingkatannya, ia membagi kecemasan menjadi: kecemasan yang bersifat sangat, yang ia sebut kecemasan primer; dan kecemasan yang biasa, yang ia sebut kecemasan. Selanjutnya, Homans menjelaskan bahwa kecemasan primer melahirkan ritual primer; dan kecemasan sekunder melahirkan ritual sekunder. Oleh karena itu, ia mendefinisikan ritual primer sebagai upacara yang bertujuan mengatasi kecemasan meskipun tidak langsung berpengaruh terhadap tercapainya tujuan- dan ritual sekunder sebagai upacara penyucian untuk kompensasi kemungkinan kekeliruan atau kekurangan dalam ritual primer. Berbeda dengan Homans, C. Anthony Wallace 21 meninjau ritual dari segi jangkauannya, yakni sebagai berikut. 1. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan perburuan. 20 Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa… , 8-9 21 Djamari, Islam dan Kebudayan Indonesia…, 70 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 3. Ritual sebagai ideologis mitos dan ritual tergabung untuk mengendalikan suasana perasaan hati, nilai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik. Misalnya, upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak, dan tanggung jawab yang baru. 4. Ritual sebagai penyelamatan salvation, misalnya seseorang yang mempunyai pengalaman mistikal, seolah-olah menjadi orang baru; ia berhubungan dengan kosmos yang juga mem¬pengaruhi hubungan dengan dunia profan. 5. Ritual sebagai revitalisasi penguatan atau penghidupan kembali. Ritual ini sama dengan ritual salvation yang bertu¬juan untuk penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat. B. Ritual Islam Secara umum, ritual dalam Islam dibedakan menjadi dua, yaitu : 1 Ritual yang mempunyai dalil yang tegas dalam Alqur’an dan sunnah. Seperti sholat. 2 Ritual yang tidak mempunyai dalil, baik dalam Alqur’an maupun As sunnah. Contohnya marhaban atau mauludan dan tahlil. 22 Ditinjau dari sudut tingkatan dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1 Ritual Islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Umpamanya, salat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini 22 Iqbal Irham, Rasa Ruhani Spiritualitas di Abad Modern, Bandung : Cita Pustaka Media Perintis,2002, 100