Mengenal Sunan Kalijaga sebagai Pembuat wayang Gunungan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Mengenal Sunan Kalijaga sebagai Pembuat wayang Gunungan

Sunan Kalijaga merupakan pembuat wayang gunungan gapuran yang pertama. Dari segi psikologis bisa dilacak dari kehidupannya yang berlatarkan istana. Masa muda raden Said penuh dengan drama pemberontakan dan dinamika pengembaraan pencarian jati diri. Jiwa besarnya tumbuh saat melihat realitas bahwa rakyatnya hidup sengsara, sementara elite penguasa hidup bermewah- mewahan, termasuk sang ayah. Darah berontak yang tertanam dari Ranggalawe legenda daerah Tuban seolah mendidih. Ia kemudian mencuri harta penguasa untuk dibagikan kepada fakir miskin. Dari sinilah awal perjalanan pengembaraan spiritualnya dimulai. Raden Said berubah menjadi berandal yang ditakuti dan disegani dengan hanya merampok kalangan kaya dan membagikan hartanya kepada rakyat miskin. Puncaknya, ia hendak merampok seorang lelaki berjubah putih di hutan, namun ternyata ia dibuat kalang kabut dan bertekuk lutut. Ternyata yang ditemui adalah salah satu Waliyullah yakni Sunan Bonang. Ia bertaubat dan menjadi murid sunan Bonang dengan syarat mampu menjaga tongkat sunan Bonang ditepi sungai hingga sang Sunan kembali. Raden Said mengikuti jalan spiritualitas yang diaajrkan oleh sunan Bonang hingga menjadi anggota wali songo yang mashhur terkenal. 139 Menurut Munawar yang dikutip oleh Yudi Hadinata, dibawah pengasuhan sunan Bonang, raden Sahid mendapat pengajaran agama. Menurut beberapa 139 Yudi Hadinata, Sunan Kalijaga Yogyakarta: Dipta, 2015, 36 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id literatur, ajaran yang diberikan sunan Bonang adalah sangkan paraning dumadi; yaitu suatu ilmu yang menerangkan tentang asal-usul kejadian alam semesta dan seisinya, kepergian ruh sesudah kematian serta hakikat hidup dan mati. 140 Atas dasar inilah maksud sunan Kalijaga membuat wayang Gunungan. Selanjutnya, sunan Kalijaga mengemas dakwah melalui media seni dan budaya karena memiliki pertimbangan. Pertama, masyarakat Jawa pada waktu itu masih kuat dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu-Budha ataupun kepercayaan warisan nenek moyang terdahulu, sehingga tidak serta-merta membawa mereka untuk meninggalkan kepercayaan lama dan masuk Islam. Kedua, masyarakat Jawa masih kuat dalam memegang adat istiadat dan budaya nenek moyang. 141 Membaca dan memahami situasi dan kondisi masyarakat merupakan upaya wajib untuk menyiarkan agama. Berkat kepiawainnya dalam mengemas dakwah melalui seni dan budaya menjadikan sunan Kalijaga lebih memiliki pengaruh yang luas dibandingkan Wali lainnya. Menjadikan masyarakat senang dahulu kemudian baru memasukkan secara perlahan ajaran agama menjadi karakter dakwah sunan Kalijaga.

2. “Rasa” sebagai landasan epistemologis orang Jawa