Penerapan Pasal 28 E ayat 3 dalam kehidu

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PENERAPAN Pasal 28 E ayat 3 DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA”

Oleh :

ZAIM MUTOHAR

F3614103

PROGRAM STUDI D3-KEUANGAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, karena berkat rakhmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelasaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan subtema “Penerapan Pasal 28 E ayat 3 Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara”.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Dr. Triana Rejekinigsih, S.H, KN, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah pemahaman saya tentang Pendidikan Kewarganegaraan, terutama mengenai penerapan pasal 28 E ayat 3 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Terima kasih pula saya ucapkan kepada teman-teman D3 keuangan dan perbankan kelas A yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Triana Rejekinigsih, S.H, KN, M.Pd. Banyak kendala yang saya alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua tidak menyurutkan niat saya untuk menyelesaikan makalah ini.

Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun baik dari Ibu Dr. Triana Rejekinigsih, S.H, KN, M.Pd maupun teman, karena saya sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 20 Mei 2015


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB.1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan...2

1.4. Manfaat Penulisan...2

BAB. 2 PEMBAHASAN 2.1. Penerapan Isi Dan Makna Pasal 28 E Ayat 3 Dalam Berrmasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara...3

2.2. Kebebasan Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum...5

BAB.3 PENUTUP 3.2. Kesimpulan ...8

3.3. Saran ...8


(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem pemerintahan yang bersumber pada Kedaulatan Rakyat. Kedaulatan Rakyat merupakan paham kenegaraan yang menjabarkan dan pengaturannya dituangkan dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara, dan penerapan selanjutnya disesuaikan dengan filsafat kehidupan rakyat negara yang bersangkutan.

Dalam negara Demokrasi selain menghargai mayoritas, juga pelaksanaan kekuasaan harus dipertanggungjawabkan dan responsif terhadap aspirasi rakyat. Demokrasi menuntut suatu dasar kesepakatan ideologis suatu keteraturan dan kebebasan sehingga ada sofistifikasi dalam pertarungan politik.

Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab dengan Demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi pemerintahan sesuai dengan kehendaknya dapat dijamin.

Hal tersebut sejalan dengan hakikat Hak Asasi Manusia yaitu untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepetingan umum. Dalam memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak, karrena itu pemenuhan, pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan terhadap HAM harus diikuti dengan pemenuhan terhadap Kewajiban Asasi Manusia (KAM) dan Tanggung Jawab Asasi Manusia (TAM).

HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Tuhan yang wajib dihormati, dijunjung, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat-martabat manusia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:


(5)

1. Menjelaskan bagaimana menghayati isi dan makna pasal 28 E ayat 3 dalam berrmasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Menjelaskan bagaimana penerapan kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui cara menghayati pasal 28 E ayat 3 dalam berrmasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Untuk mengetahui cara mengamalkan kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Bagi penulis

Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh selama mendapatkan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan terutama pada bab HAM dan KAM di Indonesia.

2. Bagi akademis

Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang penerapan pasal 28 E ayat 3 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Penerapan Isi Dan Makna Pasal 28 E Ayat 3 Dalam Berrmasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara

Agar penerapan isi dan makna pasal 28 e ayat 3 dalam berrmasyarakat, berbangsa, dan bernegara berjalan dengan baik, maka sebagai good citizen, kita harus mengetahui terlebih dahulu makna sebenarnya yang terkandung dalam pasal 28 e ayat 3 terlebih dahulu.

Di dalam pasal 28 e ayat 3 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.” Hal ini berarti bahwa tiap-tiap individu memiliki kedudukan yang sama dalam mendapatkan kebebasan berserikat, berkumpul, dan


(6)

mengeluarkan pendapat. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Setiap manusia butuh untuk bersosialaisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Manusia diciptakan bukanlah sebagai makhluk individualis, dalam memenuhi segala kebutuhannya pasti setiap manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam hal ini pengakuan dari pemerintah untuk menjamin kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sangatlah dibutuhkan. Hal ini untuk menjamin hak asasi manusia itu sendiri.

