PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM ISI ULANG

ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
AIR MINUM ISI ULANG

Oleh
RHIZKY NURKHOLIS

Usaha depot air minum isi ulang berkembang sangat pesat di Kota Bandar
Lampung. Air minum isi ulang memang sangat diminati oleh masyarakat karena
harganya relatif murah. Tetapi pelaku usaha depot air minum isi ulang kurang
begitu peduli tentang kualitas air minum yang diperdagangkannya. Sebagai contoh
kasus berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, dari 80 tempat
usaha depot air minum isi ulang, hanya 26 yang sudah mengantongi izin laik
hygiene. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Kriteria air minum isi
ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, (2)
Perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan (3) Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung dalam rangka pengawasan kualitas produksi depot air minum isi ulang.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian normatif terapan. Pendekatan masalah
dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan masalah normatif terapan yaitu

pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji penerapan atau
implementasi ketentuan hukum normatif. Data dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Setelah data disusun secara
sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data dengan cara analisis
kualitatif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) Kriteria air minum isi ulang yang memenuhi
syarat kesehatan adalah air minum yang memenuhi standar penetapan kualitas air
minum, meliputi parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif sesuai
Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 yang dibuktikan berdasarkan
sertifikat yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada
pemilik depot air minum isi ulang, baik berupa sertifikat izin laik hygiene maupun
sertifikat hasil pemeriksaan rutin, yakni pemeriksaan bakteri, fisika dan kimia. (2)
Perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan akibat kelalaian standar mutu
kualitas air minum isi ulang oleh pelaku usaha diatur dalam UU No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, antara lain pasal 4 tentang hak konsumen, pasal

Rhizky Nurkholis
7 tentang kewajiban pelaku usaha, pasal 8 tentang hal yang dilarang dilakukan
oleh pelaku usaha dan pasal 19 tentang tanggung jawab pelaku usaha. Serta dalam

Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 pasal 5 tentang Pembinaan dan
Pengawasan, pasal 6 tentang penarikan produk air minum dari peredaran, dan
pasal 7 sanksi administratif kepada penyelenggara air minum yang tidak
memenuhi persyaratan kualitas air minum. (3) Peranan Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung dalam rangka pengawasan kualitas produksi depot air minum isi
ulang yaitu dengan pengawasan secara pengamatan dan penilaian, pembinaan
kepada pemilik dan operator, pemeriksaan fisik sarana dan pembinaan agar
pemilik depot air minum isi ulang memeriksakan hasil produksinya ke
laboratorium. Pemeriksaan bakteri dilakukan setiap 3 bulan dan pemeriksaan
kimia dan fisika setiap 6 bulan dilakukan oleh pelaku usaha dengan cara
memeriksakan sendiri hasil produksinya ke laboratorium dan melaporkan hasilnya
ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung agar air minum isi ulang selalu terjaga
kualitasnya.
Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Pengawasan, Air Minum Isi Ulang.

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada


tanggal 14

Desember 1990, dan merupakan anak pertama dari empat
bersaudara dari Bapak Hipzon (Alm) dan Ibu Zahroni.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartini Bandar lampung
yang diselesaikan pada tahun 1996, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri
2 Palapa Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama ditempuh di SMP Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada
tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Al – Azhar
3 Bandar Lampung

pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2008.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Pusat Studi Bantuan Hukum
(PSBH) Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2009.

vii


PERSEMBAHAN

Kepada Almarhum Ayah dan Umi Tersayang
“Terimakasih telah mendidik dan membesarkanku sampai jadi seperti ini, untuk ayah
terimakasih telah jadi Ayah yang baik sampai akhir hayatmu”
Kepada adik- adikku Rhendy, Rheza dan Rheva Serta semua keluarga yang memberikan
bantuan dorongan maka terselesaikan skripsi ini.
Kepada teman – teman Fakultas Hukum Universitas Lanpung dan sahabat yang
membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

vi

MOTO

„Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah S.W.T. beserta orang-orang yang sabar.”
( Q.S. Al-Baqoroh: 153)

“Good communication comes from people to people, be great communication

comes from people to Allah S.W.T.”
(Reza M. Syarief)

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
MOTO .............................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
SANWACANA ...............................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
I.

i
iii
iv
v

vi
vii
viii
ix

PENDAHULUAN ...................................................................................

