PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh
JENNY PERMASIH
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
JENNY PERMASIH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) proses pengambilan keputusan penggunaan benih jagung hibrida, (2) hubungan antara karakteristik petani dan keputusan penggunaan benih jagung hibrida, dan (3) faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. Penelitian ini dilakukan di dua desa, kedua desa tersebut adalah Desa Sri Katon dan Waringin Sari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. Ada 80 (delapan puluh) responden dalam penelitian ini yang diperoleh dengan teknik
disproporsional stratified random sampling. Data di analisis dengan menggunakan analisis faktor (Analisis Komponen Utama). Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani dalam keputusan penggunaan benih jagung hibrida melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Pendapatan dan pengalaman petani berhubungan positif terhadap keputusan penggunaan benih jagung hibrida. Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi keputusan penggunaan benih jagung hibrida, komponen pertama adalah perbedaan individu yang terdiri dari persepsi petani tentang kecukupan benih jagung hibrida, tingkat pemahaman petani terhadap benih jagung hibrida, dan persepsi petani terhadap tingkat kedekatan tempat tinggal dengan kios saprodi. Komponen kedua adalah persepsi petani terhadap produk yang terdiri dari persepsi tentang ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, produksi, dan output. Komponen ketiga adalah persepsi petani tentang harga benih jagung hibrida.
(3)
ABSTRACT
DECISION MAKING PROCESS AND FACTORS AFFECTING THE USE OF HYBRID CORN SEEDS BY FARMERS IN ADILUWIH
SUB-DISTRICT OF PRINGSEWU REGENCY By
JENNY PERMASIH
The study aims to determine: (1) the decision making process of using hybrid corn seeds, (2) the relationship between the farmer’s characteristics and the decision on hybrid corn seeds, and (3) the factors that influence farmer’s decision to use hybrid corn seeds. This research is conducted in two villages, Sri Katon Village and Waringin Sari Timur Village of Adiluwih Subdistrict of Pringsewu Regency. There are 80 respondents determined by using disproportionate
stratified random sampling. Data were analyzed using factor analysis of Principal Component Analysis (PCA). The results showed that farmers in their decision in using hybrid corn seeds are through stages as the following: introduction needs, information searching, alternative evaluation, purchase decision, and post-purchase evaluation. Income and experience of farmers are positively related to decision of using hybrid corn seeds. There are three dominant factors that influence the decision of using hybrid corn seeds. The first component is
individual differences which consists of farmer’s perceptions of the adequacy of hybrid corn seeds, level in understanding the hybrid corn seeds, and farmer’s perception on distance of their house and agricultural kiosk. The second component is farmer’s perception of the product which consists of perception about plant resistance on pests and diseases, production, and output. The third component is farmer’s perception on hybrid corn seeds price.
(4)
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
JENNY PERMASIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
yang diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Pajaresuk, Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 2004, (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 3 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Gading Rejo yang diselesaikan pada tahun 2010.
Tahun 2010 penulis diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Asisten Dosen mata kuliah Sosiologi Pertanian, Asisten Dosen mata kuliah Kewirausahaan, dan Asisten Dosen pada mata kuliah Usahatani .
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Penulis dilahirkan di Pringsewu, pada tanggal 14 Januari 1992, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara, buah hati dari Bapak Gunadi (Alm) dan Ibu Ponirah. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah: (1) Taman Kanak-Kanak (TK) Budi Utama di Pekon Pajaresuk, Kabupaten Pringsewu
(8)
Terbanggi Besar Lampung Tengah dengan judul penelitian “Efektifitas Jam Kerja Tenaga Perawatan dan Pengamatan Bagian Agronomi Research And DevelopmentPT. Great Giant Pineapple” di Terbanggi Besar Lampung Tengah. Penulis juga pernah menjadi surveyor dalam kegiatan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan penelitian untuk skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dengan judul “Proses Pengambilan Keputusan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Benih Jagung Hibrida oleh Petani di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu”.
(9)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Benih Jagung Hibrida Oleh Petani di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu “. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Orang tua, kakak, semua kerabat tercinta atas dukungan moral, motivasi, dan
do’a yang selalu diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Sudarma Widjaya M.S., selaku pembimbing pertama dan pembimbing akademik yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama duduk di bangku kuliah dan menyelesaikan penelitian ini.
3. Ir. Umi Kalsum M. S., selaku pembimbing kedua atas bantuan, saran, dan kritik, serta pengarahan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M. Si., selaku pembahas atas saran dan kritik yang
(10)
bantuan yang telah diberikan.
6. Bapak Camat wilayah Adiluwih beserta staf, Bapak Kepala Desa beserta perangkat Desa Sri Katon dan Waringin Sari Timur, Ibu Tri Wahyuningsih beserta Bapak Endro Heru Saptono, S.P, selaku penyuluh pertanian Desa Sri Katon dan Waringin Sari Timur atas bantuan informasi yang diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Ketua kelompok tani Adikaton, Cahaya Tani, Makmur 1, dan Lestari beserta para anggotanya atas bantuan informasi yang diberikan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
8. Terimakasih Z. Arifin yang selalu memberikan semangat di setiap langkah penulis, serta sahabat terbaikku Tyas Sekartiara, Huda Nur Aini, Nita Oktami, Meita Sari, Vanessa dan Vega terimakasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010 Novita, Vina, Wida, Neno, Septa, Hani, Dwi Rizky, Tania, Ita, Sinta, Fitri, Asih, Yoan, Kasogi, Ludi,
Dani I, Dani P, Dimash, Reza, Seta, Ka Deby, Adel, Eli, Aya, Marcel,
Tunjung, Ova, Wayan, Jale, Mamat, Hasni, Edo, terimakasih atas pengalaman dan kebersamaannya selama ini. Semoga kelak kesuksesan menyertai kita semua, Amiiiin.
10. Atu dan kiyai Agribisnis 2007, 2008 dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012 dan 2013 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
(11)
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun ada sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Amiin.
