ANALISIS GINI RATIO DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

ARNEST CHYNTIA FITRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti pembangunan ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonominya, untuk mengetahui bukti pembangunan ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan dapat mendorong terjadinya perubahan struktural, dan untuk mengetahui arah struktural dan laju pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya distribusi pendapatandi Kabupaten Lampung Selatan. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2009-2013 dari instansi-instansi terkait yaitu BPS Provinsi Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deksriptip kuantitatif dengan menggunakan indeks gini untuk menghitung ketimpangan pendapatan dan kurva lorenz untuk melihat pendistribusian pendapatan pada Kabupaten Lampung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, Pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya perubahan struktural ekonomi dan Pendapatan perkapita di ukur dengan indeks gini dan kurva lorenz. Akan tetapi Distrbusi Pendapatan belum terangkat karena masih mengalami ketimpangan berat.

Kata kunci : Analisis Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi


(2)

INSOUTHDISTRICTLAMPUNG

This study aims to find evidence of economic development in South Lampung regency can encourage economic growth, to find evidence of economic development in South Lampung regency can lead to structural changes, and to determine the direction of the structural and economic growth can affect the distribution pendapatandi South Lampung regency , The data used in this research is secondary data from the period 2009-2013 related institutions namely BPS Lampung Province. The analysis tool is deksriptip quantitative analysis using the Gini index to calculate income inequality and lorenz curve to see the distribution of income in South Lampung regency. The results showed that economic development can foster economic growth, economic development can lead to structural change and per capita income measured by Gini index and Lorenz curve.


(3)

Oleh

Arnest Chyntia Fitri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Unutk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 1 April 1993 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Zambo Marino, S.E. dan Dra.Sainuparia. Pendidikan pertama penulis adalah bersekolah di Taman Kanak-kanak Kartika II-8 selama dua tahun. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Kartika II-5, lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Bandar Lampung,dan lulus pada tahun 2008. yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2011.

Pada Tahun 2011, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu di Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan . Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi mahasiswa Economic English Club sebagai Newscaster. Dan Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan studi di LBI-LIA dengan mendapatkan gelar D1.


(8)

(Qs. Al-Baqarah:216)

“La Tahzan Innallaha Ma Anna” (Arnest Chyntia Fitri)

”Be the right person at the right time” (Arnest Chyntia Fitri)


(9)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya skripsiini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan Di Kabupaten Lampung Selatan”ini

dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.

Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan fakultas Ekonmi dan Bisnis Universitas Lampung beserta jajarannya.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P sebagai Ketua dan Ibu Asih Murwiati selaku sekertaris Jurusan Ekonomi Penembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

berharga bagi Penulis.

4. Ibu Asih Murwiati, S.E M.E selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.

5. Ibu Dorothy Rouly Pandjaitan, S.E., M.SI selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Hudaiyah, Bapak Fery, dan Bang Ma’ruf yang telah banyak membantu.

9. Kedua orang tuaku, Bapak Zambo Marino, S.E dan Ibu Dra. Sainuparia yang telah memberikan segalanya demi kebaikanku.

10. Adik-adikku tercinta Ahmad Farizki Gustario dan Marinda Oktari Azzahra yang selalu memberikan kasih sayang, canda dan tawa.

11. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan support tiada henti.

12. Seseorang yang selalu memberikan semangat dan doa yang tiada henti Bripda Debriansyah.

13. Sahabat-sahabatku sedari masa bangku sekolah Nissa Maulita, Andina Selia, Cita Adelia, Ludfiana Dwi, Sarah Caroline, Mirtania, Septiara Putri dan Chaca Rahayu,Hein Intan, Haryani Irbah, Ade Octavia, Tia Evelyn,


(11)

14. Sahabat-sahabatku semasa berjuang di kampus tercinta Indah Permatasari, Rosya Arifia, Asty Indra Larasati, Dian Wahyuni yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Cahya Permatasari, Matdalena Voria, Iin Noviyanti, Nila Ariesta, Enny Nadia, Nina Theresia, Yohannes Novia, Richard Siahaan, Elzha Melyani, Ayuni Dina, Amalia Yasmine, Kartika Pakpahan, Amri Azhar, Royiv Agmadeni, Aditya Agam, Reza Eka Saputra. Windy Septiani, Gella Nadia, Feby Amalia,, Sunarmo, , dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu disini.

16. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010, dan kakak-kakak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu disini.

17. Serta semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu disini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian... . 12

E. Kerangka Pemikiran.. ... 12

F. SistematikaPenulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembangunan Ekonomi ... 16

1. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 17

2. Teori Pembangunan seimbang menurut Rosenstein-Rodan dan Nurske ... 18

3. Teori Pembangunan tidak seimbang menurut Hirshman dan Streetan ... 18

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 19

1. Model Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith ... 20

2. Model Pertumbuhan Harrot-Domar ... 20

3. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi ... 21

4. Teori Keseimbangan Menurut Scitovsky Dan Lewis ... 21

C. Perubahan Struktur Ekonomi ( Transformasi Struktural ) ... 22

1. Faktor Penyebab Transformasi Struktural ... 23

D. Distribusi dan Ketimpangan Pendapatan... 23

E. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto... 26


(13)

F. Teori Kemiskinan... 30

1. Indikator Kemiskinan... 31

G. Hubungan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi ... 32

H. Hubungan antara pertumbuhan dan ketimpangan pendapatan .... 33

I. Hubungan antara pertumbuhan dan kemiskinan ... 35

J. Hubungan pembangunan ekonomi dan perubahan struktutal ... 36

K. Penelitian Terdahulu ... 36

III. Metode Penelitian A. Metode Penelitian... 38

1.Data dan Sumber data ... 38

B. Alat Analisis ... 38

C. Gambaran Umum Kabupaten Lampung ... 39

1. Kondisi Wilayah... 39

2. Penduduk ... 40

D. Gambaran Umum Mengenai Potensi Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan ... 41

1. Potensi Ekonomi ... 41

2. Kondisi Ekonomi Daerah Kabupaten Lampung Selatan ... 46

IV. Hasil dan Pembahasan A. Pembahasan ... 49

B. Implikasi Pembahasan ... 49

C. Analisis Dekriptif ... 49

1. Pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi ... 49

2. Pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya perubahan struktural ... 54

3. Pendapatan perkapita Di Ukur Dengan Indeks Gini dan Kurva Lorenz ... 57

V. Kesimpulandan Saran A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(14)

Tabel Halaman 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto( PDRB)

Per Kapita di Kabupaten Lampung Selatan Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2009-2013... 5 2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2009-2013 ... 6 3. Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung Selatan Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan(%)

Tahun 2009-2013 ... 7 4. PenelitianTerdahulu ... 36 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009-2013 41 6. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) di Kabupaten

Lampung Selatan menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan ... 47 7. Jumlah Penduduk berpendidikan tahun 2013 ... 52 8. Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Lampung Selatan 2009-2013 53 9. Presentasi Distribusi PDRB Kabupaten Lampung Selatan

tahun 2009-2013 ... 57 10. Gini Rasio Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009-2013 ... 58 11. Distribusi Pendapatan Kabupaten Lampung Selatan


(15)

Lampiran Halaman 1. Tabel pengeluaran penduduk menurut kelompok pendapatan

kabupaten Lampung Selatan tahun 2009–2013 ... L-1 2. Ketimpangan distribusi pendapatan penduduk kabupaten Lampung

Selatan 2009-2013 ... L-2 3. Kurva lorenz ... L-3


(16)

Grafik Halaman 1. Kurva Lorenz mengenai pendistribusian pendapatan Lampung Selatan

40% miskin... 60 2. Kurva Lorenz mengenai pendistribusian pendapatan Lampung Selatan

40% sedang... 62 3. Kurva Lorenz mengenai pendistribusian pendapatan Lampung Selatan


(17)

A.J Hidayat, Januardy.2013, Analisis Struktur Perekonomian di Kota Manado. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Samratulangi

Arsyad, Lincolin. 1999.Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin.2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013.Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung

Clark.1940.Pengantar Perencanaan Regional

Chen, Wei.2007. An application of descriptif to economics analysis of country. World Journal of Modelling and Simulation England.

