INVENTARISASI JAMUR-JAMUR PATOGEN PADA BUAH JERUK (Citrus sp.) DI BEBERAPA PASAR DI BANDAR LAMPUNG

(1)

(2)

ABSTRAK

INVENTARISASI JAMUR-JAMUR PATOGEN PADA BUAH JERUK (Citrus sp.) DI BEBERAPA PASAR DI BANDAR LAMPUNG

Oleh DECIANA

Salah satu masalah mendasar dari rendahnya mutu buah jeruk yang dihasilkan di dalam negeri adalah serangan patogen. Patogen yang banyak menyerang buah jeruk adalah jamur. Aktivitas jamur selama pertumbuhannya pada komoditi pangan dapat menyebabkan penurunan kualitas pangan sehingga produk pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan diperdagangkan. Inventarisasi

merupakan suatu langkah awal dalam studi penyakit guna menentukan langkah-langkah selanjutnya. Penelitian ini berupa survei terhadap buah jeruk yang berasal dari beberapa pasar tradisional dan beberapa pasar modern di Bandar Lampung. Sampel buah jeruk yang diambil adalah jeruk lokal, yaitu jeruk medan. Setiap pasar diambil dua kali sampel buah, sehingga total pengambilan sebanyak empat kali. Dari hasil identifikasi, sampel buah jeruk yang didapat dari pasar tradisional maupun pasar modern ditemukan 5 jenis jamur, yaitu jamur Aspergillus sp. 32,27%, Colletrotrichum sp. 26,38%, Fusarium sp. 28,80%, Geotrichum sp. 10,07%, dan Penicillium sp. 2,5%, sedangkan di pasar modern yaitu jamur Colletrotrichum sp. 36,45% , Aspergillus sp. 23,40%, Fusarium sp. 14,40%, dan Geotrichum sp. 25,74%.

Kata kunci : inventarisasi, jamur, jeruk , pasar modern, pasar tradisional, pascapanen


(3)

(4)

(5)

ii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1

1.2 Tujuan Penelitian 3

1.3 Kerangka Pemikiran 3

1.4 Hipotesis 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Jeruk 6

2.2 Penyakit-penyakit buah jeruk 7

2.2.1 Busuk buah Phoma 7

2.2.2 Busuk buah Nematospora 8

2.2.3 Busuk buah Geotrichum 9

2.2.4 Busuk buah Antraknosa 10

2.2.5 Penyakit lapuk hijau dan penyakit lapuk biru 11

2.2.6 Busuk Aspergillus 13

2.2.7 Penyakit busuk kering 14

2.2.8 Penyakit busuk Fusarium 15

III. BAHAN DAN METODE 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 17


(6)

ii

3.3 Metode Penelitian 17

3.3.1 Pelaksanaan di laboratorium 18

3.3.2 Pengamatan dan identifikasi 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21

4.1 Hasil Penelitian 21

4.1.1 Kondisi buah jeruk yang diinkubasi di dalam toples 21

4.1.2 Gejala dan karakteristik jamur-jamur yang ditemukan pada sampel buah jeruk yang diinkubasi dalam toples 22

4.1.3 Jenis-jenis dan persentase pemunculan jamur yang menyerang buah jeruk 25

4.2 Pembahasan 26

V. KESIMPULAN 30

VI. SARAN 30


(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia (AAK, 1994). Menurut Sarwono (1994) dalam Andriani (2007) di Indonesia terdapat beberapa jenis jeruk yang umum dibudidayakan, yaitu jeruk keprok, jeruk siam, jeruk besar, jeruk nipis, dan jeruk lemon. Jeruk siam termasuk salah satu varietas jeruk yang paling banyak diusahakan dan mendominasi 70-80% pasar jeruk nasional.

Jeruk merupakan salah satu komoditi hortikultura penting yang mendapat prioritas utama untuk dikembangkan secara nasional (Warda, 2005). Hal ini karena

permintaan buah jeruk untuk konsumsi segar meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang gizi. Menurut Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB), kebutuhan jeruk nasional sebanyak 1,2 juta ton per tahun. (5,1 kg/kapita/tahun), sementara data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi jeruk tahun 2011 baru mencapai 454 ribu ton, oleh karena itu setiap tahun masih diperlukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Secara umum jeruk yang dihasilkan di dalam negeri mutunya rendah dan masih kalah bersaing dengan jeruk impor, sehingga harga jualnya relatif lebih rendah.


(8)

2

Masalah yang mendasar dari rendahnya mutu buah jeruk salah satunya adalah serangan patogen pasca panen (Sutopo, 2011). Patogen yang banyak menyerang buah jeruk adalah jamur. Tumbuhnya jamur pada suatu produk hortikultura dapat mengubah komposisi bahan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur diantaranya yaitu air, kelembaban udara, suhu, pH, oksigen dan mineral (Suparjo, 2010).