Kebasan berserikat dan berkumpul memiliki dampak yang sangat baik bagi perkembangan kehidupan bermasyarakat negara kita. Perserikatan atau organisasi disadari atau tidak akan meningkatkan tali silaturahmi serta menambah wawasan dan pertemanan.

Dalam kaitan kehidupan bernegara perserikatan juga memiliki dampak yang positif. Hal ini dikarenakan negara kita yang menganut system demokrasi sangat menghargai adaya kebebasan berserikat dan memiliki perkumpulan. Dengan adanya perserikatan maka aspirasi-aspirasi yang ada dalam masyarakat mampu tertampung dengan baik dan dapat disalurkan ke tempat yang seharusnya.

Di dalam kehidupan bermasyarakat kita sering menjumpai contoh tentang kebebasaan berserikat atau berkumpul yaitu misalnya perkumpulan karang taruna, perkumpulan ibu-ibu PKK serta perkumpulan warga dalam suatu kampung. Dalam perkumpulan tersebut masing-masing warga memiliki hak yang yang sama di dalam perkumpulan tersebut. Hal ini menandakan bahwa meskipun dalam lingkup yang dapat dikatakan relative kecil, tetapi penerapan isi dan makna pasal 28 e ayat 3 sudah berlangsung dengan cukup baik.

Beralih ke lingkup yang lebih besar yaitu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan isi dan makna pasal 28 e ayat 3 tercermin dari adanya partai-partai politik yang kesemua partai politik tersebut mewakili aspirasi rakyat di dalam pemerintahan.

Selain itu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan menerapkan pasal 28 E ayat 3 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu dilaksanakan pembangunan dalam segala bidang yang pada hakikatnya adalah pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut merupakan pengamalan pancasila. Dari pengertian mengenai hakikat pembangunan tersebut, maka terdapat dua masalah pokok yang perlu diperhatikan, yaitu pembangunan nasional menuntut keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat Republik Indonesia dan pembangunan nasional merupakan pengamalan pancasila maka keberhasilannya akan sangat dipengaruhi oleh sikap dan kesetiaan bangsa Indonesia terhadap pancasila.

Tetapi, dalam perkembangannya seringkali perilaku yang dilakukan baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri tidak sejalan dengan isi dan makna dari pasal 28 E terutama ayat 3. Banyak contoh kasus yang menggambarkan penyimpangan sari penerapan


(7)

pasal 28 E ayat 3. Contoh perilaku yang masih hangat diperbincangkan adalah adanya geng motor yang meresahkankan masyarakat. Pasal 28 E ayat 3 memang memberikan kebasan tiap-tiap individu untuk berserikat dan berkumpul. Tetapi tindakan yang dilakukan oleh geng motor sangat tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Banyak okum-oknum geng motor yang membahayakan dan meresahkan masyarakat luas, banyak tindakan yang meresahkan, seperti pengeroyokan, pencurian, dan perusakan fasilitas umum yang dilakukan oleh geng motor yang dipicu hal sepele.

2.2. Kebebasan Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum

Negara Indonesia merupakan negara yang menganut system pemerintahan Demokrasi. Di dalam negara yang menganut system pemerintahan demokrasi terdapat sepuluh kriteria demokrasi yakni:

a. Pertisipasi dalam pembuatan keputusan b. Persamaan di depan hukum

c. Distribusi pendapatan secara adil d. Kesempatan pendidikan yang sama

e. Empat macam kebebasan, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan beragama

f. Ketersediaan dan keterbukaan informasi g. Mengindahkan etika politik

h. Kebebasan individu i. Semangat kerjasama j. Hak utuk protes

Dari 10 kriteria demokrasi tersebut terdapat salah satu kriteria yang sejalan dengan salah satu hak asasi manusia, yaitu hak untuk mengemukakan pendapat di muka umum. Pada Undang-Undang Dasar Negara Republic Indonesia tahun 1945 juga telah mengatur tentang kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum, yaitu pasal 28 E ayat 3 yang menyatakan “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

Yang dimaksudkan setiap orang berhak atas kebebasan mengeluarkan pendapat dapat berbentuk ungkapan atau pernyataan dimuka umum atau dalam bentuk tulisan ataupun juga dapat berbentuk sebuah aksi unjuk rasa atau demonstrasi.