Djojohadikusuma, Sumitro. 1994.Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Ezcurra, Roberto, Carlos Gil and Pedro Pascual.2004. Regional Specialization in The European Union. Journal Economic University of Publica de Navarra Spain

Glasson, John.1990.Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: Penerbit LPFE-UI

Gunawan, Diah Setyorini dan Ratna Setyawati Gunawan.2008. Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten-Kabupaten Anggota Lembaga Regional Barlingmascakeb. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Jendral Sudirman Purwikerto.

Fisher.1939.Perencanaan Pembangunan

Jhingan, M.L. 2002.Ekonomi Pembangunan dan perencanaan. Jakarta: Rajawali Press


(18)

Kusreni, Sri. 2009. Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Teanaga Kerja Sektoral Untuk daerah Perkotaan di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga.

Sirojuzilam, 2008,Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional: Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara, Medan : Pustaka Bangsa

Sukirno, Sadono. 1985.Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Tarigan, Robinson, 2004.Ekonomi Regional, Medan : Bumi Aksara

Tim Penyusun.FormatPenulisan.KaryaIlmiahUniversitasLampung.Penerbit UniversitasLampung.Bandar Lampung.2012

Thirwall.2006.Pengantar Perencanaan Regional

Todaro, M.P 1999. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jilid 1, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Tambunan, Tulus T.H., Dr,.2001.Perekonomian Indonesia,,Teori dan temuan Empiris: Ghalia Indonesia


(19)

A.Latar Belakang

Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi.

Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau

mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984:128) bahwa

keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah di bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama.

Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian,


(20)

Pembangunan ekonomi pada dasarnya ialah proses pengembangan ekonomi potensial menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang terspesialisasi melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan modal, perbaikan struktur ekonomi, peralihan teknologi dan lain sebagainya. Pembangunan ekonomi secara garis besar

bertujuan untuk peningkatan taraf hidup, perluasan kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, peningkatan hubungan ekonomi regional dan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

Pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat dari agraris menjadi masyarakat industri. ( Kariyasa : 2001).

Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses perubahan struktur yang ditandai dengan peningkatan sumbangan sektor industri, manufaktur dan jasa-jasa dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di suatu pihak dan menurunnya pangsa (share) sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di pihak lain. (Arsyad:1999).

Dalam sebuah pembangunan nasional terdapat peran dari peningkatan

pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu daerah yang menjadi bagian dari suatu negara, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi nasional memiliki pengaruh terhadap perekonomian


(21)

daerah, Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beberapa Provinsi yang pada masing-masing Provinsi memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena sebuah pembangunan nasional meliputi perencanaan nasional maupun dalam ruang lingkup regionalnya. Peningkatan pendapatan nasional terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi yang positif diukur dengan produk domestik bruto, pertumbuhan PDB menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

Perubahan wilayah terhadap kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha-usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama(prime moverrole)dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap

perekonomian regional (Glasson,1990).

Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Disini terlihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi pada negara-negara maju pada awalnya memperlihatkan peran perubahan dari tingkat struktural dan sektoral yang mempengaruhi dalam proses pembangunan ekonomi.


(22)

Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan

komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan ( Arsyad, 1999 ).

Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana setiap perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus

pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999).

Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor–faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001).


(23)

Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu:

a) Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian.

b) Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan.

c) Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan).

Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah

transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tersier).

Struktur perekonomian adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian maka dapat diketahui konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Seiring berjalannya waktu akan

mengakibatkan perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri.

Kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonomi.


(24)

Efek pertumbuhan ekonomi secara langsung dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat dari distribusi pendapatan masyarakat yang diukur dari perekmbangan PDRB. Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Selatan Atas Dasar Harga Konstan yang dapat dilihat padat Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto( PDRB) Per kapita di Kabupaten Lampung Selatan Atas Dasar HargaKonstan tahun 2009-21013(persen)

Tahun PDRB Per Kapita( dalam jutaan Rp) Perkembangan

2009 4.527.327

-2010 4.751.742 5,71

2011 4.975.742 6,11

2012 5.222.950 6,30

2013 5.470.055 6,01

Rata-rata 6,03

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan

Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Selatan dapat menciptakan nilai sebesar 4.527.327, tahun 2009, dan pada tahun 2013 adalah 5.470.055 yang arti selama periode tahun 2009-2013 dengan adanya perkembangan rata-rata 6,03 persen per tahun.

Pertumbuhan PDRB perkapita yang meningkat mendorong peningkatan indeks pembangunan manusia setiap tahunnya , peningkatan pendapatan pada kabupaten Lampung selatan memberikan hasil yang positif pula terhadap indeks

pembangunan manusia , seperti yang terlihat ditabel 2 bahwa indeks

pembangunan manusia di kabupaten lampung selatan meningkat dari tahun 2009 senilai 69,51 sampai dengan tahun 2013 senilai 70,55 .


(25)

Tabel 2 . Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Lampung Selatan tahun 2009-2013(persen)

Tahun IPM

2009 69,51

2010 70,06

2011 70,53

2012 70,55

2013 70,55

Sumber : BPS Kabupaten lampung selatan

Peningkatan pertumbuhan PDRB seharusnya bisa diiringi sengan perubahan struktur ekonomi . Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing-masing sektor ekonomi terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka panjang. Di

Kabupaten Lampung Selatan dalam penyumbang pembentukan PDRB didominasi oleh sektor pertanian selama periode 2009-2013 yang memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain, berikut adalah data kontribusi berdasarkan lapangan usaha dalam pembentukan nilai PDRB Kabupaten


(26)

Tabel 3. Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung Selatan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2009-2013 (Persen) No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Pertanian 47,73 46,69 45,59 44,29 43,46 45,55 2 Pertambangan

dan Penggalian

1,20 1,18 1,17 1,17 1,14 1,17 3 Industri

Pengolahan

8,67 8,82 9,18 9,83 10,33 9,36 4 Listrik, Gas dan

Air bersih

0,39 0,42 0,44 0,47 0,51 0,44

5 Bangunan 4,60 4,72 4,94 5,18 5,39 4,96

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

11,70 11,95 12,03 12,10 12,05 11,96

7 Pengangkutan dan Komunikasi

10,26 10,96 11,70 12,10 12,25 11,45 8 Keuangan dan

Persewaan

6,12 6,09 6,02 6,03 6,12 6,07 9 Jasa-jasa 9,32 9,17 8,94 8,81 8,75 8,99

PDRB dengan migas

100 100 100 100 100 100

Sumber: BPS Provinsi Lampung (data dioalah)

Dari data kotribusi PDRB Kabupaten Lampung Selatan yang disajikan oleh Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi transformasi struktural di Kabupaten Lampung Selatan dalam periode 2009–2013. Hal tersebut ditunjukan dengan menurunnya kontribusi sektor pertanian dan pertambangan yang merupakan sektor primer dalam pembentukan nilai PDRB dari kurun waktu 2009 hingga 2013, walaupun sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai PDRB tetapi kontribusinya menurun dari tahun ke tahun, ditunjukan dari kontribusi sektor pertanian tahun 2009 sebesar 47,73%, tahun 2010 sebesar 46,69%, tahun 2011 sebesar 45,59%, tahun 2012 sebesar 44,29%, dan tahun 2013 sebesar 43,46%. Penurunan kontribusi juga dialami pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 1,20% pada tahun 2009 dan terus menurun dari tahun ke tahun hingga 1,14% pada tahun 2013.