Penyakit pasca panen pada komoditas hortikultura hingga kini belum mendapat perhatian yang memadai. Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih kurang 24% buah-buahan dan sayuran yang dipanen terbuang percuma karena penyakit (Wilson et al, 1994 dalam Suhardi, 2009). Angka tersebut biasanya didasarkan pada satu tahap dalam sistem penanganan pasca panen. Belum ada seorang pun yang menghitung kehilangan hasil secara akumulatif pada buah-buahan dan sayuran selama panen, penanganan segar, penyimpanan, pengangkutan, penjajaan di pasar swalayan atau pasar tradisional, dan penyajian di rumah tangga.

Selanjutnya dijelaskan juga bahwa di negara berkembang, fasilitas penanganan pasca panen sangat minim dan tuntutan mutu masih rendah sehingga diduga kehilangan hasil mencapai 50% atau lebih (Suhardi, 2009).

Aktivitas jamur selama pertumbuhannya pada komoditi pangan dapat menyebabkan kerugian dan penurunan kualitas pangan. Hal ini disebabkan karena aktivitas metabolisme jamur tersebut dapat menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga produk pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan diperdagangkan (Sardjono, 2011). Dengan demikian diperlukan upaya inventarisasi penyebab suatu penyakit sebagai suatu langkah


(9)

awal dalam studi penyakit guna menentukan langkah-langkah selanjutnya (Suhardi, 2009).

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menginventarisasi jamur-jamur patogen yang berasosiasi dengan buah jeruk di beberapa pasar tradisional dan modern di Bandar Lampung.

2. Mengetahui perbedaan jenis dan jumlah jamur dari buah jeruk yang berasal dari pasar tradisional dan pasar modern.

1.3 Kerangka Pemikiran

Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki sifat mudah rusak karena mengandung banyak air. Setelah dipanen, komoditas ini masih mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi, dan

pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama (Handoko, 2000). Menurut Hyodo (1991) kerusakan yang dialami oleh komoditas buah-buahan dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu; faktor fisik, kimiawi, dan biologis. Faktor fisik penyebab kerusakan buah dapat berupa tekanan, suhu yang terlalu rendah (chilling injury-freezing injury), dan suhu yang terlalu tinggi. Faktor kimiawi penyebab kerusakan buah disebabkan oleh polusi udara misalkan ozon, sulfur dioksida, dan pestisida. Adapun faktor biologis disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.


(10)

4

Infeksi patogen pasca panen kemungkinan besar dapat dimulai sejak produk masih berada di lahan sebelum dipanen atau selama periode pasca panen. Infeksi yang kecil saja dapat menyebabkan kehilangan produk yang besar, dan

mengakibatkan kerugian besar (Soesanto, 2006). Adapun penyakit yang berasal dari lapangan (pra panen) adalah busuk buah phoma, antraknosa, busuk buah kering, dan busuk diplodia, sedangkan penyakit yang berasal setelah proses pemanenan (pasca panen) yaitu penyakit busuk aspergillus, lapuk hijau dan lapuk biru yang dikenal sebagai grey dan blue molds, busuk geotrichum, serta busuk fusarium. Alfarez 1980 dan Nishijima (1987) dalam Turang dan Tuju (2004) menyebutkan bahwa banyak mikroorganisme terutama jamur yang menyerang buah jeruk, antara lain Colletotrichum sp., Penicillium sp., dan beberapa jamur lainnya.

Pada umumnya, pemasaran buah jeruk dipasarkan melalui 2 tahapan, yakni dari petani ke pengepul dan dari pengepul masuk ke pedagang buah di pasar-pasar tradisional ataupun pasar modern (supermarket). Pasar tradisional adalah pasar sederhana dengan menerapkan sistem tawar menawar secara langsung. Kondisi pasar tradisional identik dengan tempat yang tidak tertata rapih, dan masih lemah dalam penguasaan teknologi. Barang yang diperjual-belikan di pasar tradisional biasanya adalah barang lokal, sedangkan pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, biasanya pasar modern ini terdapat di daerah

perkotaan. Di pasar modern, tidak hanya menjual barang lokal, tetapi menjual juga barang-barang impor dan kualitas barang yang dijual di pasar modern lebih terjamin (Abay, 2010).


(11)

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat bermacam-macam jenis jamur patogen yang ditemukan pada buah jeruk.

