Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM

PEMBANGUNAN WILAYAH

(STUDI KASUS PTPN II KEBUN BANDAR KLIPPA)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Enny Niatta S.L.S 060501093

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Nama : Enny Niatta S.L.S

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NIM : 060501093

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)

Tanggal,

Pembimbing Skripsi

NIP. 19671111 200212 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Hari :

BERITA ACARA UJIAN

Tanggal :

Nama : Enny Niatta S.L.S NIM : 060501093

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)

Ketua Departemen Pembimbing skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Kasyful Mahalli, SE, MSi NIP. 19730408 1998021 1 001 NIP. 19671111 200212 1 001

)

Penguji I Penguji II

(Prof. DR. Syaad Afifuddin, MSi) (Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi NIP. 19551003 198103 1 004 NIP. 19490808 198103 1 001


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Nama : Enny Niatta S.L.S

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NIM : 060501093

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)

Tanggal,

Ketua Departemen

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 1998021 1 001 )

Tanggal,

Dekan

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peranan perkebunan kelapa sawit dalam menambah lapangan pekerjaan, dampak pemanfaatan lahan dan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap pembangunan wilayah di Bandar Khalipah.

Penelitian ini menggunakan model analisa deskriptif. Data yang ada diproses secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data dalam bentuk penjelasan untuk memperoleh kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin luas lahan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar perkebunan yang pada gilirannya dapat terjadi pembangunan suatu wilayah.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, metode deskriptif digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak pemanfaatan lahan dan ekonomi lokal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kecamatan Bandar Khalipah.


(6)

ABSTRACT

The title of this research is “Analysis Role of Palm Oil Plantation in Regional Development (Case Study PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. This observation uses 30 respondents. The aim of this research is to know whether there are the role of plantation of palm oil in adding work field, impact exploiting of farm and role influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to regional development in Bandar Khalipah.

This research uses descriptive analysis model. Obtained data with process systematically, to analysis and formulate datas into explanation to get conclusion. Result of analysis indicate that progressively wide land of palm oil plantation will improve amount of absorbtion of labor and improve local economic of society around plantation and at last be happened regional development.

By knowing the relationship between these variables, the descriptive method is used to conduct the analysis. The analysis result shown that the influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to absorbtion of labor, impact exploiting of farm and local economic is very having an effect to regional development Bandar Khalipah district.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bantuan bimbingan, saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. DR. Syaad Afifuddin, MSi selaku dosen penguji I yang telah banyak

memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

6. Ibu Dra. T. Diana Bakti, MSi selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis

selama perkuliahan.

7. Bapak Prof. DR. Lig reg reg Sirojuzilam, Msi yang selalu bersedia meluangkan


(8)

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah mengajarkan ilmu dan memberikan dukungan selama mengikuti perkuliahan.

9. Manajer dan karyawan pimpinan serta karyawan pelaksana PTPN II Kebun Bandar Klippa atas bimbingan dan kerjasamanya dalam mengijinkan, memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan riset skripsi ini.

10.Orang tua tercinta yaitu Bapak LB. Situmorang dan Ibunda P. br Pardede yang telah mendidik, mengasihi dan mendukung di dalam moriil maupun spiritual dan finansial serta kasih sayang mereka yang tak pernah terputus. Saudara-saudara kandung penulis yang selalu memberi semangat dan doa.

11.Kawan-kawan dekat yaitu Nova, Nida, Rini, Citra, untuk kehadiran kalian sebagai teman-teman terbaik di setiap harinya yang begitu berkesan bagi penulis.

12.Teman-teman di Departemen Ekonomi Pembangunan, khususnya angkatan ‘06 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan pada setiap hari yang kita lewati bersama.

13.Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Januari 2010

Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS ... 6


(10)

2.1.1 Pengertian Perkebunan ... 6

2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia ... 7

2.1.3 Sub Sektor Perkebunan ... .8

2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan ………..…….... 10

2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan ………...…… 11

2.1.6 Tenaga Kerja ………...…….... 12

2.1.7 Lahan ………..…….. 14

2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit ... 15

2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 17

2.3 Pembangunan Wilayah ... 19

2.4 Pengembangan Wilayah ... 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Responden ... 28

3.3 Tehnik Penarikan Sampel ... 28


(11)

3.5 Analisis Data ... 30

3.6 Definisi Operasional ……… 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ………..…………. 31

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bandar Khalipah ……….. 31

4.1.2 Perkembangan Penduduk ………..…….. 32

4.2 Gambaran Umum Perusahaan ……….. 32

4.2.1 Sejarah Singkat PTPN II Kebun Bandar Klippa ………. 32

4.2.2 Struktur Organisasi ………..………... 34

4.2.3 Profil Perusahaan ………..……….. 34

4.3 Analisis Hasil Penelitian ……….. 45

4.3.1 Karakterisik Responden ……….. 45

4.3.2 Peranan PTPN II Kebun Bandar Klippa Dalam Menyerap Tenaga Kerja ……… 48

4.3.3 Dampak Pemanfaatan Lahan Dalam Pembangunan Wilayah ………. 51

4.3.4 Pengaruh Keberadaan PTPN II Kebun Bandar Klippa Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat Bandar Khalipah ……… 54


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 17

4.1 Struktur Umur Responden ... 45

4.2 Tingkat Pendapatan Responden ... 46

4.3 Jumlah Tanggungan Responden ... 47

4.4 Tingkat Pendapatan Responden ... 48

4.5 Komposisi Tenaga Kerja ... 50

4.6 Pencapaian Produksi ... 52

4.7 Areal Kebun Berdasarkan Wilayah ……… 54

4.8 Kondisi Areal Kebun ……….. 55

4.9 Jawaban Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dipandang dari Faktor Usia ……… 57

4.10 Jawaban Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dipandang dari Faktor Pendidikan ………. 58

4.11 Jawaban Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dipandang dari Faktor Pendapatan ………. 59


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Questioner Penelitian

2 Data Usia, Pendapatan dan Tanggungan Responden 3 Data Jumlah Tenaga Kerja dan Luas Lahan

PTPN II Kebun Bandar Klippa 4 Peta Kecamatan Bandar Klippa

5 Peta Tanaman Kelapa Sawit

6 Struktur Organisasi PTPN II Kebun Bandar Klippa

7 Surat Izin Riset


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peranan perkebunan kelapa sawit dalam menambah lapangan pekerjaan, dampak pemanfaatan lahan dan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap pembangunan wilayah di Bandar Khalipah.

Penelitian ini menggunakan model analisa deskriptif. Data yang ada diproses secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data dalam bentuk penjelasan untuk memperoleh kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin luas lahan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar perkebunan yang pada gilirannya dapat terjadi pembangunan suatu wilayah.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, metode deskriptif digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak pemanfaatan lahan dan ekonomi lokal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kecamatan Bandar Khalipah.


(16)

ABSTRACT

The title of this research is “Analysis Role of Palm Oil Plantation in Regional Development (Case Study PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. This observation uses 30 respondents. The aim of this research is to know whether there are the role of plantation of palm oil in adding work field, impact exploiting of farm and role influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to regional development in Bandar Khalipah.

This research uses descriptive analysis model. Obtained data with process systematically, to analysis and formulate datas into explanation to get conclusion. Result of analysis indicate that progressively wide land of palm oil plantation will improve amount of absorbtion of labor and improve local economic of society around plantation and at last be happened regional development.

By knowing the relationship between these variables, the descriptive method is used to conduct the analysis. The analysis result shown that the influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to absorbtion of labor, impact exploiting of farm and local economic is very having an effect to regional development Bandar Khalipah district.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan secara terus menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan kearah tujuan yang ingin dicapai. Salah satu tujuan pembangunan nasional yang digariskan dalam GBHN adalah mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila.