1

A. Latar Belakang ...................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

8

C. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

9


D. Tujuan Penelitian ................................................................................

9

E. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Perlindungan Hukum .......................................................................... 11
B. Perlindungan Konsumen .................................................................... 13
C. Pihak-pihak Terkait dalam Perlindungan Konsumen ......................... 20
1. Konsumen ..................................................................................... 20
2. Pelaku Usaha ................................................................................ 22
3. Pemerintah .................................................................................... 23
4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat ........... 25
D. Air Minum Isi Ulang .......................................................................... 26
E. Depot Air Minum isi Ulang................................................................ 27
F. Kerangka Pikir .................................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 32
A. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................... 32
B. Pendekatan Masalah ........................................................................... 32


C. Data dan Sumber Data ........................................................................ 33
D. Teknik Penentuan Sampel .................................................................. 34
E. Pengumpulan Data ............................................................................. 35
F. Pengolahan Data ................................................................................. 35
G. Analisis Data ...................................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 37
A. Kriteria Air Minum Isi Ulang yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/
IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum ........................... 37
B. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Depot Air Minum Isi Ulang
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan .................................... 41
1. Perlindungan Konsumen Air Minum Isi Ulang menurut UUPK ... 41
2. Perlindungan Konsumen Air Minum Isi Ulang menurut Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010 ......................................................... 47
C. Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam Rangka
Pengawasan Kualitas Produksi Depot Air Minum Isi Ulang ............. 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 55
A. Kesimpulan ......................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

SANWACANA

Puji Syukur Penulis Ucapkan Kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan
hidayah – Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum Isi
Ulang” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Bapak

Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;
2.


Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3.

Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi
ini;

4.

Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
penyelesaian skripsi ini;

5.

Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Penguji Utama atas kesediannya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi

ini;

ix

6.

Bapak Shafruddin, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik;

7.

Ibu Septa Lina, selaku Staf Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung yang memberikan informasi terkait permasalahan
skripsi;

8.

Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9.

Teman- teman KKN Tematik 2011: Boim, Dandi, Uwel, Ani, Ayu, Dani,
Renfil, dan Kadir yang telah menjadi teman baik dalam kegiatan KKN;

10. Bapak Achenk, selaku Kepala Desa Sumber Agung dan Bapak Nang Abidin
selaku Camat Ambarawa Pringsewu telah membantu dalam lancarnya segala
kegiatan KKN;
11. Mandala Prawira Negara, Billy Sandro, M. Angga Winanto, Emilsa
Hendrayitna, Nizar Megiayudhi dan seluruh rekan-rekan Fakultas Hukum
2008, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan kalian dalam menjalani
proses perkuliahan;
12. Romadhoni, Yomi Marfayaldi, Saut, Wida, Rama, Ardiyansyah dan seluruh
rekan-rekan

Keperdataan

Fakultas

Hukum

2010,

terimakasih

kebersamaan dan bantuan kalian dalam menjalani proses perkuliahan.

atas

x

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, November 2014
Penulis

Rhizky Nurkholis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum1. Pada
era globalisasi saat ini di tengah kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat
pesat, untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat tidak hanya
menggunakan air yang dimasak sendiri dari sumber air tanah.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai perusahaan air minum belum
dapat sepenuhnya menyediakan air bersih bagi masyarakat karena masih banyak
mengalami kendala-kendala. Air yang berasal dari PDAM tidak setiap hari
mengalir dan terkadang tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti mandi, mencuci dan memasak bahkan untuk minum. Ditambah lagi
dengan banyaknya keluhan masyarakat mengenai air yang berasal dari PDAM
mulai dari soal kualitas dan kuantitas seperti halnya air yang mengandung timbale
atau kasinogenik, air berwarna kecoklat-coklatan atau keruh, air berbau larutan zat
kimia atau berasa aneh hingga debit air yang kerap kali tidak mengalir sama sekali
atau sangat kecil keluarnya.2

1

Lihat Pasal 1 angka 1 Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
2
http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/24/menyoal-masyarakat-konsumen-air/, pada tanggal
4 Juli 2014, pada pukul 15.30 WIB

2

Rendahnya kualitas dan kuantitas air yang berasal dari PDAM diakibatkan karena
air yang selama ini dipenuhi dengan sumber air sumur atau sumber air dalam
tanah semakin menipis, kerusakan alam dan percemaran serta kepercayaan
masyarakat terhadap jumlah dan kualitas air yang baik yang berasal dari PDAM.
Kendala-kendala inilah yang kemudian menjadi cikal bakal meningkatnya
prospek usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang memasukan produk air
minum sehingga menjadi alternatif bagi masyarakat terutama dalam memenuhi
kebutuhan akan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari.