2. Jamur patogen pada buah jeruk yang terdapat di pasar tradisional terutama jamur yang tidak berasal dari lapangan lebih banyak jenis dan lebih tinggi persentasenya daripada jeruk yang terdapat di pasar modern.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jeruk

Jeruk merupakan buah tahunan yang berasal dari Asia. Negara Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh (David, 2007). Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C.hystix ABC). Varietas lokal adalah Jeruk Siem, Jeruk Baby, Keprok Medan, Bali, Nipis dan Purut (Iskandar, 2010).

Klasifikasi tanaman jeruk adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus sp.


(13)

2.2 Penyakit-penyakit buah jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia karena kesegaran rasa dan banyak mengandung jenis vitamin, terutama vitamin C dan vitamin A. Di samping itu komoditas buah jeruk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus (AAK, 1994).

Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam hal bercocok tanam jeruk yang benar. Kendala lain yang menyebabkan produk buah jeruk di Indonesia belum memenuhi harapan adalah munculnya penyakit sampai periode pasca panen (AAK, 1994). Penyakit-penyakit yang sering menyerang buah jeruk antara lain busuk buah phoma oleh Phoma sp, busuk buah nematospora oleh Nematospora coryli Peg., busuk buah oospora oleh Oospora sp, busuk buah antraknosa oleh Colletotrichum sp, penyakit lapuk hijau dan penyakit lapuk biru oleh Penicillium digiatum dan Penicillium italicum, busuk aspergillus oleh Aspergillus sp, penyakit busuk kering Phytophthora sp, penyakit diplodia oleh Botryodiplodia theobromae, dan penyakit busuk fusarium oleh Fusarium sp.

2.2.1 Busuk buah Phoma

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phoma citricarpa McAlp yang disebut juga sebagai Phyllosticta citricarpa (McAlp.), dan Guignardia citricarpa Kiely.


(14)

8 Menurut Semangun (2004), buah yang terserang terdapat bercak-bercak merah kecoklatan di dekat ujung tangkai atau pada sisi buah. Bercak mempunyai titik-titik hitam dan hanya terbatas pada kulit (Gambar 1).

Gambar 1. Gejala busuk buah phoma pada buah jeruk. (Sumber : The University of Adelaide, 2013) Klasifikasi jamur Guignardia adalah sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Ascomycotina Class : Ascomycetes

Subclass : Loculoascomycetidae Order : Dothideales

Family : Dothideaceae

Genus : Guignardia (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Guignardia citricarpa

2.2.2 Busuk buah Nematospora

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nematospora coryli Pegl. Penyakit ini disebarkan oleh kepik-jeruk hijau (Rhynchocoris serratus) dan Leptoglossus


(15)

membranaceus. Gejala yang ditimbulkan dari patogen ini adalah daging buah jeruk kering dan berkerut. Sebelum menjadi kering, rasa dan bau daging buah kemasaman tidak enak. Biji berubah bentuknya dan berwarna coklat. Di pusat buah terjadi blendok (Semangun, 2004).

Klasifikasi jamur Nematospora adalah sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Ascomycotina Class : Ascomycetes

Subclass : Hymenoascomycetidae Order : Endomycetales

Family : Spermophthoraceae

Genus : Nematospora (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Nematospora coryli

2.2.3. Busuk buah Geotrichum

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Oospora citri-auranti (Ferr.) Sacc. et Syd., yang juga disebut sebagai Geotrichum candidum Link ex Pers. Menurut

Semangun (2004), gejala yang ditimbulkan, pada kulit buah terjadi pembusukan yang masuk sampai ke dalam daging. Bagian kulit yang busuk berwarna coklat kelabu, lunak sekali, sehingga dapat ditembus dengan jari. Pada umumnya pembusukan dimulai dari luka-luka. Secara mikroskopis, jamur Geotrichum sp. memiliki hifa yang tidak bersekat dan hifa hialin (Gambar 2).


(16)

10

Gambar 2. Spora Geotrichum candidum secara mikroskopis. (Sumber: North Carolina State University, 2011) Klasifikasi jamur Geotrichum adalah sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Deuteromycotina Class : Deuteromycetes Subclass : Hypomycetidae Order : Moniliales Family : Moniliaceae

Genus : Geotrichum (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Geotrichum candidum

2.2.4. Busuk buah Antraknosa

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Penyakit ini menyerang bagian kulit buah, tangkai buah dan batang. Konidia Colletotrichum gloeosporioides diproduksi dari ranting pohon induk yang telah mati dan konidia disebarkan lewat angin. Gejala yang ditimbulkan, mula-mula di dekat tangkai buah tampak berwarna hitam cokelat, kulit yang terang nampak kering, berwarna


(17)

hitam cokelat dan kelihatan kisut-kisut (Semangun, 2004). Secara mikroskopis, koloni jamur Colletotrichum sp. berbentuk bulat telur dengan tepi tidak rata, hifa bersekat dan bercabang (Gambar 3).

