ANALISIS MULTIPLIER EFFECT EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MESUJI

(1)

ABSTRACT

ECONOMIC MULTIPLIER EFFECT ANALYSIS OF OIL PALM PLANTATION IN MESUJI REGENCY

By

Ayu Lestari

Oil palm plantations is a commodity crop potential because besides being able to provide a higher income, the production process is able to create employment opportunities and improve the welfare of the community. This study aims to explain the multiplier effect, economic and social impacts caused, and the obstacles encountered in the development of oil palm plantations in Mesuji regency. This study uses primary data obtained through interviews to the

respondent. The analysis model used is the base multiplier model with the size of the income and descriptive analysis method.

Results of this study showed that the activities of oil palm plantations in Mesuji regency create a multiplier effect of 2.48. In the economics sector oil palm plantation is able to increase the income and consumption, provide new business opportunities and the growth of the field is able to absorb labor. Socially

contribute to raising awareness of the public in obtaining quality health and better education, and to improve the quality of facilities and infrastructure around. While the obstacles faced by farmers is the acquisition of capital for development, lack of counseling programs, and constraints on expansion.

Keywords : Multiplier Effect, base multiplier, social and economic impacts, barriers, oil palm plantations.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS MULTIPLIER EFFECT EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MESUJI

Oleh

Ayu Lestari

Kelapa sawit merupakan komoditi tanaman perkebunan yang sangat potensial karena selain mampu memberikan pendapatan yang lebih tinggi, dalam proses produksinya mampu menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskanmultiplier effect, dampak secara ekonomi dan sosial yang ditimbulkan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden. Model analisis yang digunakan yaitu model pengganda basis dengan ukuran pendapatan dan metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkaan bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji menciptakanmultiplier effectsebesar 2,48. Di bidang ekonomi perkebunan kelapa sawit mampu meningkatkan pendapatan dan konsumsi

masyarakat, memberikan peluang tumbuhnya lapangan usaha baru dan mampu menyerap tenaga kerja. Secara sosial berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperoleh kualitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan mampu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekitar. Sementara

hambatan yang dihadapi petani adalah perolehan modal untuk pengembangan, kurangnya program penyuluhan, dan kendala pada perluasan lahan.

Kata Kunci :Multiplier Effect,pengganda basis, dampak sosial dan ekonomi, hambatan, perkebunan kelapa sawit.


(3)

ANALISIS MULTIPLIER EFFECT EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MESUJI

Oleh

AYU LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

ANALISIS MULTIPLIER EFFECT EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MESUJI

(Skripsi)

Oleh AYU LESTARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Pemikiran ... 13 2 Persentase Luas Lahan yang dimiliki Petani ... 47


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 11

D. Manfaat Penulisan ... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Ekonomi Lokal ... 15

B. Pembangunan Pertanian ... 18

C. Peranan Perkebunan ... 19

D. Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit ... 20


(7)

iii

F. Penelitian Terkait ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

B. Jenis dan Sumber Data ... 30

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31

D. Teknik Penentuan Sampel ... 31

E. Metode Analisis Data 1. Analisis Pengganda Basis ... 35

2. Analisis Deskriptif ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden ... 42

2. Pendapatan Petani ... 44

3. Pengeluaran Petani ... 56

4. Proporsi Pengeluaran Konsumsi ... 57

5. Proporsi Penggunaan Produk Lokal ... 58

6. Analisis Pengganda Basis (Multiplier Pendapatan) ... 60

7. Dampak Sosial dan Ekonomi ... 65

8. Hambatan yang Dihadapi Petani ... 73

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 78


(8)

iv

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji

Tahun 2014 ... L.1 2. Kuisioner Penelitian ... L.2 3. Data Kuisioner (Karakteristik Petani) ... L.3 4. Data Kuisioner ( Pendapatan Petani ) ... L.4 5. Data Kuisioner ( Pengeluaran Petani ) ... L.5 6. Data Kuisioner (Proporsi Penggunaan Produk) ... L.6 7. Data Kuisioner (Biaya Untuk Peralatan) ... L.7 8. Data Kuisioner (Biaya Pupuk dan Biaya Angkut) ... L.8 9. Data Kuisioner (Biaya Panen, Sewa, Upah) ... L.9 10. Data Kuisioner (Pengeluaran Rutin) ... L.10 11. Data Kuisioner (Tempat Memperoleh) ... L.11 12. Data Kuisioner (Dampak dan Hambatan) ... L.12 13. Dokumentasi Selama Penelitian ... L.13 14. Data CSR Perusahaan Perkebunan ... L.14


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Potensi Kelapa Sawit di Lampung ... 4

2. Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit di Provinsi Lampung ... 5

3. Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Mesuji Tahun 2014 ... 7

4. Penelitian Terkait ... 27

5. Penentuan Besarnya Sampel ... 33

6. Penggunaan Metode Analisis yang Digunakan ... 35

7. Keterkaitan Dampak Pengganda Pendapatan ... 36

8. Karakteristik Responden ... 43

9. Modal Awal yang Digunakan Untuk Membuka Lahan ... 45

10. Rata-rata Pendapatan Petani di Luar Usaha Tani Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji Per Bulan, 2015 ... 46

11. Lamanya Petani Memiliki Perkebunan Kelapa Sawit ... 46

12. Rata-rata Usia Pohon dan Jumlah Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Usia Pohon pada Lahan Kering dan Lahan Basah di Kabupaten Mesuji, 2015 ... 49

13. Rata-rata Penerimaan Petani Lahan Kering dan Lahan Basah dari Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Per Bulan, 2015 ... 51

14. Rata-rata Total Biaya Produksi yang Dikeluarkan Oleh Petani di Dua Tipologi Lahan Per Bulan, 2015 ... 52


(11)

vii

15. Rata-rata Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Laba Petani Swadaya pada Usaha Tani Kelapa Sawit di Dua Tipologi Lahan

Per Bulan, 2015 ... 54 16. Kontribusi Pendapatan Petani Swadaya dari Total Pendapatan

Per Bulan, 2015 ... 55 17. Rata-rata Pengeluaran Rutin Petani Kelapa Sawit Per Bulan,

2015 ... 56 18. Proporsi Pengeluaran Konsumsi ... 58 19. Besaran dan Proporsi Total Pengeluaran Petani Untuk Produk

Daerah dan Luar Daerah Per Bulan, 2015 ... 59 20. Multiplier Effect (Pengganda Pendapatan) Perkebunan Kelapa

Sawit ... 63 21. Kegiatan CSR Perusahaan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji ... 72 22. Proporsi Kendala yang Dihadapi Petani dalam Upaya Pengembangan


(12)

(13)

(14)

MOTO

Ketika kita menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, maka itu adalah kekuatan kita.

(Espilen Blog)

Kasih sayang Allah pasti datangnya, meski terasa nun jauh di sana Ia akan tiba laksana kerdipan mata bila sudah

saatnya.

(Dr. Aidh al-Qarni)

Hidup ini adalah kerja keras, diam dan hanya menunggu tidak akan membuat mimpimu menjadi nyata.


(15)

PERSEMBAHAN

✁✂ ✄☎✂ ✆ ✁✂ ✄ucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Skripsi sederhanaku ini kupersembahkan untuk kedua orang

tuaku tercinta Bapak Ahmad Ruwah dan Ibu Zainun yang selalu menyayangiku dan selalu mendo akan keberhasilanku

demi tercapainya cita-citaku.

Adikku Ayu Permatasari dan keluargaku yang telah memberikan dukungan selama ini.

Para Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat berharga melalui ketulusan dan

kesabaranmu.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku.

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayu Lestari lahir pada tanggal 1 Agustus 1993 di Pekalongan. Penulis lahir sebagai anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Ruwah dan Ibu Zainun.

Penulis memulai pendidikannya di TK Minabahari 2 Pekalongan pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 1999. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SD N Krapyak Lor 1 dan selesai pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 2 Pekalongan dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikannya di SMK N 2 Pekalongan dengan mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tulis dan memperoleh beasiswa Bidik Misi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada semester enam, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Labuhan Batin, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji.


(17)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ANALISIS MULTIPLIER EFFECT EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MESUJI”, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E, M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.


(18)

4. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E, M.Si. selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.

5. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E, M.Si. selaku Pembimbing Akademik. 6. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si selaku penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis.

7. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan dan staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak membantu kelancaran proses skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku, adikku dan seluruh keluargaku yang selalu mencurahkan doa dan dukungannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Mamak, Mbah, Mb Pri, Mb Uti, Mb Uli, Mb Tiput, Kak Opik, Bang Togap, Mak Pida, Uwoh, Wak Saadah, Pak Muk, Revi, Sely, Ayu Vini, terima kasih atas semua do’a, dukungan , semangat, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

10. Chandra yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan menemani penulis dalam penyusunan skripsi.

11. Pak Trimahono, Pak Muchlison, Pak Dedi, dan para pegawai Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji lainnya, serta masyarakat Kecamatan Way Serdang dan Mesuji Timur yang sudah memberikan dan membantu dalam penyediaan data pada skripsi ini.


