Sistem Penyuluhan Pembangunan Pertanian Indonesia

PENDAHULUAN
Latar Behkane Masalatr

Perubahan Petani
Petani sebagaimana halnya pada pelaku profesi lain, mereka mempunyai kemauan untuk berubah maju dengan menggunakan sumberdaya lahan. kemudahan
berusaha dan produksi usahatani untuk memperbaiki hidupnya.

Dibangunnya pra-

sarana, tersedianya sarana dan modal untuk menggunakan ide ban^ yang disuluhkan.
didukung pula oleh informasi pembanpunan dan harga pasar rang menarik, merupakan pendukung petani dalam memperbaiki usahatani. Kemajuan petani memungkinkan berubahnya petani subsisten menjadi petani kometsial yaitu perani yang
tanggap pada ide baru, informatip. usahatani secara berencana dan bmrientasi pada
kebutuhan pasar untuk memperoleh pendapatan riil yang lebih tinggi.

U paya memajukan petani ( Reksohadiprodjo. 1974) selama periode 1815- 1905
berkembang dalam dua aliran. Yang pertama. menyatakan bahwa kehidupan petani
itu tetap, untuk mengubahnya harus dengan paksaan.

Filosofi aliran ini adaiah:

h r e n a rerpuksu m~njudirurbia.su. AIiran ke dua, menyataJian petani itu terus ber-


ubah bila kemampuan petani bertainbah dan didukung oleb kemudahan berusaha.
Filosofi aliran ini adalah: menolong petuni untuk menrdottg dirinyu.
Sejalan dengan aliran pertama, James C. Scott (1967) rnengemukakan bahwa
petani itu subsisten, prinsip hidupnya ~nend~ihuluk(~n
s~lumut. Alasannya adalah
petani menghindari risiko. berusahatani untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan
surplus hasil hanya untu k kelangsungan kehidupan yang harmoni di masyarakat .
Aliran lain di kemukakan oleh Samuel I-. Popkin ( 1978) yang mengemukakan bahwa
perani rasional dulam berrrsuhuruni. Alasannya adalah petani berani menghadapi

risiko dengan menggunakan berbagai kesempatail memperbaiki usahatani untuk memaksimumkan produksi dalam memperbesar modal usaha.

2
Senada dengan pernyataan Popkin. Mosher ( 1966) mengemukakan bahwa petam
akan maju bila tersedia syarat pokok untuk meningkatkan usahatani, yaitu: saprodi,
transportasi, teknologi, pasar dan perangsang berusahatani. Ditambahkan bahwa
kemajuan semakin cepat biia didukung oleh pendidikan dan latihn, modal, pemtaan
lahan dan usahatani yang diselenggarakan secara bersama oleh petani dalam kesatuan dengan rencana pembangunan regional dan global.
Berbagai pendapat tentang perubahan petani telah berkembang sejak lama

masing - masing dengan alasan dan titik tolak kerangka pemikirannya. Pendapat
Scott bertolak dari petani sebagai bagian dari masyarakat yang mengutamakan kehidupan harmoni, sedang Popkin bertolak dari individu petani yang terus berubah,
dipihak lain Mosher bertolak dari kebutuhan fisik petani.

Bagi Indonesia ymg pe-

taninya sedang berubah, pembinaan lebih lanjut memerlukan pengetahuan apakab
perubahannya masih dalam lingkup petani subsisten ataukah pada lingkup petani
komersial. Untuk mendukungnya perlu di telusuri seberapa jauh petani Indonesia
telah memenuhi ciri - ciri yang menjadi syarat petani komexsial.

Variasi Perkembangan Pembangunan Pertanian

Petani adalah pelaku utama dalam pembangunan pertanian, kama metekalah
yang melakukan usahatani setidaknya sampai menghasilkan produksi. Keutamaan
petani akan bervariasi, bila telah melakukan diversifikasi usahatani secara horisontal
dan vertikal dengan menggunakan berbagai ide baru dan kemudahan benisahatani.
Bervariasinya kemajuan petani, karena faktor petani sendiri bfmpa kemampuan petani mengkelola usahatani, berikut faktor luar petani seperti tersedianya prasarana,
sarana dan iklim berusaha bagi petani. Bervariasinya kemajuan petani membutuhkan variasi pengembangan pembangunan pertanian sehingga penyuluhannya juga
berbeda.


3

Dewasa ini, penyuluhan bagi petani di 'Indonesia diselengarakan dengan
Sistem Kerja Laku (Latihan dan Kunjungan), yang pada awalnya yaitu tahun 1976
dimaksudkan untuk memperkuat fungsi penyuluhan di ddam pembangunan pertanian
&ngan Sistem Bimas (Anonim, 1978; Benor dalam Cernea, Michael, Coulters clan
Russel, 1981). Sistem Bimas (Bimbingan Massal) merupakan pengembangan dari
Si.rwnt PUL (Panca Usaha Lengkap), yang pada tahun 1963 penyelenggaraannya

diprakarsai oleh Institut Pertanian Bogor (Booth dan Mc Cawley dalunr Booth dan
Mc Cawley, 1982). Sistern Bimas niaupun penyuluhan Sistetn Kerja Laku pada
awalnya diperioritaskan pada usahatani dengan konioditas dan wilayah yang
riieriipur~yaiarti strategis bagi penibangunan pertanian Indonesia.
Sejak awal kemerdekaan, usahatani padi selalu diperioritaskan dalam pembangunan pertanian karena nierupakan usaha sebagian besar rakyat Indonesia dan
belum intensif, sehingga Indonesia kekurangan padi (beras) dan menjadi pengimpr
yang terbesar didunia. Menjelang tercapainya swasenibada tahun 1984 (Anonim,
1989) perioritas usahatani dikembangkan juga pada tanaman pangan lain, ternak,
ikan dan tananian perkebunan. Wilayah pengembangan semula dipusatkan pada
wilayah seritra produksi yang n~eliputi75 persen dari produsen tanaman pangan.

ke~iiudianke seluruh Indonesia (Anornim, 1985 '). Wilayah sentra produksi meliputi
provinsi - provinsi di Jawa dan lima provinsi di luar Jawa, yaitu: Sumatera Iltara,
Suniatera Barat, Suriiatera Selatan, Kalitiiantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Adanya wilayah sentra produksi, nierupakan Etasil dari serangkaian kebijakan
fungsi pengaturan di dalam ~iierrgelolaiklim usaha bagi petani. Dari perkembangan
sejarah (Reksohadiprodjo. 1974 dan Anonim, 1978) menunjukkan bahwa kebijakarl
fungsi pengaturan dalam niembina petani di Jawa telah ada sejak pemerintahan raja raja yaitu sebeluni datang dan berkuasanya penjajahan klanda.