Bandar Lampung, 29 September 2014 Penulis
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Tinjauan Pustaka... ... 9
1. Konsep Usahatani ... 9
2. Pendapatan Usahatani ... 11
3. Agronomi Jagung ... 14
2. Benih ... ... 16
3. Adopsi Inovasi ... 19
4. Teori Permintan ... 20
5. Teori Prilaku Konsumen... ... 24
a. Konsumen... ... 24
b. Karakteristik Konsumen... ... 25
c. Perilaku Konsumen ... 26
d. Pengambilan Keputusan... ... 26
e. Tipe Pengambilan Keputusan ... 29
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ... 31
g. Bauran Pemasaran ... 35
h. Persepsi dan sikap pelanggan ... 36
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 38
C. Kerangka Pemikiran ... 40
D. Hipotesis ... 44
III. METODE PENELITIAN... ... 46
A.Batasan Operasional Variabel... ... 46
B.Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian... ... 55
C.Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel... ... 56
(13)
A. Kecamatan Adiluwih ... 71
B. Desa Sri Katon... ... 72
C. Desa Waringin Sari Timur... ... 83
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 95
A. Karakteristik Responden... ... 95
1. Usia... ... 96
2. Pendidikan... ... 98
3. Pengalaman... ... 98
4. Penguasaan Lahan... ... 100
5. Pendapatan... ... 101
B. Hubungan Karakteristik Petani dengan Keputusan Penggunaan Benih Jagung Hibrida ... 110
C. Proses Keputusan Pembelian Benih Jagung Hibrida... ... 114
1. Pengenalan kebutuhan... ... 114
2. Pencarian informasi... ... 117
3. Evaluasi alternatif... ... 120
4. Keputusan pembelian... ... 121
5. Evaluasi pasca pembelian... ... 126
D. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Benih Jagung Hibrida di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu ... 130
1. Uji validitas dan realibilitas... ... 130
2. KMO, Bartlett’s Test, dan MSA... ... 135
3. Communallities... ... 136
4. Gambaran Perbedaan Total... ... 138
5. Scree Plot... ... 140
6. Komponen Acuan... ... 140
7. Rotasi Komponen Acuan... ... 142
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 155
A. Kesimpulan... ... 155
B. Saran... ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 157
LAMPIRAN ... 161
Tabel 43-65 ... 162-217 Gambar 10-11 ... 217
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung
per Kabupaten/kota tahun 2010-2012 ... 2 2. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi Lampung
tahun 2013 ... 3 3. Luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman jagung di Kabupaten
Pringsewu per Kecamatan tahun 2011-2013. ... 5 4. Sebaran penguasaan lahan petani di Desa Sri Katon dan Waringin
Sari Timur Kecamatan Adiluwih ... 58 5. Variabel-variabel yang diduga menentukan keputusan penggunaan
benih jagung hibrida oleh petani ... 63 6. Curah hujan di Desa Sri Katon, Kecamatan Adiluwih ... 73 7. Jenis dan luas lahan di Desa Sri Katon berdasarkan penggunaan ... 73 8. Jenis, luas lahan, dan produksi komoditas tanaman pangan unggulan
di Desa Sri Katon tahun 2013 ... 74 9. Jenis dan jumlah pengusahaan ternak di Desa Sri Katon ... 74 10. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat usia di Desa Sri Katon,
Kecamatan Adiluwih ... 75 11. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sri Katon,
Kecamatan Adiluwih ... 76 12. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencahariannya di Desa Sri Katon,
(15)
Adiluwih ... 77 14. Sebaran penduduk berdasarkan agama di Desa Sri Katon, Kecamatan
Adiluwih ... 77 15. Perilaku Pelaku Usaha Desa Sri Katon ... 80 16. Jenis dan Luas lahan menurut penggunaannya di Desa Waringin Sari
Timur ... 84 17. Jenis, luas lahan, dan produksi komoditas tanaman pangan unggulan di
Desa Sri Katon tahun 2013 ... 84 18. Jenis dan jumlah ternak di Desa Waringin Sari Timur ... 85 19. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat usia di Desa Waringin Sari
Timur ... 86 20. Sebaran penduduk berdasarkan pada mata pencaharian di Desa
Waringin Sari Timur, Kecamatan Adiluwih ... 87 21. Sebaran responden berdasarkan perilaku pelaku usaha di Desa
Waringin Sari Timur ... 90 22. Sebaran responden berdasarkan usia di Kecamatan Adiluwih, 2014 ... 95 23. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 97 24. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Kecamatan
Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 100 25. Sebaran responden berdasarkan penguasaan lahan di Kecamatan
Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 100 26. Rata-rata penerimaan, biaya, dan keuntungan petani di
Kecamatan Adiluwih MT 1 per Ha ... 102 27. Rata-rata penerimaan, biaya, dan keuntungan petani
di Kecamatan Adiluwih pada MT 2 per Ha ... 104 28. Sebaran karakteristik responden berdasarkan pendapatan per tahun di
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 110 29. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman... 111
(16)
31. Sebaran responden berdasarkan tahap pencarian informasi dalam
membeli benih jagung hibrida, 2014 ... 118 32. Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif dalam pembelian
benih hibrida, 2014 ... 120 33. Sebaran responden berdasarkan keputusan pembelian benih
Jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 122 34. Jenis, jumlah, dan harga benih hibrida yang dibeli oleh
konsumen, 2013 ... 125 35. Sebaran responden berdasarkan evaluasi pasca pembelian benih
hibrida di Kecamatan Adiluwih ... 127 36. Hasil uji validitas variabel faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian benih hibrida oleh petani di Kecamatan Adiluwih,
Kabupaten Pringsewu ... 131 37. Sebaran responden berdasarkan variabel dan skor yang diduga
mempengaruhi keputusan penggunaan petani ... 134
38. Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy
dan Bartlett's Test ... 135
39. Nilai initial dan Extraction ... 137 40. Nilai Total Variance Explained (Initial Eigenvalues) analisis faktor ... 138 41. Component Matrix tingkat keeratan variabel independen pada
analisis faktor ... 141 42. Nilai Rotated Component Matrix analisis faktor yang
mempengaruhi keputusan penggunaan benih hibrida oleh petani di
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Luas tanam jagung hibrida dan non hibrida di Kecamatan Adiluwih
tahun 2011-2013 ... 8
2. Proses pengambilan keputusan pembelian... ... 31
3. Tahap-tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian ... 33
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ... 35
5. Kerangka pemikiran penelitian pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida, 2014 ... 48
6. Pola tanam di lahan sawah desa Sri Katon ... 86
7. Pola tanam di lahan kering desa Sri Katon ... 82
8. Pola tanam di lahan sawah desa Waringin Sari Timur ... 91
9. Pola tanam di lahan kering desa Waringin Sari Timur... 92
10. Scree plot (pembentukan faktor) ... 142
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor. Tanaman pangan merupakan subsektor yang paling penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan pangan untuk kelangsungan hidup. Pembangunan pertanian dalam subsektor tanaman pangan diarahkan untuk meningkatkan produksi pangan, sehingga tercipta swasembada pangan.
Salah satu komoditas tanaman pangan yang terus ditingkatkan
produksinya untuk menunjang kebutuhan pangan nasional adalah jagung. Jagung merupakan komoditas pangan yang menduduki posisi kedua setelah padi di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra penghasil jagung. Produksi jagung di Provinsi Lampung adalah penyumbang nomor tiga nasional setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Provinsi Lampung sendiri tanaman jagung sudah tersebar di empat belas (14) Kabupaten/Kota seperti disajikan pada Tabel 1.
(19)
Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung per Kabupaten/kota tahun 2010-2012.
Nama Kabupaten Luas Panen (Ha) Pro duksi (ton) Pro duktivi tas Luas Panen (Ha) Pro duksi (ton) Pro duk tivit as Luas Pa Nen (Ha) Pro duksi (ton) Prdk tvts
2010 2011 2012
Lam. Barat 3.316 13.459 4,059 5.015 20.092 4,00 3.987 16.040 4,02 Tanggamus 13.920 65.294 4,691 4.813 2.393 4,65 4.329 20.226 4,67 LamSel 106.126 55.4447 5,224 115.810 518.667 4,47 111.627 539.522 4,83 Lam. Tim 126.413 621.254 4,914 133.186 644.243 4,83 90.202 442.579 4,91 Lam. Teng 105.078 516.183 4,912 104.246 5.994 4,94 95.975 476.112 4,96 Lam.Utara 34.944 140.744 4,028 36.496 149.554 4,09 35.681 146.834 4,12 Way Kanan 14.698 61.196 4,164 14.834 62.988 4,24 16.953 72.286 4,26 T. Bawang 14.080 52.116 3,701 2.991 11.557 3,86 1.674 6.495 3,88 Pesawaran 14.915 74.455 4,992 161.637 81.268 0,50 11.450 56.169 4,91 Pringsewu - - - 8.746 42.243 4,83 5.790 21.134 4,85 Mesuji - - - 1296 5.414 4,17 2.267 9.510 4,19 T. B. Barat - - - 2613 10.748 4,11 694 2.866 4,13 B. Lampung 148 713 4,818 114 545 4,78 56 268 4,79 Metro 904 3.629 4,014 709 3.088 4,35 426 1.865 4,38 Total 434.542 2. 067.710 49,517 447.509 2.126.571 57,83 380.917 1.817.904 62,9 Rata-rata
produktivitas
4.75 4.75 4.77
Sumber: Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung, 2013.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman jagung tersebar di 14 kabupaten/kota yang ada di Lampung. Total produksi jagung di Provinsi Lampung pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan dari 2.067.710 ton pada tahun 2010 menjadi 2.126.571 ton pada tahun 2011. Namun, pada tahun 2012 justru mengalami penurunan menjadi 1.817.904. Apabila dilihat dari rata-rata produktivitasnya, pada tahun 2010 mencapai 4,75 sedangkan pada tahun 2012 rata-rata produktivitas jagung tidak mengalami penurunan ataupun peningkatan. Pada tahun 2012 produktivitas jagung sedikit meningkat menjadi 4,77. Peningkatan produktivitas jagung yang terjadi masih belum maksimal sehingga masih perlu dilakukan upaya peningkatan produksi jagung di Provinsi Lampung.
