Efektivitas Distraktor Kesalahan Pengukuran Reliabilitas Tes

p : proporsi peserta tes yang m enjaw ab benar pada butir soal q : 1 - p St : standar deviasi seluruh skor tes K orelasi biserial secara m atem atis dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. M v - M t p dengan keterangan rbis adalah koefisien korelasi biserial, y adalah ordinat p dalam distribusi norm al, sedangkan sim bol lain sama dengan keterangan sebelumnya. N ilai korelasi point biserial selalu lebih rendah dibanding dengan nilai korelasi biserial. H ubungan antara keduanya dinyatakan dengan rumus: y rpbis rb is ■ i ------- v p . q

3. Efektivitas Distraktor

Soal pilihan ganda perlu m em iliki pengecoh, yaitu jaw aban yang tidak bernilai benar. Pengecoh perlu dibuat sedem ikian rupa sehingga m enarik perhatian peserta tes yang belum m em iliki konsep yang baik terhadap m ateri yang diujikan. A llen dan Y en 1979 m enyatakan bahw a pengecoh yang baik m inim um berindeks 0,1 yang berupa koefisien korelasi point biserial, bernilai p o sitif untuk kunci jaw aban dan bernilai negatif untuk pengecoh.

4. Kesalahan Pengukuran

K esalahan Pengukuran Standard Error o f Measurement, SEM m em bantu penyusun tes dalam m em aham i kesalahan yang bersifat acak yang m em pengaruhi 5 skor peserta tes. K esalahan pengukuran dihitung dengan rum us sebagai berikut B ahrul H ayat, dkk., 1999: ° e = ° x V 1 — p xx dengan keterangan ox adalah standar deviasi dari skor total dan p x x adalah koefisien reliabilitas tes.

5. Reliabilitas Tes

R eliabilitas tes dapat diartikan sebagai keajegan atau konsistensi hasil pengukuran atau hasil tes yang dilakukan pada w aktu yang berbeda pada subjek yang sama. A llen dan Y en 1979 m enyatakan bahw a tes disebut reliabel jik a skor am atan m em punyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarnya. M ereka ju g a m enyatakan bahw a reliabilitas m erupakan koefisien korelasi antara dua skor am atan yang diproleh dari hasil pengukuran m enggunakan tes yang paralel. Reliabilitas suatu tes dapat dihitung dengan beberapa cara dan form ula. Cara atau form ula belah dua, alfa a Cronbach, G uttm an, dan paralel dapat digunakan. N ilai hasil perhitungan dari form ula tersebut sering dikatakan sebagai koefisien reliabilitas. M ehrens dan Lehm ann 1973 m enyatakan bahw a m eskipun tidak ada ketentuan um um , tetapi secara luas dapat diterim a bahw a untuk tes yang digunakan untuk m em buat keputusan secara perorangan harus m em iliki koefisien reliabilitas m inim al 0,85. K eterbatasan pada teori tes klasik adalah adanya sifat group dependent dan item dependent H am bleton, Swam inathan, Rogers, 1991: 2-5, ju g a indeks daya pem beda, tingkat kesulitan, dan koefisien reliabilitas tes ju g a tergantung kepada peserta tes yang m engerjakan tes tersebut. 6 U ntuk m engatasi kelem ahan-kelem ahan yang ada pada teori tes klasik, para ahli pengukuran m encari m odel alternatif. H am bleton, Sw am inathan, Rogers 1991: 2-5 serta H ulin, D rasgow , Parsons 1983, m enyatakan seharusnya m odel alternatif ini m em iliki sifat : a statistik butir tidak tergantung pada kelom pok subjek, b skor tes dapat m enggam barkan kem am puan subjek, c m odel dinyatakan dalam tingkatan butir, tidak dalam tingkatan tes, d m odel tidak m em erlukan tes paralel untuk m enghitung koefisien reliabilitas, dan e m odel m enyediakan ukuran yang tepat untuk setiap skor kem am puan. M odel alternatif ini adalah m odel pengukuran yang disebut dengan teori respons butir Item Response Theory.

B. Teori Respons Butir