4
Selama penjajahn Belanda dikenal politik ethis dengan program pendidikan, irigasi
Qn transmigrasi yang memusatkan pmbangunan peztank di J a m Pededangan

berikutnya dengan politik balas budi dklenggarakan pendidiilgn clan dibangun pula
irigasi di luar Jawa. Rangkaian kebijakan itulah yang mengawali adanya wilayah

sentra produksi tanaman pangan dm wahatani lainnya.
Perkernbangan lainnya yaitu dalam ha1 lahan usahatani, yang sejak pcrlitik
ethis telah dibangun daerah irigasi dan non irigasi. Tahun 1976 (Anonim, 1985 ')
Qlam upaya mencapai swasembada padi d i s e l e n IntensiNQsi
~ ~


Khusus pada

lahan Srigasi, yang kemudian dikembangkan pula pada lahao lain. Dewasa ini ini sebagaimana dikernukakan oleh Manwan, Prabowo dan Mahyudin (1988) bahwa Badan
Penelitian dm Pengembangan Pertanian mengusahakan penemuan komoditas meaurut lahan usahatani yaitu untuk Man irigasi, tadab hujan, laban kering, pasang
surut dan rawa. Sebelum itu diupayakan pengembangan komoditas usahatani menurut DAS (Daerah Aliran Sungai) Hulu dan DAS *lu (Anonim, 19903.

Dari perkembangan kebijakan pembangunan pertanian, memungkinkan ada
tiga variasi perkembangan pembangunan pertanian, yitu provinsi - pmvinsi di Jawa,
provinsi sentra produksi di luar Jawa dan provinsi lainnya, Yang dipertanylkan

apakah ke tiga variasi itu membutuhkan penyuluhan pembangunan pertanian yang
berbeda. Selanjutnya dalam satu variasi pembangunan jxrtanian apakah p

d antar

lahaa usahatani berbeda dalam memrirna ide bm. Seyogianya kemajuan petani
sama antar lahan dan yang bc:rbda hanya pada komudim yang diusahakm-

Tujuan penyuluhan pembangunan pertank adahh meningkatnya kualitas

hidup petani. Peningkatan itu terjadi karena petani m e n e w daa menggudcan ide

baru perbaikan usahatani dalam meningkatkan produktivitas usahatani.

5

Yang sering dipermasaiahkan adalah apkah perubahan perilaku petani ataukah perubahan produktivitas usahatani yang menjadi sasaran dalam penyutuhan pembangun-

an perranian.
Pendapat pertama, bertolak dari informasi Benor dan Harrison (1977)yang
menyatakan bahwa setelah tiga tahun diselenggarakannya penyuluhm Sistem Kerja

Laku, produksi kapas di Turki naik 100 persen dan di India naik rata-rata 20 persen
pertahun, di Indonesia (Sukaryo dalam Cernea, Michael, Coulters dan Russel, 1981)
produksi padi naik rata

- rata 20 persen pertahun.

lnformasi ini mengisyaratkan


bahwa sasaran penyuluhan adalah produktivitas usahatani (produksi persatuan luas

dan wahqu). Lain halnya dengan Kelsey dan Hearne (1955), Leagans ddam Kamath
(1961), maupun Coombs dan Ahmed (1974) yang menyatakan bahwa sasaran penyuluhan adalah meninglcatnya perilaku petani yang ditunjukkan oleh peningkatan
hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dalam menerima dan menggunakan ide barn perbaikan usahatani. Dikemukakan pula bahwa meningkatnya perilaku petani akan meningkatkan produktivitas usahatani dan akan berkembang pada
perbaikan divers; fikasi usahatani.
Informasi diatas m e n u n j u b perlunya ketegasan apa yang menjadi stsaran
penyuli~hanpembangunan perranian. Berikut bagaimana hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup petani clan kontribusi petani pada pembmgunan, dimana
keduanya dinyatahn sebagai t u j w penyuluhan prmbangunan pertanian.

Petani dalam nieningkat& 'prbaikan usahataninya tergantung pada banyak
fungsi yang berpcran dalani pengpunaan sumberdaya lahan dan pengelolaan usaha
produksi sampai n~en~konsumsi.Perbaikan usahatani mencakup diversifikari usahatani horisontal dan diversifthi usahat'ani vertikal.

Perbaikan divemifikasi u s a h a h horiwntal dari mondrultur, aneka usahatani menjadi usahatani yang mempunyai keunggulan komparatif dan beroneintasi agribisnis.
Berikut diversifikasi usahatani natikal dari hanya menghasilkan produksi, mcningkat

dengan menyimpan, mengolah, memasarkan dan rnengkonsumsi yang bergizi tinggi
dalam orientasi agro-industri. Kesemuanya menuntut adanya sistem (kebersamaan


dan ketergantungan fungsi - fungsi) dalam penyuluhan pembangunan pertanian.
Fungsi ape saja yang berperan dalam penyuluhan pembangunan p d a n
bervariasi antara banyak negara. Di Amerika Serikat (Anonim, 1951) sistem penyuluhan terdiri atas fungsi penelitian, penyuluhan clan pengusahaan usahatani.
Sistem tersebut, berkembang di Inggris dan Belanda (Allen, 1958) kemudian di

Eropah Barat laimya (Hagen,1980).

Menurut Lionberger dan Gwin (1982) sistem

penyuluhan yang terdiri atas fungsi penelitian, penyuluhan dan petani pemgguna saja
belum cukup, &@pihams dilengkapi dengan fungsi pelayanan saratla, Dikanukakan

bahwa tanpa p e l a m sarana maka ide b m yang disuluhkan su1it untuk diterima
dan digunakan. Di Jepang (Kubo d a b M n g , 1982; Mizawii dolam Ohkaw, 1987)
fungsi penyuluhan didukung oleh fungsi penelitian dan fungsi pengatunto di dalam
membina petani untuk memperbaiki usahatani dan pemasaran. Selanjutnya dengan
berasosiasi, petaai menggunakan pelayanan sarana clan perlindungan pemasaran
Pembinaan pe&mi yang sama diselenggarakan pula pada petani Korea SelaEan (Ogura

1970; Reed dalon Wong, 1982) dan petani Taiwan (Wieitz, 1971;Feng datum

-9

1982).

Apakah sistem pen y ulu han pem bangunan pertanian Indonesia seperti di
Amerika Serikat, seperti di Jepang ataukah sistem lain masih dipemyakan. Adanya
sistem penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia tentunya bertolak dari perkembangan penyuluhan yang selarna ini telah berlangsung dan peluang perkembangannya dimasa depan.