(20)
Seiring perkembangan ekonomi, disamping sebagai bahan makanan olahan, jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan pokok industri baik industri RT (Rumah Tangga) ataupun industri pakan ternak. Proporsi penggunaan jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak pada tiga tahun terahir terus
mengalami peningkatan yang menyebabkan jumlah permintaan jagung juga semakin meningkat. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi Lampung tahun 2012.
Sumber : Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi penggunaan jagung lebih banyak untuk kepentingan industri pabrik pakan ternak yaitu sebanyak 470.400,00 ton jagung pipilan kering, sedangkan untuk konsumsi total hanya mencapai 129.838,00 dan sisanya digunakan untuk benih, industri makanan olahan dan industri rumah tangga.
Semakin banyaknya pabrik pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung yaitu sebanyak 6 (enam) pabrik pakan ternak besar, menyebabkan semakin
meningkatnya jumlah permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak. Dinas Pertanian Provinsi Lampung (2013) menyatakan Provinsi Lampung
No Keterangan Ketersediaan dan Penggunaan (ton)
1. Produksi 1.817.904,00
2. Benih 199.969,44
4. Ketersediaan 1.617.935,00
5. Tot. Konsumsi 129.838,00
6. Industri bahan makanan/olahan 748.897,00
7. Industri kecil/RT 268.800,00
(21)
dalam keadaan surplus jagung pada tahun 2012 sebesar 1.488.097 ton. Namun, surplus jagung di Provinsi Lampung hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sedangkan untuk kebutuhan industri seperti industri pakan ternak masih belum mencukupi bahkan mengalami defisit sebesar 268.800 ton per tahun.
Upaya peningkatan produksi jagung pada tingkat daerah perlu dilakukan untuk menurunkan defisit jagung yang terjadi di Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan karena kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan jagung sangat dipengaruhi oleh produksi jagung di daerah tersebut sehingga tingginya tingkat konsumsi dan penggunaan jagung harus diimbangi dengan peningkatan produksi agar tidak mengalami defisit.
Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi jagung di Provinsi Lampung, walaupun bukan sebagai produsen utama namun jagung merupakan komoditi unggulan di daerah tersebut. Tanaman jagung di Kabupaten Pringsewu tersebar di setiap wilayah kecamatan yang ada seperti dapat dilihat pada Tabel 3.
(22)
Tabel 3. Luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman jagung di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan tahun 2011-2013.
No Nama Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton) Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton) Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton)
2011 2012 2013
1 Adiluwih 5.390 3.780 13.797 4.032 3.882 14.169 4.392 3.892 14.206
2 Ambarawa 85 35 128 50 50 183 15 0 0
3 Banyumas 190 230 840 185 145 529 130 115 420 4 Gading Rejo 304 240 876 243 239 872 99 93 339 5 Pagelaran 430 375 1.369 435 370 1.351 635 110 402 6 Pardasuka 295 295 1.077 30 30 110 23 20 73 7 Pringsewu 100 100 365 135 135 493 81 81 296 8 Sukoharjo 775 735 2.683 556 541 1.975 578 395 1.442 Total 7.569 5.790 21.134 5.666 5.392 19.681 5.953 4.706 17.177 Rata-rata
produktivitas
3.65 3.65 3.65
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu, 2013.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Adiluwih merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Pringsewu, hal ini ditunjukkan pada luas tanam, panen dan produksi jagung yang ada di Kecamatan Adiluwih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Pringsewu.
Apabila dilihat dari produktivitasnya, rata-rata produktivitas jagung hanya mencapai 3,65 yang berarti masih berada dibawah rata-rata produktivitas jagung yang terjadi di Provinsi Lampung. Produktivitas sangat ditentukan oleh faktor produksi benih dan sarana produksi lainnya, dengan demikian produktivitas lahan tanaman jagung di Kecamatan Adiluwih masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan kombinasi faktor produksi.
Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
ekstensifikasi dan intensifikasi. Dalam kegiatan ekstensifikasi peningkatan produksi jagung dilakukan dengan perluasan areal tanam. Namun, hal ini
(23)
sulit untuk dilakukan dengan semakin sempitnya lahan pertanian yang ada. Selain itu, perluasan lahan pertanian jagung dapat menyebabkan penyempitan terhadap komoditi pertanian yang lainnya.
Kegiatan intensifikasi dimaksudkan untuk peningkatan produksi jagung melalui peningkatan produktivitas lahan dengan penggunaan kombinasi faktor produksi . Faktor produksi tersebut antara lain adalah benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida dan pengolahan lahan. Diantara faktor produksi tersebut, benih sangat berperan penting karena benih mempengaruhi indeks produksi yang dihasilkan.
Dewasa ini banyak benih jagung yang beredar di pasaran diantaranya terdiri dari 2 macam varietas yaitu bersari bebas dan hibrida yang memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Benih jagung varietas hibrida lebih tahan terhadap hama penyakit tanaman dengan tingkat produksi yang tinggi, sangat responsif terhadap pemupukan sehingga biaya produksi yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan dengan benih varietas lainnya. Bermacam-macam merek benih jagung yang beredar dikalangan petani baik bersari bebas ataupun hibrida membuat petani sulit untuk melakukan
pengambilan keputusan dari berbagai alternatif varietas benih jagung yang tersedia di pasaran.
Keputusan petani dalam menentukan suatu pilihan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu hal-hal yang melekat pada diri individu itu sendiri seperti kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografik, persepsi, pembelajaran, sikap dan kepercayaan termasuk juga karakteristiik
(24)
individu. Sedangkan faktor ektsernal berasal dari lingkungan sosial
konsumen itu sendiri seperti keluarga, dan kelompok acuan, serta pengaruh pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi). Penelitian mengenai proses pengambilan keputusan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih belum pernah dilakukan, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian ini.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1) Bagaimana tahap pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu? 2) Apakah terdapat hubungan karakteristik petani dengan keputusan
penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu?
3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
1) Keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
(25)
2) Hubungan karakteristik petani dengan proses pengambilan keputusan penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai: 1) Bahan informasi dan pertimbangan bagi produsen benih jagung
hibrida dalam perencanaan dan pengembangan poduk.
2) Bahan masukan bagi pihak pemasar dalam mengembangkan strategi pemasaran benih jagung hibrida.
3) Bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian sejenis.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor
produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga meberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).
Usahatani dapat dikelompokkan berdasarkan corak, sifat, organisasi, pola, serta tipe usahatani. Berdasarkan corak dan sifatnya, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani subsisten dan usahatani komersial. Usahatani komersial merupakan usahatani yang menggunakan keseluruhan hasil panennya secara komersial dan telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk,
(27)
dari kegiatan usahataninya untuk memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri. Usahatani berdasarkan organisasinya, dibagi menjadi tiga yaitu usaha individual, usaha kolektif dan usaha kooperatif.
a) Usaha individual
Usaha individual merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses usahataninya dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran, sehingga faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani dapat ditentukan sendiri dan dimiliki secara perorangan (individu).
b) Usaha kolektif
Usaha kolektif merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi .
c) Usaha koorperatif
Usahatani kooperatif ialah usahatani yang tiap proses
produksinya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil dan pembuatan saluran.