(8)

Dalam hal ini kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di muka umum adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.

Dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan pemerintahan, terutama system pemerintahan yang dianut oleh negara Indonesia yaitu system pemerinyahan demokrasi. Dengan adanya kebebasan menyampaikan pendapat maka aspirasi-aspirasi yang ada di dalam masyarakat dapat tersampaikan kepada pengemban keputusan, sehingga aspirasi tersebut dapat dipertimbangkan.

Meskipun dalam kenyataannya pendapat-pendapat yang disampaikan di muka umum tidak selalu merupakan pendapat yang bernada positif tetapi juga terdapat pemikiran-pemikiran yang berlawanan, keinginan untuk melakukan perubahan, serta keinginan untuk mengeluarkan keluh kesah dari sebuah permasalahan.

Dalam perkembangannya, kebebasan berpendapat di muka umum mampu mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat, mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembanganya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi, dan menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok

Di zaman modern seperti saat ini, kebebasan menyampaikan pendapat tidak hanya dilakukan melalui orasi-orasi ataupun mimbar bebas yang dapat dilihat orang banyak secara langsung. Kecenderungan penyampaian pendapat saat ini mayoritas dilakukan di dalam social media, seperti halnya twitter, facebook, path, instagram, BBM, line, WA, dan lain-lain.

Penyampaian pendapat di dalam media social dapat dikatakan sangat bebasdan tidak terkendali, banyak isu-isu yang dimulai dari media social yang kemudian mampu menggerakan orang banyak untuk melakukan suatu hal. Meskipun di Indonesia sendiri sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang IT, namun tetap saja masih banyak celah yang dapat ditembus.

Salah satu contoh kasus dalam penyampaian pendapat di media social yang cukup menyita perhatian khalayak ramai adalah kasus Prita Mulyasari. Ibu dua anak yang terseret kasus pencemaran nama baik hanya karena “curhat” di dunia maya tentang ketidakpuasannya dengan pelayanan RS Omni Internasional.

Selain itu banyak sekali contoh-contoh kasus penyalahgunaan media social dalam penyampaian pendapat. Kasus penghinaan-penghinaan yang cenderung kasar di situs jejaring


(9)

Facebook terhadap salah satu kandidat calon presiden merupakan contoh bentuk paling ekstrem dari kritik tajam bernada negatif. Disamping itu black campaign(kampanye gelap) juga kerap ditemui di media social. Pendapat-pendapat yang diutarakan sudah bukan lagi tentang kebaikan-kebaikan orang yang dibela, tetapi sudah masuk kedalam pelecehan yang berbau SARA terhadap orang yang tidak disukai.

Meskipun penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan bebas, tetap saja terdapat batasan dalam menyampaikan pendapat. Hal ini dmaksudkan agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan yang dikarenakan pendapat yang di utarakan baik di dalam media social ataupun penyampaian pendapat secara langsung. Sebagai bangsa yang menjunjung budaya ketimuran, sudah sepatutnya dalam menyampaikan pendapat tidak dibarengi denga pelecehan-pelecahan yang dapat menimbulkan perselisihan. Kebebasan penyampaian pendapat merupakan hal yang sangat baik, namun harus diingat bahwa setiap hal memiliki batasannya. Jangan sampai dengan bebasnya menyampaikan pendapat kita batasan-batasan dalam menyampaikan pendapat yang akhirnya hanya akan membawa perselisihan dan perpecahan dalam masyarakat.


(10)

PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Maksud dan tujuan sebenarnya pada pasal 28 E ayat 3 merupakan bagaimana negara memberikan perlindungan dan menjamin kebebasan kepada setiap warganegara untuk menyampaikan pendapat di muka umum sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia namun juga diringi dengan tanggung jawab dari individu tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif bagi perkembangan partisipasi dan kreatifitas warganegara dalam keikutsertaannya untuk mewujudkan suasana yang demokratis.