Gambar 3. Jamur Colletotrichum secara mikroskopis. (Sumber : Bachi, 2009)

Klasifikasi jamur Colletotrichum adalah sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Deuteromycotina Class : Deuteromycetes Subclass : Coelomycetidae Order : Melanconiales Family : Melanconiaceae Genus : Colletotrichum

Spesies : Colletotrichum gloeosporioides (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) 2.2.5 Penyakit lapuk hijau dan penyakit lapuk biru

Penyakit ini biasa dikenal dengan penyakit kapang Penicillium. Penyakit lapuk hijau disebabkan oleh jamur Penicillium digitatum, sedangkan penyakit lapuk biru


(18)

12 disebabkan oleh jamur Penicillium italicum. Penyakit ini menyerang buah jeruk, terutama buah yang sudah berair dan sudah tua. Buah yang terserang penyakit ini akan membusuk, basah, dan akhirnya seluruh bagian buah akan rusak. Timbul lapuk dan terjadi jaringan hifa (benang-benang lembut) berwarna hijau atau biru (Gambar 4). Penyebaran penyakit sering terjadi pada saat pemetikan buah, misalnya buah terjatuh ke tanah dan terbentur benda keras sehingga

mengakibatkan memar. Embun yang menempel pada dinding kulit buah jika dipegang dengan tekanan yang keras akan masuk ke pori-pori kulit buah, sehingga akibatnya buah menjadi busuk dan berbau tidak enak (Semangun, 2004).

Gambar 4. Jamur Penicillium secara makroskopis dan mikroskopis. (Sumber :Anonim, 2011)


(19)

Klasifikasi jamur Penicillium adalah sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Ascomycotina Class : Ascomycetes Subclass : Plectomycetidae Order : Eurotiales Family : Eurotiaceae

Genus : Penicillium (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Penicillium digitatum

2.2.6 Busuk Aspergillus

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aspergillus niger v. Tiegh. Gejala awal timbul bercak kecil, bulat, kebasah-basahan, yang kemudian membesar dan warnanya berubah menjadi cokelat. Kemudian timbul miselium jamur berwarna putih yang akhirnya membentuk spora (konidium) berwarna hitam. Buah yang busuk mengeluarkan bau fermentasi (Semangun, 2004). Secara mikroskopis, jamur Aspergillus sp. warna hifa hialin, konidiofor sederhana dan hialin (Gambar 5).


(20)

14

Gambar 5. Jamur Aspergillus secara mikroskopis. (Sumber : Seidl, 2006)

Klasifikasi jamur Aspergillus adalah sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Ascomycotina Class : Ascomycetes Subclass : Plectomycetidae Order : Eurotiales Family : Eurotiaceae

Genus : Aspergillus (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Aspergillus flavus

2.2.7 Penyakit busuk kering

Penyebab penyakit ini adalah jamur Phytophthora parasitica atau jamur Phytophtora citrophora. Sumber inokulum penyakit ini berada dalam tanah, sehingga kebanyakan buah yang terserang adalah buah jeruk yang ada di bawah, kira-kira satu meter di atas permukaan tanah. Penyebaran penyakit melalui hujan yang lebat, sehingga bibit penyakit yang ada di dalam tanah memercik ke atas dan


(21)

mengenai buah (Soesanto, 2006). Buah jeruk yang diserang jamur Phytophthora akan menimbulkan menjadi busuk pada bagian permukaan kulit buah, dan ditumbuhi spora jamur berwarna putih seperti kapas (Gambar 6).

Gambar 6. Penyakit busuk kering buah jeruk. (Sumber : The University of Adelaide, 2013) Klasifikasi jamur Phytophthora adalah sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae Divisi : Mastigomycota

Subdivisi : Diplomastigomycotina Class : Oomycetes

Order : Peronosporales Family : Pythiaceae

Genus : Phytophthora (Alexopoulos dan Mim’s, 1979) Spesies : Phytophthora parasitica

2.2.8 Penyakit busuk Fusarium

Penyebab penyakit ini adalah jamur Fusarium. Martoredjo (2009) menyatakan bahwa infeksi laten jamur ini umumnya berupa nekrotis pada ujung tangkai buah atau pangkal tangkai putik. Busuk Fusarium berkembang lambat pada buah jeruk


(22)

16 yang disimpan lama karena patogen baru aktif bila buah sudah matang. Buah yang sakit kulitnya berwarna cokelat muda sampai tua. Dibawah kondisi lembab, miselium jamur putih tumbuh pada permukaan buah. Pusat infeksi berwarna putih atau pink tergantung dari jenis jamur yang menyerang. Menurut Bassey Barnet dan Hunter (1997) bahwa genus Fusarium memiliki karakter yaitu makrokonidia seperti bulan sabit dan bersekat (Gambar 7).