(28)
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani, pola usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama tetapi tetapi dengan batas yang tegas, sedangkan pola usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas.
Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan
pengelompokkan usahatani berdasarkan jenis komoditas
pertanian yang diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan kehutanan (Suratiyah, 2008).
2. Pendapatan Bersih Usahatani
Tujuan seorang petani melakukan kegiatan usahatani adalah untuk memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Berhasilnya kegiatan usahatani dapat diketahui dari besarnya pendapatan yang diperoleh. Usaha untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan produksi.
Produksi yang maksimum dari usahatani dapat diperoleh, melalui usaha memadukan faktor-fakor produksi dengan keterampilan manajemen tertentu. Besar kecilnya pendapatan yang diterima
(29)
petani dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani mengelola usahataninya dari sumber produksi yang tersedia (Ibramsyah, 2006).
Soekartawi, dkk (1986) menjelaskan bahwa pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.
Menurut Suratiyah (2008), biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama
mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari
input yang meliputi ketersediaan dan harga, serta output yang meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam kegiatan usahataninya, mengambil keputusan dengan berbagai
(30)
pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
Biaya total adalah semua nilai dari korbanan ekonomis yang digunakan untuk kegiatan usahatani nilainya dinyatakan dengan uang, semua yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani yang mencakup biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap (variabel) adalah biaya yang
dikeluarkan yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi, 1993).
Secara matematis rumus pendapatan bersih yaitu : π = Y. Py –ΣXi.Pxi – BTT
Keterangan :
π = pendapatan (Rp) Y = hasil produksi (Kg) Py = harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi
Pxi = harga faktor produksi (Rp) BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995) :
= TR-TC Keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
TR = total revenue (total penerimaan) TC = total cost (total biaya).
(31)
3. Agronomi Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi pangan dunia terpenting selain gandum. Di Amerika Tengah dan Amerika Selatan jagung menjadi sumber karbohidrat utama, selain itu jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Beberapa penduduk di negara Indonesia seperti Madura dan Nusa Tenggara menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentosa dan dipakai sebagai bahan baku prembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
(Adhisarwanto, 2007).
Di Indonesia golongan jagung dibedakan menjadai empat macam, yaitu:
a. Zea mays indentata Sturt (jagung gigi kuda).
Tidak banyak ditanam di Indonesia, kurang tahan terhadap hama bubuk, tetapi banyak ditanam di Amerika dan Eropa.
b. Zea mays indurata Sturt (jagung mutiara)
Banyak ditanam di Indonesia, agak tahan terhadap hama bubuk, umumnya berupa varietas lokal.
c. Zea mays saccaharata Sturt (jagung manis)
Memiliki kadar gula dalam biji yang lebih tinggi dibanding jenis yang lain.
(32)
d. Zea mays everta Sturt (jagung berondong)
Biji jagung dapat mengembang 15-30 kali ukuran semula, biasa dibuat makanan ringan pop corn (Suprapto, 2005).
Najiyati (2000) menyatakan bahwa tanaman jagung memiliki persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi untuk dapat tumbuh secara optimal antara lain adalah sebagai berikut.
a. Penyinaran matahari yang penuh
b. Suhu optimum 21-340C. DI Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl. c. Tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan Ph tanah
yang berstruktur berat, harus diolah sehingga aerasi dan drainasenya baik.
d. Membutuhkan air yang cukup, terutama pada saat awal
pertumbuhannya, yaitu stadia pembungaan dan stadia pengisian biji.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidup jagung diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus jagung merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua adalah tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung memiliki tinggi batang 60-300 cm. Batangnya berbentuk bulat atau agak pipih, beruas-ruas, dan umumnya tidak bercabang. Sistem
perakaran terdiri dari akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan akar udara (Najiyati, 2000).
(33)
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersususn dalam tongkol. Tongkol jagung tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun (Adhisarwanto, 2007).
Lebih lanjut Adhisarwanto (2007) menyatakan bahwa pada umumnya satu tanaman jagung dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul jagung dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya. Bunga betina berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan “rambut”. Rambut yang sebenarnya adalah tangkai putik.
4. Benih.
Benih merupakan biji tumbuhan atau biji botani yang terstruktur dalam anatomi sebagai bakal biji yang dibuahi. Benih itu tidak cukup memiliki kemampuan berproduksi normal pada kondisi yang maksimum akan tetapi juga tumbuh pada kondisi sub optimum. Benih memiliki vigor kekuatan tumbuh dan akan mencapai produksi maksimum pada kondisi yang optimum (Sadjad, 1993).
(34)
Adisarwanto (2007) menyatakan bahwa benih merupakan salah satu bagian yang sangat menentukan produktivaitas suatu tanaman. Benih memberi andil besar dalam usaha peningkatan produksi tanaman, disamping faktor-faktor produksi lainnya. Penggunaan benih varietas unggul akan lebih menentukan tingkat produksi yang akan dicapai.
Suprapto (2005) menyatakan benih jagung diantaranya terdiri dari varietas bersari bebas dan hibrida. Golongan bersari bebas
diperoleh dengan seleksi masa yang panjang sehingga diperoleh varietas unggul yang diinginkan. Benih hibrida dibuat dengan menyilangkan biji galur murni (FO) dari dua induk yang sudah diseleksi sifat unggulnya.
Lebih lanjut Suprapto (2005) menyatakan bahwa faktor produksi yang berperan dalam meningkatkan produktivitas adalah benih unggul. Benih jagung yang termasuk benih unggul adalah benih varietas hibrida. Keunggulan benih jagung hibrida antara lain tahan terhadap jenis penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat, dan kualitas serta kuantitasnya produksinya lebih baik. Benih jagung hibrida juga dapat menghasilkan tongkol jagung kembar sehingga hasil panen berlipat ganda. Akan tetapi, benih jagung hibrida hanya bisa ditanam satu musim tanam karena turunannya sudah tidak lagi memiliki sifat unggul dari sang induk (Agromedia, 2007).
(35)
Beberapa jenis dan keunggulan varietas jagung unggul adalah (Purwono, 2007) :
a. Varietas jagung bersari bebas (komposit), terdiri dari : (1). Sukmaraga : masak fisiologis 105-110 hari, produksi 8,5 ton/ha, akar dalam serta kuat, dan agak tahan rebah. (2). Srikandi : umur panen 97 hari, produksi 7,5 ton/ha pipilan kering, tahan rebah, tahan bulai, tahan karat daun, tahan busuk tongkol, dan toleran kering. (3). Kalingga : umur panen 96 hari, produksi 5,4-7 ton/ha, dan tahan bulai. (4). Palakka : masak fisiologis 95-100 hari, produksi 8 ton/ha, akar dalam serta kuat, agak tahan rebah, tahan karat daun, dan tahan bercak daun. b. Varietas jagung hibrida, terdiri dari :
(1). Pioneer 2 : umur panen 100 hari, produksi 6,3-10 ton/ha dan dan agak tahan bulai. (2). Bisi 18 : umur masak 100 hari (pada dataran rendah) serta 125 hari (pada dataran tinggi), potensi hasil 12 ton/ha, tahan karat daun, tahan hawar daun, seragam, tahan rebah, akar baik, dan batang besar, kokoh dan tegak. (3). P8 : umur 118 hari (pada dataran tinggi) dan 100 hari (pada dataran rendah), produksi 10-11,7 ton/ha, tahan karat daun . (4). Bisi 16 : umur genjah, bisa panen 99 hari, tongkolnya besar dan muput, rendemen tinggi, tahan terhadap penyakit bulai, karat daun, hawar daun, tahan roboh (5). Pioneer 21 : potensi hasil 13,3 ton/ha, klobot menutup sempurna hingga akan menjamin hasil panen yang lebih baik serta mudah dipetik dan dipipil pada
(36)
saat panen (sehingga ongkos panen tidak membengkak) tipe biji mutiara, tongkol berisi penuh, dan janggel kecil sehingga rendemen tinggi, tidak memerlukan banyak air, tahan terhadap kekeringan, memiliki perakaran yang kukuh dan ketahanan yang baik terhadap beberapa penyakit tanaman jagung.