(27)

Sedangkan pada sektor sekunder dan tersier terjadi peningkatan kontribusi yang terlihat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 8,67% pada tahun 2009, mengalami peningkatan selama tiga tahun yaitu sebesar 9,18% tahun 2011, sebesar 9,83% tahun 2012, dan sebesar 10,33% tahun 2013. Peningkatan juga ditunjukan oleh sektor keuangan dan persewaan yaitu sebesar 6,12% pada tahun 2009 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 sebesar 6,02%.

Begitu pula dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik gas dan air bersih yang mengalami peningkatan selama periode 2009–2013. Hanya di sektor jasa-jasa saja yang mengalami penurunan di setiap tahunnya.

Berdasarkan gambaran kontribusi sektor-sektor ekonomi seperti yang disajikan pada Tabel 1 terlihat bahwa sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi rata-rata terbesar selama periode tahun 2009–2013 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2013 struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan didominasi oleh sektor pertanian tertinggi dengan rata-rata sebesar 45,55%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11,96% dan sektor industri pengolahan sebesar 9,36%.

Berdasarkan teori Fisher ( 1939 ) dan Clark ( 1940 ) sektor-sektor ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalam sektor primer ( pertanian dan penggalian ), sekunder ( industri pengolahan ) dan tersier ( sektor-sektor lainnya ). Kecuali ahli tersebut berpendapat bahwa semakin rendah pendapatan perkapita suatu daerah semakin besar proporsi penduduk yang bekerja si sektor pertanian. Sebaliknya semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah semakin besar proporsi penduduk yang


(28)

bekerja si sektor jasa-jasa. Kondisi distribusi tenaga kerja secara sektoral juga berlaku bagi distribusi sektor-sektor ekonomi. Walaupun besarnya proporsi berbeda berdasarkan perbedaan pada tingkay produktivitas sektor-sektor tersebut( Thirwall, 2006)

Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian tentang struktur perekonomian telah banyak

dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan hasil penelitiannya diperoleh dengan periode tahun 2009-2010 diketahui terjadi perubahan struktural ekonomi di Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur ekonomi Kota Manado dilihat dari sisi sektor ekonomi yaitu dari empat sektor ekonomi unggulan meningkat menjadi lima sektor ekonomi unggulan bertambah dengan adanya sektor pengangkutan dan

komunikasi. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah lokasi, waktu, menganalisis struktur perekonomiannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul“Analisis Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan Studi Kasus di Kabupaten Lampung Selatan”


(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pembangunan ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kabupaten Lampung Selatan ?

2. Apakah pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya perubahan struktural di kabupaten Lampung Selatan ?

3. Apakah transformasi struktural ekonomi dan perubahan sektor ikut memberikan distribusi pendapatan yang lebih merata di kabupaten lampung selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Sebagai Berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pembangunan ekonomi di kabupaten Lampung Selatan dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonominya

2. Untuk mengetahui apakah pembangunan ekonomi di kabupaten Lampung Selatan dapat mendorong terjadinya perubahan strukturalnya

3. Untuk mengetahui arah struktural dan laju pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya distribusi pendapatan di kabupaten lampung selatan .


(30)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian bagi pembaca, baik dari instansi pemerintah maupun dari kalangan mahasiswa yang ingin menjadikan referensi positif pada penelitian–penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan

penjelasan bagaimaa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.(Boediono,1981:1).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan penduduk meningkat dalam jangka panjang. Tujuan dari pertumbuhan PDRB dapat memberikan arah perkembangan ekonomi dan pembangunan yang paling menguntungkan atau efisiensi maka perlu diketahui seberapa besar meningkatnya pertumbuhan PDRB. Syarat utama dalam

pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhan ekonomi harus bertumpu pada kemampuan perekonomian dalam negeri.


(31)

Pembangunan ekonomi merupakan suatu upaya untuk lebih meningkatkan atau memberi arti yang paling penting agar peranan dalam kegiatan sektor pada PDRB dapat lebih berperan. Peranan suatu pengembangan belum memberi arti yang diinginkan sehingga menimbulkan kesan terbentuknya jaringan dalam pemanfaatan terutama hasil-hasil perekonomian yang berada di daerah masing-masing.

Pembangunan ekonomi nasional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang ditandai dengan perubahan struktur perekonomian. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan turunnya pangsa sektor primer, meningkatnya pangsa sektor sekunder, dan pangsa sektor tersier kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan pembangunan ekonomi diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan, mengatasi pengangguran yang semakin meningkat, kesenjangan ekonomi antar pelaku ekonomi dan antara pusat dan daerah, serta pemerataan pendapatan, dan masalah ekonomi lainnya.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami perubahan atau mengalami pertumbuhan apabila tingkat ekonomi adalah lebih tinggi dari yang dicapai pada masa sebelumnya. Pembangunan ekonomi diadakan untuk dapat


(32)

menimbulkan atau penggerak investasi melalui penyediaan dengan pengadaan sarana fasilitas-fasilitas yang akan dapat menciptakan keuntungan-keuntungan lokalisasi dengan cara mengembangkan perekonomian, sebagai tempat untuk pertumbuhan akan lebih mengambil peran terhadap penarikan investasi dengan dibangunnya tempat fasilitas-fasilitas pendukung yang dimiliki.

Perekonomian Kabupaten Lampung Selatan secara langsung akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional, perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan terbentuk melalui struktur pertanian, dimana dalam pementukan nilai PDRB terdapat sembilan sektor yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB.

Transformasi struktural di Kabupaten Lampung Selatan terlihat dari

pergeseran kontribusi sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dibuktikan dengan menurunnya kontribusi sektor primer dan meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan tersier dalam pembentukan nilai PDRB pada periode tahun 2009–2013. Untuk mengetahui perbedaan perubahan struktur

ekonomi(Transformasi Struktural) Kabupaten Selatan akan dilakukan analisis deskriptif dari hasil olah data pada wilayah tersebut.


(33)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :

Bab I :Pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.

Bab II :Tinjauan pustaka yang berisi landasan teori, tujuan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan penelitian ini. Bab III :Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber

data, batasan perubah variabel dan metode analisis. Bab IV :Hasil dan pembahasan yang memuat hasil olah data serta

pembahasan dari hasil hitung statistik

Bab V :Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian serta saran yang untuk pengembangan hasil penelitian


(34)

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf Hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan rill perkapita (Soeparmok, 2001:5).

Pembangunan bukanlah semata fenomena ekonomi, pembangunan harus dipahami sebagi salah satu proses yang berdimensi jarak yaitu melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, seluruh rakyat dan

kelembagaan nasional serta percepatan pembangunan ekonomi, pengangguran ketidakmerataan, kemiskinan absolute (Todaro,1999:29).

Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 2000).

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini


(35)

menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting, yaitu:

a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. b) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita.

c) Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. (Arsyad:1999).

Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi adalah menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang lebih tinggi.

(Djojohadikusumo:1994).

1. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Istilah perencanaan pembangunan ekonomi lebih didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mecakup suatu keputusan-keputusan sebgai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Lincolin Arsyad) Ciri-ciri dari perencanaan pembangunan ekonomi:

- Usaha-usaha dicerminkan dalam rencana yang mantap, Hal ini dicerminkan dalam usaha-usaha pertumbuhan ekonomi yang positif. - Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita.

- Usaha-usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. - Usaha-usaha untuk memperluas kesempatan kerja.


(36)

- Usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan.

- Usaha-usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Secara umum fungsi-fungsi perencanaan pembangunan ekonomi menurut ( Lincolin Arsyad).

1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan. 2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi

ekonomi.

3. Perencanna memberikan kesempatan untuk mencari yang terbaik.

4. Dengan perencanaan dapat dilakukannya penyusunan skala prioritas dari tujuan.

Perencanaan sebagai alat untuk mengukur dan pengawasan evaluasi.