7

Penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia dibangun sejak adanya penyuluh lulusan Sekolah Pertanian di Bogor tahun 1908 dan sebelum itu telah dibangun lembaga penelitian pertanian (A nonim, 1978). Keberadaan fungsi pengusahaa n usahatani (petani) dt%ina dengan mengadakan Sekolah Desa tahun 1910 dan tahun

1927 (sampai sekarang) diadakan KTI) (Kursus n n i Desa). keduanya mewpalcan
upaya menumbuhkan petani penghubung dengan penyuluh dan d u i penyuluh ke
pcneliti. Indi kasi tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan di Indonesia (saat itu)
teiah berlangsung dalam sistem yang terdiri atas fungsi penelitian, penyuluhan dan
pe!tani pengguna seperti di Amerika Serikat. Perkembangan lebih lanjut pada sistern

Bimas (Anonim, 1987 '), dimam berperan fungsi pengaturan, penyuluhan dan pelayanan diduhrng oleh fungsi penelitian dalam membina petani.


Fungsi

- hngsi

U a m sistem Bimas sama dengan sistem penyuluhan yang ada di Jepang, Korea

maupun lhiwan.

Selanjutnya Kasryno dan Suryana (1988) mengemukakan bahwa

banyak petani mengaWcin komoditas pertaniannya karena pengaruh pesar. Hal ini
mengisyaratkan perlunya fungsi pasar dalam sistem peny uluhan. Dewasa ini,
umumnya petani Indonesia telah memiliki radio dan telah banyak pula yang rnerniliki
televisi dan menggunakan koran masuk desa disamping mudahnya t n i q m t d , kesemuanya mempermudah petani untuk menerima dan menggunakan informasi
pembangum. Perkembangan penyuluhan diatas menunjukkan perlunyit penrbahan perubahan dalam meningkatkan penyuluhan pembangunan pertanian Iadonesia,

Fun@ - fungsi yang telah dikemukakan yaitu p e d i t k n , perryuluhan, pengaturan, playanan, pasar dan informasi , keberadaannya memang dibutuhkan oleh

petani sebagai fungsi pengusahaan usahatani. Namun demikian, apakah antar fungsifungsi itu merupdm satu sistem dalam penyuluhan pembangunan pertanian, masih
dipertanyakan. Kalau berada dalam satu sistem maka bagaimana pula halnya dengan

bervariasinya perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia ?

Pembahan petani karem menerima ide baru perbailran usahatani yang mengacu pada agri-bisnis dan agro-industri melalui diversifikasi usahatmi, membawa
konsekuensi perubahan pula pada fungsi - fungsi yang terkait.

Perubahan itu

mengakibatkan timbulnya masalah - masalah dalam penyuluhan pembangunan per-

tanian. Masalah - masalah tersebut adalah:
1. Bervariasinya pc?~birhanperilaku petani dalam berbagai perkembangan

pembangunan pertanian.
2. Penrbahan apa yang terjadi karena penyuluhan pembangunan perfanian ?

Apakah lebih pa& perubahan perilaku petani ataukah pada perubahan
produktivitas usahatani ?

3. ILingkup perubahan petani, apakah masih dalam lingkup petani subsisten

ataukah pada lingkup petani komersial ?
4. Kebemxmm dan ketergantungan antara fungsi yang berper;m dalam penyuluhan pembangunan pertanian pada berbagai variasi perkembangan
pertanian.

Tuiultn Penelitian

Selaras dengan masalah - masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Melakukan kajian terhadap perubahan perilaku petani dalam berbagai

perkembangan pernbangunan pertanian.
2. Menganalisis perubahan sssaran penyuluhan pembangunan pertanian.
apakah perubahan perilaku ptani ataukah produktivitas usahatani.

3. Menganalisis perubahan ciri - ciri petani di berbagai wilayah yang
berbeda perkembangan pembangunan pertaniannya.
4. Menghasilkan adanya sistem penyuluhan pembangunan pertanian pada

berbagai taraf perkembangan pembangunan pertanian.

w n a a n Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan berbagai kegunaan terhadap peningkatan
penyuluhan pembangunan pertanian dalam ~nendukungkeberhasilan pembangunan
pertanian. Keberhasilan tersebut merupakan bagian dari upaya meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya sebagai tujuan pembangunan Indonesia. Kegunaan
bagi penyuluhan pembangunan pertanian adalah:
1. Diketahuinya variasi perubahan perilaku petani dalam menerima ide baru

perbaikan diversifikasi usahatani horisontal dan diversifikasi usahatani
vertikaI , merupakan masu kan dalam menetapkan strategi, metoda maupun
teknik penyuluhan pembangunan pertanian.

2. Diketahuinya sasaran penyuluhan pembangunan pertanian dan hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup maupun kontribusi petani terhadap pembangunan. Sasaran tersebut dapat dijadikan sebagai indikasi
keberhasilan penyuluhan.

3. Diketahuinya sistem penyuluhan pembangunan pertanian pada berbagai
variasi perkembangan pembangunan pertanian Indonesia, mempakan titik
tolak untuk menetapkan aktivitas dan peran fungsi dalam meningkatkan
kualitas hidup petani dan kualitas fungsi - fungsi yang berperan.
4. Sebagai masukan bagi peneliti yang mengupayakan peningkatan kualitas

hidup petani, khususnya melalui penyuluhan pernbangunan pertanian.

Secara alami, perubahan petani terjadi karena mereka menyesuaikan dengan
lahan (sumberdaya alam) dan lingkungan lai nnya. Mereka hidup dalam lingkungan
tertutup dan berusahatani untuk kebut uhan sendiri (petani subsisten). Keadaan
yang lain pada petani komersial, dimana mereka terbuka pada luar atau inf-tif,
tanggap pada ide baru, usahatani dilakukan sxara berencana dan berorientasi @a
kebutuhan pasar. U ntuk menjadi pebni komersial , diperlu kan perubahan petani
yang dapat t ej a d i karena paksaan, perintah, propaganda, bujukan, peninran dan
b

pendidi kan (formal, non formal, informal). Penyuluhan pembangunan pertanian
sendiri adalah sistem pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya, agar
tumbuh dan berkembang perubahan dari dalam diri petani untuk menj;sdi m u , tahu

dan marnpu rnenggunakan ide baru perbaikan usahatani sehingga produktivitas meningkat guna memenuhi kebutuhan hidup dan sekaligus pula memberikan kontribusi
pada pembangunan, dalam kehidupan yang sejajar dengan kemajuan profesi lain.
Untuk dapat menggunakan ide baru, petani membutuhkan perbaikan F r a n i i , kecukupan sarana, modal dan iklim usaha untuk meningkatkan produksi. Sefanjutnya membutuhkan informasi usahatani dan pasar dalam meningkatkan diversifikasi
usahatani berdasarkan keunggulan komparatip yang berwientasi agribisnis dan agroinciustri dalam memperoleh pendapatan riil yang lebih tinggi.
Berbagai informasi tentang perubahan petani, antma lain menurut Hackett
(1950) dan Mead (1963) yang menyatakan bahwa pada awalnya petani tergantung
pada lahan (alam), kemudian mengekploitasi lahan, akhirnya karena menyadari ke-

terbatasan lahan maka berusaha melestarikannya. Alvin Toffler (1980) mengemuka-

kan tiga gelombang perubahan pada scktor pertanian. Gelombang pertarna dicirikan
oleh usahatani keluarga, menggunakan lenaga manusia dan ternak untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.