Permasalahan baru muncul, yaitu mahalnya harga air minum dalam kemasan dari
berbagai jenis merk membuat konsumen bingung untuk tetap menggunakan air
minum dalam kemasan. Air minum dalam kemasan yang cukup mahal tetap
memaksa

masyarakat

untuk

mengeluarkan

uangnya

demi

memenuhi

kebutuhannya akan air minum. Pendirian usaha depot air minum isi ulang
kemudian muncul sebagai alternatif atau jawaban dari keluhan masyarakat.
Peranan air minum isi ulang sangat besar hal ini dibuktikan dengan semakin
banyaknya usaha depot air minum isi ulang dimana-mana. Air minum yang
diperoleh dari depot air minum isi ulang pada umumnya harganya jauh lebih
murah dibanding air minum dalam kemasan. 3

Permasalahan mengenai air minum isi ulang dari depot air minum isi ulang ini
terkait dengan perlindungan konsumen karena masyarakat sebagai konsumen
merupakan elemen yang paling erat dengan konsumsi air minum isi ulang yang

3

Ibid.

3

harus diperhatikan oleh para pihak yang terkait baik oleh pelaku usaha maupun
pemerintah. Upaya perlindungan konsumen yang dapat dilakukan adalah dengan
memperhatikan dan menjamin keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi
air minum isi ulang tersebut.

Konsumen dalam berbagai kondisi seringkali ditempatkan pada posisi yang
lemah, bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Kedudukan konsumen dan pelaku
usaha tidak seimbang dimana konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat
promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen. Hal tersebut menyebabkan hukum perlindungan konsumen dianggap
penting keberadaannya. Sudah menjadi hal yang umum pada saat sekarang hakhak konsumen sering kali terabaikan. Banyak orang yang tidak menyadari
bagaimana pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha dan
konsumen cenderung mengambil sikap “diam”. Hukum perjanjian yang
seharusnya dapat diasumsikan berlaku seimbang dalam kenyataannya terkadang
sulit untuk disamakan karena posisi tawar konsumen biasanya selalu lebih rendah
dari pada pelaku usaha.4

Untuk memberikan perlindungan dari hal-hal yang bisa merugikan masyarakat
sebagai konsumen, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK. UUPK menjelaskan
dalam Pasal 1 angka 12 ”Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan
4

Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari Perjanjian Baku (Standar) Kertas Kerja
pada Simposium Aspek-Aspek Masalah Perlindungan Konsumen. Jakarta, 1980, hlm. 60

4

yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen”.5
Namun undang-undang ini sepertinya belum mampu memberikan perlindungan
hukum bagi konsumen, khususnya konsumen air minum isi ulang. Adanya
undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen bisa mendorong lahirnya
perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan
menyediakan barang/jasa yang berkualitas, sehingga para konsumen tidak ragu
untuk memilih barang atau jasa dan tidak merugikan konsumen sendiri.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen berkenaan dengan produk
(barang) meliputi pembuatan atau produksi dan pemasaran yang mencakup usaha
memperdagangkan barang tersebut hingga ke tangan konsumen. Adapun dalam
UUPK yang disebut barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh konsumen6. Adapun produk (barang) yang akan dibahas dalam
penulisan ini adalah produk air minum isi ulang yang berasal dari depot air
minum isi ulang di daerah Kota Bandar Lampung.

Perkembangan depot air minum isi ulang berkembang sangat pesat dapat dilihat
dari keberadaanya dimana-mana. Air minum isi ulang ini memang sangat diminati
oleh masyarakat karena harganya relatif murah dan mudah didapat. Tetapi sangat
disayangkan masyarakat kurang begitu peduli dengan kualitas air minum yang
dikonsumsi tersebut apa sudah memenuhi standar mutu yang sudah ditetapkan
5

Lihat Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK)
6
Lihat Pasal 1 angka 4 UUPK

5

sesuai yang tertuang dalam Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.

Ketentuan mengenai air minum isi ulang yang layak untuk dikonsumsi telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Persyaratan air minum aman bagi kesehatan apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. Hal tersebut
bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel debu dan bakteri E. Coli dan
bakteri koliform yang terdapat pada air minum sehingga air minum yang
dihasilkan terbebas dari bakteri yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Untuk ketentuan tentang air minum isi ulang tidak jauh berbeda hanya saja air
minum isi ulang harus melalui proses penjernihan atau penyulingan (filterisasi),
disenfeksi (sinar ultra violet dan ozonisasi guna sterilisasi) untuk pemanasan.
Dengan demikian maka air yang dihasilkan dapat memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum seperti Air minum tidak boleh berbau, tidak berasa, TDS
(total zat padat yang terlarut) 500 mg/l, berwarna maksimal 15 TCU dan Suhu
Udara 3oC.

Menurut Pasal 4 Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,

pengawasan

kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

6

khusus untuk wilayah kerja KKP.7 Pengawasan kualitas air minum secara internal
merupakan pengawasan air minum yang dilaksanakan oleh penyelenggara air
minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat.8
Pengawasan harus dilakukan dengan intensif agar tidak berdampak dan berisiko
pada kesehatan masyarakat yang akan dirasakan dalam jangka panjang apabila
ada pelaku usaha yang hanya bertujuan mencari keuntungan tanpa memperhatikan
standar yang telah ditetapkan.