Gambar 7. Jamur Fusarium sp. secara mikroskopis. (Sumber: Wikipedia, 2012)

Klasifikasi jamur Fusarium adalah sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Deuteromycotina Class : Deuteromycetes Subclass : Coelomycetidae Order : Melanconiales Family : Melanconiaceae


(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman Bidang Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai Agustus 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jeruk yang dibeli dari pasar tradisional dan pasar modern di Bandar Lampung, aquades, alkohol 70%, dan media PSA (Potato Sucrose Agar). Alat-alat yang digunakan adalah

mikroskop, cover glass, preparat, air steril, cawan petri, gelas piala, Laminar Air Flow (LAF), jarum preparat, autoklaf, nampan plastik, toples plastik dengan tinggi 6 cm dan diameter 10,5 cm, kertas merang, hand sprayer, alumunium foil, plastik tahan panas, plastik wrap, tisu, label, dan bunsen.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini berupa survei terhadap buah jeruk yang berasal dari beberapa pasar tradisional dan beberapa pasar modern di Bandar Lampung. Jenis buah jeruk yang diambil dari pasar tradisional maupun pasar modern adalah jeruk lokal, yaitu jeruk siam atau biasa juga disebut jeruk medan. Setiap pasar diambil dua kali


(24)

18 sampel buah, sehingga total pengambilan sebanyak empat kali dengan urutan pengambilan pertama di pasar tradisional, pengambilan kedua di pasar modern, pengambilan ketiga di pasar tradisional, dan pengambilan keempat di pasar modern, dengan jarak pengambilan 25 hari. Setelah sampel didapat, pada hari itu juga buah langsung diinkubasi. Penelitian ini meliputi inkubasi dan isolasi. Inkubasi dilakukan pada semua sampel buah jeruk yang telah diperoleh dari pasar tradisional dan pasar modern, sedangkan isolasi dilakukan apabila ada gejala pada sampel buah yang tidak menunjukan tanda penyakit.

Sampel buah jeruk diambil dari beberapa pasar tradisional dan pasar modern di Bandar Lampung. Dari 20 kecamatan diambil 10 kecamatan secara acak (diundi), 5 kecamatan untuk pengambilan sampel di pasar tradisional dan 5 kecamatan lainnya untuk pengambilan sampel di pasar modern. Sampel dari pasar tradisional diambil dari pedagang yang terbesar. Dari masing-masing pasar diambil buah jeruk sebanyak ½ kg (lebih kurang 4 buah), kemudian semua sampel buah jeruk diinkubasi. Semua sampel buah yang diinkubasi tidak diberikan perlakuan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil apa adanya.

3.3.1 Pelaksanaan di laboratorium

Sampel buah jeruk yang telah didapat dari pasar tradisional maupun pasar modern untuk metode inkubasi di wadah toples yaitu buah dimasukkan ke dalam wadah berupa toples plastik berukuran tinggi 6 cm dengan diameter 10,5 cm yang didalamnya telah diisi dengan kertas merang yang dilembabkan, kemudian toples ditutup rapat. Tiap 1 toples plastik diisi dengan 1 buah jeruk. Buah jeruk


(25)

tanda berupa struktur jamur diisolasi dalam cawan petri yang telah berisi media PSA. Adapun langkah isolasi bagian buah jeruk yaitu, kulit buah jeruk dipotong antara bagian yang sehat dan sakit. Potongan kulit buah direndam dalam aquades selama 1 menit, NaClO 1 menit, dan kembali direndam dalam aquades selama 1 menit secara berurutan. Potongan kulit buah jeruk diletakkan di atas tisu dulu untuk menyerap air, kemudian potongan kulit buah diletakkan di atas media PSA pada bagian tengah cawan dengan menggunakan pinset. Isolasi dilakukan di dalam ruangan steril (Laminar Air Flow). Hasil isolasi kemudian diinkubasi selama kurang lebih 7 hari di dalam laboratorium.

3.3.2 Pengamatan dan identifikasi

Identifikasi mengacu pada buku Alexopoulos dan Mims (1979). Identifikasi jamur dilakukan dengan mengamati beberapa karakter morfologi secara

makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis yaitu meliputi pengamatan gejala yang muncul pada buah yang telah diinkubasi dalam wadah toples plastik selama 21 hari, diamati warna koloni, tekstur koloni, bentuk koloni, dan bentuk tepi koloni. Pengamatan mikroskopis meliputi: stuktur hifa, bentuk spora dan konidia. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat jamur. Jamur yang tumbuh pada buah jeruk yang telah diinkubasi maupun jamur yang tumbuh hasil isolasi diambil sebagian menggunakan jarum dan diletakkan diatas kaca preparat, kemudian ditetesi air steril. Setelah itu, preparat ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan perbesaran terkecil sampai terbesar menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan sampel buah jeruk yang diinkubasi dalam toples plastik dilakukan sejak hari ke 7 sampai hari ke 21,


(26)

20 sedangkan pengamatan inkubasi di media PSA dilakukan sejak hari ke-1 sampai hari ke-7.