Berdasarkan tujuan pembangunan nasional bahwa pelaksanaan pembangunan regional harus dapat menopang keberhasilan pembangunan nasional sebagaimana pelaksanaan pembangunan nasional, maka pembangunan regional dilakukan dengan menetapkan prioritas pembangunan. Dasar utama untuk memilih prioritas pembangunan harus memperhatikan spesifikasi daerah yang menyangkut potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Disamping itu harus memperhatikan pemerataan pendapatan yang berhubungan dengan kesempatan kerja masyarakat.

Prioritas sektor dalam pembangunan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dilihat dari kenaikan per kapita dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mempercepat kenaikan pendapatan per kapita penduduk dan penciptaan lapangan kerja maka dilaksanakan dengan menetapkan sub sektor yang paling menguntungkan bagi ekonomi daerah.

Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu cara yang memungkinkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Dengan adanya kegiatan perkebunan ini dapat mengembangkan dan meningkatkan kegiatan sumber daya manusia dan membuka lapangan kerja.


(18)

Dalam upaya pembangunan wilayah perlu dikaji apakah faktor-faktor dominan yang mendukung terciptanya lapangan pekerjaan dan sektor-sektor ekonomi manakah yang mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Kehadiran industri sawit (Perusahaan Perkebunan Sawit) telah lama ada di Indonesia dan tidaklah berlebihan jika Sumatera Utara mempunyai perhatian yang paling besar, karena merupakan tempat kelahirannya di Indonesia. Perkembangan perkebunan sawit pada dewasa ini telah menjadi milik Nusantara, karena terbukti sesuai dengan iklim Indonesia serta didukung oleh prasyarat ketersediaan lahan luas untuk mendukung pengusahaannya.

Pembangunan perkebunan di Sumatera Utara diarahkan untuk meningkatkan kontribusi perkebunan dalam akselerasi pemulihan ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan perannya dalam memperbaiki indikator ekonomi makro. Upaya yang telah dilakukan, memberikan berbagai manfaat dan kemajuan antara lain dalam sumbangannya terhadap pendapatan domestik bruto, pengembangan wilayah dan konservasi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera Utara. Komoditi penting yang dihasilkan perkebunan di Kabupaten Deli Serdang adalah karet, kelapa sawit, coklat dan kelapa. Tanaman kelapa sawit ditanam di seluruh kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, untuk tanaman karet dan kelapa sawit sebagian besar luas tanaman dikuasai oleh swasta sedangkan coklat oleh pemerintah.

Peranan sektor pertanian dan sub sektornya dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, demikian pula halnya di Deli Serdang. Kabupaten ini memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan


(19)

berbagai jenis tanaman, sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi yang cukup menjanjikan.

Adapun prioritas kebijakan kegiatan pengelolaan perkebunan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Bandar Khalipah yaitu dengan:

1). Mengelola perkebunan yang berbasis kepada masyarakat. 2). Melakukan rehabilitasi dan peremajaan perkebunan rakyat. 3). Mengembangkan teknologi pasca panen hasil-hasil perkebunan.

Pengembangan tanaman perkebunan di Bandar Khalipah pada masa mendatang akan menghadapi banyak tantangan. Misalnya saja karena adanya peralihan fungsi lahan, kemudian bagaimana untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya sekaligus bagaimana prospek pemasaran tanaman perkebunan tersebut di masa mendatang. Selain itu bagaimana caranya agar sub sektor perkebunan dapat memanfaatkan dan mengelola berbagai sumber daya pembangunan yang ada, baik sumber daya alam, sumber daya modal dan juga sumber daya manusia yang merupakan hal yang menentukan dalam pengembangan sub sektor perkebunan di Bandar Khalipah.

Sub sektor perkebunan yang merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai andil yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Hal ini tercermin karena sub sektor perkebunan dari sektor pertanian yang telah menyumbang penghasilan devisa terbesar bagi negara dan menyediakan kesempatan kerja yang besar sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.

PTPN II sebagai persero yang bergerak di sekitar pertanian (sub sektor pertanian) telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertanian secara nasional, maupun masyarakat sekitarnya memperoleh manfaat secara langsung atau tidak langsung. Dimana terbuka


(20)

kesempatan kerja mulai dari pekerja kebun sampai pada pabrik pengolahan hasil pertanian. Misalnya, industri pengolahan kelapa sawit, itu memberikan manfaat secara langsung dari PTPN II dan secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi masyarakat sekitar dalam mendistribusikan hasil pertanian di samping manfaat yang lainnya.

Sehubungan dengan hal-hal yang melatarbelakangi masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk menulis tugas akhir ini dengan mengajukan judul “Analisis Peranan Perkebunan

Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah PTPN II berperan dalam menambah lapangan kerja di wilayah Bandar Khalipah? 2. Bagaimanakah dampak pemanfaatan lahan terhadap pengembangan wilayah Bandar

Khalipah?

3. Sejauh mana pengaruh keberadaan PTPN II terhadap ekonomi lokal masyarakat Bandar Khalipah?


(21)

1.3 Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitan adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peranan PTPN II dalam menambah lapangan kerja di wilayah Bandar Khalipah.

2. Menganalisis dampak pemanfaatan lahan terhadap perekonomian Bandar Khalipah. 3. Menganalisis pengaruh keberadaan PTPN II terhadap ekonomi lokal masyarakat Bandar

Khalipah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa FE USU, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara II Bandar Klippa dalam mengambil keputusan.


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Perkebunan

2.1.1 Pengertian Perkebunan

Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi:

a. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaannya dalam skala yang terbatas luasnya.

b. Perkebunan Besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasil seluruhnya untuk dijual dengan areal pengusahaannya sangat luas.

c. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat merupakan plasma.

d. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek (Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang dalam pembinaanya dilakukan pemerintah, sedangkan pengusahanya tetap dilakukan oleh rakyat.

Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan


(23)

holtikultura. Demikian dengan perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit, dan kakao), dan makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis) (Syamsulbahri, 1996).

Perusahaan Perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai dengan tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam pemberian izin usaha perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah (BUMN) disebut Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh swasta disebut Perkebunan Besar Swasta (PBS). (Perkebunan Kelapa Sawit, 2008).

2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia

Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan keluarnya undang-undang agrarian, pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia menjadi lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama mengundang pananaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, Pemerintah Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola Belanda, tepatnya sejak tahun 1957. Pada tahun 1957 pula perkebunan-perkebunan yang ada dipimpin dan dikelola oleh bangsa Indonesia.

Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan sektor perkebunan memberikan kerangka landasan


(24)

peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Dan pada tahun 1992 telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan petani (Syamsulbahri, 1996).

2.1.3 Sub Sektor Perkebunan

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. Bangsa Indonesia dijajah karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu menyebabkan hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana keuntungan besar diraih jaringan niaga Vernidge Oostindische Compagnie (VOC).

Perkebunan yang tersebar di Deli Serdang merupakan suatu kebanggaan bagi daerah tersebut. Perkebunan menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan perekonomian di Deli Serdang baik sekarang maupun sebelumnya yang berawal pada tahun 1863. Faktor wilayah Kabupaten Deli Serdang yang sangat strategis dan mempunyai tanah yang subur serta memiliki iklim yang sesuai, sangat mendorong bagi perkembangan pertanian dan perkebunan yang diakibatkan karena wilayah Sumatera terletak di antara deretan bukit barisan.

Sejarah perkebunan Deli dimulai oleh Jacobus Niensuys dan para pionir, pengusaha perkebunan yang pertama kali menggarap atau membuka wilayah perkebunan di Sumatera Utara. Sejak awal dimulainya perkebunan ini menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat dilihat dari hasil perkebunan tersebut yang pada saat itu menghasilkan tanaman tembakau.


(25)

Pada saat itu tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil termashyur di dunia kawasan produksi daun pembungkus cerutu. Usaha Jacobus Niensuys terus berkembang mulai pada saat hasil perkebunan yang dibukanya sudah mulai menampakkan hasil dan tidak banyak telah masuk ke pasaran perdagangan Eropa yang dibuktikan sejak pada tahun 1869. Jacobus Niensuys mendirikan perusahaan-perusahaan Deli Maatschappij yaitu suatu perseroan terbatas yang beroperasi di Hindia Belanda. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal,

pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta

penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.

Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa.

Komoditi yang termasuk sub sektor ini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun pemerintah. Di Kabupaten Deli Serdang komoditi yang termasuk hasil perkebunan adalah karet, kopi, kelapa sawit, coklat, kelapa, dan cengkeh. Tidak termasuk hasil atau produksi pengolahan sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya, seperti karet, remah, gula remah, dan lain sebaginya. Sedangkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomisnya dan produk-produk di atas seperti batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa, akar dan sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil atau produksi.

Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain: (a) meningkatkan produksi komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan baku industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas; (b) meningkatkan produktivitas


(26)

lahan, tenaga kerja, dan modal; (c) meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan, dan pengusaha perkebunan; (d) meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan; (e) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (f) ikut membantu program transmigrasi; (g) membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah; (h) meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya; (i) ikut memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan nasional dan keamanan ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).

2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan Negara

Tujuan PTPN II bagi pembangunan negara merupakan apa yang termaktub di dalam Tri Dharma Perkebunan yang intinya sebagai berikut:

1. Penghasil devisa negara.

2. Menyediakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja (The Agent of Development).

3. Memelihara dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam.

Dari Tri Dharma Perkebunan dapat dilihat tugas dan tantangan yang diemban PTPN II yaitu: a. Bagaimana menghasilkan devisa yang sebesar-besarnya bagi negara agar pembangunan

nasional dapat berlanjut terus menerus.

b. Berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.

c. Menjadi motivator Agent Development (wahana pembangunan) bagi daerah masyarakat sekitarnya.


(27)

2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan

Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan yang merupakan komoditi terutama ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai komoditi perkebunan diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat tidak dapat dipungkiri bahwa selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara sektor ekonomi dan lingkungan.

Kemajuan abad informasi akibat dari globalisasi akan sangat mempengaruhi prospek pengembangan tanaman perkebunan. Perubahan-perubahan pasar luar negeri dan peluang-peluang untuk mendukung industri dalam negeri merupakan hal yang harus mendapatkan perhatian bagi prospek pengembangan tanaman perkebunan di Indonesia. Melihat akan potensi yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman perkebunan seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja yang cukup, teknologi yang berbeda, dan potensi pasar dalam dan luar negeri maka arah pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.

Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi diletakkan pada intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan berwawasan diversifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi. Prospek pengembangan tanaman perkebuanan mengacu pada penggunaan lahan, upaya meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada satu macam komoditi, tetapi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap wilayah. Di samping itu pula untuk menghindari kerugian yang fatal apabila terjadi kegagalan panen


(28)

maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi tanaman perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.

Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai peluang besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang mempunyai prospek pasar yang bersaing.

2.1.6 Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (human resources) mempunyai dua pengertian yaitu sebagai usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. SDM juga menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja artinya mampu melakukan kegiatan yang memiliki kegiatan ekonomi, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua pengertian di atas mengandung aspek kuantitas dalam jumlah arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produksi. Kemampuan bekerja tersebut diukur dengan usia. Penduduk yang berada dalam usia tersebut disebut tenaga kerja (man power).

Oleh karena tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja maka pengertian tenaga kerja tidak sama untuk semua negara. Perbedaan itu timbul karena batas umur yang digunakan


(29)

berbeda, misalnya India menggunakan batas umur 14-16 tahun. Di Amerika Serikat, yang dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 16 tahun tanpa batas umur maksimum.

Di Indonesia, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lainnya seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas umur maksimum. (Payaman, 1995).

Dengan demikian perkataan lain tenaga kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sarana produsi tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa.

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

Penyediaan tenaga kerja juga sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai umur minimum tertentu yang dapat dianggap sebagai tenaga kerja potensial atau Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK nya maka semakin besar pula jumlah angkatan kerja.

Masalah produktivitas tenaga kerja juga turut serta mempengaruhi perluasan tenaga kerja. Sedangkan masalah produktivitas itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga


(30)

kerja semakin tinggi pula tingkat produktivitas dan akhirnya akan semakin luas pula kesempatan kerja mereka untuk memperoleh lapangan kerja atau kesempatan kerja.

2.1.7 Lahan

Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan sangat tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing keadaan akan menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.

Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian, yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar. (Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat dilihat dalam luas atau sempitnya lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. (Soekartawi, 1995)

Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk perkebunan banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan). Dengan luas lahan yang terbatas yang telah tersedia, maka para petani pemilik perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan apa yang cocok dengan lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan resiko yang paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja karena hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indriani, 1996).

Pembangunan lahan secara fisik dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu, dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari segi sosial, ekonomi, sosial budaya, fisik dan secara hukum.


(31)

Secara ekonomis, perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh naiknya nilai lahan yang sering mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan lahan dan perubahan penggunaan lahan. Perubahan nilai lahan di suatu daerah juga banyak dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Dengan kata lain, faktor kebijaksanaan pembangunan dianggap memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai lahan, dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering dihadapkan pada faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penggunaan lahan.

2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

Pada masa sebelum perang atau pada masa penjajahan (1914-1942) Indonesia merupakan negara produsen pertama di dunia yang menghasilkan kelapa sawit dan juga mendominasi perdagangan kelapa sawit dunia sebanyak 44%. Pada saat ini produksi masih diorientasikan pada pemenuhan permintaan ekspor. Daerah perkebunan pada saat itu masih terpusat di pulau Sumatera sedangkan Jawa hanya sebagian kecil saja.

Pada masa pendudukan Jepang, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurun disebabkan perang. Banyak perkebunan kelapa sawit rusak akibat terjadinya perang.pada saat pendudukan perang banyak rakyat yang kekurangan pangan sehingga tidak sedikit lahan yang beralih fungsi menjadi lahan untuk penanaman tanaman pangan. Sementara lahan kelapa sawit yang lain yang tidak dialihfungsikan menjadi kurang terawat dan produksinya menjadi menurun.

Pada masa peralihan (1958-1968) banyak negara-negara asing yang menanam saham di perkebunan di Indonesia termasuk perkebunan kelapa sawit. Semenjak tahun 1958 mulai dilakukan pengambilalihan perkebunan kelapa sawit. Dari perusahaan asing tersebut. Beberapa tahapan penting dalam proses pengambilalihan ini adalah sebagai berikut:


(32)

a. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing Belanda dimulai tanggal 10 Desember 1957.

b. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing selain Belanda, yakni Inggris, Perancis, dan Amerika dilakukan tanggal 19 Desember 1947.

c. Reorganisasi perusahaan perkebunan milik pemerintah sendiri, misalnya PNP/PTP.

Pada masa peralihan ini, banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam meningkatkan produksi kelapa sawit seperti pemupukan, pemberantasan hama bahkan mendatangkan peralatan pengolahan tanah yang modern dari luar negeri. Upaya ini dapat meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 dengan produksi minyak sawit mencapai 161.000 ton .

Pada masa orde baru yaitu pada kurun Pelita I dan II didasarkan atas tujuan bersama untuk mencapai produktivitas tinggi dengan memodernisasi teknik budidaya. Pada Pelita III program pengembangan lebih mengarah kepada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara serta pertahanan kelestarian sumber daya alam yang dikenal dengan sebutan Tri Dharma Perkebunan.


(33)

2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit, bila digolongkan secara harafiah adalah golongan tanaman penghasil minyak nabati. Di bawah ini dapat dilihat karakteristik dari tanaman kelapa sawit.

Tabel 2.1. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

Species Karakter

Elaeis guineesis

Tipe Deli Produksi, kualitas, daya gabung cukup baik, ragam genetik terbatas dan agak peka terhadap hama dan penyakit tanaman.

Tipe Yangambi Produksi, kualitas yang ketahanan cukup baik, tetapi pertumbuhan meninggi batang sangat cepat.