Sebagai konsumen, masyarakat juga harus mengerti benar bagaimana kualitas air
minum isi ulang yang dikonsumsinya, apakah depot air minum isi ulang tersebut
telah menggunakan sanitasi yang baik, apakah air tersebut telah memenuhi syarat
dan kualitas air sesuai dengan peraturan yang berkaitan yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan untuk melindungi
konsumen dan pembinaan terhadap depot-depot air minum isi ulang yang
dinyatakan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
tersebut khususnya depot-depot air minum isi ulang.

Sebagai contoh kasus berdasarkan data Dinas Kesehatan Bandar Lampung, dari 80
tempat usaha depot air minum isi ulang, hanya 26 yang sudah mengantongi izin
laik hygiene yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam
bentuk sertifikat tersebut sangat penting bagi depot air minum isi ulang. Sertifikat

7

Lihat Pasal 4 ayat (2) Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
8
Lihat Pasal 4 ayat (3) Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum

7

tersebut dapat memberikan jaminan kepada warga selaku konsumen bahwa air
yang dijual aman dikonsumsi.9
Dalam kasus depot air minum isi ulang, berdasarkan data dari Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) terdapat 20 depot air minum isi ulang di wilayah
Jakarta pada tahun 2012 tidak memenuhi standar pengisian air minum, seperti
tidak adanya proses sterilisasi pada galon air. Proses produksi yang tidak
memenuhi standar diduga menjadi faktor penyebab produk tersebut tercemar.10
YLKI menyatakan, sebagian depot air minum isi ulang di wilayah Jakarta tidak
memenuhi standar kesehatan. menurut data YLKI pada 2012-2013 ada sekitar
3.500 depot air minum isi ulang di wilayah jakarta, namun diperkirakan banyak
yang tidak memiliki surat layak kesehatan dari Dinas Kesehatan setempat.11

Contoh kasus lainnya adalah keracunan air mineral isi ulang yang menimpa 11
pekerja di Perum Aster, Cibodas Kota Tangerang mendapatkan reaksi serius dari
Pemerintah Tangerang. Sebanyak delapan orang harus rawat inap, sedangkan tiga
orang hanya rawat jalan dan sudah pulang.12 Di kawasan Kota Denpasar, tahun
2008 Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat, depot air isi ulang yang
beroperasional di kawasan kota madya tersebut mencapai 222 depot air isi ulang.
Kenyataannya dari jumlah tersebut hanya 43 depot yang baru mengantongi izin
atau sertifikat laik sehat. Jadi dapat dikatakan 80,63 persen atau 179 depot belum
9

http://lampung.tribunnews.com/2014/10/16/hati-hati-54-depot-air-minum-di-bandarlampung-tak-berizin diakses pada tanggal 17 Oktober 2014 pada pukul 15.00 WIB
10
http://metro.news.viva.co.id/news/read/dinkes_tangerang_lakukan_uji_lab diakses pada
tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 10.41 WIB
11
http://analisadaily.com/news/read/waspada-bahaya-air-minum-isi-ulang/44681/2014/07/06,
diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 10.50 WIB
12
http://metro.kompasiana.com/2011/07/28/waspada-air-minum-isi-ulang-383568.html diakses
pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 11.05 WIB

8

memiliki izin. Depot tidak berizin yang sebagian besar dikelola perseorangan itu
dikatakan Kadis Kesehatan Kota Denpasar Sri Armini, kebanyakan enggan untuk
mengurus izin. Mereka berangapan ada atau tidaknya izin usaha tetap bisa
beroperasi.13

Para pelanggan air minum isi ulang wajib waspada. Asosiasi

Pengusaha Pemasok dan Distribusi Air Minum Indonesia (APDAMINDO)
mencatat, dari tiga ribu depot air minum yang tersebar di kawasan Jabodetabek,
dipastikan hanya 20-30 persen yang sudah memiliki izin dari Kementerian
Perindustrian dan laik dikonsumsi. Sementara sisanya dipastikan tak memiliki
izin.14
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelelitian

dan

menuangkannya

dalam

bentuk

skripsi

dengan

judul:

“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum Isi Ulang”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1.

Bagaimana kriteria air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

2.

Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
13

http://www.bisnisbali.com/2008/10/11/news/denpasar/air.html, diakses pada tanggal 25
Agustus 2014 pada pukul 11.15 WIB
14
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt511e2fbaecccb/ribuan-depot-air-minum-isi-ulang
-belum-berizin diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 11.25 WIB

9

3.