12

Gelombang ke dua, dicirikan oleh terjadinya revolusi hijau yang untuk mengusahakannya membutuhkan sarana (pupuk. obat dan alat) dan prasarana yang cukup.
Usahatani bmrientasi pada kebutuhan pasar yang diusahakan secara bersama dalam
asosiasi koperasi. Gelombang ke tiga, dicirikan oleh rekayasa genetika untuk meng-

hemat sumberdaya alam dan dengan tujuan rncmperoleh pendapatan yang tinggi.
Berbagai informasi yang telah dikemukakan mcnunjukkan bahwa orientas;
usahatani berubah dari pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi kebutuhan pasar,
namun belum diinformasikan upaya untuk mengubahnya. Peruhahan petani t e h t

sejalan dengan pendapat Popkin (1978) yang menyatakan petmi itu msionuf dalam
berusahatani. Alasann y a adalah petani meman faatkan kemudahan berusahatani

dengan usaha yang dilakukan secara berencana dalam menggunakan ide baru guna
memaksimumkan produksi. Usaha tersebut karena petani berani menghadapi risiko
d d a m menggunakan ide barn perbai kan usahatani. Prinsip lain dikemukakan oleh

James C. Scott (1%7) yang menyatakan prinsip hidup petmi crdlrwl me-n
selamat. Alasannya adalah karena petani itu menghindari risiko sehingga sulit

untuk meneri ma ide baru. Mereka berusahatani untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dan surplus Qlam berusahatani hanya untuk memenuhi kegiatan g u m kdangsungan
budaya bennasyarakat yang harmonis.
Prinsip hidup petani yang dikcmukakan Scott bertolak iiari petani sebagai
bagian dari masyarakat dan mengutamakan kehidupan yang harrnoni, sedangkan
Popkin memandang petani sebagai individu yang terus be&

maju. Hayami dan

Kawagoe (1993) menyatakan pendapatnya yang sejalan dengan Popkin d a n
menyatakan bahwa prinsip hidup petani yang dikemukakan Scott adalah aiiran
pesimistik sedangkan yang di kemukakan Popki n adalah alirun optimistik. Hasil

penelitian mereka di Jawa Barat dart di Lampung tahun 1986 - 1990 menunjukkan
bahwa petani berusahatani secara rasional dan berorientasi pada kebutuhan pasar.

13

Perubahan petani menurut Allen (1 958). Hagen ( I %2) dan Lerner (1 983) karcna
berbagai pengalaman usahatani yang mcnyadarkan.

Kesadaran petani tersebut rnc-

nurut Chamber (1983) menjadikan pvuni iru reulistis yaitu menerima ide baru xtelah mengalami sejumlah pengalaman kegagalan dan kebcrhasilan berusahatani,
selanjutnya mereka memilih yang lebill untung.

Kasus di Baguio Filipina sepcrti

yang dikemukakan oleh Korzan dan .l'iongson (1979) bahwa karena keterbatasan
lahan usahatani sedangkan kebutuhan terus meningkat. maka untuk mernenuhinya
petani rnelakukan pilihan usahatani yang memberikan hasil yang lebih untung.
Informasi diatas menunjukkan bahwa petani berubah setelah mengalami,
namun belum dikemukakan apakah kemampuan petani itu merupakan kesatuan
usahatani secara berencana. Dalam ha1 pengaruh luar. Migdal (1974) dan L e m r
(1983) mengemukakan bahwa faktor luar berupa mudahnya transportasi, sentuhan
media massa, disamping bimbingan khusus menjadikan petani lebih terbuka pada
hubungan luar. Keterbukaan tersebut mcnjadikan petani membanding dan kemudian

menggunakannya dalam keputusan perbaikan usahatani. Sedangkan Mosher (196)
mengemukakan bahwa kemajuan yang mengubah petani subsisten menjadi petani
komersial karena dukungan sarana dan prasarana disamping pengendalian h a r p
pasar yang mendorong kemajuan usahatani. lnformasi yang dikemukakan &lam
bentuk indikasi kemampuan fisi k, lain halnya dengan John Mellor (1989) yang
menyatakan bahwa perubahan perani subsisten menjadi petani komersial karena
berkembangnya kemampuan memperhitungkan usaRatani keluarga m enjadi asosiasi
petani koperatip.

Menurut Dahrendorf (1968) maupun Hartwick dan Olewiler (1986) bahwa
perubahan petani secara bertahap, sejalan dengan kemampuan mengkelola lahan
usaha secara berlanjut. Tahap pertama memang dibutuhkan pembangunan prasarana
dan sarana atau merubah kondisi untu k meningkatkan produksi.

14

'Map berikutnya &ngan berbagaI subsidi impor dan ekspor dalam rnelindungi pasar
usahatani atau merubah kondisi non fisik agar pendapatan petani lebih tinggi. Perubahan petani secara bertahap di Jepang (Mizawa dulwn Ohkawa, 1983) Belanda dan
Perancis (Furtado &lorn Meier, 1987) 13irma dan Ghana (Myint dulam Meier, 1987)
pada awalnya fungsi pengaturan yang menata wilayah komoditas usahatani, kcmudian dilanjutkan dengan mengembangkan komoditas kedua (secondary crops)
yai tu komoditas yang cepat menghasi l kan uang (cash crops), disamping komoditas
tradisional. Upaya tersebut mampu merubah petani subsisten, yaitu petani yang
berorientasi untuk kebutuhan sendiri menjadi petani semi komersial yaitu petani yang
beroreintasi pGada kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar.
Informasi diatas belum mengemukakan bagaimana tahap berikutnya, dalam
ha1 ini Rogers dan Kinchaid (1981) secara tersirat mengemukakan tahap tersebut
adaiah periindungan pasar dalam mendukung petani berorientasi pasar dan pendapatan nil yang lebih tinggi. Lebih jauh dikemukakan oleh Hayarni dan Kawagoe (1993)
bahwa dengan upaya perlindungan pasar menjadikan petani Jepang, Korea maupun

Taiwan beralih dari era agraris menjadi cra industri, yaitu pertanian yang maju mendukung kemajuan industri secara timbal balik.