Tipe Lame Tahan angin kencang dan penyakit, pertumbuhan agak lambat, produksi dan kualitas kuranag baik, keragaman kinetik cukup besar. Tipe Nifor Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

Tipe Angola Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

Tipe Cameroon Produksi, pertumbuhan dan ragam genetis baik namun kualitas tanda kurang baik.

Tipe Sabiti Serupa dengan tipe yang tadi. Tipe Yakobouet Serupa dengan tipe Lame.

Elaeis Oleifera

Tipe Suriname Pertumbuhan sangat lambat, produksi dan kualitas tanda kurang baik, hibridisasi dengan tipe Deli menunjukkan kombinasi yang baik.


(34)

lebih tahan terhadap hama penyakit.

Tipe Colomba Pertumbuhan sedang, kualitas tanda lebih baik, ketahanan hama dan penyakit dan mutu minyak baik.

Sumber: Syamsulbahri, 1996

Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25 – 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun.


(35)

2.3 Pembangunan Wilayah

Pembangunan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pembangunan wilayah adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah.

Tujuan pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Pola dasar pembangunan wilayah memberikan arah bagi pembangunan wilayah yang sedang dan akan dilaksanakan serta sebagai pedoman bagi seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat, maka dituangkan ketetapan kebijaksanaan perencanaan tata ruang wilayah dengan tujuan untuk mengidentifikasi kondisi, potensi, dan kendala serta arah usaha antisipasi masa depan yang ada. Beberapa ide pokok yang sangat penting dari pengertian pembangunan, antar lain:

1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses, artinya dilaksanakan secara terus menerus dimana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu.

2. Pembangunan merupakan suatu usaha.

3. Pembangunan dilaksanakan secara terencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.


(36)

5. Modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta administrasi.

6. Seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan. Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan kesalingtergantungan dan interaksi antar sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem).

Pada dasarnya pembangunan wilayah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti prouksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga kerja dan imbalan bagi faktor (factor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.

2.4 Pengembangan Wilayah

Pengertian pembangunan tidak sama dengan pengembangan. Pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah. Perbedaan antara pembangunan dengan pengembangan yaitu pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengukur sesuatu yang belum ada, sedangkan pengembangan merupakan perbaikan atau peningkatan sesuatu yang telah ada. Namun kedua istilah ini sekarang sering dipakai untuk maksud yang sama.

Pengembangan wilayah dapat didefinisikan sebagai upaya menata ruang dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Sugiharto, 2007)


(37)

Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang tercakup dalam sektor pemerintahan maupun masyarakat, dilaksanakan dan diatur dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha sedemikian pada dasarnya bersifat meningkatkan pemanfaatan sumber daya serta meningkatkan pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan.

Tujuan pengembangan wilayah ialah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa. Industri dan pertanian di segi yang paling sentral, atau paling tidak pengelolaan hasil pertanian di segi penerimaan masyarakatnya atau di segi pengeluaran konsumsi, investasi, serta ekspor-impornya.

Disamping itu, tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang berkaitan. Di sisi sosial ekonomis, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik, dan sebagainya. Di sisi lain, secara ekologis pengembangan wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat sebagai campur tangan manusia terhadap lingkungan.

Mengembangkan dan membangun suatu wilayah tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri berdasarkan kewenangan suatu daerah tetapi harus meliputi berbagai daerah peringgan karena cara seperti ini akan menciptakan optimalisasi manfaat potensial ekonomi wilayah dan akan menciptakan daya saing ekonomi yang kuat untuk wilayah tersebut. Inilah salah satu sebab mengapa aktivitas pengembangan yang terjadi pada banyak daerah berjalan kurang mempengaruhi pengembangan selanjutnya dan kurang menyentuh pada kepentingan stakeholders secara menyeluruh. Aktivitas pengembangan pada suatu wilayah berjalan


(38)

terpilah-pilah dan kurang menyentuh satu sama lain sehingga proses pengembangan berjalan secara singkat. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja dan pendapatan juga menjadi terbatas.

Hendaknya pengembangan wilayah tidak dijadikan sebagai sebuah proyek yang dilakukan tergesa-gesa berdasarkan suatu pemikiran sesaat dan berjangka pendek. Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu wilayah harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat setempat. Dalam pengembangan wilayah terdapat dua pendekatan yang dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau masyarakat setempat.

Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan penerapan masing-masing teori:

1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).

2. Teori yang menekankan kepada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable

production activity). Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan

pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab (responsible) dan berkinerja bagus.

4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi (people prosperity).


(39)

Salah satu teori pengembangan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced

growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah adalah proses

perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban. Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah. (Sugiharto, 2007).

Sedangkan teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.

Sektor unggulan yaitu sektor yang dapat menarik perkembangan sektor lainnya. Apabila perkembangan antara sektor unggulan dan non-unggulan terjadi secara bersama-sama, maka akan terjadi intensitas kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah pada suatu wilayah. Seiring dengan peningkatan pendapatan daerah ini pada akhirnya dapat mengembangkan suatu wilayah.

Sesungguhnya teori pembangunan terkait erat dengan strategi pembangunan, yakni perubahan stuktur ekonomi dan pranata sosial yang diupayakan untuk menemukan solusi yang konsisten dan langgeng bagi persoalan yang dihadapi para pembuat keputusan dalam suatu masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul berbagai pendekatan menyangkut terma-terma kajian tentang pembangunan. Satu diantaranya adalah mengenai isu pembangunan wilayah. Secara luas, pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang


(40)

didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Sugiharto, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan sutu proses kontinu sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu wilayah.

Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sector theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory). Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa berkembangnya wilayah atau perekonomian nasional, dihubungkan dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni primer (pertanian, kehutanan, perikanan), dan tertier (perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa). Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer, menningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.

Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow, Fisher, Hoorver, Thompson, dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih diadopsi unsur spasial dan sekaligus menjembatani kelemahan teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat digambarkan melalui lima tahapan (Sugiharto, 2006) yakni:

 Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, antara lain minyak, hasil


(41)

perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.

 Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu meggekspor selain komoditas dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri (metode) teknologi penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke depan), misalnya premium, solar, dan bahan baku plastik.

 Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.

 Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan kenaikan impor yang sangat signifikan.

 Tahap kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberkan peran yang sangat nyata terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang relatif canggih, baru, efesien, dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan keputusan individual


(42)

dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah menjadi kompleks (economic reciprocating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya. Pada masa orde baru, segala kekuasaan atas pemerintahan dan pengelolaan sumber daya dikuasai oleh pemerintah pusat. Sejak bergulirnya era reformasi dan demokrasi di Indonesia pada tahun 1998, sistem pemerintahan berubah secara drastis. Kekuasaan pemerintahan dan pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada masing-masing daerah, yang lebih dikenal dengan sistem desentralisasi. Dengan adanya perubahan sistem tersebut, konteks pengembangan ekonomi lokal juga mengalami perubahan secara dramatis.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola perkembangan ekonomi nasional tidak terfokus sehingga hal ini juga mengimbas pada pengembangan ekonomi daerah yang tidak terfokus pula. Ini bisa dimengerti karena persoalan yang menjadi beban pemerintah sangat besar dan beragam yang masing-masing menuntut penyelesaian segera. Padahal kapasitas fiskal negara sangat terbatas untuk mengakomodasi semua kepentingan (persoalan) yang ada.

Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, harus diperhatikan pula komponen-komponen pendukung, baik dari internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kelancaran proses pengembangan ekonomi lokal yang diharapkan. Beberapa faktor tersebut ialah infrastruktur dan kondisi lingkungan. Investasi di bidang infrastruktur sangat berperan besar dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal. Akan tetapi, hati-hati dalam proses penentuan jenis infrastruktur yang akan disiapkan untuk suatu daerah, karena harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Sedangkan kondisi lingkungan dalam hal ini ialah penciptaan tools yang memudahkan proses pengembangan ekonomi lokal, seperti penciptaan peraturan dan payung hukum, prosedur administratif, pajak, dan pungutan biaya, serta biaya-biaya tak terduga lainnya.