(27)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Jamur-jamur yang ditemukan selama penelitian ini adalah jamur Aspergillus sp., Fusarium sp., Colletrotrichum sp., Geotrichum sp., dan Penicillium sp. 2. Jamur-jamur dari sampel buah yang berasal dari pasar tradisional yaitu jamur

Aspergillus sp. 35,28%, Fusarium sp. 28,80%, Colletrotrichum sp. 26,38%, , Geotrichum sp. 10,07%, dan Penicillium sp. 2,5%, sedangkan pemunculan jamur di pasar modern di Bandar Lampung yaitu jamur Colletrotrichum sp. 36,45%, Geotrichum sp. 25,74%., Aspergillus sp. 23,40%, dan Fusarium sp. 14,40%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar memberikan suatu perlakuan untuk perbandingan dengan menambah sampel buah jeruk yang lebih banyak.


(28)

31

PUSTAKA ACUAN

Abay.2010. Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

http://abay26.wordpress.com/2010/04/17/pasar-modern-dan-pasar-tradisonal/. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Alexopoulos, J.C. dan C.W. Mims, 1979. Introductory Mycology.3rd Edition. John Wiley and Sons.New York.

Andriani, D. 2007. Formulasi sari buah jeruk pontianak (Citrus Nobilis Var.Microcarpa) dengan aplikasi metode lye peeling sebagaiupaya

penghilangan rasa pahit pada sari buah jeruk. Jurnal Hortikultura 1(1) : 6 - 9. Anonim. 2011. Biology Pictures. http://biology

pictures.blogspot.com/2011/11/penicillium-under-microscope.html. Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Bachi, P. 2009. Insect

Images.http://www.insectimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5385842 Diakses tanggal 23 Maret 2013.

BadanPusatStatistik [BPS]. 2011. http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2. Diakses tanggal 09 November 2013.

Basis Data StatistikPertanian. http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/newkom.asp. Diakses 09 November 2013.

David. 2007. Manfaat Buah Jeruk.

http://david21juli.blogspot.com/2007/10/keajaiban-buah-jeruk-yang-belum-banyak. diketahui. html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Handoko, D. D. 2000. Penanganan Pasca Panen Buah Jeruk . Besman Napitupulu dan Hasil Sembiring. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Surnatera Utara. 497 hlm.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian.

Hyodo.1991 .Indikasi Penyakit Pasca Panen dan Kerusakan Pada Buah Jeruk. http://www.scribd.com/doc/92232938/Indikasi-Penyakit-Pasca-Panen-Dan-Kerusakan. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.


(29)

Iskandar. 2010. Budidaya Jeruk. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-jeruk-1273. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Lesmana, D. 2009. Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur. EPP 6 (1) : 36-43.

Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Bumi Aksara. Jakarta. Ningsih, R., Mukarlina, dan Linda, R. 2012. IsolasidanIdentifikasiJamurdari

Organ Bergejala Sakit pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilisvar. microcarpa). Protobiont1 (1): 1 – 7.

North Carolina State University. 2011. Plant disease and insect clinic

http://ncsupdicblog.blogspot.com/2011/02/geotrichum-sour-rot-of-shrink-wrapped.html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Purba, A. 2012. Identifikasi Morfologi Jamur dan Bakteri.

http://agnespurba.blogspot.com/2012/05/laporan-mikrobiologi-identifikasi.html. Diakses tanggal 14 Januari 2014.

Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan teknologi pascapanen tanaman hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project, Bogor. 187 hlm.

Sardjono. 2011. Jamur Benang dan Pengembangannya pada Industri Pengolahan Hasil Pertanian. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Pengolahan Hasil Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Sarwono. 1986. Jeruk dan Kerabatnya. Penebarswadaya, Jakarta.

Seidl, M. 2006. Industrial Uses of Fungi.http://www.emlab.com/s/sampling/env-report-09-2006.html. Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia .Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 849 hlm.

Shanti, S. I. 2007. Analisis Keputusan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Jeruk Lokal dan Jeruk Impor di Ritel Modern. IPB Repository.

Soesanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 257 hlm. Suhardi. 2009. Ekobiologi patogen: Perspektif dan Penerapannya dalam

Pengendalian Penyakit. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2) : 111-130. Suparjo, 2010. Teknik Penyimpanan Pakan : Kerusakan Bahan Pakan Selama

Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.