Bagaimana peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam rangka
pengawasan kualitas produksi depot air minum isi ulang.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Pada ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup
pembahasan dan ruang lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan meliputi
perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi ulang, sedangkan ruang
lingkup bidang ilmu termasuk dalam hukum keperdataan ekonomi khususnya
hukum perlindungan konsumen.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap dan jelas mengenai:
1. Kriteria air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut
Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.492/MENKES/PER/IV/2010

tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.
2. Perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
3. Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam rangka pengawasan
kualitas produksi depot air minum isi ulang.

10

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran dan
perkembangan ilmu pengetahuan hukum khusunya mengenai hukum
perlindungan konsumen.
b. Kegunaan Praktis
1) Upaya untuk memperluas pengetahuan bagi penulis dalam bidang ilmu
hukum khususnya hukum perlindungan konsumen.
2) Sebagai sumber informasi bagi pihak atau masyarakat yang membutuhkan
informasi mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen air minum
isi ulang.
3) Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk meraih gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

Kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan
unsur-unsur, yaitu (1) unsur tindakan melindungi; (2) unsur pihak-pihak yang
melindungi; dan (3) unsur cara-cara melindungi. Dengan demikian, kata
perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau
tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu
dengan menggunakan cara-cara tertentu.15

Perlindungan yang diberikan terhadap konsumen bermacam-macam, dapat berupa
perlindungan ekonomi, sosial, politik. Perlindungan konsumen yang paling utama
dan yang menjadi topik pembahasan ini adalah perlindungan hukum.
Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang utama karena
berdasarkan pemikiran bahwa hukum sebagai sarana yang dapat mengakomodasi
kepentingan dan hak konsumen secara komprehensif . Di samping itu, hukum
memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga
dapat dilaksanakan secara permanen. Berbeda dengan perlindungan melalui
institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau politik misalnya, yang bersifat
temporer atau sementara.16

15

Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas
Lampung, Bandar Lampung, 2007, hlm. 30
16
Ibid.

12

Perlindungan hukum

diartikan sebagai

perlindungan oleh hukum

atau

perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam
memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain yaitu
dengan:17
a. Membuat peraturan (by giving rugulation), bertujuan untuk:
1) Memberikan hak dan kewajiban;
2) Menjamin hak-hak para subyek hukum,
b. Menegakkan peraturan (by law onfercement) melalui:
1) Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive)
terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perizinan dan
pengawasan;
2) Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)
pelanggaran UUPK, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;
3) Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative;
recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

Sementara itu, kepastian hukum merupakan unsur yang utama. Ada korelasi
positif antara kepastian hukum dan perlindungan konsumen. Kepastian hukum
merupakan

variabel

yang

akan

mempengaruhi

pemberian

perlindungan

konsumen. Sebaliknya, perlindungan konsumen merupakan variabel yang
terpengaruh dari adanya kepastian hukum. Jadi, inti dari perlindungan hukum
adalah kepastian hukum. Jika kepastian hukum dapat tercapai, maka perlindungan
hukum juga akan diberikan. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan UUPK ada
17

Ibid., hlm. 31

13

dua persyaratan utama dalam perlindungan konsumen, yaitu adanya jaminan
hukum (law guarantee) dan adanya kepastian hukum (law certainty).18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah
cara atau perbuatan untuk melindungi para pihak. Pihak yang menjadi fokus
perlindungan hukum dalam penelitian ini adalah konsumen depot air minum isi
ulang yang diberikan oleh hukum atau undang-undang untuk mencegah adanya
pelanggaran yang dapat merugikan konsumen air minum isi ulang.
B. Perlindungan Konsumen
Kata “Perlindungan” memiliki arti tempat berlindung, hal (perbuatan)
melinduungi.19 Perlindungan adalah perbuatan

yang melindungi sesuatu dari

gangguan yang dapat merugikan, yang dilaksanakan oleh para pihak. Perbuatan
untuk melindungi sesuatu tersebut diatur oleh hukum yang berlaku, artinya hukum
mencegah dengan ancaman hukuman apabila ada pihak lain yang melanggar,
maka pihak lain yang merasa dirugikan berhak menuntut sesuai hukum yang
berlaku.

Konsumen

berasal

dari

kata

serapan

yaitu

consumer

(Inggris)

atau

consument/konsument (Belanda). Menurut kamus bahasa Inggris consumer
diartikan sebagai pemakai atau pengguna barang/jasa atau disebut konsumen.
Konsumen adalah setiap orang pengguna barang dan/atau jasa yang tersedia

18

Ibid., hlm. 33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,
Jakarta, 2002, hlm. 674
19

14

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.20

Pengertian perlindungan konsumen terdapat dalam UUPK, yaitu segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam
UUPK tersebut cukup memadai, kalimat yang menyatakan “segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk
meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya
demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.21

Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku
usaha perlu menjual barang dan jasanya kepada konsumen. Konsumen
memerlukan barang dan jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Sehingga, kedua
belah pihak saling memperoleh manfaat dan keuntungan. Namun, dalam
prakteknya sering kali konsumen dirugikan oleh pelaku usaha yang nakal. Karena
ketidaktahuan dan kekurangsadaran konsumen akan hak-haknya, akibatnya
konsumen menjadi korban pelaku usaha yang curang.