(43)

Local economic dapat menjadi dasar bagi perekonomian masyarakat desa yang menjadi

ciri khasnya. Masyarakat pedesaan juga dihadapkan pada pengaruh sistem yang berlaku dalam masyarakat tersebut, misalnya ciri kebudayaan setempat, institusi lokal setempat, dan sistem pemasaran yang digunakan. Untuk itu dalam proses perekonomian masyarakat ada keterikatan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi iklim pasar yang kekeluargaan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, sehingga ciri ini dapat menjadi titik balik bagi peningkatan ekonomi masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara yang satu dengan yang lain, inilah yang mejadi karakteristik munculnya sistem ekonomi masyarakat yang merakyat. Kearifan lokal juga menjadi suatu indikasi yang baik dalam rangka menciptakan suatu sistem yang koordinatif dan dapat terpercaya.

Hal ini akan dapat mengindikasikan adanya kekuatan budaya masyarakat setempat yang partisipatif, selanjutnya dalam rangka menjaga kekuatan ekonominya agar tetap terjaga pada masyarakat ekonomi pedesaan, biasanya ada sistem "memberi dan menghasilkan" konsep ini dapat diartikan sebagai salah satu sistem ekonomi yang memberikan keuntungan pada kedua belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik barang atau pemilik modal yang ingin barangnya dijual dan pihak kedua adalah orang yang menjual dengan sistem yang lebih menarik pasar, artinya pihak kedua melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan inovasi pada produk yang telah dibuat dan dapat memanfaatkan aktivitas tersebut untuk mendapatkan keuntungan.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa peranan perkebunan kelapa sawit dalam pembangunan wilayah (studi kasus PTPN II Bandar Klippa).

3.2 Populasi dan Responden

Masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan PTPN II Bandar Klippa dan karyawan PTPN II tersebut.

3.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu memilih sampel sebagai objek penelitian dengan sengaja menurut tujuan penelitian dengan kriteria tertentu. Diasumsikan bahwa latar belakang sosial ekonomi masyarakat sekitar perkebunan relatif homogen.


(45)

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap berbagai pihak yang ada relevansinya dengan penelitian, yang antara lain:

a. Pihak PTPN II Kebun Bandar Klippa yaitu tentang keadaan perusahaan, serta dukungan yang telah diberikan terhadap masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan kepada 30 orang karyawan sudah dianggap mewakili karyawan yang bekerja di PTPN II Kebun Bandar Klippa.

b. Masyarakat setempat, data tentang pandangan masyarakat terhadap PTPN II Kebun Bandar Klippa, pendapatan masyarakat, jenis-jenis usaha yang dikelola dengan adanya PTPN II.

2. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada kaitannya dengan masalah skripsi ini. Sumber tersebut antara lain:

a. Dari PTPN II Kebun Bandar Klippa yaitu tentang sejarah perusahaan, struktur organisasi, luas lahan, jumlah karyawan dan berbagai keadaan perusahaan.

b. Data dari instansi pemerintah (BPS) yaitu tentang jumlah penduduk, perkembangan penduduk, potensi daerah, perekonomian daerah, serta berbagai data lainnya.


(46)

3.6 Analisis Data

Untuk menguji peranan perkebunan kelapa sawit dalam pembangunan wilayah, maka penulis akan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode analisis yang mengumpulkan data secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data yang diperoleh dalam bentuk penjelasan sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan.

3.7 Definisi Operasional

1. Pembangunan wilayah adalah upaya memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal dalam mencapai kesejahteraan masyarakat Bandar Khalipah.

2. Tenaga Kerja adalah jumlah karyawan yang bekerja pada PTPN II Bandar Klippa.

3. Lahan adalah salah satu faktor produksi yang merupakan tempat untuk melakukan aktivitas kegiatan perkebunan di PTPN II Bandar Klippa.

4. Ekonomi lokal adalah penggunaan sumber daya-sumber daya seefisien mungkin yang ada pada wilayah Bandar Khalipah.


(47)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bandar Khalipah

Kecamatan Bandar Khalipah merupakan salah 1 (satu) dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun luas wilayah Kecamatan Bandar Khalipah adalah 11. 600 Ha (116 km²).

Kecamatan Bandar Khalipa berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Selat Sumatera 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tebing Tinggi 3. Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara

4. Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Sei Rampah.

Secara administratif Kecamatan Bandar Khalipah terdiri dari 5 (lima) desa yang di dalamnya terdapat dusun dan lorong. Potensi lahan yang dimiliki Kecamatan Bandar Khalipah mendominasi dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan dan pertanian.

Letak Kecamatan Bandar Khalipah adalah dari Kecamatan Medang Deras (Kabupaten Batu Bara) melebar ke Kecamatan Tanjung Beringin yang menyusuri Selat Malaka/Selat Sumatera dan memanjang dari Pantai Selat Malaka ke Kecamatan Tebing Tinggi. Kecamatan Bandar Khalipah terletak pada ketinggian 0 – 10 m dari permukaan laut. Sejak adanya kecamatan Bandar Khalipah yang menjadi ibukota kecamatan sekaligus sebagai pusat


(48)

Bandar Khalipah sedikit identik dengan nuansa bahari, maka di daerah pesisirnya terbentang hamparan yang pada awalnya adalah pertambakan udang namun pada saat ini telah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.

4.1.2 Perkembangan Penduduk

Pada umumnya keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi dianggap sebagai penghambat dalam pembangunan karena jumlah penduduk yang besar akan memperkecil pendapatan dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi hal ini tergantung dari kapasitas penduduk tersebut.

Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kecamatan Bandar Khalipah mencapai 25.940 jiwa yang terdiri dari 5.709 rumah tangga dengan tingkat kepadatan penduduk 224 jiwa/ km².

4.2 Gambaran Umum Perusahaan

4.2.1 Sejarah Singkat PTPN II Kebun Bandar Klippa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 Tahun 1968, Undang-Undang No. 9 Tahun 1973. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1971, Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1973, maka pada tanggal 1 April 1974 didirikan Perkebunan IX (Persero) di hadapan notaris GHS Loemban Tobing, SH sedangkan Akte Nomor 6.


(49)

 Tahun 1957 : Perusahaan-perusahaan milik Belanda diambil alih Nasionalisasi termasuk NV. Verenigde Deli Maatchappij, cikal bakal dari perkebunan IX.

 11 Januari 1958-11 November 1958 : PT Perkebunan IX merupakan NV. Verenigde Deli Maatchappijina (NVVDM), berdasarkan UU No. Tahun 1958 tentang nasionalisasi.

 20 November 1958-31 Mei 1960 : Nama perusahaan berubah menjadi PPN baru cq. VDN.

 1 Juni 1960-31 Mei 1961 : Menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara, unit Sumatera Utara (PP No. 29 Tahun 1960).

 1 Juni 1961-30 September 1963 : Menjadi PPN Sumatera Utara-1 (kebun tembakau) berdasarkan PP No. 143 Tahun 1961 dan lembaran negara No. 168 Tahun 1961, tanggal 26 April 1961.

 1 Oktober 1963-17 April 1968 : Berdasarkan PPN No. 30 Tahun 1963, tanggal 22 Mei 1968 dan lembaran negara No. 51 nama perusahaan berubah menjadi PPN Tembakau Deli.

 18 April 1968-30 April 1969 : Berdasarkan PP No. 14 Tahun 1968, tanggal 13 April Tahun 1968, dan lembaran negara No. 23 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968 nama perusahaan berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IX.

 1 April 1974 s/d 1994 : Menurut PP No. 44 Tahun 1973, tanggal 6 Desember 1973 mengenai peralihan PN menjadi


(50)

Persero, nama perusahaan berubah menjadi Perusahaan Persero (PT) Perkebunan-IX diperbaharui dihadapan notaris Imah Fatimah, SH pada tanggal 8 Maret 1985, Akte Nomor 32 (diubah dari Akte Nomor 100, tanggal 13 Agustus 1984 dihadapan notaris yang sama).