4. Adopsi Inovasi
Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi yaitu “…the mental
process of an innovation to a decision to adopt or toreject and
to confirmation of this decision…”. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi, yaitu: (a) adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan (b) adanya konfirmasi dari keputusan yang telah di ambil (Soekartawi, 1988).
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat atau dapat diperluas menjadi sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan oleh sebagian besar warga
(37)
masyarakat tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto,1996).
Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psyco-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto, 1996).
5. Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Teori
permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan
(38)
antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya (Sugiarto, 2000).
Menurut Sukirno (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
a. Pendapatan konsumen
Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang.
b. Jumlah penduduk
Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan bertambahnya permintaan, akan tetapi biasanya pertambahan penduduk akan diikuti oleh
perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli masyarakat. Penambahan ini akan menambah jumlah permintaan.
c. Harga barang yang lain
harga barang lain berkaitan dengan hubungan antara suatu barang dengan barang lainnya yang dapat dibedakan menjadi
(39)
tiga golongan barang, yaitu : (1). Barang substitusi
(pengganti), yaitu barang yang menggantikan barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Ketika harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. (2) Barang komplementer (pelengkap), yaitu barang yang dikonsumsi bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan
perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik. Barang netral (barang yang tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak memiliki kaitan yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.
d. Selera konsumen
Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat dinyatakan dalam indeks preferensi konsumen. Indeks ini dapat diperbaharui setiap saat dengan dasar survei mengenai tingkah laku konsumen terhadap barang yang bersangkutan.
(40)
e. Ramalan mengenai masa datang
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi
permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di masa yang akan datang sehingga mendorong untuk lebih banyak membeli suatu barang tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat di masa mendatang.
Teori permintaan diturunkan dari perilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya jumlah tersebut yang dapat diperolehnya.
Permintaan suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Komoditi yang dikonsumsi
mempunyai sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi. Semakin banyak komoditi tersebut
(41)
berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak membeli komoditi tersebut jika harga satuannya menjadi lebih rendah (Sugiarto, 2000).
4. Teori Perilaku Konsumen
a. Konsumen
Sumarwan (2003) membagi dua jenis konsumen, yaitu konsumen individual dan konsumen organisasi. Konsumen individu meliputi konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan oleh anggota keluarga yang lain, atau untuk diberikan kepada orang lain sebagai hadiah atau pemberian. Jenis konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Organisasi ini membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.
b. Karakteristik Konsumen
Menurut Sumarwan (2003) karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian
konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi karena ia sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki untuk mengambil keputusan. Konsumen yang
(42)
memiliki kepribadian senang mencari informasi, akan meluangkan waktu untuk mencari informasi yang banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membeli.
Lebih lanjut Sumarwan (2003) menyatakan beberapa
karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen. Karakteristik yang mempengaruri konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi dan kelas sosial.
c. Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan (mengkonsumsi), mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
The American Marketing Association juga mendefinisikan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Dinamis diartikan bahwa perilaku konsumen selalu
(43)
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (afeksi), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Setiadi, 2010).
d. Pengambilan Keputusan Konsumen
Simamora (2003) menyatakan keputusan merupakan pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif yang
tersedia dengan berbagai pertimbangan yang mendasari.
Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif pilihan. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui tahapan tertentu.
Lebih lanjut Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan ada empat prespektif dari model manusia (model tingkah laku keputusan individu) yaitu: manusia ekonomi (economic man),
manusia pasif (passive man), manusia kognitif (cognitive man), dan manusia emosional (emotional man).
(44)
Kotler (2000) menyatakan terdapat lima tahap proses
keputusan pembelian konsumen yang sangat relevan terhadap keputusan pembelian yang kompleks (Gambar 1).
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian
Sumber : Kotler, 2000
Tahap awal dalam pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan. Tahap ini terjadi pada saat individu menyadari adanya perbedaan situasi yang ada (realita) dengan situasi yang diharapkan. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun eksternal diantaranya dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan.
Tahap kedua adalah pencarian informasi, konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian internal) dan pengumpulan informasi dari pasar (pencarian eksternal).
Sumber-sumber informasi konsumen dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (i) sumber pribadi yang diperoleh dengan
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Evaluasi Pasca pembelian
(45)
sendirinya, (ii) sumber komersial yang diperoleh dari promosi yang dilakukan pihak pemasar atau produsen, (iii) sumber umum, dan (iv) sumber pengalaman yang berasal dari pengalaman baik individu atau orang lain. Informasi yang diperoleh konsumen pada umumnya banyak berasal dari sumber komersial, tetapi informasi paling efektif berasal dari sumber pribadi (Setiadi,2010).
Tahap ketiga yaitu konsumen mengevaluasi berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini
individu akan mengambil pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Proses ini akan melibatkan kriteria evaluasi yakni standar atau spesifikasi yang digunakan individu untuk
membandingkan merek yang berbeda. Komponen dasar proses evaluasi yaitu menentukan kriteria evaluasi, memutuskan alternatif, menilai kinerja alternatif dan
menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan akhir (Kotler,2000).
Tahap terakhir dalam proses keputusan pembelian adalah tindakan pembelian. Pada tahap ini konsumen harus
mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana membayar. Ada dua faktor yang mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian, seperti terlihat pada Gambar 2 (Kotler, 2000).
(46)
Gambar 2. Tahap-tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian
Menurut Kotler (2004) setelah proses pembelian, maka konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang
dilakukannya. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan sesudah digunakan. Pada tahap ini konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu.
e. Tipe Pengambilan Keputusan
Konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, sebagian melakukan lima langkah keputusan pembelian, sebagian hanya melakukan beberapa langkah saja dan yang lain hanya
melakukan langkah pembelian saja.
Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003) menyebutkan ada 3 (tiga) tipe pengambilan keputusan konsumen, yaitu sebagai berikut.
a. Pemecahan Masalah Diperluas (Extensive Problem Solving)
Pemecahan masalah diperluas merupakan pemecahan
masalah yang jarang digunakan oleh konsumen. Pemecahan
Evaluasi Alternatif
Niat Pembelian
Situasi yang tidak terantisipasi Pendirian Orang
Lain
Keputusan Pembelian
(47)
masalah diperluas hanya digunakan saat konsumen akan melakukan keputusan pembelian yang rumit yaitu pembelian produk-produk yang mahal dan bernilai tinggi sehingga dibutuhkan informasi yang lengkap dengan berbagai pertimbangan dalam alternatif pilihan.
b. Pemecahan Masalah Terbatas (Limited Problem Solving)
Sebagian besar keputusan konsumen menggunakan
pemecahan masalah terbatas karena pada tipe pengambilan keputusan ini, konsumen telah memiliki sejumlah besar informasi produk dan kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk yang berasal dari pengalaman. Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk dapat membedakan merek dan memutuskan membeli produk tersebut. Pada pemecahan masalah ini, konsumen
menyederhanakan proses pengambilan keputusan sebagai akibat waktu dan sumber daya yang dimiliki konsumen terbatas.
c. Pemecahan Masalah Rutin (Routinized Problem Solving)
Pada tipe pemecahan masalah rutin, konsumen telah memiliki banyak pengalaman terhadap produk yang dibelinya. Pada pemecahan masalah ini, konsumen telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek dan cukup mengingat kembali apa
(48)
yang telah diketahui. Konsumen hanya membutuhkan sedikit informasi tambahan.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
Menurut Engel, et al. (1994) pengaruh dasar perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan terdiri dari pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan poses psikologis, seperti disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 : Faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen Sumber : Engel, et al. 1994.