Namun kadang kala terdapat oknum-oknum yang menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok. Banyak contoh-contoh kasus yang telah membuktikan hal tersebut. Oleh karena itu agar terjaminnya ketertiban dalam masyarakat, namun kebebasan berpendapat tidak seperti di kebiri. Kita sebagai warga negara yang baik harus selalu mgewasi jalannya undang-undang yang megatur tentang kebebasan berpendapat di muka umum. Tidak hanya dari sisi mesyarakat saja, pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak boleh menutup mata. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam menjaga terlaksananya undang-undang dengan baik.

Undang-undang pada hakikatnya tidak membatasi adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dimuka umum akan tetapi Undang-Undang bermaksud menjaga tertib sosial yang telah tercipta di masyarakat.

3.2. Saran

Karena belum terlaksananya dengan baik pasal 28 E ayat 3 yang terbukti dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang sudah terjadi, maka sudah seyogyanya pemerintah lebih meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Selain itu masyarakat juga harus pro aktif dan tidak mudah terbawa oleh isu-isu yang disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Masyarakat harus membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup agar tidak mudah terpengaruh. Karena pada zaman modern seperti sekarang sangat mudah mempengaruhi orang lain melalui berbagai cara, salah satunya melalui media social.


(11)

Winarno Narmoatmojo, dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.

Yogyakarta. Ombak

https://www.scribd.com/doc/173625459/Isi-Makalah-Pkn#scribd,

http://irfancikal.blogspot.com/2010/03/pasal-28-e-ayat-3-setiap-orang-berhak.html,


(1)

mengeluarkan pendapat. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Setiap manusia butuh untuk bersosialaisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Manusia diciptakan bukanlah sebagai makhluk individualis, dalam memenuhi segala kebutuhannya pasti setiap manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam hal ini pengakuan dari pemerintah untuk menjamin kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sangatlah dibutuhkan. Hal ini untuk menjamin hak asasi manusia itu sendiri.

Kebasan berserikat dan berkumpul memiliki dampak yang sangat baik bagi perkembangan kehidupan bermasyarakat negara kita. Perserikatan atau organisasi disadari atau tidak akan meningkatkan tali silaturahmi serta menambah wawasan dan pertemanan.

Dalam kaitan kehidupan bernegara perserikatan juga memiliki dampak yang positif. Hal ini dikarenakan negara kita yang menganut system demokrasi sangat menghargai adaya kebebasan berserikat dan memiliki perkumpulan. Dengan adanya perserikatan maka aspirasi-aspirasi yang ada dalam masyarakat mampu tertampung dengan baik dan dapat disalurkan ke tempat yang seharusnya.

Di dalam kehidupan bermasyarakat kita sering menjumpai contoh tentang kebebasaan berserikat atau berkumpul yaitu misalnya perkumpulan karang taruna, perkumpulan ibu-ibu PKK serta perkumpulan warga dalam suatu kampung. Dalam perkumpulan tersebut masing-masing warga memiliki hak yang yang sama di dalam perkumpulan tersebut. Hal ini menandakan bahwa meskipun dalam lingkup yang dapat dikatakan relative kecil, tetapi penerapan isi dan makna pasal 28 e ayat 3 sudah berlangsung dengan cukup baik.

Beralih ke lingkup yang lebih besar yaitu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan isi dan makna pasal 28 e ayat 3 tercermin dari adanya partai-partai politik yang kesemua partai politik tersebut mewakili aspirasi rakyat di dalam pemerintahan.

Selain itu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan menerapkan pasal 28 E ayat 3 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu dilaksanakan pembangunan dalam segala bidang yang pada hakikatnya adalah pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut merupakan pengamalan pancasila. Dari pengertian mengenai hakikat pembangunan tersebut, maka terdapat dua masalah pokok yang perlu diperhatikan, yaitu pembangunan nasional menuntut keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat Republik Indonesia dan pembangunan nasional merupakan pengamalan pancasila maka keberhasilannya akan sangat dipengaruhi oleh sikap dan kesetiaan bangsa Indonesia terhadap pancasila.