(19)

12. Pak Bambang, Pak Hanif, Mas Dika, dan para karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

13. Sahabat tercinta yang sering penulis repotkan, Nurul, Winda, Butet, Agil yang selalu memberikan semangat, doa, dan warna dikehidupan penulis. 14. Sahabat-sahabat kosan yang selalu menemani penulis setiap harinya Nora,

Dian Agus, Dian Tri, Yanti, Anggia, Hani, Kribo dan Umi yang selalu memberikan semangat.

15. Teman-teman yang sudah seperti saudara bagi penulis, Umay, Apoy, Bang Charles, Ilham, Agan, Mb Mega, Helita.

16. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011, Asih, Tari, Gita Leviana, Gita Novi, Dina, Aming, Feby, Windy, Nina, Gela, Tingut, Irma, Dian Ayu, Risa, Dewi Sartika, Anisa, Devi, dan lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis


(20)

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Pembangunan memiliki tujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dengan orientasi kepada pengurangan tingkat

pengangguran dengan penciptaan lapangan kerja baru yang sebanyak-banyaknya. Tantangan ke depan terhadap pembangunan ekonomi Indonesia juga tidaklah mudah dimana dinamika ekonomi domestik dan global selalu mengharuskan Indonesia siap menghadapi setiap perubahan yang akan muncul. Untuk itu perencanan pembangunan yang efektif dan efisien perlu dipersiapkan dalam menghadapi tantangan yang sudah ada maupun akan muncul.

Sasaran utama program pembangunan jangka panjang Indonesia adalah untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri. Karena bidang pertanian khususnya masih menjadi salah satu sektor basis atau sektor unggulan untuk kebanyakan wilayah di Indonesia. Menurut Saragih (2001) dalam upaya penguatan ekonomi rakyat, industrialisasi pertanian merupakan syarat keharusan (necessary condition). Selain itu, pengembangan potensi unggulan daerah dapat


(22)

2

dilakukan melalui pengembangan sektor industri karena adanya tiga alasan utama (Tambunan, 2006). Pertama, industri adalah satu-satunya sektor ekonomi yang bisa menghasilkan nilai tambah paling besar sehingga menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB). Kedua, industri bisa sebagai penarik (lewat keterkaitan produksi ke belakang) dan pendorong (lewat keterkaitan produksi ke depan) terhadap perkembangan dan pertumbuhanoutputdi sektor-sektor ekonomi lainnya. Ketiga, industri merupakan sektor terpenting bagi pengembangan teknologi, dan penciptaan inovasi baru yang selanjutnya mampu memberikanmultiplier effect.

Dalam program percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, pertanian menjadi salah satu program utama. Untuk sektor pertanian dengan subsektornya perkebunan, salah satu pengemba-ngan kegiatan ekonomi utamanya adalah kelapa sawit. Peranan sektor perkebu-nan memang begitu besar bagi peningkatan pemanfaatan petani dan penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri serta sebagai sumber devisa negara (Arifin, 2001). Berdasarkan data potensi sumber daya alam Indonesia dalam MP3EI, sampai tahun 2010, produsen dan eksportir terbesar untuk minyak kelapa sawit adalah Indonesia dengan nilai lebih dari 19 juta ton per tahun. Sentra pro-duksi kelapa sawit berdasarkan pengembangan kegiatan ekonomi utama berada di daerah Sumatera. Ini menjadikan Sumatera sebagai bagian dari koridor ekonomi.

Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Menurut (Soetrisno, 2008) peranan komoditas kelapa sawit cukup besar dalam


(23)

3

perekonomian Indonesia, karena yang pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang berkelanjutan akan menjaga kestabilan harga minyak goreng. Hal ini sangat penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditas andalan ekspor non migas. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (dalam Utami, 2010).

Pengembangan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit memiliki tiga konsep, yaitu pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), pola Unit Pelayanan dan Pengembangan (UPP), dan terakhir adalah pola swadaya. Konsep pembangunan perkebunan PIR atau Pola Inti Rakyat merupakan konsep yang secara umum telah dilaksanakan selama ini dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit di

Indonesia (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal (2004). PIR mulai dirancang pada tahun 1974/1975 dan diperkenalkan dalam bentuk proyek NES/PIR-BUN di daerah perkebunan pada tahun 1977/1978. Dalam konsep PIR, perusahaan perkebunan, baik pemerintah maupun swasta berperan sebagai inti, sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma atau peserta. Tujuan PIR adalah untuk mengangkat harkat hidup petani dan keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan usaha taninya (Fauzi dkk, 2002).

Pemerintah daerah Provinsi Lampung mengembangkan sub sektor perkebunan sebagai salah satu alternatif pembangunan ekonomi pedesaan dengan komoditi utama yang dikembangkan adalah kelapa sawit. Menurut Budhijana alasan


(24)

4

Pemerintah Daerah Lampung mengutamakan kelapa sawit, antara lain : Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan daerah Lampung memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Kedua, kondisi tanah yang memung-kinkan untuk ditanami kelapa sawit menghasilkan produksi lebih tinggi diban-dingkan daerah lain. Ketiga, daerah Lampung merupakan pintu masuk daerah pengembangan dan kawasan MP3EI koridor 8, yang telah menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani. Berikut adalah data dari BPS Provinsi Lampung tentang potensi kelapa sawit di Lampung.

Tabel 1 Potensi Kelapa Sawit di Lampung

Tahun Produksi (Ton) Rasio Pertumbuhan (%) 2008 204.379

2009 364.862 78,52

2010 162.857 - 55,36

2011 162.863 0

2012 173.376 6,46

Sumber Data : Lampung Dalam Angka 2013 BPS Provinsi Lampung

Berdasarkan tabel potensi kelapa sawit di Provinsi Lampung diatas, produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung meningkat cukup besar tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan lebih dari setengah produksi. Rasio pertumbuhan produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung juga menunjukkan trend yang kurang bagus, karena meski meningkat sebesar 78,52 persen pada tahun 2009 tapi menurun drastis sampai minus 55,36 persen, tetapi mulai berangsur naik pada tahun-tahun berikutnya.


(25)

5

Tabel 2 Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit di Provinsi Lampung

No Nama Daerah Luas Lahan (Ha)

1 Kabupaten Lampung Barat 2.007

2 Kabupaten Lampung Selatan 4.169

3 Kabupaten Lampung Tengah 11.714

4 Kabupaten Lampung Timur 2.805

5 Kabupaten Lampung Utara 8.571

6 Kabupaten Mesuji 22.231

7 Kabupaten Pesawaran 511

8 Kabupaten Pringsewu 1.005

9 Kabupaten Tanggamus 174

10 Kabupaten Tulangbawang 10.018

11 Kabupaten Tulang Bawang Barat 5.612

12 Kabupaten Waykanan 14.872

13 Kota Bandar Lampung 30

14 Kota Metro 3

Sumber Data : Lampung Dalam Angka 2013 BPS Provinsi Lampung

Berdasarkan data wilayah potensi pengembangan kelapa sawit di Provinsi

Lampung daerah paling potensial jika dilihat dari besarnya lahan yang telah digu-nakan adalah Kabupaten Mesuji dengan 22.231 Ha. Terendah adalah Kota Metro yaitu sebesar 3 Ha.

Kabupaten Mesuji merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi

Lampung. Kabupaten Mesuji mengalami pemekaran pada tahun 2009 dari Kabu-paten Tulang Bawang. Berdasarkan Kecamatan Dalam Angka tahun 2010, Kabupaten Mesuji terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Mesuji, Tanjung Raya, Rawajitu Utara, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Wayserdang, dan Panca Jaya yang dibagi dalam 75 desa dengan memiliki luas wilayah 218.400 Ha yang tercantum dalam UU pendiriannya. Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji berkembang pada dua tipologi lahan, yaitu lahan kering dan lahan basah (lahan


(26)

6

gambut). Pada lahan basah kadar air lebih banyak dan salinitas lebih tinggi daripada lahan kering.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) pertanian utama yang ada di Kabupaten Mesuji adalah tanaman perkebunan. Menurut hasil ST2013 usaha per-tanian di Mesuji didominasi oleh jenis usaha rumah tangga perper-tanian. Hal ini ter-cermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya. Jum-lah rumah tangga usaha pertanian di Mesuji hasil ST2013 tercatat sebanyak 40.588 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 tercatat sebanyak 5 perusahaan. Berdasarkan hasil ST2013,

Kecamatan Way Serdang tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 9,173 rumah tangga. Peningkatan jum-lah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kecamatan Mesuji Timur sebanyak 698 rumah tangga, dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 11,13 persen.