Budaya, mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (i) budaya yang mempengaruhi struktur konsumsi, (ii) budaya yang mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, (iii)
Pengaruh Lingkungan
- Budaya - Kelas sosial - Pengaruh pribadi - Keluarga - Situasi
Proses Psikologis
- Pengolahan informasi - Pembelajaran - Perubahan Sikap
dan perilaku
Proses Keputusan
- Pengenalan kebutuhan - Pencarian
informasi
- Evaluasi alternatif - Pembelian Perbedaan Individu - Sumberdaya konsumen - Pengetahuan sikap - Kepribadian - Gaya hidup - Demografi
(49)
budaya adalah peubah utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk.
Kelas sosial merupakan pembagian individu di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial dapat menunjukkan preferensi produk dan pemilihan merek yang berbeda-beda dalam berbagai kategori produk (Engel etal., 1994).
Pengaruh pribadi, faktor ini memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya jika ada keterlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan dari suatu produk atau produk pilihan. Pengaruh ini berasal dari kelompok acuan dan pemimpin opini. Kelompok acuan adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Sedangkan pemimpin opini adalah orang dapat dipercaya dan berpengaruh, serta dianggap sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk tertentu.
Keluarga, dalam sebuah keluarga anggota keluarga saling
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi suatu produk. Masing-masing anggota keluarga memiliki peranan penting mencakup pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembeli dan pemakai.
(50)
Situasi, pengaruh situasi dalam proses pengambilan keputusan dapat timbul dari lingkungan fisik (lokasi, tata ruang, suara, warna), lingkungan sosial (orang lain), waktu (momen), tugas (tujuan dan sasaran pembelian) dan keadaan emosional (suasana hati dan kondisi situasional konsumen) (Engel etal., 1994).
Sumber daya konsumen, terdiri dari sumber daya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk
menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi) (Engel etal., 1994).
Motivasi dan keterlibatan, kebutuhan adalah peubah utama dalam motivasi. Bila kebutuhan dipenuhi akan menimbulkan adanya motivasi, yaitu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang diarahkan pada tujuan memperoleh kepuasan. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi (Engel etal., 1994).
Pengetahuan, mencakup semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai bermacam produk dan jasa, pengetahuan yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan individu
konsumen dapat dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaan
(51)
merek, pengetahuan tentang proses pembelian (dimana membeli dan kapan membeli) dan pengetahuan tentang penggunaan (dari ingatan konsumen dan iklan) (Engel etal., 1994).
Sikap seseorang adalah tanggapan yang dibentuk terhadap rangsangan lingkungan yang mempengaruhinya. Sikap
memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, toko mana untuk dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang dievaluasi secara paling menguntungkan menurutnya. Sikap dibentuk berdasarkan pandangan konsumen terhadap produk dan proses belajar yang diperolehnya dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain (Simamora, 2003).
Kepribadian, gaya hidup dan demografi, merupakan peubah-peubah yang menyebabkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Sedangkan gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu, serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan peubah lainnya. Faktor demografi yang mempengaruhi prilaku konsumen seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain (Engel etal., 1994).
(52)
Menurut Engel, et al (1994), proses psikologis juga mempunyai pengaruh cukup besar dalam membentuk motivasi dan perilaku konsumen. Ada tiga cara yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen, diantaranya: pemrosesan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan perilaku (Engel, et al., 1994).
g. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler 2000).
Lebih lanjut Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran berbeda dengan strategi pemasaran. Strategi pemasaran mencakup
keseluruhan dalam pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Sedangkan, bauran pemasaran hanya bagian dari strategi pemasaran yang merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran suatu perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan seefektif mungkin.
(53)
Kotler dan Keller (2009) juga menyatakan bahwa bauran
pemasaran sering disebut 4P (empat ). Komponen-komponen 4P tersebut antara lain: produk (product) , harga (price),
distribusi/tempat (place), dan promosi (promotion).
h. Persepsi dan Sikap Pelanggan
Persepsi pelanggan mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh memiliki beberapa indikator atau petunjuk yang bias dilihat. Pelanggan mungkin tersenyum ketika mereka berbicara mengenai barang atau jasa. Mereka mungkin mengatakan hal-hal yang bagus tentang barang atau jasa. Senyum merupakan suatu bukti bahwa pelanggan puas, sebaliknya cemberut mencerminkan kekecewaan. Istilah kepuasan pelanggan dan persepsi mutu merupakan label yang kita pergunakan untuk meringkas suatu himpunan aksi atau tindakan yang terlihat, terkait dengan produk atau jasa (Supranto, 2001).
Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap adalah ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak terhadap suatu obyek. Obyek yang dimaksud dapat berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain. Sikap
diperlakukan sebagai evaluasi yang diciptakan oleh sistem kognitif. Model pemrosesan kognitif dari pengambilan keputusan
(54)
konsumen mengintegrasikan pengetahuan, arti, atau kepercayaan tentang konsep sikap. Tujuan proses integrasi adalah untuk menganalisis relevansi pribadi dari konsep tersebut dan
menentukan apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Evaluasi yang dihasilkan oleh proses pembentukan sikap dapat disimpan dalam ingatan. Pada saat sikap terbentuk dan disimpan dalam ingatan, konsumen tidak perlu terlibat dalam proses integrasi lainnya untuk membentuk sikap lain ketika mereka harus
mengevaluasi konsep tersebut sekali lagi. Sikap yang telah ada dapat diaktifkan dari ingatan dan digunakan sebagai dasar untuk menerjemahkan informasi baru.
Kotler (2000) menyatakan kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Dalam konsep kepuasan pelanggan terdapat dua hal yang mempengaruhinya yaitu kinerja dan harapan. Kinerja adalah persepsi konsumen terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi produk. Harapan adalah perkiraan konsumen tentang apa yang diterimanya apabila mengkonsumsi produk. Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation)
yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kenyataan yang dirasakan setelah menggunakan produk.
(55)
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen yang dirujuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hasil penelitian Nurjannah (2013), menyimpulkan variabel yang diikutsertakan dalam analisis komponen utama yang mempengaruhi petani menggunakan benih inhibrida, yaitu variabel umur tanaman, tinggi tanaman, banyaknya anakan produktif, banyaknya buah tiap-tiap malai, kerontokan dan kerebahan, tekstur nasi, bobot, potensi hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, harga benih, desain kemasan, pengaruh orang lain, dan promosi. Tiga belas faktor yang dianalisis terbentuk ke dalam empat komponen utama.
Hasil penelitian Subekti (2009), menyimpulkan motivasi petani dalam pembelian benih jagung hibrida varietas P12 jika diurutkan yaitu produksi yang tinggi, pentingnya penggunaan benih P12, dan para petani mengetahui informasi benih varietas P12 dengan sumber informasi para kelompok tani. Atribut yang menjadi fokus perhatian adalah produktivitas . Petani secara keseluruhan menyatakan kinerja PT Pioneer Seed telah memenuhi harapan. Atribut harga dan
ketersediaan benih menjadi prioritas utama bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya.
Hasil penelitian Irawati (2009), menyimpulkan petani di Kota Solok memiliki motivasi bertani untuk memperoleh keuntungan dengan penggunaan benih varietas unggul. Berdasarkan analisis sikap, petani
(56)
lebih menyukai varietas Cisokan dan Anak Daro dibanding varietas Batang Piaman dan Batang Lembang. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah harga jual gabah sedangkan yang terendah adalah harga beli benih. Atribut-atribut yang memiliki tingkat kinerja tinggi dan kepentingan tinggi lebih banyak terdapat padavarietas Anak Daro dan Cisakon, tingkat kepuasan konsumen terhadap keempat benih varietas unggul berada pada kategori puas.