2. Teori Pembangunan seimbang menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse

Industrialisasi ke daerah-daerah yang masih berkembang merupakan cara yang tepat untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata dan untuk meningkatkan pendapatan didaerah berkembang. Rendahnya investasi

disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli masyarakat disebabkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat itu sendiri. Rendahnya pendapatan rill dikarenakan oleh rendahnya produktivitas.

3. Teori pembangunan tidak seimbang menurut Hirscmhan dan Streeten Ketidak seimbangan pembangunan adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan dinegara berkembang.


(37)

Hirscmhan juga mengamati bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang erat kaitan nya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut. Sementara pembangunan yang tidak seimbang akan menciptakan gangguangangguan dan ketidakseimbangan -ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan tersebut akan menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak seimbang akan

mempercepat pembangunan ekonomi di masa yang akan datang.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi

(Tambunan, 2001). Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya. Dalam


(38)

Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti peningkatan Pendapatan Nasional/PN (Tambunan, 2001).

1. Model Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistimatis, agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di pihak lain, pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.

2. Model Pertumbuhan Harrot-Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena


(39)

tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju

pertumbuhan ekonomi natural yaitu; angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan

nisbah kapital-output.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor–faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat

3. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi

Keseimbangan pertumbuhan ekonomi adalah pemerataan pertumbuhan ekonomi di antara wilayah dalam suatu negara kesatuan, pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui peningkatan PDRB perkapita antar wilayah, terjadinya keseimbangan pertumbuhan ekonomi memiliki hambatan yaitu tidak semua wilayah memiliki faktor–faktor pendukung untuk memajukan wilayahnya sendiri


(40)

1. Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan Lewis

Menurut scitovsky eksternalisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu seperti teori yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory) dan yang seperti terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), ekternalisasi itu dapat diartikan sebagai perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan teknologi pada industri lain. Selain itu disamping hubungan saling ketergantungan antara berbagai industri bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecunary external economics) yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.

Menurut Arthur Lewis pembangunan seimbang lebih menekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor, yaitu antara sektor industri dan pertanian, sektor dalam negeri dan sektor luar negeri. Terjadinya masalah apabila pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan

pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya

ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan akan terhambat.

C. Perubahan Struktur Ekonomi (Transformasi Struktural)

Pada pertumbuhan ekonomi yang berjalan secara terus menerus akan menyebabkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural adalah pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor


(41)

industri atau jasa–jasa yang dimana pada setiap sektor terjadi perubahan transformasi yang berbeda - beda.

Proses perubahan struktur ekonomi juga terkadang disebut perubahan ke sektor industrial. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.

Struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.(Chenery:2001) Pada pembangunan perekonomian wilayah transformasi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi. Jika telah terjadi transformasi ekonomi, dapat dikatakan bahwa pada wilayah tersebut telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu mendapatkan perhatian oleh pemerintah dalam upaya

pengembangan, tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah suatu wilayah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, dalam upaya penyempurnaan kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.


(42)

1. Faktor Penyebab Transformasi Struktural

Faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yang pertama adalah disebabkan oleh sifat masyarakat dalam konsumsinya. semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri menjadi bertambah besar. Maka dari itu peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur ekonomi

disebabkan oleh perubahan teknologi yang berlangsung secara terus– menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur.

D. Distribusi dan Ketimpangan Pendapatan

Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan yang digunakan untuk tujuan analisis (Todaro dan Smith, 2006). Dua ukuran yang pada umumnya digunakan dalam menganalisa distribusi pendapatan tersebut adalahsize distribution of income(distribusi ukuran pendapatan) danfunctional or factor share distribution of income(distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi).

Size distribution of incomesecara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga. Berdasarkan ukuran ini, cara mendapatkan penghasilan tidak dipermasalahkan, apa yang lebih

diperhatikan dari ukuran ini adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya. Selain itu, lokasi sumber


(43)

penghasilan (desa atau kota) maupun sektor atau bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan (pertanian, manufaktur, perdagangan, jasa) juga diabaikan. Sedangkanfunctional or factor share distribution of income berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal). Teori distribusi pendapatan nasional ini pada dasarnya mempersoalkan persentase penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan persentase pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa,

bunga, dan laba (masing-masing merupakan perolehan dari tanah, modal uang, dan modal fisik). Walaupun individu-individu tertentu mungkin saja menerima seluruh hasil dari segenap sumber daya tersebut, tetapi hal itu bukan

merupakan perhatian dari analisis pendekatan fungsional ini.

Guna mengukur ketimpangan pendapatan di antara penduduk, ukuran yang digunakan berdasarkan pada ukuransize distribution of income.Namun, karena data pendapatan sulit diperoleh, maka pengukuran ketimpangan atau distribusi. Pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data

pengeluaran. Dalam hal ini analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total pengeluaran rumah tangga sebagai proksi pendapatan. Terkait dengan hal tersebut, pengukuran menggunakan indeks gini dan kurva lorenz .


(44)

Kurva lorenz :

Indeks Gini :

( + 1)

Keterangan =

G = Indeks G

1 = Konst

Pi = perse Qi+Qi-1 = perse (Todaro dan Smith, 2006

Ide dasar perhitun pengukuran luas su untuk seluruh kelom yaitu sebuah kurva dari suatu variabel (seragam) yang m

G = 1- { ( + 1)}

ndeks Gini onstanta

rsentase jumlah penduduk

rsentase kumulatif rata-rata pengeluaran per ka ith, 2006).

ungan koefisien Gini sebenarnya berasal dari upa s suatu kurva yang menggambarkan distribusi pe uh kelompok pendapatan. Kurva tersebut dinamaka h kurva pengeluaran kumulatif yang membandingka

bel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distr mewakili persentase kumulatif penduduk.

( + 1)

kapita

upaya busi pendapatan

kan kurva Lorenz kan distribusi stribusiuniform


(45)

Nilai Koefisien Gini mendekati nol (0), sedangkan makin tidak merata suatu distribusi pendapatan maka nilai Koefisien Gini-nya makin mendekati satu. Kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini (Susanti et al 2007) adalah sebagai berikut:

• Lebih kecil dari 0. 4: tingkat ketimpangan rendah

• Antara 0.4-0.5: tingkat ketimpangan moderat

• Lebih tinggi dari 0.5: tingkat ketimpangan tinggi

Bank dunia mengklasifikasikan ketidakmerataan berdasarkan tiga lapisan: 40 % penduduk berpendapatan terendah Penduduk termiskin

40 % penduduk berpendapatan menengah20%pendudukberpendapatantinggi

KLASIFIKASI :

Ketimpangan Parah = distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12 % pendapatan nasional

Ketimpangan Sedang = distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 - 17 % pendapatan nasional

Ketimpangan Lunak (Distribusi Merata) = 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17 % pendapatan nasional.

Hubungan Ketidakmerataan Pendapatan dengan Tingkat Pendapatan diuji dengan menggunakan Analisis Regresi Kuadratik (quadraticregression analysis); ketimpangan distribusi pendapatan (diukur dengan angka Indeks


(46)

Gini) sebagai peubah tidak bebas (dependent variable) dan pendapatan perkapita sebagai peubah bebas (independent variable).

E. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu satu tahun. Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan, yang dimana PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut, dan PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan atau tahun dasar.

PDRB perkapita. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan perkapita. Indikator pendapatan perkapita dapat juga digunakan untuk menilai apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan capaian nilai tambah berdasarkan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya. Pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya pendapatan perkapita penduduk, apabila disertai dengan upaya pengendalian jumlah penduduk.

Produk Domestik Regional Bruto Per kapita Bila Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal


(47)

di suatu wilayah (wilayah penghitungan PDRB), akan diperoleh angka PDRB per kapita.

Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan empat pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai tambah bruto dengan cara mengurangkan nilai out put yang dihasulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara lain dari masing–masing nilai produksi bruto dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupaan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang diperoleh oleh unit produksi sebagai input antara, nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan–kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjymlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha seperti bunga neto, sewa tanah dan keuntungan tidak diperhitungkan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial, pembentukan modal


(48)

dan ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen–komponen tersebut harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.

4. Metode Alokasi

Metode alokasi digunakan pada data data suatu unit produksi di suatu daerah tidak tambah dari suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang ditingkatnya lebih tinggi, seperti data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi. Untuk menghitung produk domestik regional bruto (PDRB) dapat digunakan salah satu dari penghitungan pendapatan nasional yaitu dengan pendekatan pengeluaran. pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang dikeluarkan oleh berbagai golongan dalam masyarakat, dengan persamaan sebagai berikut:

PDRB = C + I + G + (x - m)

Dimana C adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, I adalah

pembentukan modal, G adalah pengeluaran pemerintah, dan (x - m) adalah selisih nilai ekspor dan impor. perlu disepakati bahwa I (investasi) dalam bidang produktif, sebenarnya terdiri dari investasi swasta (ip) dan investasi pemerintah (ig). G adalah pengeluaran pemerintah pada umumnya yaitu pengeluaran rutin pemerintah dan pengeluaran pembangunan di luar bidang produktif.


(49)

Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah dapat diketahui melalui pendekatan model pertumbuhan neo klasik dengan memusatkan perhatian pada fungsi produksi cobb-douglas.

Menurut arsyad (1999:63) fungsi produksi cobb-douglas tersebut dapat dituliskan dengan cara berikut:

qt = tta kt ltb

Dimana q = tingkat produksi, t = tingkat teknologi, k = jumlah modal, l = jumlah tenaga kerja, dan t = tahun tertentu.

Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai denganSystem of National

Accounts(SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk

membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB.

F. Teori Kemiskinan

Pada tahun 1990,World Bankmendefinisikan kemiskinan sebagai

ketidakmampuan dalam memenuhi standar hidup minimal. Kemudian pada tahun tahun 2004,World Bankmenguraikan kembali definisi kemiskinan secaralebih detail yaitu “Kemiskinan adalah kelaparan. Kemiskinan adalah ketiadaan tempat tinggal. Kemiskinan adalah sakit dan tidak mampu untuk periksa ke dokter. Kemiskinan adalah tidak mempunyai akses ke sekolah dan tidak mengetahui bagaimana caranya membaca. Kemiskinan adalah tidak mempunyai pekerjaan dan khawatir akan kehidupan di masa yang akan


(50)

datang. Kemiskinan adalah kehilangan anak karena penyakit yang

disebabkan oleh air yang tidak bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, ketiadaaan keterwakilan dan kebebasan”.

Tidak jauh berbeda dengan definisi World Bank, UNDP juga mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi kekurangan pendapatan dan kesulitan ekonomi. Namun, kemiskinan juga dipandang sebagai suatu keadaan dimana kurangnya akses terhadap pendidikan, kesehatan atau air minum yang bersih, atau untuk mempengaruhi proses politik dan faktor lainnya yang penting bagi manusia. Dengan kata lain, UNDP memandang kemiskinan sebagai suatu masalah multidimensi yaitu tidak hanya terbatas pada kekurangan pendapatan dan sumber daya ekonomi.

Definisi kemiskinan lainnya juga dapat didasari pada jenis kemiskinan secara konseptual yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar (Todaro dan Smith, 2006). Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan

seseorang untuk mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Dengan demikian, maka penduduk dikatakan miskin secara absolut jika pendapatannya di bawah garis kemiskinan.


(51)

1. Indikator Kemiskinan

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, terdapat tiga ukuran yang menjadi indikator kemiskinan, yaitu:

a. Ukuranpoverty incidence

Ukuran ini menggambarkan kemiskinan dalam suatu masyarakat. Indikator kemiskinan dengan ukuran ini ditunjukkan dariHead Count Index(HCI-P0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK). Namun, ukuran ini mempunyai beberapa

kelemahan yaitu tidak dapat melihat jurang ataudegreekemiskinan, secara implisit mengasumsikan distribusi yang merata antar si miskin, dan antar waktu tidak terdeteksi transfer dari si miskin ke si kaya.

b. Ukuranpoverty gap

Ukuran ini menggambarkan seberapa jauh jurang pendapatan si miskin dengan Garis Kemiskinan. Kemiskinan dengan ukuran ini ditunjukkan dari Poverty Gap Index(Indeks Kedalaman Kemiskinan-P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari Garis Kemiskinan. Namun, dengan ukuran ini tidak tergambar jumlah si miskin, dan tidak terdeteksi distribusi antar si miskin yang lebih timpang.


(52)

c. Ukuranpoverty severity

Ukuran ini menunjukkan seberapa parah kemiskinan yang terjadi dengan member bobot yang lebih tinggi bagipoverty gapyang lebih miskin dibandingkan yang kurang miskin. Indikator kemiskinan dengan ukuran ini ditunjukkan olehPoverty Severity Index(Indeks Keparahan

Kemiskinan-P2) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Namun ukuran ini tidak terlihat jumlah si miskin.

G. Hubungan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan perkapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

Namun sebagai upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat luas, tujuan dasar pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Karena


(53)

ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Arsyad:1997).

Masalah distribusi pendapatan mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan tingkat kesejahteraan mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sedang aspek kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk atau rumah tangga.

Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari penurunan persentase penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara

menyeluruh, adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju pertambahan pendapatan golongan kaya. Dengan demikian jika mencermati pengertian tersebut maka upaya mengharmonisasikan tujuan pembangunan ekonomi sangat bergantung pada strategi pembangunan

ekonomi yang dipilih atau yang dijalankan. Oleh karena itu peran pemerintah daerah melalui serangkaian intervensi kebijakan pembangunan memiliki arti strategis dalam menentukan keberhasilan tujuan pembangunan ekonomi.

H. Hubungan antara Pertumbuhan dan Ketimpangan Pendapatan.

Terkait dengan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan, telah banyak studi empiris yang dilakukan untuk menguji hipotesis Kuznets dengan menggunakan data makro dari sejumlah negara. Dari studi-studi empiris yang dilakukan tersebut, Tambunan (2001)


(54)

menyatakan tiga catatan penting.Pertama, sebagian studi yang dilakukan menolak hipotesis Kuznets. Studi empiris yang dilakukan Ravallion dan Datt (1996) terhadap India menunjukkan bahwa selama periode 1950-an hingga 1990-an pendapatan rata-rata per kapita meningkat dan kecenderungan

perkembangan tingkat kesenjangan ekonomi menunjukkan sudut yang negatif (menurun).

Hasil analisa yang dilakukan Ravallion (2001) terhadap 47 negara sedang berkembang juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan ketimpangan. Analisa terhadap 60 negara sedang berkembang yang dilakukan oleh Adams (2004) juga menunjukkan bahwa GDP per kapita tidak berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan.Kedua, walaupun secara umum hipotesis ini diterima, namun sebagian besar dari studi-studi tersebut menunjukkan bahwa relasi positif antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pada periode jangka panjang hanya terbukti nyata untuk kelompok negara-negara industri maju (kelompok negara-negara dengan tingkat pendapatan yang tinggi).Ketiga, bagian kesenjangan dari kurva Kuznets (bagian kiri) cenderung lebih tidak stabil dibandingkan porsi kesenjangan menurun dari kurva tersebut (bagian kanan).

Kesenjangan cenderung menurun untuk negara-negara pada tingkat pendapatan menengah dan tinggi. Jadi, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, sejak bagian kesenjangan dari kurva tersebut terdiri dari negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah maka relasi itu lebih tidak stabil untuk negara-negara tersebut.