Menurut Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji, usaha perkebunan di Kabupaten Mesuji dikelola dalam bentuk perkebunan besar yang dikelola oleh perusahaan swasta dan perkebunan rakyat yang dikelola oleh rumah tangga dalam bentuk perorangan (swadaya). Untuk perkebunan besar mereka juga mengem-bangkan konsep PIR dengan perkebunan rakyat sebagai plasmanya atau peserta.


(27)

7

Tabel 3 Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji Tahun 2014 Kecamatan SWADAYA PLASMA Luas Areal (Ha) Produk-si (Ton) Jumlah Petani Perusa -haan Luas Areal (Ha) Produk-si (Ton) Wayserdang

6.888 297.000 9.003 PT.BNI

L 3.864,80 92.755,2 Simpang

Pematang 3.805 8.500 1.465 PT.SIP 5.205,88

133.791, 116 Panca Jaya 1.546,2

5 3.448 2.018

PT.BS

MI 2.212,28

39.821,0 4

Tanjung

Raya 3.631 3.679 2.873

Mesuji 537 456 227

Mesuji

Timur 4.081 339.04 3.125

Rawajitu

Utara 1.175 7.800 1.196

Jumlah 21.663, 25

321.222,

16 19.907 11.282.96

132.576, 24

Sumber Data : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji

Menurut data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji di atas, luas areal, jumlah produksi dan jumlah petani tertinggi berada di Kecamatan Wayserdang untuk perkebunan swadaya. Dan terendah adalah Kecamatan Mesuji. Sedangkan untuk perkebunan plasma luas areal dan jumlah produksi terbesar adalah PT. SIP. Selain itu menurut data tersebut luas areal lahan dan produktivitas perkebunan swadaya lebih besar daripada perkebunan plasma, ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Mesuji adalah perkebunan swadaya atau perkebunan rakyat yang dikelola oleh rumah tangga dalam bentuk perorangan.

Aktivitas perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya mampu memberikan nilai tambah yang tinggi di sektor perekonomian, karena kelapa sawit


(28)

memberi-8

kan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani jika dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Syahza, 2011). Tanaman kelapa sawit juga meru-pakan tanaman yang cukup tangguh, karena tidak memerlukan perawatan yang intensif dan tahan terhadap hama dan penyakit (Hutabarat 2011). Selain itu permintaan dari tahun ke tahun untuk produk kelapa sawit terus mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga luar negeri. Karena alasan tersebut maka kelapa sawit menjadi primadona dan dijadikan salah satu tumpuan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Dampak berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji

ditunjukkan dengan tumbuhnya industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) yaitu dengan munculnya perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Ada 5 perusahaan besar swasta di Kabupaten Mesuji menurut data dari Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji tahun 2010, yaitu PT. Sumber Indah Perkasa, PT. Barat Selatan Makmur Investindo, PT. Bangun Tata Lampung Abadi, PT. Tunas Baru Lampung, dan PT. Lampung Inter Pertiwi, kelima

perusahaan ini mampu menyerap sekitar 2.305 orang pekerja, baik itu sebagai karyawan tetap, harian tetap, maupun harian lepas.

Berdasarkan hasil penelitian Syahza (2005) berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga akan merangsang tumbuhnya industri pengolahan yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya, pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama dalam penciptaan kesempatan dan peluang kerja. Semakin besar perkembangan


(29)

9

kerja yang bekerja pada sektor perkebunan dan turunannya. Pendapatan petani akan meningkat dan akan meningkatkan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan tumbuhnya kesempatan berusaha, seperti : kios makanan, minuman, industri rumah tangga, jasa transportasi, jasa perbankan.

Potensi dalam pengembangan sektor perkebunan kelapa sawit merupakan kebijakan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dengan efek pengganda pendapatannya perkebunan kelapa sawit dapat menentukan pening-katan pendapatan suatu daerah. Hal bisa dilihat dari adanya pembangunan industri hulu-hilir kelapa sawit dan tumbuhnya sektor ekonomi, sosial yang akan memun-culkan kesempatan usaha baru. Pendapatan dan konsumsi petani juga akan meningkat, sehingga akan terjadi peningkatan juga pada kesejahteraan mereka. Sehingga pada akhirnya dorongan sektor ini pada tumbuh dan berkembangnya sektor lain akan membuat perekonomian wilayah meningkat.

Berdasarkan peranan kelapa sawit terhadap perekonomian daerah sekitar maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa besar dampak dari perke-bunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

B. Rumusan Masalah

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis di daerah Mesuji karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekono-mian masyarakat. Dengan luas penggunaan lahan sebesar 17.164,75 ha pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 22.231 ha menurut data BPS 2013 menunjukkan


(30)

10

bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji terus berkem-bang, hal ini disebabkan karena meningkatnya animo masyarakat untuk berkebun kelapa sawit.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pedesaan, dengan sasaran utama yaitu meningkatan pendapatan masyarakat pedesaan dengan peningkatkan produksi perkebunan. Hal ini dilaku-kan dengan pemberian penyuluhan teknologi baru pertanian dan menjadidilaku-kannya sebagai program pemerataan baik bagi masyarakat maupun sebagai program pemerataan pembangunan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat pengang-guran dan kemiskinan yang ada.

Selain itu dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit akan merangsang perkembangan industri lain yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku. Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit maka tenaga kerja yang berkerja pada sektor perkebunan dan turunannya akan meningkat. Berdasarkan peranan perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian masyarakat khususnya masyarakat pedesaan maka muncul pertanyaan yaitu sebagai berikut :

1. Apakah perkebunan kelapa sawit menimbulkanmultiplier effectbagi perekonomian wilayah sekitar ?

2. Bagaimana dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji ?

3. Apa saja hambatan yang dihadapi petani dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji ?


(31)

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besarnyamultiplier effectyang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

3. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnyamultiplier effectyang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit.

2. Mengetahui dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

3. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menjelaskan mengenai peranan perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini kerangka pemikiran dibentuk dari konsep tentang pengembangan ekonomi lokal dimana peran pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan


(32)

12

masyarakat sangat penting untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan wilayah.

Peranan pemerintah sebagai koordinator, fasilitator, dan stimulator, diperlukan dalam hal pembangunan infrastruktur yang digunakan dalam kegiatan bisnis dan industri, serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Selain pemerintah daerah, peranan swasta dan kelompok atau lembaga masyarakat juga diperlukan dalam kegiatan manajemen wilayah dan pencarian solusi atas permasalahan tertentu. Dalam hal ini peranan penting pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah perumusan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong perkembangan perkebunan kelapa sawit dan perbaikan serta pembangunan sarana dan prasarana pendukung. Peran lembaga swasta disini diperlukan sebagai investor dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit, sedangkan peran lembaga atau kelompok masyarakat diperlukan untuk pemberian penyuluhan dan pengembangan sarana dan prasana dalam pengelolaan

perkebunan kelapa sawit.

Dengan keseimbangan antara peran seluruh lapisan maka pengembangan potensi perkebunan kelapa sawit pada akhirnya akan mendorong perkembangan industri hulu dan hilir serta muculnya kegiatan usaha baru. Hal ini akan membawa

dampak secara ekonomi dan sosial dalam peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan konsumsi masyarakat. Adapun alur


(33)

13

Perkebunan

Kelapa Sawit Multiplier Effect

Pengembangan Potensi Ekonomi

Peran Sektor Swasta

Peran Lembaga Masyarakat Peran Pemerintah Daerah Partisipasi Masyarakat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

F. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian dibagi menjadi lima bab yang akan diuraikan sesuai dengan kaidah penulisan dan disusun dengan sistematika tulisan sebagai berikut : BAB 1 Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian ini yang diperoleh dari literatur dan sumber lainnya, dan kerangka pemikiran.

BAB 3 Metodologi penelitian yang menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan yang terdiri dari jenis penelitian, deskripsi dan pemilihan data, sumber dan tehnik pemilihan data, definisi variabel yang diteliti,


(34)

14

model analisis data, pengujian model penelitian dari metode yang digunakan.

BAB 4 Pembahasan, analisis hasil dari metode analisis data yang telah digunakan.

BAB 5 Kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal menurut Blakely dan Bradshaw adalah proses dimana pemerintah lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Pengembangan ekonomi lokal adalah suatu proses yang melibatkan pembentukan kelembagaan baru, perkembangan industri baru, pengembangan kapasitas pekerja untuk menghasilkan produk yang lebih bermutu, identifikasi pasar baru serta pendirian usaha-usaha baru. Sedangkan menurut Wold Bank (2001) adalah proses dimana para pelaku pembangunan, bekerja kolektif dengan mitra dari sektor publik, swasta dan non pemerintah, untuk menciptakan kondisi lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja (dalam Nurzaman, 2002).