Dalarn ha1 siapa saja yang berubah, Witz (1 971) mengemukakan bahwa perubahan tidak cukup hanya ditujukan pada petani, tetapi setidaknya perubahan petani
dan warga desa lainnya. Hal ini karena perubaban itu tidak berdiri scndiri, tetapi
satu kesatuan dengan masyarakat tainnya dan dalam kesatuan dengan kedudukan
petani sebagai warga masyantkat dan bangsa. Perubahan petani subsisten (peasant)
yang usahataninya oleh keluarga, padat karya dan menghasi t kan bahan mentah,
berubah menjadi petani komersial (farmer) yang berusahatani secara koperatip, padat
modal clan menghasilkan bahan setengah jadi h g i industri.

Secara keseluruhan, informasi yang menyatakan perubahan petani subsisten
menjadi petani komersial, yang mengacu pada agribisnis dan agro-industri dengan
ciri seperti pada Tabel 1.
Tabel 1.

Ciri Petani Subsisten dan Petani Komersial
dalam Pengusahaan Usahatani
5

No

Ciri

Petani Subsisten

Petani Komersial

1.

Prinsip hidup
petani dalam
berusahatani

Mendahulukan
selamat
(pesimistis)

Komersial dalam
berusahatani
(optimistis)

2.

Ketergantungan
berusahatani
pada alam

Tergantung
pada alam

Memanf9atkan &
mengendalikan
alam

3.

Penggunaan lahan
(sumberdaya alam)

Usahatani untuk
sekarang

Usahatani yang
berkelanjutan

4.

Bentuk usahatani

Usahatani
keluarga

Usahatani
koperatip

5.

Sikap menerima
ide ban

Cenderung temp
yang lama

mn!5l3a~
ide baru

6.

Keterbukaan pada
hubungan luar

Terbuka pada
batas tertentu

Terbuka
(informatip)

7.

Perencanaan &lam
berusahatani

Menggunakan
pengalaman
atau tradisi

secara
berencana

Orientasi
usahatani

Kebutuhan
keluarga

Pasar

Kegunaan hasil
usahatani

Kehidupan yang
yang harmoni

Pemupukan
modal

8.
9.

Usahatani

Permintaan

t

Bervariasinya perkembangan pembangunan pertanian Indonesia terrnasuk
penyuluhan pembangunan pertanian yang ada didalamnya, tergantung pada faktor
dalam dan faktor luar petani. Faktor daiam adalah fungsi pengusahgan usahatani
(petani) dan usahatani, sedangkan faktor luar dalam kaitan penyutuhan adalah
fungsi penyuluhan dan fungsi - fungsi yang mendukungnya.
Bagi Indonesia, sepertti yang dikemukakan pada GBHN 1993 bahwa perkembangan pembangunan pertanian yang diharapkan adalah keseimbilngan antara
pembangunan sektor pertanian dengan sektor non pertanian. Dalam hubungan ini,

maka yang menjadi tujuan penyuluhan pembangunan pertanian adalah terpenuhinya
kebutuhan petani yang sekaligus memberikan kontribusi pada pembangunan. Karena
tujuan ganda itu pulalah yang memungkinkan bervariasinya perkembangan pcnyuluhan, yaitu bisa bersifat lebih pada petani, lebih pada pembangunan keseiuruhan atau
keduanya seimbang.
Wriasi perkembangan peny uluhan pembangunan pertanian yang ada sekarang
merupakan rangkaian perubahan dan perbaikan yang telah diusahakan sejak lama.
Dalam ha1 ini, Reksohadiprodjo (1974) mengemukakan bahwa selama *ode

- 1905 belum ada penyuluhan bagi petani Indonesia.

1815

Pembinaan petani saat itu di-

lakukan dengan perinrah oleh pangreh praja yaitu petugas pemerintah penjajahan

w.Karena ter-

Belanda yang dikhususkan untuk memperhatikan k e h i i p a ~

batasnya kemampuan pangreh praja, diadakan Jawatan Pengairan untuk mengurus
irigasi dan Dinas Kehewanan untuk melayani kesehatan ternak, sedang pertanian
lainnya masih oleh pangreh praja.

Untuk memperkuat kesiapan membina petani

(Anonim, 1978) dibangun Kebun Raya di Bogor yang pada tahun 1817 menyebarkan
50 jenis tanaman. Disini bertugas beberapa lnspektur Pengawas tanam paksa yang
antara lain sejak tahun 1831 mengembangkan tanaman kopi , tebu dan tembakau.

17

'Itthun 1876 dari kebun tanaman perdagangan Cikeumeuh Bogor, dikembangkan
tanaman karet, rosela, padi, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu dan jagung. W u n
1880 didirikan Lembaga Penelitian Pertanian dan tanaman perdagangm di Bogor.

'Itthun 1903 (Reksohadiprodjo, 1974: Anonim, 1978) menrpakan awal penyiapan adanya penyuluh bagi petani Indonesia, yaitu dengan mendirikan Sekolah,
Pertanian di Kebun Raya Bogor dan dua tahun kemudian didirikan pula Departemen
Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan. Upaya tersebut merupakan bagian dari
politik balas budi @olitikethis) yang mulai tahun 1901 me1aksanak;ur kegiatan pen-

didikan, irigasi dan kolonisasi atau transmigrasi. Penyuluhan bagi petani baru di
mulai tahun 1908 (Anonim, 1978) yaitu sejak adanya lulusan Sekolah Pertanian.
Berhubung jumlah penyuluh masih sangat sedikit, maka sampai tahun 1921 penyuluhan dilakukan oleh Pangreh Praja, sedang penyuluh hanya sebagai penasihat.
Untuk mempercepat diterimanya ide bani, maka pada tahun 1923 Sekolah Desa (SD)
lima tahun ditingkatkan menjadi enam tahun dengan penambahan ma& pertanian.
Lulusan Sekolah Desa diharapkan menjadi petani pemimpin dan penghubung dengan
pen y uluh . Kemudian sejak tahun 1927 (sampai sekarang) diselenggarakan berb;tgai
KTD. Berikut dibentuk kelompoktani, yang di Jawa Barat dinamakan Rukun Tani

dan di Jawa Timur dinamakan Kring Tani. Rangkaian pembinaan itu menjadikan
petani di Jawa (wiiayah pembangunan pertanian 111) lehih dahulu maju dari lainnya.
Didorong oleh pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia, rnaka sun 1931
penjajah Belanda meningkatkan kegiatan politik bafas budi di Jawa dan mengembangkan pula di luar Jawa , yaitu peningkatan dari politik ethis di Jawa dan
luar Jawa (Reksohadiprodjo, 1974). U ntuk itu diselenggarakan Sekolah Desa, KTD
dan membangun irigasi untuk usaha tanaman pangan dan di non irigasi untuk usaha
perkebunan rakyat.