Perlindungan hukum bagi konsumen menyaratkan adanya pemihakan kepada
posisi tawar yang lemah (konsumen). Perlindungan hukum bagi konsumen adalah
suatu masalah besar, dengan persaingan global yang terus berkembang.
perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk

20
21

Lihat Pasal 1 Angka 2 UUPK
Lihat Pasal 1 Angka 1 UUPK

15

serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah dalam
perlindungan hukum bagi konsumen yang diberikan oleh negara.22

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah,
karena tanpa adanya perhatian dan perlindungan dari pemerintah kepada
konsumen, maka pelaku usaha akan semena-mena dalam menawarkan suatu
barang/atau jasa tanpa melihat akibat hukum yang ditimbulkan dalam penawaran
barang/atau jasa, padahal UUPK telah mengatur hak-hak pelaku usaha dan hakhak konsumen, tetapi pada kenyataannya masih banyak diselewengkan oleh para
pelaku usaha sehingga berakibat merugikan konsumen.

Konsumen harus bersifat aktif mencari informasi atau menanyakan kepada pelaku
usaha tentang segala hal tentang barang yang digunakan. Hal tersebut perlu
dilakukan oleh konsumen untuk melindungi dirinya dari gencarnya pelaku usaha
yang menawarkan barang dan/atau jasa yang belum diketahui kualitas produknya.
Untuk itulah diperlukan sikap kritis dari konsumen agar tidak selalu berada pada
posisi yang dirugikan.
Menurut UUPK dalam pasal 4 dijelaskan hak-hak konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan;
22

Abdul Halim Barkatullah, Hak – Hak Konsumen, Bandung, Nusa Media, 2010, hlm. 23

16

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Menurut Wahyu Sasongko hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen
dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:23
a.

Bersifat langsung dalam arti pelaku usaha dan konsumen saling berinteraksi.

b.

Bersifat tidak langsung dalam arti hubungan antara pelaku usaha dan
konsumen melalui pihak-pihak lain sebagai agen, wakil atau perantara,
penyalur, pedagang, grosir dan pengecer. Hubungan ini tergantung pada
transaksi dalam praktik.

23

Wahyu Sasongko, Op.Cit.,hlm. 59

17

Pada ilmu konsumen, semula dianut teori bahwa produsen dan konsumen berada
dalam posisi seimbang. Teori tersebut memandang tidak perlu proteksi untuk
konsumen. Karena keduanya dalam keadaan seimbang menentukan pilihan dalam
transaksinya, konsumen harus bersikap hati-hati. Teori ini dikenal dengan prinsip
lets the buyer beware.24

Selanjutnya berkembang teori bahwa produsen yang memiliki kewajiban untuk
sealu berhati hati dalam memproduksi barang atau jasa yang dihasilannya.
Produsen lebih mengetahui sifat dan keadaan barangnya, mulai dari proses
produksi hingga sampai pada pemasokannya ke pasar. Oleh karena itu produsen
harus menanggung kesalahan jika terjadi sesuatu produk yang merugikan
konsumen.25

Secara hukum produsen dan konsumen memilki hubungan hukum, yaitu
hubungan langsung dan tidak langsung. Hubungan langsung itu terjadi saat
Konsumen dan Produsen telibat langsung dalam sebuah perjanjian jual-beli.
Sedangkan hubungan tidak langsung tersebut terjadi saat produsen dan konsumen
telibat dalam satu perjanjian secara tidak langsung, hal itu terjadi karena antar
konsumen dan produsen ada pihak lain.26

Kepentingan orang sebagai manusia alami dalam penggunaan suatu produk
barang dan/atau jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

24

NHT Siahaan, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Tanggungjawab Produk,
Pantai Rei, Jakarta, 2005,hlm. 14
25
Ibid., hlm. 15
26
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia. Rajawali
Pers, Jakarta, 2011, hlm. 34

18

memenuhi kebutuhan itu, perlindungan yang diperlukan adalah bagaimana agar
produk ini dapat memberikan manfaat bagi tubuh terutama keselamatan dan
keamanan dalam mengkonsumsi.
Berbeda dengan kelompok masyarakat pelaku usaha, kepentingan mereka dalam
penggunaan

suatu

produk

adalah

untuk

membuat

produk

lain

atau

memperdagangkannya, baik berupa barang maupun jasa yang merupakan bidang
usaha atau profesi mereka, perlindungan yang mereka perlukan adalah bagaimana
menjalankan bisnis mereka masing-masing dengan baik dan lancar serta
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ada tiga unsur utama yang terdapat dalam konsep perlindungan konsumen, yaitu:
a.