Peranan pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal sangat penting, dalam hal ini pemerintah daerah berperan menjalankan fungsinya sebagai pelopor pengembangan, koordinator, fasilitator, dan stimulator. Peranan pemerintah daerah juga sangat diperlukan dalam hal memperhatikan infrastruktur yang digunakan dalam kegiatan bisnis dan industri, serta peningkatan kualitas

kehidupan masyarakat. Selain pemerintah daerah, peranan swasta dan kelompok masyarakat juga diperlukan dalam kegiatan manajemen wilayah dan pencarian


(36)

16

solusi atas permasalahan tertentu. Sementara itu, salah satu kebijaksanaan pembangunan ekonomi lokal didasarkan pada prinsip keuntungan kompetitif, salah satunya melalui pengembangan potensi ekonomi daerah (Sjafrizal, 2008).

Potensi ekonomi daerah didefinisikan oleh Suparmoko (2002) sebagai

“kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak

dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara

keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan.”

Sumihardjo (2008) menjelaskan bahwa pengembangan sektor unggulan yang dimiliki daerah tercermin pada visi dan misi daerah yang tertuang di dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) dan rencana jangka menengah daerah (RPJMD). Hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam pengembangan potensi daerah yang tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan di bidang pembangunan pada dasarnya adalah kunci keberhasilan pengembangan potensi ekonomi lokal untuk menguatkan daya saing daerah. Muktianto (2005) menjelaskan bahwa pendekatan yang umum dalam pengembangan potensi daerah dengan cara menelaah komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), komponen sumber daya manusia, teknologi dan sistem kelembagaan. (dikutip dari Sumiharjo, 2008, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 191 h.12). Dalam menelaah PDRB dilakukan untuk mengetahui potensi basis dan non basis. Suatu daerah yang memiliki keunggulan memberikan kekhasan tersendiri yang tidak ada pada daerah lain, sehingga sektor


(37)

17

unggulan tadi dapat dikatakan sebagai kegiatan basis (Triyuwono & Yustika, 2003).

Tarigan (2002) menjelaskan bahwa teori basis ekonomi mendasarkan

pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan bukan basis. Kegiatan basis adalah mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang tidak mengekspor, yakni hanya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah itu sendiri.

Bertambah banyaknya kegiatan basis di dalam suatu daerah akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis. Dengan demikian kegiatan basis ekonomi mempunyai peranan sebagai penggerak pertama (primer mover rule), sedangkan setiap perubahan mempunyai

“efek multiplier” terhadap perekonomian regional, baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Untuk mengetahui sektor basis dan bukan basis antara

lain menggunakan metode analisis “location quantient” (LQ). (Triyuwono &

Yustika, 2003).

Dengan mengetahui kegiatan basis disuatu daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya, maka dapat menguatkan daya saing daerah tersebut. Menurut


(38)

18

Abdullah (2002) “daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah

dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan

dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional.” Indikator-indikator utama dan prinsip-prinsip penentu daya saing daerah salah satunya adalah perekonomian daerah. Prinsip-prinsip kinerja perekonomian daerah yang mempengaruhi daya saing daerah yakni :

a. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya jangka pendek.

b. Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang.

c. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi dimasa lalu. d. Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja

ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik (dalam Hermayanti (2013).

B. Pembangunan Pertanian

Peran pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah untuk mengembangkan sektor industri yang berfungsi sebagai unggulan dinamis dalam strategi pembangunan secara

keseluruhan (Todaro, 2000). Perkembangan pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana sendiri tanpa adanya dukungan dari semua bidang-bidang kehidupan nasional dimana kegiatan pertanian itu dilaksanakan. Ada tiga tahapan dalam perkembangan pembangunan pertanian, yaitu tahap pertama adalah pertanian


(39)

19

tradisional yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah penganekaragaman produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi (Arsyad, 1992).

Untuk memanfaatkan dan meningkatkan keunggulan sumber daya wilayah secara berkelanjutan dalam pembangunan pertanian, kebijaksanaan pembangunan

pertanian harus dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah. Saat ini rencana dan implementasi program-program yang disusun oleh daerah sudah menunjukkan perspektif ekonomi wilayah dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian yang dirancangnya.

Dalam perspektif ini Pemerintah Pusat hanya merancang pelaksanaan yang

bersifat makro, sedangkan Pemerintah Daerah merancang pelaksanaan pencapaian target sesuai dengan kondisi wilayah. Sehingga Pemerintah Daerah harus mampu melaksanakan kebijakan tersebut secara maksimal dalam mengelola sumber daya spesifik lokal. Sebagai bahan perencanaan diperlukan analisis potensi wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Dalam pemanfaatan potensi tersebut peran serta masyarakat secara partisipatif perlu didorong dan

dikembangkan (Sudaryanto, 2002).

C. Peranan Perkebunan

Sektor perkebunan memiliki peranan yang sangat potensial di dalam dan di luar negeri. Di dalam negeri produk sektor perkebunan dapat dikonsumsi langsung


(40)

20

oleh masyarakat dan sebagai bahan baku industri. Dan bila diusahakan secara sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan keuntungan besar (Rahardi, 1993). Pembangunan sub sektor perkebunan terus digalakkan oleh pemerintah secara berangsur melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup para petani atau pengebun dengan jalan pembukaan areal-areal baru yang kurang produktif di atas lahan kritis, serta menghentikan perladangan yang berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Inti Rakyat maka petani dapat menjual komoditas hasil kebunnya kepada pemerintah dengan harga pasaran ekspor serta kualitas komoditas yang terjamin standartnya (Departemen Penerangan, 1998).

Potensi ekspor untuk sub sektor perkebunan juga sangat besar. Tetapi diperlukan adanya perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai ke hilir. Karena kinerja ekspor tidak akan menjadi lebih baik jika masih banyak hambatan yang dihadapi kegiatan pada sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan domestik (Arifin,2001).

D. Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Penyebaran kelapa sawit di Indonesia terletak di daerah Aceh, pantai Timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Sawit menjadi populer setelah adanya Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang meningkatkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun (Kamaruddin, 2005). Buah (fructus) pada kelapa sawit dihasilkan


(41)

21

setelah tanaman berumur 3,5 tahun dan diperlukan waktu 5-6 bulan dari penyerbukan hingga buah matang dan siap dipanen (Fauzi, 2002).

Di dalam pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara, dan Perkebunan Besar Swasta. Perkebunan rakyat adalah perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat biasanya memiliki luas yang terbatas, yaitu 1-10 ha. Ini membuat hasil produksi TBS (Tandan Buah Segar) juga terbatas sehingga

penjualan sulit untuk dilakukan jika ingin dijual langsung kepada industri pengolahan (Fauzi, 2012).

Kelapa sawit juga merupakan salah satu tanaman multiguna yang mulai

menggantikan posisi penanaman pada komoditas perkebunan lain, yaitu tanaman karet (Suwarto, 2010). Hal ini membuat kelapa sawit menjadi salah satu komoditi unggulan dan banyak dibudidayakan. Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan penghasil minyak nabati yang paling banyak, sehingga tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi.

Tingginya prospek pengembangan perkebunan kelapa sawit baik secara daerah maupun nasional menyebabkan tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Prinsip dasar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah dengan memproduksi produk dengan biaya serendah-rendahnya dan meningkatkan produktivitas serta kualitas setinggi-tingginya sehingga produk dapat diterima. Faktor yang menjadi pertimbangan ekonomis pada permintaan kelapa sawit


(42)

22

biasanya adalah kualitas dan ketersediaan produk karena produk yang dihasilkan produsen kelapa sawit bersifat homogen.

Dalam meningkatkan efisiensi biaya dalam produksi kelapa sawit diperlukan adanya skala ekonomi dimana faktor yang mempengaruhi skala usaha untuk perluasan perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

1. Jangka waktu tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan TBS 2. Jangka waktu produktif tanaman kelapa sawit

3. Biaya investasi kebun untuk mencapai skala ekonomi

4. Sifat TBS yang setelah dipanen harus segera diolah di PKS karena mutunya akan menurun jika sempat menginap (restan) di lapangan

5. Adanya bulanan produksi puncak (peak months) yang menyebabkan penyebaran produksi TBS tidak merata. (Pahan, 2006)

Menurut Antoni (dalam Panggabean, dkk), biaya-biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi kelapa sawit mencakup :

1. Biaya investasi awal, seperti : pembukaan lahan, biaya bibit, serta biaya pemeliharaan sebelum tanaman menghasilkan.

2. Biaya pemeliharaan tanaman, seperti : pemberantasan gulma, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, tunas pokok (pruning), konsolidasi, pemeliharaan terasan dan tapak kuda, pemeliharaan prasarana.

3. Biaya panen atau biaya yang diperlukan untuk melancarkan segala aktivitas untuk mengeluarkan produksi (TBS) atau hasil panen dari lapangan (areal) ke agen pengepul atau pabrik seperti biaya tenaga kerja panen, biaya pengadaan alat kerja dan biaya angkutan.