Hasil penelitian Bahua (2008), menyimpulkan struktur biaya usahatani jagung di lahan kering terdiri dari nilai produksi, biaya produksi, pendapatan, pemakaian tenaga kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas tenaga kerja. Produksi jagung hibrida di lahan kering 5,4 ton/ha dan jagung komposit 3,4 ton/ha dan pendapatan petani dari usahatani jagung hibrida lebih besar, dibandingkan dengan pendapatan petani dari usahatani jagung komposit
Berdasarkan pada kajian penelitian perilaku konsumen yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, saya tertarik untuk melakukan penelitian sejenis yang mengkaji pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. Penelitian ini saya lakukan
mengingat pentingnya penggunaan varietas benih unggul bagi petani dalam upaya peningkatan produksi untuk mengimbangi jumlah permintaan yang semakin meningkat seiring perkembangan teknologi dan jumlah penduduk.
(57)
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu komoditas pangan yang penting di Lampung dan perlu ditingkatkan produktivitasnya adalah jagung. Seiring perkembangan jaman jumlah permintaan jagung untuk kebutuhan pakan ternak semakin meningkat. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan produksi jagung di Provinsi Lampung adalah intensifikasi. Intensifikasi dapat dilakukan salah satunya dengan penggunaan benih unggul (varietas hibrida).
Hukum permintaan menjelaskan perilaku konsumen dalam memilih dan menentukan suatu barang pada tingkat harga, pendapatan dalam periode waktu tertentu. Permintaan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya yang termasuk dalam faktor eksternal dan internal, begitu juga dengan komoditi benih.
Salah satu faktor produksi yang penting dalam bertani adalah benih karena benih merupakan salah satu bagian yang sangat menentukan produktivitas suatu tanaman. Semakin berkembangnya teknologi dan inovasi menyebabkan banyak beredarnya varietas benih unggul di kalangan petani. Benih yang menjadi sasaran petani adalah benih yang tersedia secara lokal dengan harga yang terjangkau dan memiliki banyak keunggulan.
(58)
Bermacam-macam merek benih jagung yang beredar dikalangan petani baik varietas bersari bebas (lokal) ataupun hibrida memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hal ini membuat petani sulit untuk melakukan pengambilan keputusan benih mana yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani serta akan digunakan dalam kegiatan usahataninya.
Salah satu benih yang tersedia secara lokal dan memiliki keunggulan adalah benih jagung hibrida. Keunggulan benih jagung hibrida diantaranya: lebih tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim, dan tingkat produktivitas yang tinggi.
Perilaku petani (konsumen) merupakan tindakan yang ditunjukkan petani dalam mencari, mengevaluasi, memutuskan, menggunakan, dan menghabiskan benih jagung hibrida. Permintaan petani terhadap benih jagung hibrida semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya pabrik pakan ternak yang ada. Permintaan adalah keinginan petani untuk membeli benih jagung hibrida pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: tingkat pendapatan
seseorang/masyarakat, jumlah penduduk, selera penduduk, fluktuasi ekonomi, harga barang yang di tuju, harga barang subsitusi, dan faktor lain (harapan, hubungan sosial, dan politik).
(59)
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perilaku konsumen sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan juga berpengaruh terhadap keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. Keputusan petani merupakan pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif yang tersedia. Faktor-faktor permintaan yang juga berpengaruh terhadap keputusan dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu hal-hal yang melekat pada diri individu itu sendiri seperti kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografik, persepsi, pembelajaran, sikap dan kepercayaan termasuk juga karakteristiik individu. Sedangkan faktor ektsernal berasal dari lingkungan sosial konsumen itu sendiri seperti keluarga, dan kelompok acuan, serta pengaruh pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi).
Berdasarkan teori Engel (1994) dan merujuk pada penelitian Nurjanah (2013) faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida dibagi menjadi 14 (empat belas) variabel yaitu terdiri dari faktor lingkungan yang meliputi terbagi menjadi 3 (tiga) variabel yaitu variabel persepsi petani terhadap ketaatan tradisi, persepsi petani terhadap
pertimbangan anggota keluarga, dan persepsi petani terhadap pertimbangan orang lain.
Faktor perbedaan individu terbagi menjadi 3 (tiga) variabel yaitu persepsi petani terhadap ketersedian benih jagung hibrida , persepsi
(60)
petani terhadap tren perkembangan jaman dan persepsi petani terhadap pemahaman akan benih jagung hibrida, sedangkan faktor psikologis hanya terdiri dari satu variabel yaitu persepsi petani terhadap lamanya berusahatani jagung hibrida.
Bauran pemasaran yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani terdiri dari 4P yaitu product yang dibagi menjadi empat (4) variabel yaitu persepsi petani terhadap kemampuan produksi jagung, umur panen jagung, daya tahan jagung hibrida terhadap hama penyakit tanaman, dan harga jual (output) jagung hibrida. Faktor harga (price) hanya terdiri dari 1 (satu) variabel yaitu persepsi petani terhadap harga benih jagung hibrida. Faktor tempat (place) juga hanya terdiri dari satu variabel yaitu persepsi petani terhadap tingkat kedekatan tempat tinggal petani dengan kios saprodi, sedangkan faktor promosi (promotion) terdiri dari variabel persepsi petani
terhadap promosi yang dilakukan produsen atau pemasar benih jagung hibrida.
Karakteristik petani yang juga merupakan faktor internal yang
berhubungan dalam pengambilan keputusan terdiri atas variabel umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan, dan pendapatan. Skema kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
(61)
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan antara karakteristik petani terhadap
pengambilan keputusan penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida adalah harga benih jagung hibrida, tingkat pemahaman petani, kuantitas benih jagung hibrida, tingkat kedekatan kios saprodi dengan tempat tinggal petani, dan produksi.
(62)
.
ke
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida, 2014.
Analisis Faktor Analisis Deskriptif dan
Korelasi Rank Spearman
Pentingnya benih unggul (benih jagung hibrida)
Penga ruh lingku ngan Proses Keputusan 1. Pengenalan kebutuhan 2. Pencarian informasi
3. Evaluasi alternatif 4. Keputusan
pembelian 5. Perilaku pasca
pembelian Karakteristik 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pengalaman berusahatani 4. Luas lahan
pemilikan 5. Pendapatan
Pengetahuan tentang perilaku petani jagung hibrida Peningkatan produksi
Hubungan karakteristik konsumen dengan proses
keputusan Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Per bedaan indi vidu Bau ran pema saran Pro ses Psiko logis
Pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih
jagung hibrida
Ya Tidak
Petani Pendapatan Usahatani
(63)
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode survei adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu gejala dalam populasi besar atau kecil dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.
Sebelum melakukan penelitian perlu diketahui beberapa hal diantaranya yaitu; batasan operasional variabel penelitian, lokasi, waktu, dan pengumpulan data penelitian, penentuan sampel dan jumlah sampel penelitian, serta metode yang digunakan untuk menganalisis data. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
A. Batasan Operasional Variabel
Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan dengan penelitian. Batasan operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut.
(64)
Pertanian adalah perusahaan pertanian yang diselenggarakan oleh petani melalui pengelolaan faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan dengan mengusahakan tanaman pertanian sebagai tanaman utama.
Usahatani adalah suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.
Benih adalah bibit atau biji dari tanaman yang digunakan untuk ditanam atau disemaikan. adalah bibit atau biji dari tanaman yang digunakan untuk ditanam atau disemaikan.
Benih asalan adalah benih lokal dan benih turunan dari benih varietas unggul bersertifkasi, benih tidak bersertifikasi atau benih yang
diusahakan sendiri oleh petani.