 2 Mei 1994-9 Maret 1996 : Transisi menuju penggabungan PTP II – PTP IX.

 10 Maret 1996 s/d Sekarang : Resmi menjadi PTP Nusantara II (Persero).

 Januari Tahun 2008 : Penggabungan Kebun Batang Kuis dan Bandar Klippa, dengan nama Kebun Bandar Klippa.

Lokasi dan Luas Perkebunan

PTP. Nusantara II Bandar Klippa beralamat di Jl. Besar Tembung No. 4 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang dilakukan oleh PTPN II Kebun Bandar Klippa meliputi pengelolaan tiga jenis tanaman yaitu:

1. Tanaman Tembakau 2. Tanaman Kelapa Sawit 3. Tanaman Tebu

PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa memiliki luas areal perkebunan 1.837,50 Ha. Dengan luas areal tanaman 1.659,88 Ha dan sisanya untuk kantor, gudang penyimpanan, perumahan, tempat ibadah, dan lain-lain. Kebun PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa berbatasan dengan:


(51)

1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Perkebunan Batang Kuis 2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sampali dan Kota Medan 3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perkebunan Saentis 4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perkebunan Marendal

4.2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan adanya hubungan kerja sama antara pihak atasan dengan bawahan atau karyawan sekalipun perlu untuk ditingkatkan sehingga mencapai hasil yang terbaik sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Untuk itu perlu adanya suatu struktur organisasi yang mengatur dan mengarahkan orang-orang yang berada untuk dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Jika dilihat dari bentuk strukturnya maka di perkebunan PTPN II Kebun Bandar Klippa berbentuk

Organisasi Garis, dimana bawahan memberikan pertanggungjawaban atas atasannya.

Perusahaan ini dipimpin oleh seorang atasan yang berfungsi menjalankan kegiatan manajemen. Dalam menjalankan usahanya, pihak atasan dibantu oleh karyawan yang bertugas menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Untuk memaksimalkan usaha karyawan ini harus diberikan motivasi agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

Bidang atau Seksi Kerja

a. Administratur


(52)

1. Melaksanakan, mengawasi dan mengamankan semua instruktur direksi baik lisan maupun tulisan untuk mengelola semua faktor-faktor produksi.

2. Memimpin rapat kerja staf dan mengambil keputusan terhadap semua permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas untuk proses produksi.

3. Mengendalikan pemakaian biaya dengan jalan senantiasa membandingkan pengeluaran nyata dengan RAB yang dihadapkan dengan kualitas dan kuantitas pekerjaan/produksi yang dicapai.

4. Membuat job spesifikasi pegawai staf disesuaikan dengan bidang tugasnya masing-masing. 5. Memotivasi para petugas pelaksana/staf di perkebunan, agar timbul rasa tanggung jawab,

rasa peran serta turut memiliki, menuju kepada suatu tim kerja yang serasi dan langsung. 6. Mengawasi pelaksana pekerjaan pegawai staf yang dibawahinya, memberikan pengarahan

dan peningkatan disiplin kerja yang konsisten dan kontinu.

7. Mengunggulkan penerima, pengangkatan karyawan/pegawai SKU berdasarkan kebutuhan job yang diperlukan.

b. Asisten Kamar Pilih

Tugas yang dijalankan oleh Asisten kamar pilih adalah:

1. Mengecek atau mengawasi kegiatan di gang sortasi/pemilihan agar berjalan dengan lancar dan terjaga kebersihan di gang pemilihan.

2. Membuat dan menjalankan administrasi di gang pemilihan. 3. Mengecek/memeriksa karyawan yang hadir bekerja.


(53)

c. Asisten Afdeling

Tugas yang dijalankan oleh Asisten Afdeling adalah:

1. Menyelenggarakan penanaman kelapa sawit, meningkatkan produksi dengan cara yang efisien dan efektif, sejak dari persiapan tanah, pengelolaan tanah, penanaman sesuai dengan teknis yang baik.

2. Meneliti dan memeriksa pertumbuhan tanaman serta perawatan tanaman sekecil-kecilnya. 3. Mengawasi segala pekerjaan yang berhubungan dengan bidangnya di dalam afdeling, dan

mempergunakan tenaga kerja secara efektif dan efisien.

4. Memeriksa pekerjaan pegawai kerani yang diperbantukan kepadanya, menanda tangan upah dan bon permintaan barang/bahan kebutuhan di afdeling.

d. Asisten Bangsal

Tugas yang dijalankan oleh Asisten Bangsal adalah:

1. Membantu administratur dalam menyusun RAB tentang rencana pembangunan bangsal dan reparasi bangsal pengeringan dan mempedomani pelaksananya.

2. Menerima barang-barang yang masuk, bak mengenai mutu dan jumlah serta surat-surat pengantar barang yang diterima.

3. Membuat bon permintaan barang yang berhubungan dengan urusan bangunan, bahan-bahan transformasi.

4. Memeriksa jumlah karyawan dan mengisi buku asisten serta memeriksa buku mandor dari seluruh mandor dan karyawa di bawah pengawas.


(54)

e. Kepala Tata Usaha dan Keuangan

Tugas yang dijalankan oleh Kepala Tata Usaha dan Keuangan adalah:

1. Memegang dan mengisi buku kas, serta menyimpan uang dan surat berharga sesuai dengan kebutuhannya dan melaksanakan pembayaran pengeluaran sesuai dengan PP yang disetujui. 2. Merencanakan, mengawasi seluruh pekerja administrasi kantor seperti: pembukuan kas/PBK

5, daftar utang/PBK 25, jurnal FAB, kartu material/financial dan nota-nota debet/kredit, sehingga terciptanya laporan manajemen yang tepat guna.

3. Melayani pemeriksaan oleh petugas administrasi dari bagian atau biro kantor direksi.

4. Memeriksa surat-surat/retel baik masuk maupun keluar khususnya yang berhubungan dengan administrasi.

5. Menyusun RAB kantor yang berhubungan dengan kebudayaan umum dan tata usaha serta selalu mempedomaninya.

f. Asisten Keamanan

Tugas yang dijalankan oleh Asisten Keamanan adalah:

1. Mengaktifkan penjagaan anggota hansip secara terus menerus di areal penanaman.

2. Cepat tanggap terhadap situasi lingkungan yang mencurigakan dan menempatkan petugas hansip di tempat yang rawan.

3. Mengawasi orang yang masuk/keluar areal HGU perkebunan, mendaftarkan orang-orang yang berkunjung ke kantor perkebunan dan mencatat identitasnya.

4. Melaksanakan semua administrasi yang berhubungan dengan keamanan, hansip maupun laporan berkala tertentu secara tepat waktu.


(55)

g. Asisten Pengolahan Tanah

Tugas yang dijalankan oleh Asisten Pengolahan Tanah adalah:

1. Menyelenggarakan usaha pengolahan tanah dengan teknis yang baik, drainagt, dan convercrop.

2. Mengawasi pekerjaan yang berhubungan dengan pengolahan tanah dan penggunaan tenaga kerja dan jam-jam kerja traktor secara efisien dan efektif.

3. Mengecek tenaga kerja yang hadir, melihat hasil pekerjaan karyawan, memeriksa buku mandor dan mengawasi buku asisten setiap waktu.

4. Mengamankan areal yang telah diolah dari gangguan ternak dan hewan.

h. Asisten Kepala DP

Tugas yang dijalankan oleh Sisten Kepala DP adalah:

1. Menyusun RAB di DP-nya sesuai dengan luas Ha Ex tanaman rotasi tambakau untuk setiap tingkat tanaman.

2. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan rencana pananaman dan pelaksanaan tebang, angkut tebu di DP-nya sesuai dengan instruksi Kepala Rayon.

3. Membuat laporan kemajuan mengenai kegiatan pengolahan tanah, penanaman, perawatan dan rencana tebang serta angkut.

i. Kadistan Kelapa Sawit


(56)

1. Menyusun RAB di afdeling tanaman kelapa sawit dan mempedomaninya dalam pelaksanaannya.

2. Melaksanakan, mengawasi seluruh kegiatan rencana penanaman, perawatan kelapa sawit. 3. Mengawasi penggunaan tenaga kerja agar terdapat kerja efisien dan efektif serta selalu

mempedomani RKMKB dan RAB.