(30)

33

Susanto, W. 2011. Pasca Panen Jeruk.

http://bloggerlibra-library.blogspot.com/2011/10/pasca-panen-jeruk.html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012 .

The University of Adelaide. 2013. Lasiodiplodiatheobromae.

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Coelomycetes/La siodiplodia/. Diakses tanggal 08 November 2013.

Turang D.A.S. and M.J. Tuju. 2004. Postharvest Disease of Papaya Fruit Caused by Fungi During Storage and Marketing and its Control. Eugenia 10 (2) : 168-175.

Warda. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman Jeruk Siem Di Luwu Utara. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005ISBN :979-95025-6-7.


(1)

19 tanda berupa struktur jamur diisolasi dalam cawan petri yang telah berisi media PSA. Adapun langkah isolasi bagian buah jeruk yaitu, kulit buah jeruk dipotong antara bagian yang sehat dan sakit. Potongan kulit buah direndam dalam aquades selama 1 menit, NaClO 1 menit, dan kembali direndam dalam aquades selama 1 menit secara berurutan. Potongan kulit buah jeruk diletakkan di atas tisu dulu untuk menyerap air, kemudian potongan kulit buah diletakkan di atas media PSA pada bagian tengah cawan dengan menggunakan pinset. Isolasi dilakukan di dalam ruangan steril (Laminar Air Flow). Hasil isolasi kemudian diinkubasi selama kurang lebih 7 hari di dalam laboratorium.

3.3.2 Pengamatan dan identifikasi

Identifikasi mengacu pada buku Alexopoulos dan Mims (1979). Identifikasi jamur dilakukan dengan mengamati beberapa karakter morfologi secara

makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis yaitu meliputi pengamatan gejala yang muncul pada buah yang telah diinkubasi dalam wadah toples plastik selama 21 hari, diamati warna koloni, tekstur koloni, bentuk koloni, dan bentuk tepi koloni. Pengamatan mikroskopis meliputi: stuktur hifa, bentuk spora dan konidia. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat jamur. Jamur yang tumbuh pada buah jeruk yang telah diinkubasi maupun jamur yang tumbuh hasil isolasi diambil sebagian menggunakan jarum dan diletakkan diatas kaca preparat, kemudian ditetesi air steril. Setelah itu, preparat ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan perbesaran terkecil sampai terbesar menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan sampel buah jeruk yang diinkubasi dalam toples plastik dilakukan sejak hari ke 7 sampai hari ke 21,


(2)

20 sedangkan pengamatan inkubasi di media PSA dilakukan sejak hari ke-1 sampai hari ke-7.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Jamur-jamur yang ditemukan selama penelitian ini adalah jamur Aspergillus sp., Fusarium sp., Colletrotrichum sp., Geotrichum sp., dan Penicillium sp. 2. Jamur-jamur dari sampel buah yang berasal dari pasar tradisional yaitu jamur

Aspergillus sp. 35,28%, Fusarium sp. 28,80%, Colletrotrichum sp. 26,38%, , Geotrichum sp. 10,07%, dan Penicillium sp. 2,5%, sedangkan pemunculan jamur di pasar modern di Bandar Lampung yaitu jamur Colletrotrichum sp. 36,45%, Geotrichum sp. 25,74%., Aspergillus sp. 23,40%, dan Fusarium sp. 14,40%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar memberikan suatu perlakuan untuk perbandingan dengan menambah sampel buah jeruk yang lebih banyak.


(4)

31

PUSTAKA ACUAN

Abay.2010. Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

http://abay26.wordpress.com/2010/04/17/pasar-modern-dan-pasar-tradisonal/. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Alexopoulos, J.C. dan C.W. Mims, 1979. Introductory Mycology.3rd Edition. John Wiley and Sons.New York.

Andriani, D. 2007. Formulasi sari buah jeruk pontianak (Citrus Nobilis Var.Microcarpa) dengan aplikasi metode lye peeling sebagaiupaya

penghilangan rasa pahit pada sari buah jeruk. Jurnal Hortikultura 1(1) : 6 - 9. Anonim. 2011. Biology Pictures. http://biology

pictures.blogspot.com/2011/11/penicillium-under-microscope.html. Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Bachi, P. 2009. Insect

Images.http://www.insectimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5385842 Diakses tanggal 23 Maret 2013.

BadanPusatStatistik [BPS]. 2011. http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2. Diakses tanggal 09 November 2013.

Basis Data StatistikPertanian. http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/newkom.asp. Diakses 09 November 2013.