Wilayah luar Jawa tersebut kemudian sebagai sentra produksi

di luar Jawa (wilayah pembangunan pertanian 11).

19
M u n 1945-1948 dalam situasi revolusi fisik, penyuluhan bagi petani kurang
sempat ditangani. Selanjutnya tahun 1948 - 1950 merupakan awal pembangunan pertanian dengan dicanangkannya Rencuna Produksi Tiga Tahun (Anonim, 1978).
Program ini mendahulukan pemhangunan pertanian khususnya komoditgs padi pGbda
sentra produksi, sedangkan komoditas perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sebagai pendukung. Diperioritaskan usahatani padi, karena merupakan usaha
sebagian besar rakyat Indonesia dan produktivitasnya rendah, akibatnya pemenuhan
kebutuhan masih dengan impor. Penyuluhan bagi petani terus dipexkuat dengan melengkapi Mantri " h i Kecamatan.
Pada periode tahun 1950 - 1959 penanganan Rencana Produksi Tiga lhhun
diteruskan dan ditingkatkan menjadi Rencanu Kerja Istimewa (RKI) dengan tetap
memperioritaskan masih pada komoditas padi di wilayah sentra produksi (Anonim,
1978). Pada RKI, penyuluhan dimantapkan dengan membangun Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) sebagai tempat pertemuan petani, kursus pernuka tani
dan percontohan usahatani. Diharapkan dari pemuka tani tejadi difusi ide baru,
yaitu diterima dan berkembang pada petani pengikut

.

Harapan tersebut sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Tjondronegoro dalam Koentjaraningrat (1984)
bahwa sodality suatu masyarakat yang terkecil dan berdaya hidup karena ciri khasnya hubungan kepentingan. Dengan mengikut sertakan pemimpin yang be!rpengamh
dilingkungan masyarakatnya maka partisipasi masyarakat dalam pembangunan
lancar.

Penyutuhan pada RKI belum menetapkan berapa banyak clan bagaimana

memilih petani pemimpin agar ide baru dengan cepat dan merata perkembangannya.
Kegiatan RKI selain membangun BPMD, diselenggarakan pula unit usahatani di wilayah potensi produksi dengan program Pudi Sentra. Pada Padi Sentra
berperan fungsi penyuluhan dalam membina petani didukung oleh fungsi pelayanan
sarana dan fungsi pemasaran yang saat itu masih dikendalikan oleh pemerintah.

20
Pengalaman pembangunan pertanian di Amerika Serikat pada awal abad XX (Allen,
1958) dengan ciri seperti halnya pada RKI telah berhasif mempercepat penyebaran
ide baru guna meningkatkan produksi usahatani. Belum berhasilnya RKI menurut
Booth dan Mc Cawley (1982) karena tingkat buta huruf petani yang tinggi, akibatrtya

penerimaan ide baru berlangsung lambat disamping teknologi baru belum banyak ditemukan.
Pada tahun 1960 dicanangkan Pembangunan Semesta Berencana (Anonim,
1978), yang pada pembangunan pertanian diselenggarakan Gerakan Swasembada
Bahan Makanan (SSBM) yang diperioritaskan untuk mengatasi kekurangan beras
(padi). Pembangunan pertanian diselenggarakan dengan sistem Komando Operasi
Gerakan Makmur (KOGM) pada sentra produksi. m a i komandan adalah Camat,
Bupati ataupun Gubernur sesuai tinglcat pemerintahan, sedangkan penyuluh hanya sebagai penasihat teknis. Dalam suasana kekurangan beras, pada tahun 1963 Institut
Pertanian Bogor memprakarsai Sistem Pbnca Usaha Lengkap atau Sistem PUL. Di
dalam sistem PUL (Booth dan Mc Cawley, 1982) berperan fungsi pengaturan dan
fungsi penyuluhan didukung oleh fungsi penelitian dan fungsi pelayananan. Sistem
PUL berhasil dalam menjadikan petani tanggap pada ide barn dalam meningkatkan
produksi usahatani. Keberhasilan sistem PUL kemudian dikembangkan menjadi
Demas (Demontrasi Massd), Bimas (Bimbingan Massal), Bimas Gotong Royong,
Bimas Baru, Bimas disempurnakan dan menjadi sistem Bimas sampai sekarang.
Hadisapoetro (1975) mengembangkan Sistem PUL menjadi Sistem Wiiud (Wilayah
Unit Desa), yaitu dengan mengadakan wilayah pembinaan usahatani, mengembang-

kan petani koperatif dalam wadah Badan Usaha Unit DesdKoperasi Unit Desa &am
meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil. Untuk penyuluhan dalam
satu Wilud, ditetapkan WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) meliputi 600 1 000 hektar equivalen sawah. bisa meliputi satu atau lebih desa.

21
Dilengkapbya prasaranrt, sarana dan modal yang menrpakan kemrdahan berusahatani semakin menuntut k&apan penyuluh (jumtah dan mutu) dahm membina
petani. Untuk memperkuat penyuluhan dalam program Bimas, maka pada tahun
1977 diselenggarakan penyuluhan sistem kerja Laku. Dalam sistem kerja Laku
(Benor, 1977) penyuluhan dipeflruar dengan diadakannya BPP (Balai Penyuluhan
Pertanian) sebagai basis penyuluh dan diadakan Penyuluh Pertanian. Tiap dua
minggu sekali penyuluh dilatih di BPP dengan materi baru hasil fungsi penelitian,
selanjutnya menyuluhkan materi itu pada kelompoktani yang secara teratur dan
berkelanjutan tiap dua minggu d i pada kelompok yang sama. Penyuluhan sistem

kerja Laku dikmbangkan sejah dengan program Bimas, yaitu semufa di Jawa dan
sentxa produksi pertanian diluar Jawa , kemudian ke semua wilayah Indonesia.
JWbagai upaya meningkatkan kebedaan penyuluhan dalam pembang~~an

per?anian, yaitu dengan Keputuan Presiden nomot 45 tahun 1975 di-

adanya

BPLPP (Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian) aktivitasnya antara
lain mengkaji metoda dan teknik penyuluhan. U ntuk mendukung penyuluhan diada-

kan FKPP (Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian) ditingkat Nasiod dan Daerah.

Pada perkembangannya, BPLPP berubah menjadi Badan Diklat (Badan R d i i
dan Latihan M a n ) dirnana pelaksanaan penyuluhan deh Direktorat Jenderal
lingkup Departemen Pertanian dan penanganan petugas penyuluh oleh Badan
Pengendali Bimas. Terakhir dengan Keputusan Presiden nomor 83 tahun 1993
penyuluhan lingkup pertanian ditangani oleh Pusat Penyuluhan Pcrtardan yang berada pada Sekmtarht Jenderal Departemen Pertanian. Di tingkat provinsi administrasi

fungsi penyuluhan berada pada Kantor W i layah Departemen Pertanian, ditingkat
Iapangan penyuluh dan juga BPP berada di bawah administrasi Pemerintah Daerah.