Sistem Gaji dan Upah

Dalam upaya meningkatkan efektifitas kerja karyawan agar lebih berdaya guna dan berhasil perlu adanya alat pendorong yang dapat merangsang karyawan supaya dapat bekerja dengan standar kerja perusahaan. PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa memberikan insentif berupa:

1. Gaji

Gaji diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan biasanya diberikan setiap bulan sekali dan besarnya ditentukan oleh tingkat jabatannya di perusahaan tersebut.

2. Upah

Upah biasanya diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang bekerja secara langsung di pabrik yang mengelola komoditi dasar tersebut dan biasanya upah ini diberikan setiap bulannya atau bulanan dengan ketentuan yang ada.

3. Jasa Produksi

Perusahaan memberikan jasa produksi kepada karyawan apabila dalam aktifitas perusahaan memperoleh keuntungan atau laba dalam setahun, apabila karyawan dapat melaksanakan pekerjaan dengan prestasi kerja dan produktifitas kerja yang tinggi melebihi standar kerja, maka


(57)

karyawan berhak mendapatkan jasa produksi dan besar produksi tersebut biasanya bisa berbentuk satu bulan gaji karyawan.

PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa memberikan gaji kepada karyawan dengan sistem penggajian karyawan berdasarkan golongan dengan kesempatan kerja yang sama.

Hubungan Sosial Budaya Perusahaan

Di dalam perusahaan/perkebunan

Hubungan sosial budaya yang terjalin di dalam PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa anatara pemimpin dengan karyawan maupun antara karyawan dengan karyawan lainnya terjalin dengan cukup baik, dimana terlihat adanya sikap tolong menolong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. PTPN II memberikan jaminan sosial kepada karyawannya berupa fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh para karywan seperti:

a. Fasilitas penerangan listrik yang dibayarkan oleh perusahaan. b. Penyediaan sumber air.

c. Pemberian bonus dan premi.

d. Pemberian uang santunan hari tua bagi karyawan yang telah memasuki masa pensiun (55 tahun) yang besarnya sesuai dengan golongan, jabatan dan prestasi kerja yang bersangkutan.

e. Pemberian uang santunan kepada karyawan/karyawati yang mengalami kemalangan. Dengan pemberian fasilitas-fasilitas tersebut di atas perusahaan berharap agar karyawan dapat meningkatkan prestasi kerjanya lagi.


(58)

 Di luar Perusahaan/Perkebunan

PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa juga menjalain hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar dengan memberikan bantua atau fasilitas lainnya seperti:

a. Poliklinik/Puskesmas Perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. b. Tenaga pengaman perkebunan (hansip) yang bersedia membantu masyarakat sekitar

dalam menjaga keamanan lingkungan. c. Penyediaan rumah ibadah.

d. Penyediaan fasilitas olah raga berupa pembuatan lapangan sepak bola, lapangan bola volley, lapangan bulu tangkis, dan lain-lain.

e. Penyediaan unit bakat di bidang kesenian yang didanai leh perusahaan.

f. Penyediaan fasilitas sekolah taman kanak-kanak dari Taman Pendidikan Islam.

4.2.3 Profil Perusahaan

1. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Sesuai akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor prkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada azas:


(59)

a. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor dan migas.

b. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejateraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

c. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

2. Visi dan Misi a. Visi

“Menjadikan perusahaan Agro-Industri berbasis perkebunan yang tangguh dan kompetitif di pasar global”.

b. Misi

 Membangun usaha perkebunan dan industri hilir yang ramah lingkungan dengan teknologi tepat guna, sehingga diperoleh produksi yang maksimal, mutu yang baik, biaya yang efisien dan nilai tambah yang harus meningkat.

 Mengembangkan kinerja pemasaran optimal, baik di dalam maupun di luar negeri untuk memenuhi kepuasan pelanggan yang pada gilirannya memperkokoh posisi dan pangsa pasar perusahaan.

 Meningkatkan keuntungan dan manfaat secara berkelanjutan bagi negara, pemebgang saham, karyawan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sesuai dengan amanat pendirian perusahaan.


(60)

3. Wilayah Kerja

PTPN II (Persero) yang berkantor pusat di Tanjung Morawa mempunyai beberapa wilayah kerja, salah satunya adalah Kebun Bandar Klippa yang terdiri dari dua wilayah kerja yaitu:

a. Rayon Utara (wilayah utara) b. Rayon Selatan (wilayah selatan)

Kebijakan serta Peraturan Kepegawaian

Di dalam setiap perusahaan, kebijakan-kebijakan kepegawaian perlu ditetapkan oleh pemimpin perusahaan demi kelancaran aktivitas perusahaan. Selain kebijakan-kebijakan kepegawaian perlu juga diterapkan peraturan-peraturan dan kewajiban-kewajiban yang menyangkut pekerjaan yang disepakati antara perusahaan dengan karyawan pada PTPN II (Persero) Perkebunan Bandar Klippa antara lain:

1. Bekerja tepat pada waktunya dengan mengisi daftar hadir yang telah disediakan pada saat datang dan pulang kerja.

2. Pekerja harus melaksanakan tugas masing-masing tepat pada waktunya.

3. Pekerja harus melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

4. Pekerja yang absen karena urusan pribadi, harus meminta izin kepada pimpinan perusahaan. 5. Pekerja yang absen karena sakit, wajib melapor kepada perusahaan dengan membawa surat

keterangan dokter.

6. Karyawan wajib melaporkan setiap masalah atau kejadian yang dapat merugikan perusahaan. 7. Karyawa yang terlambat lebih dari tiga kali diberikan sanksi berupa surat teguran.


(61)

8. Jika karyawan tidak hadir tanpa izin perusahaan dilakukan pemotongan terhadap gaji yang disebut potongan mangkir.

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Karakteristik Responden

Pada Bab III telah dikemukakan bahwa daerah yang dijadikan sampel penelitian adalah daerah sekitar perkebunan PTPN II Kebun Bandar Klippa yang terletak di Kecamatan Bandar Klippa dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan karateristik sebagai berikut:

a. Struktur Umur

Dari keseluruhan jumlah responden maka dapat diambil data mengenai usia mereka yang berbeda-beda. Untuk lebuh mudahnya maka penulis menggolongkan usia responden seperti yang dapat kita lihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Struktur Umur Responden

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 30 – 39 8 26,67

2 40 – 49 15 50

3 50 - 59 7 23,33

Total 30 100

Sumber: Data Olahan

Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah antara umur 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 50% dari jumlah keseluruhan dan responden yang paling sedikit adalah berumur 50 – 59 tahun yaitu 7 orang atau 23,33% dari jumlah keseluruhan responden. Kemudian kelompok umur 30 – 39 tahun yaitu berjumlah 8


(62)

orang atau 26,66% usia responden kedua terbanyak. Dapat diketahui bahwa responden sebagian besar berada dalam usia produktif.

b. Tingkat Pendidikan

Berikut ini dapat dilihat tingkat pendidikan masing-masing responden. Hal ini sangat perlu mengingat pendidikan merupakan salah satu aspek bagi terciptanya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Berikut ini diketengahkan tingkat pendidikan masing-masing responden.

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1 SD 1 3,33

2 SLTP 14 46,67

3 SLTA 15 50

Total 30 100

Sumber: Data Olahan

Dari tabel 4.2 maka dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah responden yang mencapai tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 15 orang atau 50% dari jumlah keseluruhan responden, sedangkan responden yang mempunyai tingkat pendidikan SD sebanyak 1 orang atau 3,33% dan responden yang mencapai tingkat pendidikan SLTP adalah sebanyak 14 orang atau 46,67% dari jumlah keseluruhan responden.