Adanya jaminan;

b.

Kepastian hukum;

c.

Perlindungan konsumen.

Adanya jaminan hukum dikaitkan dengan adanya peraturan perundang-undangan
yang melindungi kepentingan konsumen dari perbuatan pelaku usaha yang kurang
baik. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut berarti hukum
memberikan jaminan terhadap para subjek hukum atas kepentingan dan hakhaknya. Jaminan akan kepastian hukum ukurannya secara kualitatif ditentukan
dalam UUPK dan undang-undang lain yang masih berlaku untuk memberikan

19

kepada konsumen, baik dalam bidang hukum privat (perdata) maupun bidang
hukum publik.27
Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen yang diperkuat yang
diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha
tidak lagi bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen.
Dengan adanya UUPK beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak
dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika
hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.28
Asas Perlindungan Konsumen
Berdasarkan UUPK Pasal 2, ada 5 (lima) asas yaitu :29
(1) Asas Manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
(2) Asas Keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisiasi seluruh rakyat bisa diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelak
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
27

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2004, hlm. 2
28
Happy Susanto, Hak Hak Konsumen Jika Dirugikan , Jakarta, Visimedia, 2008, hlm. 4
29
Abdul Halim Barkatullah, Hak – Hak Konsumen, Bandung, Nusa Media, 2010,hlm.17-18

20

(3) Asas Keseimbangan
Asas

ini

dimaksudkan

untuk

memberikan

keseimbangan

antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material
atau spiritual.
(4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
(5) Asas Kepastian Hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik laku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelegaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Dalam Pasal 3 UUPK perlindungan konsumen bertujuan :30
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
2) Mengangkat

harkat

dan

martabat

konsumen

dengan

cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

30

Lihat Pasal 3 UUPK

21

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian

hukum

dan

keterbukaan

informasi

serta

akses

untuk

mendapatkan informasi;
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab
dalam berusaha;
6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa perlindungan konsumen
adalah suatu cara atau perbuatan hukum untuk melindungi kepentingan konsumen
dari suatu perbuatan yang merugikan, maka yang dimaksud perlindungan
konsumen dalam penelitian ini adalah usaha atau perbuatan untuk melindungi
konsumen, berupa perlindungan hukum dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis
yang memuat hak-hak konsumen dan melalui lembaga-lembaga yang ditentukan
oleh badan hukum untuk dapat menyelesaikan setiap kegiatan atau perbuatan
pelaku usaha yang merugikan konsumen air minum isi ulang.

C. Pihak-pihak Terkait dalam Perlindungan Konsumen
1. Konsumen
Konsumen berasal dari kata serapan yaitu consumer (Inggris) atau
consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer itu adalah

22

“setiap orang yang menggunakan barang/jasa”.31 Menurut kamus bahasa
Inggris consumer diartikan sebagai pemakai atau pengguna barang/jasa atau
disebut konsumen.

Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 UUPK, konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.

Pasal 1 angka 4 UUPK Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan
maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa adalah setiap layanan
yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen.
Terdapat beberapa batasan pengertian konsumen, yakni:32
1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa
yang digunakan untuk tujuan tertentu.
2) Konsumen antara adalah setip orang yang mendapatkan barang dan/atau
jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk
diperdagangkan (tujuan komersial).

31

Wahyu Sasongko, Op.Cit.,hlm. 53
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta,1999,
hlm. 13
32

23

3) Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan
menggunakan barang dan/atau jasa, untuk tujuan memenuhi kebutuhan
hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk
diperdagangkan kembali (non-komersial).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian
konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa yang
diperuntukan untuk diri sendiri dan tidak diperjualbelikan kembali atau dapat
disebut konsumen akhir air minum.

2. Pelaku Usaha
Istilah pelaku usaha umumnya lebih dikenal dengan sebutan pengusaha.
Pengusaha adalah “setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha
memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu
produk kepada masyarakat luas selaku konsumen”. Pengusaha memiliki arti
yang luas, tidak semata-mata membicarakan pelaku usaha, tetapi juga
pedagang perantara atau pengusaha.

Istilah produsen atau pelaku usaha mungkin sangat jarang dipakai atau bahkan
mungkin tidak pernah diketahui oleh beberapa masyarakat yang hidup dengan
ekonomi menengah kebawah, karena pada umumnya istilah produsen/pelaku
usaha mungkin lebih sering atau lebih tepat digunakan untuk masyarakat
dengan

kehidupan

ekonomi

elite/mewah.