(43)

23

Kelapa Sawit telah menjadi salah satu komoditi unggulan perkebunan, dan pengembangannya akan terus diupayakan sejalan dengan perkembangan atau pertumbuhan permintaan, baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Tingginya konsumsi domestik dan besarnya permintaan untuk ekspor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan

produktivitas kelapa sawit.

Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan, prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negeri namun juga di dunia (Pahan, 2006). Keseimbangan penawaran dan permintaan MKS (minyak kelapa sawit) Indonesia menunjukan peran Indonesia yang semakin dominan sebagai negara yang mempengaruhi pola penawaran dan permintaan minyak kelapa sawit dunia. (Mangoensoekarjo dan Samangun, 2003).

E. KonsepMultiplier Effect

Multiplier effectadalah suatu konsep yang menjelaskan tentang suatu dampak dari suatu kegiatan yang menyebabkan munculnya kegiatan lain. Ada beberapa

pandangan yang berbeda-beda mengenai konsepmultiplier effectkajian dampak-dampak dalam pengembangan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Menurut Tariganmultiplier effectdapat terjadi apabila ada satu sektor yang diakibatkan oleh permintaan dari luar wilayah produksinya meningkat, karena ada keterkaitan tertentu membuat banyak sektor lain juga akan meningkat produksinya dan akan terjadi beberapa kali putaran pertambahan sehingga total


(44)

24

kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibanding dengan kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut.

Tetapi tidak semua petumbuhan usaha dapat memberikan dampak yang positif tetapi akan ada juga dampak negatif yang ditimbulkan. Jumlah lapangan kerja, tingkat pendapatan yang diperoleh dan PDRB merupakan dua basis yang digunakan dalam mengukur adanyamultiplier effect.Selain bidang ekonomi, pengukuranmultiplier effect juga memasukkan bidang lain diluar ekonomi, seperti bidang sosial, karena dampak di bidang ekonomi akan berakibat pada bidang lain jika terjadi peningkatan dan penurunan dalam kegiatan ekonomi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan ekonomi lokal multiplier effectadalah suatu keterkaitan langsung dan tidak langsung yang kemudian mendorong adanya kegiatan pembangunan yang diakibatkan oleh kegiatan pada bidang tertentu baik itu positif maupun negatif yang menggerakkan kegiatan di bidang-bidang lain. Bidang-bidang tersebut disederhanakan menjadi dua yaitu bidang ekonomi dan sosial.

a. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomimultiplier effectdapat dilihat dari PDRB, peningkatan pendapatan masyarakat, dan kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, adanya keterkaitan antar sektor yang diakibatkan karena pertambahan permintaan terhadap produksi pada sektor tertentu (Tarigan, 2002). Tetapi ada efek negatif yang bisa ditimbulkan dari perkembangan industri tersebut yaituspread effectdimana perpindahan pekerja yang dibeli industri tersebut yang akan mempengaruhi pendapatan personal dari


(45)

25

masyarakat, sehingga memberikan dampak negatif bagi daerah yang mereka tinggalkan.

b. Bidang Sosial

Secara langsung atau tidak langsung dampak sosial yang akan ditimbulkan darimultiplier effectadalah pengaruh pada tingkat kesejahteraan atau taraf hidup masyarakat, pelayanan terhadap masyarakat seperti kemudahan akses layanan pendidikan dan kesehatan dengan dukungan infrastruktur yang memadai. Tetapi, di sisi lain Marshall (1920) menyatakan ada dampak negatif di bidang sosial adanya perkembangan industri di suatu daerah yaitu

menjadikan penduduk lebih konsumtif serta kualitas lingkungan hidup yang terancam karena eksploitasi bahan baku secara besar-besaran.

Charles M. Tiebout dalam makalahnya berjudulThe Community Economic Base Study(1962) menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan (income) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang terkait dengan pengganda basis. Menurut Tarigan (2005), pengganda basis merupakan suatu metode untuk melihat besarnya pengaruh kegiatan ekonomi basis terhadap peningkatan total pendapatan di suatu wilayah. Dalam menggunakan ukuran pendapatan, nilai pengganda basis adalah besarnya kenaikan pendapatan seluruh masyarakat untuk setiap satu unit kenaikan pendapatan di sektor basis.

Menurut Tiebout dalam Tarigan (1962) hubungan antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = K . Y Dimana :Y = Pendapatan total (total income)


(46)

26

Y = Pendapatan basis Y = Pendapatan non basis K = Pengganda basis

= Perubahan pendapatan

Adapun pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah :

Pengganda basis = Pendapatan total

Pendapatan basis atau dalam bentuk simbol K =

Y Y

Selanjutnya menurut Tiebout perekonomian terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor ekspor (X), sektor investasi (I), dan sektor konsumsi (C). Total pendapatan wilayah adalah penjumlahan dari ketiga sektor tersebut dengan catatan apabila seluruh kegiatan menggunakan bahan baku lokal. Namun diketahui bahwa pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk investasi tidak seluruhnya menggunakan bahan baku lokal. Pendapatan dari konsumsi (Cr) adalah

pendapatan nonbasis karena besarnya ditentukan oleh tingkat pendapatan

masyarakat di wilayah tersebut. Pendapatan dari ekspor adalah pendapatan basis begitu pula pendapatan untuk investasi (Ir). Besarnya investasi bukan ditentukan oleh pendapatan masyarakat saat ini, melainkan berdasarkan keputusan masa lalu dan harapan di masa yang akan datang.

Perubahan pendapatan basis akan merubah pendapatan non basis, hal ini bisa terjadi karena pendapatan yang diperoleh masyarakat dari kegiatan ekspor dan investasi akan digunakan untuk konsumsi. Konsumsi yang berasal dari produk lokal akan menaikan pendapatan nonbasis. Sedangkan konsumsi yang

dibelanjakan di luar wilayah atau dikirim ke luar wilayah merupakan kebocoran yang akan mengurangi kekuatan permintaan akan produk lokal.


(47)

27

Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendetail tentang tiga sektor yang mem-pengaruhi pendapatan wilayah, selanjutnya digunakan simbol-simbol yang lebih sederhana tanpa mengubah sasaran dari perumusan Tiebout. Dalam rangka penye-derhanaan rumus tersebut maka diperoleh rumus baru untuk menghitung

pengganda basis sebagai berikut (Tarigan 2005).

= 1

1 ( ). ( )

K = Pengganda basis (base multiplier) C = Proporsi untuk konsumsi

Cr = Proporsi konsumsi yang menggunakan produk lokal

Secara ekonomi, penyebut pada persamaan pengganda basis akan selalu lebih kecil dari satu sehingga pengganda basis tersebut akan selalu lebih besar dari satu. Hasil dari pengganda basis tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap tambahan pendapatan wilayah yang berasal dari peningkatan ekspor dari kegiatan basis dan/atau pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan wilayah.

F. Penelitian Terkait

Tabel 4 Penelitian Terkait

No Judul Penulis Metode Analisis

Data Hasil Penelitian 1. Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Multiplier Effect Ekonomi

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP

Menggunakan pendekatan penciptaan multiplier effect dan indeks pertumbuhan kesejahteraan sosial Kegiatan perkebunan kelapa sawit menciptakan multiplier effect

sebesar 2,48 dan meningkatkan indek


(48)

28 Pedesaan di Daerah Riau kesejahteraan petani pada tahun 2003 sebesar 1,74 persen 2. Multiplier Effect Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah melalui Indutri Kerajinan Anyaman Pandan di Kabupaten Kebumen Hidayat Chusnul Chotimah Menggunakan pendekatan positivis dengan metode penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data dan informasi Industri kerajinan anyaman pandan memberi efek positif dan negatif di bidang ekonomi dan sosial. 3. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung Achadiat Dritasto, dan Annisa Ayu Anggraeni Menggunakan Keynesian Income Multiplierdengan melihat dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan. Keberadaan wisata di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi terbukti dari nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,28, NilaiRatio Income MultiplierI sebesar 1,35, dan NilaiRatio Income

MultiplierTipe II sebesar 1,59 4. Analisis Keterkaitan dan Dampak Pengganda Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah : Analisis Input Output Abdul Kohar Mudzakir dan Agus Suherman Analisis data dilakukan dengan menggunakan matematika ekonomi dan model input output yang dibantu dengan program Excel dan GRIMP 7.1

Analisis keterkaitan langsung sektor perikanan menunjukkan bahwa sektor ini mempunyai keterkaitan output langsung ke Lanjutan Tabel 4


(49)

29

belakang lebih besar daripada ke depan. Pada hasil

pengganda tipe I dan II didapat nilai

pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan masih kecil Lanjutan Tabel 4


(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kecamatan Wayserdang dan Kecamatan Mesuji Timur. Ini dilakukan karena Kecamatan Wayserdang dan Kecamatan Mesuji Timur merupakan dua kecamatan dengan luas lahan dan jumlah pekerja terbesar untuk perkebunan swadaya menurut data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji tahun 2014, selain itu kedua kecamatan tersebut memiliki topografi lahan perkebunan yang berbeda yaitu lahan kering di

Kecamatan Wayserdang dan lahan basah di Kecamatan Mesuji Timur. Sedangkan, pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan April sampai akhir bulan April 2015.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden yaitu petani perkebunan kelapa sawit swadaya yang berada di Kecamatan Wayserdang dan Kecamatan Mesuji Timur, selain itu wawancara juga dilakukan kepada informan dari instansi terkait. Sedangkan data


(51)

31

sekunder berupa buku, artikel hasil penelitian sebelumnya, jurnal, penelusuran pada internet yang berhubungan dengan lingkup permasalahan yang ada dalam penelitian, dan data dari dinas terkait.