(55)

Perkembangan terakhir dari penelitian-penelitian mengenai pembangunan ekonomi, tidak lagi berfokus pada berlaku atau tidaknya hipotesa Kuznets, tapi lebih kepada pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap

pengurangan kemiskinan dengan kemungkinan terjadi peningkatan

ketidakmerataan pendapatan yang mengurangi efektifitas dari pengurangan kemiskinan, seperti yang ditunjukkan oleh Wodon (1999).

I. Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan

Kemiskinan adalah situasi dimana tidak dapat memenuhi standar pengeluaran minimum untuk hidup layak. Individu yang hidup di bawah standar

pengeluaran minimum tersebut dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin. Ketika perekonomian berkembang atau mengalami pertumbuhan di suatu kawasan (negara atau kawasan tertentu yang lebih kecil), berarti terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik di antara penduduk di kawasan tersebut akan mengurangi kemiskinan. Dengan demikian, pengurangan kemiskinan akibat adanya pertumbuhan ekonomi akan tergantung pada pertumbuhan ekonomi itu sendiri dan perubahan distribusi pendapatan yang terjadi.

Guna memahami dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan, maka diperlukan adanya perhitungan secara terpisah terhadap pengaruh pada kemiskinan akibat dari adanya perubahan rata-rata pendapatan dan

distribusinya. Dengan kata lain, diperlukan adanya dekomposisi perubahan total kemiskinan ke dalam dua hal yaitu:


(56)

a. Sebagai dampak dari pertumbuhan ketika distribusi pendapatan tidak berubah (ketimpangan konstan)

b. Sebagai pengaruh dari redistribusi ketika pendapatan total tidak berubah (ketimpangan berubah)

J. Hubungan pembangunan ekonomi dan perubahan struktural

Struktur ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan ekonomi. Tulisan A.G.B. Fisher dalam International Labour Review pada tahun 1935 telah mengemukakan pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan persentase tenaga kerja yang berada di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapat ini dibuktikan oleh Clark yang telah mengumpulkan data statistik mengenai persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor primer, sekunder dan tersier di beberapa negara.

Data yang dikumpulkannya itu menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan per kapita suau negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Akan tetapi sebaliknya, sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Kuznets menunjukkan perubahan sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional, sedangkan Chenery mengkhususkan analisisnya pada corak perubahan sumbangan berbagai sektor dan industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan kepada produksi nasional.


(57)

K. Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Penelitian Dalam Negeri

No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil

1 Januardy A.J. Hidayat Analisis Struktur Perekonomian Kota Manado (2013) Analisis Deskriptif Location Quitient ( LQ ), Shift Share

Terjadi perubahan struktur ekonomi di Kota Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur

ekonomi Kota Manado dilihat dari sisi sektor ekonomi yaitu dari 4 sektor ekonomi unggulan meningkat menjadi 5 sektor ekonomi unggulan bertambah dengan adanya sektor pengangkutan dan komunikasi 2 Hj.Jamaliah Analisis

Struktur Ekonomi serta Basis Ekonomi DiProvinsi Kalimantan Barat Location Quetient (LQ) AnalisisDeskriptif Kontribursi terbesar ialah sektor pertanian, sektor industri

pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Pergeseran sektor perekonomian di Provinsi

Kalimantan Barat selama periode 1998-2008

3 Sri Kusreni Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur (2009) Analisis Deskritf Structural Equation Model(SEM), SPSS Pengaruh perubahan struktur ekonomi berpengaruh terhadap fungsi spesialisasi dan struktur penyerapan tenaga kerja sektoral untuk daerah perkotaan di Jawa Timur. cukup besar jumlahnya dan setiap tahun selalu meningkat baik karena faktor demografis yaitu

bertambahnya

penduduk yang masuk dalam usia kerja


(58)

maupun mobilitas dari luar Jawa

Timur. Jumlah tenaga kerja lebih banyak terserap pada sektor tertier yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sub sektor Transpotasi dan Komunikasi, sub sektor

Keuangan dan Persewaan, dan sub sektor Jasa, hal ini bisa dimengerti karena kehidupan

kota pada umumnya lebih bersifat pelayanan


(59)

III. METODE PENELITIAN

A. Data dan sumber data

Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009–2013 dari instansi- instansi terkait yaituBadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Selatan . Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:

- Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lampung Selatan atas dasar harga konstan

- Data PDRB Perkapita Kabupaten Lampung Selatan atas dasar harga konstan - Data Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan

- Data Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Selatan

- Data Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan

B. Alat Analisis

1. Analisis Deskriftif Kuantitatif

Analisis yang digunakan adalah indeks gini untuk menghitung ketimpangan pendapatan dan kurva lorenz untuk melihat pendistribusian pendapatan pada Kabupaten Lampung Selatan .


(60)

C. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Kondisi wilayah

Ibukota Kabupaten Lampung Selatan adalah Kalianda yang terletak 57,55 km dari Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung. Kabupaten ini terletak di paling ujung Pulau Sumatera dan memiliki luas 2.007,1kmatau 5,7% dari luas wilayah Provinsi Lampung, meliputi 17 kecamatan dan 251desa/kelurahan( BPS,2013). Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105014’sampai dengan 105045’Bujur Timur dan 5015’ sampai dengan 60Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini, daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.

Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas– batas sebagai berikut :

a) Batas Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur b) Batas Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda.

c) Batas Timur : berbatasan dengan Laut Jawa

d) Batas Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran.

Perekonomian Kabupaten Lampung Selatan selama periode 20010-2013 menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pada tahun 2010 nilai nominal PDRB Kabupaten Lampung Selatan adalah sebesar 4.350,04, kemudian pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 5.201,17. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2013 menunjukkan angka


(61)

yang baik, yakni sebesar 6,01 persen. Perekonomian Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6,01 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Lampung Selatan tumbuh dan berkembang dengan baik dibanding dengan tahun sebelumnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lampung Selatanpun mengalami peningkatan yang cukup menggairahkan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

2. Penduduk

Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk merupakan masalah yang harus diperhatikan pemerintah dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi juga dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.

Peningkatan kualitas penduduk dilakukan melalui peningkatan taraf kesehatan, pendidikan dan sosial ekonomi termasuk penghasilan dan

pendapatan keluarga, serta peningkatan usaha kesejahteraan lainnya. Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut hasil proyeksi pada tahun 2013 berjumlah 950.844. jiwa terdiri dari 488.637 penduduk laki-laki dan 462.207 penduduk perempuan.

Adapun secara lengkap, jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 disajikan pada tabel


(62)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009-2013

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

2009 901.655

-2010 912.490 1,48

2011 922.397 1,24

2012 939.390 1,88

2013 950.844 1,40

Rata-rata 1,5

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan *Angka diperbaiki *Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,88%, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,5%.

3. Gambaran Umum Mengenai Potensi Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan

Perekonomian Lampung Selatan selama periode 2010-2013 menunjukkan perkembangan cukup baik. Pada tahun 2010 nilai PDRB Kabupaten

Lampung Selatan berdasarkan harga konstan adalah sebesar 4.350,04, tahun 2011 meningkat menjadi 4.615,64 dan di tahun 2012 meningkat lagi

menjadi 4.906,39 dan yang terakhir lebih meningkat lagi menjadi 5.201,17 (BPS,2013). Dengan kata lain peningkatan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,71 persen dari tahun 2010, sedangkan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,11 persen.

4. Potensi Ekonomi

Potensi Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari sembilan sektor ekonomi, yaitu:


(63)

1. Sektor Pertanian, terdiri dari:

a) Subsektor Tanaman Pangan. Pembangunan pada subsektor ini diarahkan pada pengembangan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah: padi, jagung, keelah pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan, dan sayur-sayuran serta tanaman hias.

b) Subsektor Tanaman Perkebunan. Pengembangan pada subsektor ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan akan hasil produksi untuk dipasarkan. Subsektor tanaman perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perkebunan besar.

c) Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya. Pengembangan pada subsektor ini diarahkan pada pemenuhan gizi masyarakat akan kebutuhan produksi daging, telur dan susu.

d) Subsektor Perikanan. Pengembangan pada subsektor ini diarahkan untuk memenuhi gizi masyarakat akan hasil pertanian.