Walaupun belum cukup naik namun dari data tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan masyarakat di sekitar perkebunan PTPN II Bandar Klippa sudah cukup menyentuh penduduk yang menjadi responden.


(63)

c. Jumlah Tanggungan

Mengingat bahwa bila ditinjau dari sisi ekonomi, tingkat kesejahteraan suatu keluarga tergantung pada tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga tersebut, maka penulis merasa perlu untuk mengetengahkan data mengenai jumlah tanggungan responden sebagai berikut.

Tabel 4.3

Jumlah Tanggungan Responden No Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 1 3 10

2 2 6 20

3 3 12 40

4 4 7 23,33

5 5 2 6,67

Total 30 100

Sumber: Data Olahan

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tanggungan 3 orang berjumlah 12 responden atau 40% menjadi sebagai jumlah tanggungan terbanyak responden. Yang memiliki tanggungan masing-masing 4 orang berjumlah sebanyak 7 responden atau 23,33%, tanggungan 2 orang sebanyak 6 responden atau 20%, dan tanggungan 1 orang sebanyak 3 responden atau 10%. Kemudian jumlah responden terkecil yaitu 5 orang sebanyak 2 responden atau 6,67% dari jumlah keseluruhan responden.

d. Tingkat Pendapatan

Pendapatan dapat berupa upah, gaji, laba, sewa dan balas jasa lainnya. Secara ekonomis pendapatan dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Semakin tinggi pendapatan relatif semakin banyak kebutuhan yang dapat terpenuhi, demikian juga sebaliknya semakin sedikit pendapatan yang diperoleh semakin kecil kebutuhan yang dapat terpenuhi.


(64)

Tabel 4.4 berikut ini memperlihatkan tingkat pendapatan rumah tangga 30 responden yang ada di sekitar kawasan perkebunan.

Tabel 4.4

Tingkat Pendapatan Responden No Tingkat Pendapatan

(Rp/Bulan)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

1 500.000 – 699.000 9 30

2 700.000 – 899.000 9 30

3 900.000 ke atas 12 40

Total 30 100

Sumber:Data Olahan

Dari tabel 4.4 dapat terlihat banyaknya variasi pendapatan responden. Pendapatan Rp 900.000 ke atas adalah pendapatan rata-rata terbanyak responden yaitu sebanyak 12 orang atau 40% dari keseluruhan responden. Sedangkan untuk pendapatan dengan frekuensi terendah adalah tingkat pendapatan antara Rp 500.000 – Rp 699.000 sebanyak 9 orang atau 30% dan tingkat pendapatan antara Rp 700.000 – Rp 899.000 adalah sebanyak 9 orang atau 30% dari jumlah keseluruhan.

4.3.2 Peranan PTPN II Kebun Bandar Klippa Dalam Menyerap Tenaga Kerja

Bagi daerah penghasil kelapa sawit, usaha dan segala kegiatan yang berhubungan dengan produksi kelapa sawit merupakan bidang usaha yang memberikan sumber terhadap pemerataan penyerapan tenaga kerja dan pemerataan penghasilan bagi masyarakat. Bidang usaha produksi komoditi kelapa sawit sungguh-sungguh membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar. Hal ini


(65)

dapat dibuktikan karena tenaga-tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan operasionalnya, seperti buruh yang bertugas dalam pengambilan buah kelapa sawit pada saat panen yang relatif besar.

Berikut ini akan disajikan data yang menerangkan seberapa besar peranan perkebunan kelapa sawit PTPN II Kebun Bandar Klippa dalam mempekerjakan angkatan kerja yang ada di Kecamatan Bandar Khalipah. Sejauh mana peranan perkebunan kelapa sawit tersebut dalam menyerap tenaga kerja dapat dilihat dengan membandingkan tenaga kerja yang ada di PTPN II Kebun Bandar Klippa dengan angkatan kerja yang ada di Kecamatan Bandar Khalipah tersebut.

PT. Perkebunan Nusantara II Bandar Klippa sampai dengan bulan Desember 2009 mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 1.288 orang dengan berbagai jabatan dan pekerjaan yang ditangani mulai dari jabatan Manajer, Karyawan Pimpinan, Karyawan Pelaksana, Karyawan Honorer, sampai dengan Karyawan Musiman. PT. Perkebunan Nusantara II Bandar Klippa sudah tidak menggunakan tenaga harian lepas, honorer, dan musiman untuk pengelolaan tanaman kelapa sawit sejak tahun 2005.

Perkembangan jumlah tenaga kerja PT. Perkebunan Nusantara II Bandar Klippa dalam kurun waktu 8 tahun terakhir sampai dengan bulan Desember 2009 tercantum pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Komposisi Tenaga Kerja

Uraian Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Manajer 1 1 1 1 1 1 1 1

Karyawan Pimpinan 14 14 14 14 14 14 14 13

Karyawan Pelaksana 655 644 711 660 647 629 1314 1271

Karyawan Honorer 1 1 3 8 8 8 3 3

Karyawan Musiman 49 29 19 - - - - -

Jumlah 713 689 743 683 670 652 1332 1288


(1)

Tabel 1.

Data Usia, Pendapatan, dan Tanggungan Responden

Responden Usia (Tahun) Pendapatan

(Rp/Bulan)

Pendidikan Tanggungan (Orang)

1 45 1.200.000 SLTA 3

2 54 750.000 SLTP 2

3 54 750.000 SLTP 3

4 39 635.000 SLTP 3

5 37 660.000 SLTP 3

6 37 650.000 SLTA 3

7 54 650.000 SLTP 1

8 46 660.000 SLTA 2

9 45 660.000 SD 4

10 44 1.050.000 SLTA 3

11 45 1.260.000 SLTA 5

12 42 1.100.000 SLTA 5

13 45 1.250.000 SLTA 4

14 53 1.150.000 SLTA 3

15 54 1.255.000 SLTA 1

16 38 750.000 SLTA 4

17 53 750.000 SLTP 3

18 46 660.000 SLTP 4

19 35 1.200.000 SLTA 4

20 48 924.000 SLTP 3

21 48 950.000 SLTA 1

22 46 660.000 SLTP 2

23 45 760.000 SLTP 2

24 36 1.000.000 SLTA 3

25 51 750.000 SLTP 2

26 47 850.000 SLTA 4

27 38 750.000 SLTP 4

28 45 950.000 SLTA 2

29 42 660.000 SLTP 3

30 37 750.000 SLTP 3


(2)

LAMPIRAN 3

Tabel 2.

Data Jumlah Tenaga Kerja dan Luas Lahan PTPN II Kebun Bandar Klippa Tahun Tenaga Kerja (Orang) Luas Lahan (Ha)

2002 713 1158,99

2003 689 1158,99

2004 748 1158,99

2005 683 1158,99

2006 670 1158,99

2007 652 2.244,16

2008 1332 2.244,16

2009 1288 2.244,16


(3)

STRUKTUR ORGANISASI

Ir.Hendri.r r.Lubis .Mm Manajer

Ir.R.YUNUS HRP Kadis Tan Rs

Hamzah Lubis,SE Asst.Admie

Rudolf Panggabean Kadis Tan Ru

I.S .Siregar,ST Asst Tehnik Yulizar Nurish

Asst.SDM/umum

77 44 13

Ir.Rinaldi Nst Asst .Af I

Ir. R yunus HRP PJS Asst Afd II

Ir.Yacnur Asst Afd V TM.Siringo-ringo STP

Asst Afd IV A.Hutabarat

Asst Afd III

18

35 64

20 31 19 86 20 116 21

A.R Dali munthe,SE Asst.Afd VI

22

132 88


(4)

LAMPIRAN 5

PETA LUAS LAHAN KELAPA SAWIT


(5)

Dokumentasi

Gambar: Perumahan Buruh Perkebunan Gambar: Kegiatan Buruh Perkebunan PTPN II Kebun Bandar Klippa


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

SURAT PERNYATAAN

Nama : Enny Niatta S.L.S

NIM : 060501093

Departemen : Ekonomi Pembangunan

adalah benar telah membuat skripsi dengan judul “Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Januari 2010