B e n m h i n y a perkembangan pembangunan pertanian Indonesia menghendaki
adanya variasi penyuluhan. Mriasi tersebut secara kronologis, seperti pada ltdbel 2

We1 2. Wasi Perkembangan I'embangunan Pertanian Indonesia
b

No M u n

Kelembagaan/Program

1

A ktivitas

4

t

2

1.

1817

Kebun Raya di Bogor.

Menyebafkan 50 jerk tanaman.

2.

1830-1878

SistemBmmPaksa.

Mengemban kan: antara lain
Kop~,Tebu, 5 4ila dan Tembakau.

3.

1876

Kebun ' h a m a n Dagang
Cikeumeuh Bogor.

Pengembangan Karet, Rosella,
Padr ,Kacang Xmah, K-I.
Jagung, Ubi Jalar dan Ubr Kayu.

4.

1880

Lembaga Penelitian
Pertan~andi Bogor.

Penelitian tanaman pangan dan
tanaman perdagangan.

5.

1901

Politik Balas Budi

Pendiiikan,Irigasi ,Tmmmigrasi

6.

1903

Sekoiah Pertanian
di Kebun Raya Bogor.

Mendidik calon pdugd
Penyuluh Pertantan.

7.

1905

Departemem Pertanian
clan Penhgangan.

Menan& keg'kitan pertmian
dan ekspor has11perranian.

Penasihat pertanian

Lima orang penyuluh pdama.

Dinas Pertanian dlm

Penyuluh men luhkan t a n a ~
pangan, perke r
unandan kred~t.

8. 1908
9.

1910

3

10.

1923

-

Pangreh
%-*
di Praja.

01

Penyuluhan Pertanian

s*

Sekolah Desa 5 men' i 6 tahun
Penyuluhan Panca saha bagi
mmnan pangan P-fangan.

11. 1927

Pembinaan petani
pemimpin.

12. 1931

Politik Balas M i .
(poli ti k ethis)

13. 1942- 1945

Mantri l h i di Kecamatan, Peningkatan produksi pangan dan
Koperasi m i Kecamatan. p e n g u m p u b produks~pangan.

14. 1945-1950 Jawatan Pertanian.
15. 1950-1959 BPMD.

Reorganisasi Lembaga Pertanian
RKI pada Sentra Produksi.

16. 1958- 1963 Padi Sentra, BM PT,

Intemifikasi tanaman c p g a n
di semua sentra p d u r
dilanjutkan

-

IPB mempmkarsai
Sistem Panca Usaha
hnglrap W L ) .

Kebersamaan fun si
pekyanan
penyuluhan dan petmi.

Sistem Bimas.

Sistem PUL disentra prod*
kemudian semua wilayah.

Sistem Wilud.

Penahan penyuluh pada sunua
sentra produksi kenudian I;rinnya

BPLPP, WKPP.

Penataiin fungsi penyuluhan.

BIP, BLPR

Pembinaan kesiapan penyuluh.

4 l!Eag-"='

Penyuluhan Sistem
Kerp L.~!Ku mendukung
Slstem BIFKPP

Penyuluhan terpadu.

Penyuluhan Sistem
Ker~a
"Penyuluhan Menurut
Kebutuhan Daerahw.

Semua wilayah

r\

Indonesia

Semua wilayah lndoaesia
Penyuluh Lapang pada Pemda

Sumber : Reksohadiprod' 1974), Hadisapoetro (1975), Anonirn (1978 Booth dan
Mc Cawley (1 82 dan Keputusaan Presiden nomur 83 tahun

b3.

Pengusahaan usahatani banyak dibatasi oleh kemampuan lahan usahatani,
dalam kaitan ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Anonim, 1990')
sedang me@

komoditas memrmt lahan irigasi. tadah hujan, lahan kering pada

DAS hulu dan pasang swut dan rawa pada DAS hilir. Dari i n f 4 tetsebut maka

lahan usahatmi dapat dirinci nmjadi irigasi, tadah hujan, kering dan

lebgk pada

DAS hul u, berikut lahan irigasi, trrdah hujan, kering, pasang sumt dan panhi pa&
DAS hilir, semuanya sembilan Man.
Bertolak dari variasi perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia
memungkinkan a&. tiga variasi peny uiuhan pembangunan pertanian. S e h j u t n y a
bervariasi nya lahan usahatani, apkah juga menjadikan bervariasi nya perilaku petani
di dalam menerirna ide baru perbailcan usahatani, masih memerlukan pengamatan.

ran dan Tuiuan P e n y k t m
Pembangunan dan Pembangunan Pertanian
Pembangunan adalah dikembangkannya penggunaan ide baru (rekayasa sosial
dan rekayasa teknologi) secara berencana, mencakup berbagai aspek kehidupan
sesuai dengan pmfesi secara berlanjut dalam meningkatkan kualitas hidup yang berimbang di masyarakat. Sedang pembanguna~lpertanian adalah upaya meningkatkan
pendapatan petani yang berimbang dengan pengguna hasil usahatani melalui penggunaan ide baru sesuai dengan potensi dan pendukung usaha. sehingga pemenuhan
kebutuhan petani dan kontribusinya meningkat sejajar dengan kemajuan profesi lain.
Berbagai pendapat tentang pembangunan, yang dalam mempertegas batasan
sering di kaitkan pula dengan modernisasi. Pembangunan, menurut La Palombara
dalam Miner (1966) adalah pengembangan dari modernisasi yang menggunakan atat

dan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi kerja kedalam tata hubungan kehidupan manusia secara menyeluruh dan komplek.

Miner (1966) mengemukakan

modernisasi adalah perubahan yang bertolak dari dukungan alat dan teknologi baru
dengan tujuan efisiensi, sedangkan pembangunan bertolak dari perubahan perilaku
dalam menggunakan alat dan teknologi baru dengan tujuan kesejahteraan. Sedang
Rogers (1969) maupun Schoorl(1980) mengemukakan bahwa modernisasi itu perubahan karena adanya teknologi baru dalam meningkatkan pertumbuhan produksi
dan pembangunan adalah perubahan sosial, ekonomi dan budaya dalam meningkatkan kualitas hidup. Dilihat dari cakupannya, Tjondronegoro (1978) mengemukakan
bahwa modernisasi mengandung arti merubah tradisi dan cenderung pada perubahan
materiil dahulu, perubahan susunan dan pola masyarakat jarang dikaitkan dengan
modernisasi.