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data primer diperoleh dengan mengajukan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur yang dijadikan sebagai bahan dasar penelitian dan wawancara kepada aparat terkait yang terlibat dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau dinas terkait, studi literatur, atau referensi lainnya. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel.Penelitian ini difokuskan pada dua kecamatan sampel yaitu Kecamatan Wayserdang dan Kecamatan Mesuji Timur untuk memperoleh gambaran tentang nilai tambah, dampak, serta hambatan dalam perkembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

D. Teknik Penentuan Sampel

Ada dua obyek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu petani perkebunan kelapa sawit dan aparat daerah terkait yaitu dinas terkait. Dalam hal ini sampel penelitian untuk petani perkebunan adalah masyarakat di daerah penelitian yang terpilih yang merupakan petani perkebunan kelapa sawit rakyat atau swadaya. Alasan pemilihan petani swadaya sebagai sampel karena berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji tahun 2014 luas lahan dan produktivitas petani swadaya lebih besar daripada petani plasma, hal ini


(52)

32

menunjukkan bahwa petani kelapa sawit rakyat yang mengelola lahannnya secara perorangan lebih banyak daripada petani kelapa sawit mitra perusahaan atau plasma.

Pengambilan sampel dilakukan secaraStratified Cluster Samplingsehingga masing-masing daerah terpilih dapat mewakili.Stratified Cluster Samplingadalah metode sampling yang diaplikasikan dalam sampling berstrata. Sesuai dengan prinsip strata yaitu membagi populasi menjadi sub-populasi.Pertimbangan penggunaan metode ini adalah letak lokasi penelitian yang berpencar dan keragaman karakteristik masyarakat yang dijadikan objek penelitian.

Pengambilan sampel didasarkan pada strata topografi wilayah yaitu lahan kering dan lahan basah. Daerah terpilih adalah Kecamatan Wayserdang dan Kecamatan Mesuji Timur. Kecamatan Wayserdang memiliki luas areal, jumlah produksi dan jumlah petani terbesar, yaitu sebesar 6.888 ha, 297.000 ton, dan 9.003 petani. Selain itu Kecamatan Wayserdang juga memiliki topografi lahan kering. Selain memiliki topografi lahan basah Kecamatan Mesuji Timur merupakan kecamatan dengan luas areal lahan dan jumlah petani terbesar kedua yaitu sebesar 4.081 Ha dan 3.125 petani.

Dari masing-masing daerah yang terpilih sebagai sampel, ditentukan proporsi (P) dari masing-masing sampel yaitu perkebunan berlahan basah dan perkebunan berlahan kering. Dalam menentukan besarnya sampel penulis menggunakan rumus William G. Cochran (Prijana, 2005) berikut :

✝ =


(53)

33

W =N

N

V = d

t

Untuk menentukan besarnya sampel dari sub populasi atau strata adalah sebagai berikut :

n =N

N × n

Keterangan :

n = jumlah sampel keseluruhan

n = sampel asumsi

t = koefisien kepercayaan (tingkat kepercayaan 95% =1,96) d =Sampling error(8% berdasarkan asumsi sendiri)

P dan Q = parameter proporsi binomial ( menggunakan 50% : 50%)

P = 50 % dan Q = 50 %

n = jumlah sampel strata

N = jumlah sub populasi atau strata N = jumlah populasi

Tabel 5 Penentuan Besarnya Sampel Kecamatan Jumlah

Sampel W P Q

Wh.Ph.Q h

Sampel Sub Populasi

Wayserdang 9.003 0,452 50% 50% 0,113 67

S. Pematang 1.465 0,074 50% 50% 0,019 11

Panca Jaya 2.018 0,101 50% 50% 0,025 15

Tanjung Raya 2.873 0,144 50% 50% 0,036 22

Mesuji 227 0,011 50% 50% 0,003 2

Mesuji Timur 3.125 0,157 50% 50% 0,039 23

Rawajitu Utara 1.196 0,06 50% 50% 0,015 9

Jumlah 19.907 0,25 149


(54)

34

V = (0,08)2/ (1,96)2= 0,00166

n = 0,25 / 0,00166 = 150,06 ~ 150 (sampel asumsi)

Sampel sebenarnya = 150 / 1 + (150/19907) = 148,88 ~ 149

Maka dengan tingkat kepercayaan 95 persen dansampling error8% diperoleh sampel asumsi sebesar 150 dan sampel sebenarnya adalah 149 untuk seluruh po-pulasi. Sedangkan sampel untuk sub populasi atau strata yang akan menjadi fokus penelitian yaitu perkebunan berlahan basah dan perkebunan berlahan kering dari Kecamatan Wayserdang sebesar 67 sampel dari jumlah seluruh sampel sebesar 9.003 dan Kecamatan Mesuji Timur sebesar 23 sampel dari jumlah seluruh sam-pel sebesar 3.125, sehingga total samsam-pel yang akan diteliti adalah 90.

E. Metode Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengolah data yang telah diperoleh agar menjadi lebih sederhana. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian akan dikumpulkan, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, ataupun grafik serta hitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis dampak berganda (Multiplier Effect).


(55)

35

Tabel 6 Penggunaan Metode Analisis yang Digunakan Tujuan Penelitian Metode

Analisis Jenis Data

Sumber Data 1. Mengidentifikasi

multiplier effectyang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit. Analisis pengganda basis (Multiplier Pendapatan)

Data primer dari hasil wawancara menggunakan kuisioner. Petani perkebunan kelapa sawit. 2. Mengidentifikasi dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

Analisis Deskriptif

Data primer dari hasil wawancara menggunakan kuisioner dan data sekunder. Petani perkebunan kelapa sawit dan dinas terkait. 3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji.

Analisis Deskriptif

Data primer dari hasil wawancara menggunakan kuisioner. Petani perkebunan kelapa sawit dan dinas terkait.

1. Analisis Pengganda Basis (MultiplierPendapatan)

Analisis penganda basis melihat besarnya pengaruh dari adanya kegiatan ekonomi basis terhadap peningkatan total pendapatan di suatu wilayah. Analisis pengganda pendapatan ini dilakukan pada petani perkebunan kelapa sawit. Hal ini terkait dengan (1) biaya investasi awal yang digunakan untuk membuka lahan perkebu-nan kelapa sawit, (2) besarnya pendapatan basis atau pendapatan dari perkebuperkebu-nan kelapa sawit yang berasal dari hasil kali harga jual TBS per kg dengan jumlah produksi lahan dalam sebulan dan dikurangi dengan biaya total produksi, (3) pendapatan lain selain dari usaha perkebunan kelapa sawit, (4) proporsi penge-luaran rutin sehari-hari, (5) proporsi konsumsi yang mengunakan produk lokal, (6)


(56)

36

jumlah tenaga kerja yang terdapat pada sektor perkebunan kelapa sawit, dan (7) besarnya upah yang diberikan. Dari data tersebut diharapkan dapat diperoleh estimasi mengenai dampak secara langsung maupun tidak langsung dari adanya perkebunan kelapa sawit.

Tabel 7 Keterkaitan Dampak Pengganda Pendapatan Tujuan

Peneli-tian

Indikator / Parameter Jenis Data Cara Mengumpul-kan Data Metode Analisis Menga nalisis dampak pengga nda pendap atan yang ditimbu lkan dari adanya kegiata n perkebu nan kelapa sawit.