Benih varietas unggul (hibrida) adalah varietas yang memiliki keunggulan produksi dan mutu hasil, tanggap terhadap pemupukan, toleran terhadap hama penyakit utama, umur genjah, tahan terhadap kerebahan, dan tahan terhadap pengaruh lingkungan.
Petani jagung adalah semua petani yang menanam dan mengelolan jagung dengan tujuan memperoleh keuntungan yang maksimum.
(65)
Sikap merupakan suatu ekspresi tentang bagaimana perasaan orang terhadap suatu faktor. Sikap juga dapat memberikan keterangan tentang seberapa jauh konsumen (petani) menerima atau menolak suatu produk.
Analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan (interdependence) dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan atau meringkas dari bentuk hubungan antar beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari variabel yang diteliti, tetapi tetap menggambarkan struktur data dari suatu penelitian.
Analisis komponen utama bertujuan untuk mereduksi variabel ke dalam beberapa faktor (yang merupakan variabel bentukan) yang jumlahnya lebih sedikit.
Faktor loadings menunjukkan besarnya hubungan antara variabel input dengan faktor serta memberikan infomasi tentang variabel mana yang berkorelasi signifikan dengan faktor tertentu.
KMO merupakan sebuah indeks perbandingan antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan untuk mengukur kecukupan data.
MSA merupakan sebuah indeks perbandingan antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya antara variabel yang satu dengan variabel lain.
(66)
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (merasakan manfaat) benih jagung hibrida, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut di atas dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Engel, et al., 1994).
Keputusan pembelian adalah kekuatan kehendak konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk benih jagung hibrida. Keputusan pembelian benih jagung hibrida dapat diukur dengan indikator kualitas produk, harga, dan promosi. Kualitas produk dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh konsumen. Harga dilihat dari nilai nominal benih hibrida yang mempengaruhi petani untuk membeli benih hibrida, dan promosi dilihat dari kemampuan penjual dalam mempengaruhi petani (Kotler,2000).
Tahap pengenalan kebutuhan adalah keadaan di mana responden menyadari kebutuhan akan manfaat dari benih jagung hibrida. Dalam hal ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai manfaat yang dicari responden dari pembelian benih jagung hibrida menimbulkan motivasi untuk melakukan pembelian (Engel, et al., 1994).
Tahap pencarian informasi adalah tindakan pencarian informasi oleh responden mengenai jenis dan kriteria benih jagung hibrida yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai sumber informasi utama yang
(1)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan penggunaan benih jagung hibrida oleh petani di
Kecamatan Adiluwih melalui proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.
2. Pendapatan dan pengalaman berhubungan nyata terhadap keputusan
petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih
3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keputusan petani dalam
penggunaan benih jagung hibrida yaitu perbedaan individu, persepsi petani terhadap produk dan harga benih jagung hibrida .
B. Saran
1. Pemerintah masih perlu melakukan upaya peningkatan produksi jagung
antara lain melalui peningkatan penyediaan benih yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya serta sarana produksi lainnya.
2. Produsen dan pemasar benih jagung hibrida masih perlu meningkatan
pengawasan distribusi benih jagung hibrida agar ketersediaan benih jagung hibrida yang berkualitas dapat terjamin untuk memenuhi kebutuhan petani akan benih jagung hibrida.
(2)
3. Petugas Penyuluh Lapang masih perlu melakukan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani diantaranya melalui penyuluhan yang lebih komprehensif khususnya dalam penerapan penggunaan pupuk yang tepat waktu, cara, dan dosis, penggunaan benih dan faktor produksi lainnya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2007. Meningkatkan Produksi di Lahan Kering, Sawah dan
Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Agromedia. 2007. Pemilihan Benih yang Tepat Hasilkan Jagung Hibrida
Berkualitas.
http://www.agromedia.net/Info/pemilihan-benih-yang-tepat-hasilkan-jagung-hibrida-berkualitas.html. Diakses tanggal 11 Desember 2013.
Arikunto S. 2002. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan. 2012. Neraca Bahan Makanan Indonesia Tahun
1993-2012. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Indonesia dalam Angka . Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Pengeluaran untuk
Konsumsi Penduduk Indonesia tahun 1993-2012. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. 2012a. Perkembangan Jumlah
Produksi Tanaman . Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Bandar
Lampung.
2013b. Pringsewu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Bandar Lampung.
Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung. 2013. Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Jagung di Provinsi Lampung Tahun 2011-2012. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Bahua I. 2008. Analisis Usahatani Jagung Pada Lahan Kering di Kecamatan Limboto Kab. Gorontalo. Jurnal Penyuluhan, Vol. 4 No.1, 1858-2664. Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Adiluwih. 2013. Program Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Adiluwih Tahun Anggaran 2013. Balai Penyuluhan
(4)
Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu. 2013. Laporan Tahunan Luas Tanam,
Panen, dan Produksi Tanaman 2011-2013. Pringsewu .
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikuktura Provinsi Lampung. 2012. Produksi Tanaman Pangan Provinsi Lampung Tahun 2009- 2012. Dinas Pertanian. Bandar Lampung.
Danarti dan Najiyati, Sri. 2000. Palawija : Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Engel JF, Blackwell RD, dan Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1 dan 2. Terjemahan F.X. Budiyanto. Binarupa Aksara. Jakarta.
Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ibramsyah, Cn. 2006. Analisis Pendapatan Pola Usahatani Padi di Kecamatan Musi Rawas. Jurnal Kajian Ekonomi, Volume 5 Nomor 1. 2006. Irawati. 2009. Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Terhadap Benih (Oryza
Sativa) Varietas Unggul Di Kota Solok, Sumatera Barat. Skripsi .
Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Irwan. 2013. Faktor Penentu dan Keputusan Petani dalam Memilih Varietas Benih Kedelai di Kabupaten Pidie. Jurnal Agrisep, Vol. 14 No. 1, 903-1660. Khoirunnisa. 2013. Analisis Pendapatan dan Pengambilan Keputusan dalam
Menentukan Tanaman Sayuran Unggulan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. JIIA, Vol. 1 No.2, 98-104.
Kotler dan G. Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. PT Indeks, Jakarta. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Bumi Aksara. Jakarta. Kotler P dan Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Prentice Hall.
New Jersey.
Kuncoro, Engkos Achmad dan Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan
memakai Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung.
Malhotra KN. 2005. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. Edisi Keempat. Jilid 2. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto T. 1996. Petunjuk Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan Praktek. Usaha Nasional. Surabaya.
(5)
Najiyati. 2000. Budidaya dan Analisis Usahatani Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta
Nurjannah. 2013. Analisis Komponen Utama Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menggunakan Benih Inhibridadi Kabupaten Lampung
Tengah. JIIA, Vol. 1 No. 2, 156-161.
Pudjowidodo, Prabowo. 2010. Analisis Faktor. http://statistika rotasi. Wordpress.com. Diakses tanggal 15 Desember 2013.
Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sadjad, Sjamsoe’oed. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Schiffman, L.G dan Kanuk, L.L. 1994. Consumer Behaviors. Prentice Hall. New Jersey.
Setiadi NJ. 2010. Edisi Revisi. Perilaku Konsumen : Perspektif Kontemporer
Pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Kencana. Jakarta.
Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT.GramediaPustaka Utama. Jakarta.
Simamora, B. 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori
dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta
Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam
Agribisnis (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada . Jakarta
Soekartawi, Soeharji, A. Dillon J.L., dan J.B. Haedaker. 1986. Ilmu Usahatani
dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Subekti P. 2009. Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Pioneer Varietas P 12 Di Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sugiarto. 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
(6)
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sukirno S. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran). Ghalia Indonesia. Bandung.
Supranto J. 2004. Analisis Multivariat : Arti dan Interpretasi. Rineka Cipta. Jakarta.
.
Suprapto, H.S. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Rineke Cipta. Jakarta