Tetapi, dalam perkembangannya seringkali perilaku yang dilakukan baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri tidak sejalan dengan isi dan makna dari pasal 28 E terutama ayat 3. Banyak contoh kasus yang menggambarkan penyimpangan sari penerapan


(2)

pasal 28 E ayat 3. Contoh perilaku yang masih hangat diperbincangkan adalah adanya geng motor yang meresahkankan masyarakat. Pasal 28 E ayat 3 memang memberikan kebasan tiap-tiap individu untuk berserikat dan berkumpul. Tetapi tindakan yang dilakukan oleh geng motor sangat tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Banyak okum-oknum geng motor yang membahayakan dan meresahkan masyarakat luas, banyak tindakan yang meresahkan, seperti pengeroyokan, pencurian, dan perusakan fasilitas umum yang dilakukan oleh geng motor yang dipicu hal sepele.

2.2. Kebebasan Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum

Negara Indonesia merupakan negara yang menganut system pemerintahan Demokrasi. Di dalam negara yang menganut system pemerintahan demokrasi terdapat sepuluh kriteria demokrasi yakni:

a. Pertisipasi dalam pembuatan keputusan b. Persamaan di depan hukum

c. Distribusi pendapatan secara adil d. Kesempatan pendidikan yang sama

e. Empat macam kebebasan, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan beragama

f. Ketersediaan dan keterbukaan informasi g. Mengindahkan etika politik

h. Kebebasan individu i. Semangat kerjasama j. Hak utuk protes

Dari 10 kriteria demokrasi tersebut terdapat salah satu kriteria yang sejalan dengan salah satu hak asasi manusia, yaitu hak untuk mengemukakan pendapat di muka umum. Pada Undang-Undang Dasar Negara Republic Indonesia tahun 1945 juga telah mengatur tentang kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum, yaitu pasal 28 E ayat 3 yang menyatakan “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

Yang dimaksudkan setiap orang berhak atas kebebasan mengeluarkan pendapat dapat berbentuk ungkapan atau pernyataan dimuka umum atau dalam bentuk tulisan ataupun juga dapat berbentuk sebuah aksi unjuk rasa atau demonstrasi.


(3)

Dalam hal ini kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di muka umum adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.

Dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan pemerintahan, terutama system pemerintahan yang dianut oleh negara Indonesia yaitu system pemerinyahan demokrasi. Dengan adanya kebebasan menyampaikan pendapat maka aspirasi-aspirasi yang ada di dalam masyarakat dapat tersampaikan kepada pengemban keputusan, sehingga aspirasi tersebut dapat dipertimbangkan.

Meskipun dalam kenyataannya pendapat-pendapat yang disampaikan di muka umum tidak selalu merupakan pendapat yang bernada positif tetapi juga terdapat pemikiran-pemikiran yang berlawanan, keinginan untuk melakukan perubahan, serta keinginan untuk mengeluarkan keluh kesah dari sebuah permasalahan.

Dalam perkembangannya, kebebasan berpendapat di muka umum mampu mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat, mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembanganya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi, dan menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok

Di zaman modern seperti saat ini, kebebasan menyampaikan pendapat tidak hanya dilakukan melalui orasi-orasi ataupun mimbar bebas yang dapat dilihat orang banyak secara langsung. Kecenderungan penyampaian pendapat saat ini mayoritas dilakukan di dalam social media, seperti halnya twitter, facebook, path, instagram, BBM, line, WA, dan lain-lain.

Penyampaian pendapat di dalam media social dapat dikatakan sangat bebasdan tidak terkendali, banyak isu-isu yang dimulai dari media social yang kemudian mampu menggerakan orang banyak untuk melakukan suatu hal. Meskipun di Indonesia sendiri sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang IT, namun tetap saja masih banyak celah yang dapat ditembus.