David. 2007. Manfaat Buah Jeruk.

http://david21juli.blogspot.com/2007/10/keajaiban-buah-jeruk-yang-belum-banyak. diketahui. html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Handoko, D. D. 2000. Penanganan Pasca Panen Buah Jeruk . Besman Napitupulu dan Hasil Sembiring. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Surnatera Utara. 497 hlm.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian.

Hyodo.1991 .Indikasi Penyakit Pasca Panen dan Kerusakan Pada Buah Jeruk. http://www.scribd.com/doc/92232938/Indikasi-Penyakit-Pasca-Panen-Dan-Kerusakan. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.


(5)

32

Iskandar. 2010. Budidaya Jeruk. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-jeruk-1273. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Lesmana, D. 2009. Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur. EPP 6 (1) : 36-43.

Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Bumi Aksara. Jakarta. Ningsih, R., Mukarlina, dan Linda, R. 2012. IsolasidanIdentifikasiJamurdari

Organ Bergejala Sakit pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilisvar. microcarpa). Protobiont1 (1): 1 – 7.

North Carolina State University. 2011. Plant disease and insect clinic

http://ncsupdicblog.blogspot.com/2011/02/geotrichum-sour-rot-of-shrink-wrapped.html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012.

Purba, A. 2012. Identifikasi Morfologi Jamur dan Bakteri.

http://agnespurba.blogspot.com/2012/05/laporan-mikrobiologi-identifikasi.html. Diakses tanggal 14 Januari 2014.

Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan teknologi pascapanen tanaman hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project, Bogor. 187 hlm.

Sardjono. 2011. Jamur Benang dan Pengembangannya pada Industri Pengolahan Hasil Pertanian. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Pengolahan Hasil Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Sarwono. 1986. Jeruk dan Kerabatnya. Penebarswadaya, Jakarta.

Seidl, M. 2006. Industrial Uses of Fungi.http://www.emlab.com/s/sampling/env-report-09-2006.html. Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia .Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 849 hlm.

Shanti, S. I. 2007. Analisis Keputusan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Jeruk Lokal dan Jeruk Impor di Ritel Modern. IPB Repository.

Soesanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 257 hlm. Suhardi. 2009. Ekobiologi patogen: Perspektif dan Penerapannya dalam

Pengendalian Penyakit. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2) : 111-130. Suparjo, 2010. Teknik Penyimpanan Pakan : Kerusakan Bahan Pakan Selama

Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.


(6)

33

Susanto, W. 2011. Pasca Panen Jeruk.

http://bloggerlibra-library.blogspot.com/2011/10/pasca-panen-jeruk.html. Diakses tanggal 18 Oktober 2012 .

The University of Adelaide. 2013. Lasiodiplodiatheobromae.

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Coelomycetes/La siodiplodia/. Diakses tanggal 08 November 2013.

Turang D.A.S. and M.J. Tuju. 2004. Postharvest Disease of Papaya Fruit Caused by Fungi During Storage and Marketing and its Control. Eugenia 10 (2) : 168-175.

Warda. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman Jeruk Siem Di Luwu Utara. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005ISBN :979-95025-6-7.


Dokumen yang terkait

Uji Antagonisme Beberapa Jamur Saprofit dan Endofit dari Tanaman Pisang terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium

1 55 95

Identifikasi Karakter Morfologi Dalam Penyusunan Deskripsi Jeruk Siam (Citrus nobilis) Di Beberapa Daerah Kabupaten Karo

10 104 73

Penggunaan Beberapa Jamur Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun(Phytophthora Infestans (mont.) De Bary) Pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Di Lapangan

1 40 102

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam Mengendalikan Penyakit Rebah Semai (Phytium spp.) pada Tanaman Tembakau deli (Nicotiana tabaccum L.) di Pembibitan

1 84 59

Penggunaan Berbagai Dosis Media Jamur Antagonis (Gliocladium Spp) Dalam Menekan Penyakit Busuk Batang (Sclerotium Rolfsii Sacc) Pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L) Merill) Di Lapangan

0 34 81

Penggunaan Jamur Antagonis Gliocladium virens Miller untuk Menghambat Pertumbuhan Penyakit Fusarium oxysporum f. sp. passiflora pada Pembibitan Markisa di Rumah Kassa

5 48 107

Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera;Tephritidae) Pada Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) Di Desa Sukanalu Kabupaten Karo

0 51 101

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR PADA DAUN ARACEAE DI BANDAR LAMPUNG

1 29 28

Identifikasi Morfologi dan Persentase Serangan di Lapang Jamur Patogen Serangga Aschersonia sp. yang Menginfeksi Kutu Kebul ( Dialeurodes citri Ashmead ) pada Tanaman Jeruk ( Citrus nobilis Tan. ).

5 14 16

Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit pada Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp.) di Kecamatan Berastagi

0 2 10