Pada

dasarnya

istilah

produsen/pelaku usaha sering digambarkan atau digunakan pada pengusaha
dalam jumlah yang sangat besar. Pelaku usaha adalah setiap orang

24

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.33

Pengertian pelaku usaha dalam UUPK cukup luas karena meliputi grosir,
pengercer dan lain-lain. Dalam pengertian pelaku usaha tersebut tidaklah
mencakup eksportir atau pelaku usaha di luar negeri, karena UUPK membatasi
orang perseorangan atau badan usaha hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik
Indonesia. Akan tetapi dalam penulisan ini yang dimaksud pelaku usaha
adalah pelaku usaha air minum isi ulang.

3. Pemerintah
Pemerintah seperti yang dijelaskan dalam UUPK bertanggungjawab atas
pembinaan

penyelenggaraan

perlindungan

konsumen

yang

menjamin

diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya
kewajiban konsumen dan pelaku usaha.34

Pemerintah melakukan pembinaan dan perlindungan konsumen seperti yang
disebutkan dalan Pasal 29 ayat (2) UUPK yang berbunyi “Pembinaan oleh

33
34

Lihat Pasal 1 Angka 3 UUPK
Lihat Pasal 29 Ayat (1) UUPK

25

pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen dilaksanakan oleh
Menteri dan/atau menteri teknis terkait”.

Tujuan Pembinaan dan perlindungan yaitu pembinaan penyelenggaraan
perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya
untuk:
1) Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara
pelaku usaha dan konsumen;
2) Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
3) Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia serta meningkatnya kegiatan
penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.

Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) seperti yang disebut dalam
pasal 31 UUPK. Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi
memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya
mengembangkan perlindungan konsumen diIndonesia. Badan Perlindungan
Konsumen Nasional mempunyai tugas:
1) Memberikan

saran

dan

rekomendasi

kepada

pemerintah

dalam

rangkapenyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.
2) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.
3) Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut
keselamatan konsumen.

26

4) Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat.
5) Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan
konsumen dan memasyarakatkan sikap keterpihakan kepada konsumen.
6) Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha.

4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non
pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai
kegiatan menangani perlindungan konsumen. Tugas Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) menurut UUPK antara lain
meliputi kegiatan:35
1) Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak
dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
2) Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.
3) Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen.
4) Membantu

konsumen

dalam

memperjuangkan

haknya,

termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen.
5) Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
35

Lihat Pasal 4 Ayat 3 UUPK

27

Mengacu pada pasal di atas, adapun tugas LPKSM yang berkaitan dengan
pertanyaan

Anda

adalah

dalam

hal

membantu

konsumen

dalam

memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan
konsumen. Di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (PP LPKSM)
dikatakan bahwa dalam membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya,
LPKSM dapat melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar
mampu memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perorangan
maupun kelompok. Salah satu yayasan LPKSM adalah Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat
melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.

D. Air Minum Isi Ulang
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.36
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif.37 Penggunaan kata “isi ulang” yang
dimaksud yang dipakai oleh para pelaku usaha depot air minum adalah proses
atau kegiatan pengisian kembali air minum yang wadahnya merupakan produk
dari air minum dalam kemasan (AMDK) yang dijual dengan nama yang sama

36
37

Lihat Pasal 1 angka 1 Permenkes No. 492 Tahun 2010
Lihat Pasal 3 Ayat (1) Permenkes No. 492 Tahun 2010

28

tanpa mengubah nama kemasan AMDK yang sudah ada. Air yang diisikan
adalah bukan air dari AMDK melainkan hasil produksinya sendiri.

Air minum yang menjadi objek pada penelitian ini adalah air yang melalui
proses pengelolahan, memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Air minum dapat langsung dikonsumsi setelah melalui proses penjernihan
(filterisasi), disinfeksi (Sinar ultra violet dan ozon) guna sterilisasi.

E. Depot Air Minum isi Ulang
Istilah depot dalam bahasa indonesia berarti tempat atau gudang. Berdasarkan
penjelasan pada air minum isi ulang maka depot air minum isi ulang adalah
tempat pengisian kembali air minum yang melalui proses pengolahan,
memenuhi syarat sebagai air minum.

Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Air baku
yang digunakan Depot Air Minum harus memenuhi standar mutu dan
persyaratan kualitas air minum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan.38

Adapun bahan baku air yang digunakan para pelaku usaha depot air minum isi
ulang antara lain:
a.

Mata air pegunungan.

b.

Air PAM dengan kategori sebagai air bersih.

38

Lihat Pasal 1 Angka 7 Permenkes No.492 tahun 2010

29

c.

Air tanah.

Menurut urutan proses produksiair minum di depot air minum seperti yang
tercantum

dalam

Lampiran

Keputusan

Menperindag

RI

Nomor

65