Salah satu contoh kasus dalam penyampaian pendapat di media social yang cukup menyita perhatian khalayak ramai adalah kasus Prita Mulyasari. Ibu dua anak yang terseret kasus pencemaran nama baik hanya karena “curhat” di dunia maya tentang ketidakpuasannya dengan pelayanan RS Omni Internasional.

Selain itu banyak sekali contoh-contoh kasus penyalahgunaan media social dalam penyampaian pendapat. Kasus penghinaan-penghinaan yang cenderung kasar di situs jejaring


(4)

Facebook terhadap salah satu kandidat calon presiden merupakan contoh bentuk paling ekstrem dari kritik tajam bernada negatif. Disamping itu black campaign(kampanye gelap) juga kerap ditemui di media social. Pendapat-pendapat yang diutarakan sudah bukan lagi tentang kebaikan-kebaikan orang yang dibela, tetapi sudah masuk kedalam pelecehan yang berbau SARA terhadap orang yang tidak disukai.

Meskipun penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan bebas, tetap saja terdapat batasan dalam menyampaikan pendapat. Hal ini dmaksudkan agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan yang dikarenakan pendapat yang di utarakan baik di dalam media social ataupun penyampaian pendapat secara langsung. Sebagai bangsa yang menjunjung budaya ketimuran, sudah sepatutnya dalam menyampaikan pendapat tidak dibarengi denga pelecehan-pelecahan yang dapat menimbulkan perselisihan. Kebebasan penyampaian pendapat merupakan hal yang sangat baik, namun harus diingat bahwa setiap hal memiliki batasannya. Jangan sampai dengan bebasnya menyampaikan pendapat kita batasan-batasan dalam menyampaikan pendapat yang akhirnya hanya akan membawa perselisihan dan perpecahan dalam masyarakat.


(5)

PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Maksud dan tujuan sebenarnya pada pasal 28 E ayat 3 merupakan bagaimana negara memberikan perlindungan dan menjamin kebebasan kepada setiap warganegara untuk menyampaikan pendapat di muka umum sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia namun juga diringi dengan tanggung jawab dari individu tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif bagi perkembangan partisipasi dan kreatifitas warganegara dalam keikutsertaannya untuk mewujudkan suasana yang demokratis.

Namun kadang kala terdapat oknum-oknum yang menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok. Banyak contoh-contoh kasus yang telah membuktikan hal tersebut. Oleh karena itu agar terjaminnya ketertiban dalam masyarakat, namun kebebasan berpendapat tidak seperti di kebiri. Kita sebagai warga negara yang baik harus selalu mgewasi jalannya undang-undang yang megatur tentang kebebasan berpendapat di muka umum. Tidak hanya dari sisi mesyarakat saja, pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak boleh menutup mata. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam menjaga terlaksananya undang-undang dengan baik.

Undang-undang pada hakikatnya tidak membatasi adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dimuka umum akan tetapi Undang-Undang bermaksud menjaga tertib sosial yang telah tercipta di masyarakat.

3.2. Saran

Karena belum terlaksananya dengan baik pasal 28 E ayat 3 yang terbukti dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang sudah terjadi, maka sudah seyogyanya pemerintah lebih meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Selain itu masyarakat juga harus pro aktif dan tidak mudah terbawa oleh isu-isu yang disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Masyarakat harus membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup agar tidak mudah terpengaruh. Karena pada zaman modern seperti sekarang sangat mudah mempengaruhi orang lain melalui berbagai cara, salah satunya melalui media social.


(6)

Winarno Narmoatmojo, dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta. Ombak

https://www.scribd.com/doc/173625459/Isi-Makalah-Pkn#scribd,

http://irfancikal.blogspot.com/2010/03/pasal-28-e-ayat-3-setiap-orang-berhak.html, http://gwencolline.blogspot.com/2013/07/makna-pasal-28e-dan-pasal-29-ayat-2-uud.html,