Estimasi biaya biaya investasi awal yang digunakan untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit, Data primer Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani Metode analisis data yang digunaka n adalah metode penggan da basis (income base multiplie r)

Estimasi besarnya pendapatan dari perkebunan kelapa sawit : harga jual TBS per kg, jumlah produksi TBS yang dihasilkan, biaya produksi meliputi biaya pupuk, obat-obatan, dan alat, serta biaya angkut, biaya panen dan besarnya upah tenaga kerja

Data primer Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani

Estimasi pendapatan lain selain dari usaha perkebunan kelapa sawit Data primer Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani Estimasi proporsi

pengeluaran rutin sehari-hari: pangan, kesehatan, pulsa, transportasi, pendidikan,rekreasi, listrik,retribusi/pajak, dan biaya lain-lain Data primer Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani

Estimasi proporsi konsumsi yang mengunakan produk lokal yaitu tempat petani membelanjakan konsumsinya : lokal (desa, kecamatan, kabupaten), impor (luar kabupaten) Data primer Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani


(57)

37

Estimasi jumlah tenaga kerja yang terdapat pada sektor perkebunan kelapa sawit

Data primer

Wawancara menggunakan kuisioner kepada petani

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari responden, peneliti akan memperoleh informasi tentang besarnya tambahan pendapatan wilayah yang berasal dari peningkatan ekspor (kegiatan perkebunan kelapa sawit) dan/atau pertambahan investasi yang akan meningkatkan pendapatan wilayah. Dampak peningkatan pendapatan ini diukur menggunakan pengganda basis (base multiplier) dengan ukuran pendapatan atau biasa disebut dengan pengganda basis pendapatan

(income base multiplier), yaitu besarnya kenaikan pendapatan seluruh masyarakat untuk setiap satu unit kenaikan pendapatan di sektor basis. Dirumuskan sebagai berikut :

= 1

1 ( ). ( )

K = Pengganda basis (base multiplier) C = Proporsi untuk konsumsi

Cr = Proporsi konsumsi yang menggunakan produk lokal

2. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode deskriptif ini memilki tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Belinda, 2013).


(58)

38

Metode penelitian ini digunakan untuk menjawab beberapa tujuan dalam pene-litian. Deskripsi mengenai jawaban dari tujuan penelitian disusun berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan secara langsung. Adapun tujuan penelitian yang akan dianalisis menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :

2.1 Dampak Sosial dan Ekonomi

Untuk mengetahui dampak secara sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit, peneliti melakukan identifikasi terkait dengan dampak tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung kegiatan perke-bunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji akan mempengaruhi peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Sedangkan secara ekonomi dan sosial kegiatan ini akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, konsumsi masyarakat, men-ciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, menigkatkan taraf pendidikan dan kesehatan, dan akan semakin berkembangnya sektor-sektor lain yang berhubu-ngan deberhubu-ngan kegiatan perkebunan kelapa sawit tersebut.

Data mengenai dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegia-tan perkebunan kelapa sawit ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara secara terstruktur dan diperdalam dengan mencari keterangan lebih lanjut kepada aparat dinas terkait, serta melalui kuisioner kepada petani dan data sekunder yang akan menggambarkan lebih jelasnya pengaruh yang diberikan dari adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit yang diperoleh dari dinas terkait. Dalam kuisioner penelitian dampak sosial dan ekonomi akan diukur menggunakan skala


(59)

39

Guttman dimana hanyaakan ada dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”,

sehingga akan diperoleh jawaban yang jelas dan konsisten.

2.2 Hambatan yang Dihadapi dalam Perkembangan Perkebunan

Potensi perkebunan yang sangat besar tidak akan bisa berkembang tanpa diikuti dengan adanya perbaikan dan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini

dikarenakan dalam perkembangannya kegiatan perkebunan kelapa sawit juga memiliki banyak hambatan atau kendala. Untuk itu identifikasi kendala secara lebih awal akan membuat kita lebih mudah untuk menyusun strategi dan berbagai kebijakan dalam penyelesaiannya sehingga diharapkan perkembangan perkebunan kelapa sawit ke depannya bisa menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat baik secara regional maupun nasional.

Data mengenai hambatan dalam perkembangan perkebunan kelapa sawit ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara secara terstruktur dan diperdalam dengan mencari keterangan lebih lanjut kepada aparat dinas terkait, dan melalui kuisioner kepada petani. Dalam kuisioner penelitian hambatan dalam perkembangan perkebunan kelapa sawit akan diukur menggunakan skala Guttman

dimana hanya akan ada dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”, sehingga


(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji mampu menciptakan

multiplier effect sebesar 2,48 terhadap perekonomian wilayah sekitar. Yang berarti bahwa untuk setiap tambahan pendapatan wilayah yang berasal dari peningkatan ekspor dari kegiatan basis (kegiatan perkebunan kelapa sawit) dan/atau pertambahan investasi kegiatan perkebunan kelapa sawit akan menaikan pendapatan wilayah sebesar 2,48 kali atau jika terjadi peningkatan pendapatan usaha tani kelapa sawit sebesar Rp 100.000 maka total

pendapatan wilayah adalah sebesar Rp 248.000.

2. Dampak secara sosial dan ekonomi yang bisa masyarakat rasakan dari adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji yaitu secara ekonomi pendapatan dan konsumsi masyarakat sekitar meningkat sejak adanya

kegiatan perkebunan kelapa sawit, baik itu perkebunan rakyat maupun perusahaan perkebunan. Adanya perkebunan kelapa sawit juga memberikan peluang tumbuhnya lapangan usaha baru dan mampu menyerap tenaga kerja. Ini menunjukkan bahwa adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji mampu mengurangi adanya pengangguran. Secara sosial perkebunan kelapa sawit mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan


(61)

79

kualitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan mampu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekitar meskipun belum merata.

3. Hambatan yang dihadapi petani dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji adalah masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana seperti jalan dan jembatan, perolehan modal untuk

pengembangan usaha tani kelapa sawit, kurangnya program penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah, dan kendala pada perluasan lahan perkebunan kelapa sawit.

B. Saran

1. Pemerintah sebaiknya lebih berupaya memberikan penyuluhan kepada seluruh petani khususnya kepada petani perkebunan rakyat atau swadaya sehingga produksi mereka lebih maksimal. Selain penyuluhan pemerintah sebaiknya mampu mempermudah petani dalam perolehan modal untuk pengembangan usahanya, melalui kerjasama dengan pihak perbankan dengan pemberian bantuan modal berkredit ringan.

2. Memberikan sosialisasi yang merata dan menyeluruh kepada petani mengenai program-program pemerintah dalam perkembangan perkebunan.

3. Memberikan penyuluhan dan pendampingan serta bantuan modal lebih bagi petani swadaya dengan tipologi lahan basah.

4. Membentuk kelompok tani bagi petani swadaya sehingga mereka lebih terorganisir dan lebih mudah dalam sosialisasi program pemerintah maupun pelatihan petani. Selain itu karena rata-rata usia tanaman petani berada pada usia produktif, maka perencanaanreplantingatau pengumpulan dana untuk


(62)

80

peremajaan kebun kelapa sawit harus segera dipersiapkan, sehingga ketika tanaman petani sudah pada usia yang renta peremajaan sudah bisa segera dilakukan.

5. Bagi perusahaan sebaiknya memperbanyak dan meningkatkan “Corporate

Social Responsibility” (CSR) terhadap masyarakat sekitar, terkait dengan

penguatan permodalan pada kelompok tani, peningkatan infrastruktur seperti jalan, dan pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2001.Spektrum Pertanian Indonesia.Erlangga. Jakarta. Arsyad, Lincoln. 1992.Ekonomi Pembangunan.Penerbit : Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013.Lampung Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang. 2013.Angka Sementara Hasil

Sensus Pertanian 2013.

Belinda, Nova. 2013.Analisis Dampak Berganda (Multiplier Effect) Pemanfaatan Wisata Alam Tanjung Mutiara di Danau Singkarak Kabupaten Tanah Datar(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Budhijana, R.Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Petani Perkebunan Kelapa Sawit di Lampung.Kopertis Wilayah 3. Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji, 2014. Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji.

Departemen Penerangan RI. 1998.Peranan Komoditi Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara.Jakarta.

Downey, W. D dan S.P Erickson. 1992.Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta.

Fauzi, Yan dkk. 2002.Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit.Penebar Swadaya, Depok.

---., 2012.Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta Hermayanti, dkk. 2013.Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit di

Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur.Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(64)

Kamarudin, N., dkk. 2005.Environmental Factors affecting the population Density of Oryctes rhinoceros in a Zero-Burn Oil Palm Replant. Journal of Oil Palm Research.17:53-63.

Lifianthi, dkk. 2014.Perbandingan Kontribusi Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Petani Plasma Kelapa Sawit di Dua Tipologi Lahan di Sumatera Selatan.Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun. 2003.Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM-Press. Yogyakarta.

Marshal, Alfred., 1920.Industry and Trade: A Study of Industrial Technique and business organization; and of their influences on the condition of various classes and nations.Balliol Croft, Cambridge.

Midgley, James. 2005.Pembangunan Sosial : Perspektif Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia.

Muktianto, Ali. 2005.Komponen Sumber Daya Manusia dan Sistem Kelembagaan.Rosdakarya, Bandung.

Nurhakim, Yusnu Iman. 2014.Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Infra Pustaka. Jakarta.

Nurzaman, Siti Sutriah. 2002.Perencanaan Wilayah di Indonesia Pada Masa Sekitar Krisis.Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Pahan, I. 2006.Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Panggabean, dkk.Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit.Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prijana. 2005.Metode Sampling Terapan. Bandung : Humaniora. Purwanto, A. 2011.Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas,Terhadap Corporate Social Responsibility.Universitas Diponegoro, Semarang.