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian, pengambilan dan pemanfaatan segala macam barang tambang dan mineral serta barang galian yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas. Potensi yang dimiliki Kabupaten Lampung Selatan hanya mencakup pertambangan emas, batubara, dan penggalian batu-batuan, pasir, tanah liat, kerikil dan lain-lain.


(64)

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan dengan tangan, mesin atau proses kimiawi.

4. Sektor Listrik, Gas Kota dan Air Bersih.

Di Kabupaten Lampung Selatan sektor ini hanya meliputi kegiatan listrik dan air minum, karena sampai saat ini produksi gas kota belum ada di Kabupaten Lampung Selatan.

a. Subsektor listrik. Subsektor ini meliputi pembangunan dan penyaluran tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna penyaluran listrik, untuk dijual kepada konsumen, baik oleh PLN maupun bukan PLN. Termasuk juga disini, listrik hanya dibangkitkan sektor lain, seperti industri, jasa-jasa, yang dijual kepada pihak lain.

b. Subsektor Air bersih. Subsektor ini meliputi pembangunan dan penyaluran air bersih yang disediakan perusahaan air minum daerah. 5. Sektor Bangunan

Sektor ini meliputi usaha pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbainan berat dan ringan, perombakan dari suatu bangunan atau kontribuksi yang dimaksud dapat berupa: bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan subkonstruksi seperti pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendingin, pemasangan saluran air, termasuk pula pembuatan dan perbaikan bangunan tempat tinggal yang dilakukan sendiri oleh rumah tangga, swasta, dan badan-badan pemerintah.


(65)

6. Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran

a. Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran. Subsektor ini meliputi kegiatan pembelian dan penjualan barang baik yang baru maupun bekas oleh pedagang, dari pihak produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau konsumen tanpa merubah bentuk, dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan pembelian, dan penjualan kembali barang, umumnya melayani konsen perorangan atau rumah tangga, tanpa merubah bentuk, baik barang baru maupun barang bekas secara eceran.

b. Subsektor Hotel. Subsektor ini meliputi hasil usaha penyediaan penginapan dan berbagai akomodasilainnya seperti hotel, motel, losmen dan sebagainya, baik yang tersedia untuk umum ataupun hanya untuk anggota suatu organisasi tertentu atas dasar suatu

pembayaran. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, yang berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan tersebut, datanya sulit dipisahkan.

c. Subsektor Restoran/Rumah Makan. Subsektor ini meliputi usaha restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin. Termasuk usaha penjualan seperti warung nasi, warung kopi, warung sate, dan sejenisnya.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi a. Sektor Pengangkutan

- Pengangkutan Rel, meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya,


(66)

baik bermotor( truk, bus,oplet, taksi, ojek, motor), maupun tidak bermotor( becak, pedati, gerobak).

- Pengangkutan Jalan Raya, meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor (truk, bus, oplet, taksi, ojek motor), maupun tidak bermotor(becak, pedati,gerobak).

- Pengangkutan laut, meliputi pelayaran samudera dan perairan pantai menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayanan baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah atau di luar negeri.

Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkatan laut seperti pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar maut,

pergudangan, ekspedisi dan keagenan serta kegiatan angkutan sungai dan angkutan penyebrangan dengan menggunakan kapal feri.

- Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan, meliputi kegiatan pengangkutan penumpang, barang, dan kendaraan dengan

menggunakan kapal/angakutan sungai baik bermotor, maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut feri. - Pengangkutan udara, meliputi kegiatan pengangkutan barang dan

peumpang melalui udara dengan menggunakan pesawat

udara/kapal terbang yang beroperasi di dalam maupun luar negeri, baik dilakukan teratur maupun tidak.


(67)

- Jasa Penunjang Angkutan, meliputi kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan laut, bongkar muat, keagenan penumpang, ekspedisi laut dan jasa penunjang lainnya.

b. Subsektor Komunikasi, meliputi jasa komunikasi untuk aman, pengiriman surat, paket, dan wesel yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia dan perusahaan-perusahaan swasta.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

a. Subsektor Keuangan Bank dan Bukan Bank, meliputi jasa pelayanan di bidang perbankan seperti simpanan dalam bentuk tabungan dan giro, pengiriman uang, pemberian pinjaman. Jasa Keuangan Bukan Bank, meliputi pelayanan asuransi dan sebagainya.

b. Subsektor Persewaan, meliputi pemberian jasa hukum, penyewaan gedung dan sebagainya.

9. Sektor Jasa-jasa

a. Pemerintah Umum, meliputi jasa pelayanan sosial, seperti rumah sakit, puskesmas dan panti asuhan.

b. Swasta, meliputi:

- Subsektor Jasa Sosial dan Kemasyarakatan, meliputi jasa

pendidikan mulai dari taman bank kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

- Subsektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga, meliputi jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumah tangga, seperti jasa reparasi, jasa binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang las dan sebagainya.


(68)

5. Kondisi Ekonomi Daerah Kabupaten Lampung Selatan

Perekonomian Kabupaten Lampung Selatan secara konsisten secara konsisten menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat. Pada tahun 2010 yang merupakan awal pemulihan ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,71 % tetapi pada tahun 2011 mencapai 6,11%. Pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan meningkatnya kapaistas

perekonomian daerah. Peningkatan kapasitas tersebut terkait dengan faktor teknologi, modal, infrastruktur , kualitas sumber daya manusia dan

ketersediaan faktor produksi. Karena itu harus ada upaya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan teknologi, ketersediaaan faktor, modal, daya dukung infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perluasan pasar.

Tabel 6. PDRB Kabupaten Lampung Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2010-2013

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 2.030,93 2.104,22 2.173,11 2.260,60 2 Pertambangan dan

Penggalian

51,30 54,18 57,62 59,08 3 Industri Pengolahan 383,65 423,86 482,44 537,23 4 Listrik, gas dan Air

bersih

18,20 20,51 23,27 26,47

5 Bangunan 205,30 227,81 254,20 280,31

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

519,95 555,05 593,57 626,64 7 Transportasi dan

Komunikasi

476,57 539,87 593,85 637,00 8 Keuanganan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

265,04 277,64 295,88 318,54

9 Jasa-jasa 399,10 412,49 432,46 455,29

PDRB dengan Migas 100 100 1000 100


(69)

Kondisi pembentukan PDRB ini dapat menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Lampung Selatan cenderung rentan terhadap gejolak pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan tanpa migas dan perdagangan, restoran serta hotel. Hal tersebut dikarenakan ketiga sektor tersebut hampir menguasai perekonomian daerah. Dalam rangka memberikan landasan yang kuat bagi perekonomian daerah maka kondisi ini perlu ditransformasi sehingga lebih terdistribusikan secara berimbang dengan sektor-sektor lainnya.

Untuk itu, harus ada upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan transformasi struktur perekonomian daerahh. Sektor yang perlu terus

dikembangkan adalah indsutri pengolahan terutama yang bersifat agroindustri sesuai dengan potensi yang ada serta keuangan, transportasi dan


(70)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembangunan ekonomi dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi .

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan

pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan perkapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

Masalah distribusi pendapatan mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan tingkat kesejahteraan mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sedang aspek kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk atau rumah tangga.

Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari penurunan persentase penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh, adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju


(71)

pertambahan pendapatan golongan kaya. Dengan demikian jika mencermati pengertian tersebut maka upaya mengharmonisasikan tujuan pembangunan ekonomi sangat bergantung pada strategi pembangunan ekonomi yang dipilih atau yang dijalankan. Oleh karena itu peran pemerintah daerah melalui serangkaian intervensi kebijakan pembangunan memiliki arti strategis dalam menentukan keberhasilan tujuan pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi kabupaten Lampung Selatan , sebagai bagian integral dari pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, juga memikul tanggung jawab yang besar. Tantangan yang sedang dihadapi adalah bagaimana mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang di dalamnya juga terdapat keberhasilan untuk mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas bahwa pembangunan ekonomi dapat memicu pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam jangka panjang . Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa benar adanya pembangunan ekonomi dapat memicu pertumbuhan ekonomi terbukti dengan peningkatan PDRB kabupaten Lampung Selatan yang memberikan peningkatan setiap tahunnya , hanya saja peningkatan yang terjadi tidak begitu besar setiap tahunnya . Dapat dilihat pada tabel dibah ini bahwa rata-rata pertumbuhan PDRB kabupeten Lampung Selatan selama tahun 2009-2013 sebesar 5,8 % dan memiliki rata-rata PDRB sebesar Rp4,989,563 (dalam juta ) .


(72)

Tabel 7. PDRB perkapita dan pertumbuhannya dari tahun 2009-2013 Tahun

PDRB Per Kapita(dalam jutaan

Rp) Pertumbuhan %

2009 4,527,327

2010 4,751,742 4,71

2011 4,975,742 4,72

2012 5,222,950 4,73

2013 5,470,055 4,5

rata-rata 4,989,563 5,8

Sumber ; Badn Pusat Statistika

Rendahnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kabupaten Lampung Selatan di sebabkan oleh daya saing , inovasi dan kualitas sumberdaya manusia . Hal ini didorong dengan adanya teori yang diungkapkan oleh Telisa (2008) yaitu Kemerosotan pertumbuhan ekonomi nasional yang terjadi sejak krisis ekonomi bukan semata-mata karena faktor eksternal global, melainkan lebih karena faktor internal. Faktor internal dimaksud secara eksplisit dapat dirangkum dalam tiga faktor kunci yakni daya saing, inovasi, dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Namun sebagai upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat luas, tujuan dasar pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Karena

ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Arsyad:1997).

Dapat dilihat pada tabel di bawah ini bahwa masih begitu rendahnya tingkat pendidikan yang ada di kabupaten Lampung Selatan , sedangkan pendidikan


(1)

Dapat dijelaskan dengan kurva lorenz di bawah ini mengenai pendistribusian pendapatan kabupeten Lampung Selatan :

 40 % Miskin

(2010) 18,52% (2009) 17% (2011) 16,02% (2012) 15,03% (2013) 14,41%

40% Pada tingkat pendistribusian pendapatan kebupaten Lampung Selatan 40% golongan miskin pada tahun 2009 sebesar 17 % , meningkat pada tahun 2010 sehingga berjumlah 18,52% , lalu pada tahun 2011 keadaan menurun sehingga berjumlah 16,02 % , begitu juga tahun 2012 keadaan pendistribusian menurun sehingga berjumlah 15,3 % , keadaan ketimpangan ini terus menurun sampai tahun 2013 sebesar 14,41% . Keadaan ketimpangan yang terjadi pada pendistribusian 40 % golongan miskin ini terjadi dikarenakan adanya

perubahan sektor ekonomi , pertumbuhan ekonomi yang meningkat sehingga mendorong terjadinya pembangunan ekonomi . Pembangunan ekonomi yang terjadi di kabupaten Lampung Selatan membuat ketimpangan pendapatannya menurun sampai dengan tahun 2013 , ini berarti keadaan ketimpangan di


(2)

62

kabupaten Lampung Selatan berangsur-angsur berkurang dan mengarah keadaan perekonomian yang lebih baik .

 40 % Sedang

(2009)18,13% (2012)32,22% (2010)32,07% (2011)31% (2013)30,67%

(2010)18,52% (2009)17% (2011)16,02% (2012)15,03% (2013)14,41%

40% 80%

Pada tingkat pendistribusian pendapatan kebupaten Lampung Selatan 40% golongan sedang pada tahun 2009 sebesar 38,13% , lalu menurun pada tahun 2010 sebesar 32,07% , begitu juga pada tahun 2011 sehingga berjumlah 31% , keadaan ketimpangan sempat meningkat pada tahun 2012 sebesar 32,22% , namun kembali menurun pada tahun 2013 sehingga berjumlah 30,67 % . Keadaan ketimpangan pendistribusian pendapatan golongan 40% sedang yang


(3)

terjadi di kabupaten Lampung Selatan dalam kurun waktu 2009-2013 , dikarenakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi namun pada golongan ini terjadi ketidak merataan sehingga fluktuasi persentasi terjadi setiap tahunnya , dan orientasi perkembangan struktur ekonomi industri pengolahan tidak melibatkan 40% kelompok berpenghasilan rendah .

(2013)55% (2011)53% (2012)52,5% (2010)50% (2009)44,9%

(2009)38.13% (2012)32,22% (2010)32,07% (2011)31% (2013)30,67%

(2010)18,52% (2009)17% (2011)16,02% (2012)15,3% (2013)14,41%


(4)

64

Pada tingkat pendistribusian pendapatan kebupaten Lampung Selatan 20% golongan kaya pada tahun 2009 sebesar 44,9% , pada tahun 2010

meningkat sehingga berjumlah 50% sampai dengan tahun 2013 sebesar 55% , hanya saja sempat menurun pada tahun 2012 sehingga berjumlah 52,50% . Keadaan ini terjadi dikarenakan orientasi perkembangan struktur ekonomi industri pengolahan sudah melibatkan 20 % kelompok

berpenghasilan kaya .Sehingga pada golongan ini masyarakat sudah mulai menikmati penghasilannya dan mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan PDRB perkapita kabupaten Lampung Selatan .


(5)

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukan bahwa dengan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah dapat memicu pertumbuhan ekonomi , hal ini terjadi di kabupaten Lampung Selatan . Pertumbuhan PBRB yang meningkat dengan rata-rata 5,8 % pertahunnya . Kecilnya peningkatan pertumbuhan PDRB setiap tahunnya disebabkan oleh faktor sumberdaya manusia yang rendah , masyarakt miskin dan tingkat pendidikan yang rendah dapat menciptakan pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan per kepala keluarga .

2. Hasil analisis menunjukan bahwa pembangunan ekonomi bisa memicu adanya perubahan struktural , hanya saja masih begitu sedikit daerah di Lampung Selatan yang dijadikan kawasan industri , hal ini disebabkan oleh keadaan geografis Lampung Selatan yang jauh lebih banyak wilayah pertanian dibandingkan industri

3. Hasil analisis menunjukan bahwa Lampung Selatan memiliki tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dalam kategori ketimpangan berat ,


(6)

66

namun Lampung Selatan merupakan daerah berkembang sehingga dari kurun waktu 2009-2013 ketimpangan

berangsung berkurang dan msyarakat cenderung dapat menikmati hidupnya .

B. SARAN

1. Lewat pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dan kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih khusus seperti: pertumbuhan

penduduk,pengangguran,pembangunan pedesaan, pendidikan, perdagangan intenasional dan sebagainya.

Pembahasan masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan ini sebenarnya sulit untuk dipisahkan. Namun demikian, pada bagian ini lebih ditekankan pada pembahasan masalah distribusi pendapatan dengan menyinggung sedikit masalah kemiskinan.

2. Pemerintah kabupaten Lampung Selatan harus lebih memperhatikan pendidikan masyarakatnya agar terciptanya masyarakat yang berdaya saing dan berinovasi ,dan diharapkan pula dengan adanya perbaikan dalam bidang pendidikan dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan . 3. Pemerintah harus mulai memperhatikan kawasan industri agar tercipta

lebih banyak lagi , sebab dengan adanya kawasan industri ini dapat menaikan nilai jual dari produk hasil bumi Lampung Selatan dan nantinya dapat memberikan income yang tinggi untuk pemerintah kabupaten Lampung Selatan .