PT. Barat Selatan Makmur Investindo. 2013.Laporan Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Barat Selatan Makmur Investindo, Periode Semester I (Januari-Juni) 2013. Mesuji.


(65)

Divisi Perkebunan Kelapa Sawit, PT. Pematang Agri Lestari. 2014. Laporan Perkembangan Usaha Perkebunan Semester I dan Semester II Tahun 2014. Mesuji.

Rahardi, dkk. 1993.Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar swadaya. Jakarta. Risza, Suyatno. 2008.Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas.Kanisius.

Jakarta.

Saragih, Bungaran. 2001.Suara dari Bogor. Membangun Sistem Agribisnis. Yayasan USESE, Bogor.

Sjafrizal. 2008.Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi.Padang : Universitas Andalas.

Sudaryanto, dkk. 2002. Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis (Rangkuman).Analisis Kebijakan : Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Sumihardjo, Tumar. 2008.Daya Saing Berbasis Potensi Daerah.Fokusmedia,

Bandung.

Suparmoko. 2002.Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta.

Suwarto. 2010.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Syahza, Almasdi. 2005.Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Terhadap Multiplier Effect Ekonomi Pedesaan di Daerah Riau,dalam Jurnal Ekonomi, Th. X/ 03/ November/ 2005, PPD&I Fakultas

Ekonomi Universitas Tarumanegara, Jakarta.

---., 2011.Percepatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit,dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 12/ No.2/ Desember/ 2011/, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

Tambunan, Tulus. 2006.Upaya-upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Jakarta: Kamar Dagang Indonesia Jetro-2006.

Tarigan , Robinson. 2002.Perencanaan Pembangunan Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan Ruang. Medan : Proyek Peningkatan Penelitian

Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.


(66)

---., 2005.Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Tim bina karya tani. 2009.Tanaman Kelapa Sawit.Yrama Widya.

Todaro, M. P. 2000.Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga,Terjemahan oleh Haris Munandar, Edisi Ketujuh. Erlangga, Jakarta.

Triyuwono, Iwan, dan Ahmad Erani Yustika (eds). 2003.Emansipasi Kebijakan Lokal :Ekonomi dan Bisnis Pascasentralisasi Pembangunan.

Bayumedia, Malang Publishing.

Utami, Ami Sukma. 2010.Analisa Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Swadaya di Kenagarian Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Zen, Ratna Permatasari. 2008.Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus : KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.


(1)

79

kualitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan mampu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekitar meskipun belum merata.

3. Hambatan yang dihadapi petani dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji adalah masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana seperti jalan dan jembatan, perolehan modal untuk

pengembangan usaha tani kelapa sawit, kurangnya program penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah, dan kendala pada perluasan lahan perkebunan kelapa sawit.

B. Saran

1. Pemerintah sebaiknya lebih berupaya memberikan penyuluhan kepada seluruh petani khususnya kepada petani perkebunan rakyat atau swadaya sehingga produksi mereka lebih maksimal. Selain penyuluhan pemerintah sebaiknya mampu mempermudah petani dalam perolehan modal untuk pengembangan usahanya, melalui kerjasama dengan pihak perbankan dengan pemberian bantuan modal berkredit ringan.

2. Memberikan sosialisasi yang merata dan menyeluruh kepada petani mengenai program-program pemerintah dalam perkembangan perkebunan.

3. Memberikan penyuluhan dan pendampingan serta bantuan modal lebih bagi petani swadaya dengan tipologi lahan basah.

4. Membentuk kelompok tani bagi petani swadaya sehingga mereka lebih terorganisir dan lebih mudah dalam sosialisasi program pemerintah maupun pelatihan petani. Selain itu karena rata-rata usia tanaman petani berada pada usia produktif, maka perencanaanreplantingatau pengumpulan dana untuk


(2)

80

peremajaan kebun kelapa sawit harus segera dipersiapkan, sehingga ketika tanaman petani sudah pada usia yang renta peremajaan sudah bisa segera dilakukan.

5. Bagi perusahaan sebaiknya memperbanyak dan meningkatkan “Corporate Social Responsibility” (CSR) terhadap masyarakat sekitar, terkait dengan penguatan permodalan pada kelompok tani, peningkatan infrastruktur seperti jalan, dan pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2001.Spektrum Pertanian Indonesia.Erlangga. Jakarta. Arsyad, Lincoln. 1992.Ekonomi Pembangunan.Penerbit : Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013.Lampung Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang. 2013.Angka Sementara Hasil

Sensus Pertanian 2013.

Belinda, Nova. 2013.Analisis Dampak Berganda (Multiplier Effect) Pemanfaatan Wisata Alam Tanjung Mutiara di Danau Singkarak Kabupaten Tanah Datar(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Budhijana, R.Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Petani Perkebunan Kelapa Sawit di Lampung.Kopertis Wilayah 3. Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji, 2014. Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji.

Departemen Penerangan RI. 1998.Peranan Komoditi Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara.Jakarta.

Downey, W. D dan S.P Erickson. 1992.Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta.

Fauzi, Yan dkk. 2002.Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit.Penebar Swadaya, Depok.

---., 2012.Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta Hermayanti, dkk. 2013.Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit di

Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur.Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(4)

Kamarudin, N., dkk. 2005.Environmental Factors affecting the population Density of Oryctes rhinoceros in a Zero-Burn Oil Palm Replant. Journal of Oil Palm Research.17:53-63.

Lifianthi, dkk. 2014.Perbandingan Kontribusi Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Petani Plasma Kelapa Sawit di Dua Tipologi Lahan di Sumatera Selatan.Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun. 2003.Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM-Press. Yogyakarta.

Marshal, Alfred., 1920.Industry and Trade: A Study of Industrial Technique and business organization; and of their influences on the condition of various classes and nations.Balliol Croft, Cambridge.

Midgley, James. 2005.Pembangunan Sosial : Perspektif Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia.

Muktianto, Ali. 2005.Komponen Sumber Daya Manusia dan Sistem Kelembagaan.Rosdakarya, Bandung.

Nurhakim, Yusnu Iman. 2014.Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Infra Pustaka. Jakarta.

Nurzaman, Siti Sutriah. 2002.Perencanaan Wilayah di Indonesia Pada Masa Sekitar Krisis.Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Pahan, I. 2006.Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Panggabean, dkk.Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit.Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prijana. 2005.Metode Sampling Terapan. Bandung : Humaniora. Purwanto, A. 2011.Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas,Terhadap Corporate Social Responsibility.Universitas Diponegoro, Semarang.

PT. Barat Selatan Makmur Investindo. 2013.Laporan Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Barat Selatan Makmur Investindo, Periode Semester I (Januari-Juni) 2013. Mesuji.


(5)

Divisi Perkebunan Kelapa Sawit, PT. Pematang Agri Lestari. 2014. Laporan Perkembangan Usaha Perkebunan Semester I dan Semester II Tahun 2014. Mesuji.

Rahardi, dkk. 1993.Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar swadaya. Jakarta. Risza, Suyatno. 2008.Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas.Kanisius.

Jakarta.

Saragih, Bungaran. 2001.Suara dari Bogor. Membangun Sistem Agribisnis. Yayasan USESE, Bogor.

Sjafrizal. 2008.Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi.Padang : Universitas Andalas.

Sudaryanto, dkk. 2002. Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis (Rangkuman).Analisis Kebijakan : Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Sumihardjo, Tumar. 2008.Daya Saing Berbasis Potensi Daerah.Fokusmedia,

Bandung.

Suparmoko. 2002.Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta.

Suwarto. 2010.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Syahza, Almasdi. 2005.Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Terhadap Multiplier Effect Ekonomi Pedesaan di Daerah Riau,dalam Jurnal Ekonomi, Th. X/ 03/ November/ 2005, PPD&I Fakultas

Ekonomi Universitas Tarumanegara, Jakarta.

---., 2011.Percepatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit,dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 12/ No.2/ Desember/ 2011/, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

Tambunan, Tulus. 2006.Upaya-upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Jakarta: Kamar Dagang Indonesia Jetro-2006.

Tarigan , Robinson. 2002.Perencanaan Pembangunan Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan Ruang. Medan : Proyek Peningkatan Penelitian

Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

---., 2005.Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Tim bina karya tani. 2009.Tanaman Kelapa Sawit.Yrama Widya.

Todaro, M. P. 2000.Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga,Terjemahan oleh Haris Munandar, Edisi Ketujuh. Erlangga, Jakarta.

Triyuwono, Iwan, dan Ahmad Erani Yustika (eds). 2003.Emansipasi Kebijakan Lokal :Ekonomi dan Bisnis Pascasentralisasi Pembangunan.

Bayumedia, Malang Publishing.

Utami, Ami Sukma. 2010.Analisa Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Swadaya di Kenagarian Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Zen, Ratna Permatasari. 2008.Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus : KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.