Walaupun demikian itu perubahan sikap dan sistem nilai tidak di-

keluarkan dari jangkauan pengertian dan i sti lah modernisasi , karena i tu aspek
pendidikan. komunikasi dan bahkan ideologi dipentingkan.

Perbedaan modernisasi dan pembangunan i t u adalah terletak pada pemberian

kesempufandan rangsangan yang lebih pada pembangunan dan kurang diperhatikan
dalam modernisasi .
Pembangunan menurut Todaro (1978) adatah proses multidimensional,
melibatkan reorganisasi dan reorientasi aspek sosial , ekonomi maupun poli t i k,
sedangkan modernisasi lebih menitik beratkan pada terselenggaranya teknologi bam
dalam memperoleh efisiensi kerja. Aspek pembangunan menurut Todaro ( 198 1)
yaitu: meningkatnya taraf hidup manusia dengan terpenuhinya kebutuhan, meningkatnya harga diri dan meningkatnya kebebasan memilih barang maupun jasa.
Alfian (1986) mengemukakan cakupan perubahan dalam pembangunan adalah
dimensi kebudayaan, dimensi sistem dan dimensi proses, yang menjadikan serasinya
kemajuan.
Informasi - informasi diatas seperti yarig telah dikemukakan penulis sebelumnya bahwa pembangunan bertolak dari perubahan perilaku dalam menggunakan ide
baru (rekayasa sosial dan rekayasa teknologi ) dalam meningkatkan kuatitas hidup.
Sedangkan modernisasi bertotak dari perubahan karena digunakannya alat dan bahan
(rekayasa teknologi) dalam mencapai efisiensi.
Dalam pembangunan pertanian. menurut Mosher d u b L.eagans dan Loomis
( 1971 ) yang

sangat esensial adalah perubahan peritaku. Selanjutnya dengan pembah-

an perilaku itu petani meningkatkan produktivitas usahanya seperti pengembangan
agronomi, ternak clan ikan. Untuk mencapainya, Mosher (1966) mengemukakan lima
syarat pokok, yai tu: pasar hasil usahatani , teknologi yang selalu berubah, tersedianya
sarana produksi, perangsang berproduksi dan transportasi. Dikemukakan pula lima

.

faktor pelancar, yai tu: pendidi kan pem bangunan. kredit produksi kebersamaan petani, perbai kan dan perluasan lahan pertanian dan perencanaan nasional.

26
Di Amerika Serikat, menurut Rogers ( 1960) kegiatan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani, untuk itu diusahakan pengendalian
harga, konservasi sumberdaya lahan agar usahatani terselenggara secara berlanjut,
kredi t pengembangan usahatani, penel i tian dan pendidikan, pengendalian hama
penyakit tanaman dan hewan serta peramalan usahatani. Di Jepang menurut Ogura
( 1970) pembangunan

pertanian dengan kegiatan penataan penggunaan lahan untuk

pertanian dan industri, dari laha11 tersebut dikembangkan komoditas usahatani yang
sesuai dengan sumberdaya alam dan pasar.
Mosher, Rogers maupun Ogura mengelnukakan pembangunan pertanian yang
bertolak dari kebutuhan fisik. Padahal pemenuhan kebutuhan fisik saja belum cukup
untuk meningkatkan kualitas hidup petani. Petani sebagaimana juga pada non petani
mereka membutuhkan non fisik antara lain harga diri, seperti kekbasan memilih.
Pembangunan pertanian terus membutuhkan digunakannya rekayasa sosial dan
rekayasa ternologi secara berencana dalam pertanian yang berkelanjutan.
Pembangunan pertanian menurut Hadisapoetro (1975) meliputi: penelitian
untuk menemukan teknologi, pengadaan sarana produksi. peralatan, perbaikan
kesuburan tanah, drainase dan rehabilitasi untuk perbaikan usahatani. Disamping itu
dibutuhkan subsidi pupuk. bunga kredit . harga pasar. transportasi, perundangan pertanian, perbaikan clan peningkatan kerja petugas untuk mendorong perbaikan usahatani. Secara umum Indonesia terus berupaya agar pertanian semakin tangguh
(Anonim, 1988) yaitu

pertanian yang mensejahterakan petani, pertanian yang men-

dukung industri yang maju secara beri m bang. keseimbangan antara kehidupan petani
dan non petani. Dikemukakan oleh Baharsyah ( 1989) bahwa arah pembangunan
pertanian Indonesia untuk dapat sekaligus melnecahkan masalah ekonomi nasional,
yaitu: penyediaan pangan. penyediaan bahan baku industri, peningkatan devisa
negara, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat tani.

27

Berbagai infomasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian dan saling mendukung dengan keberhasilan pembangunan lainnya. Kedudukan tersebut tidak saja diusahakan di Indonesia. tetapi
juga di Amerika Serikat, Jepang dan Australia. Yang membedakan adalah antar
kebijakan tahapan orientasi usahatani, yaitu apakah masih pada orientasi produksi
yang tinggi ataukah orientasi pasar datam me~nperolehpendapatan yang lebih tinggi.
Disamping itu apakah lebih pada orientasi kebutuhan nasional ataukah kebutuhan
petani, mungkin pula maju secara bersama.

Sasaran Penyuluhan Pembangunan Pertanian

Sasaran penyuluhan pembangunan pertanian adalah perubahan dan peningkatan perilaku petani yang sekaligus meningkatkan produktivitas usahatani. Keragaan
perilaku terlihat dari hierarki kawasan kognitip, afektip dan psikomotorik petani
dalam menerima dan menggunakan ide baru diversifikasi usahatani horisontal &n
diversifi kasi usahatani verti kal. Bagaimana perkembangan sasaran penyuluhan
..

pembangunan pertanian Indonesia dapat dilihat dari aspek perkembangan penyuluhan
dan dari aspek perubahan petani.
Dilihat dari perkembangannya, penyuluhan bagi petani bertolak dari gerukan
kababasan pertmi (Anonim, 195 1 ). Sasaran gerakan adalah memecahkan masalah
petani yang saat itu (tahun 1785) di Philadelphia dan South Carolina, Amerika
Serikat, petani sulit menerima ide baru. bila mau menerima hasilnya jauh dari yang
diharapkan. Sejak itu berkembang usaha menumbuhkan kemauan dan kemampuan
petani sebagai sasaran penyuluhan. usahanya dilakukan dengan penvululuhan purtaniun (agricultural extension). Usaha tersebut berkembang pula di lnggris dan

Belanda (Anonim, 1951 : Hagen. 1962)oleh penjajah Belanda dibawa ke Indonesia.

28

Dalam perkembangannya, keghtan penyuluhan pertanian didominasi oleh pendiiikan
non formal yaitu berbagai bentuk KTII, disamping itu yang disuluhpun tidak hanya
petani tetapi juga warga desa tainnya. Karena kebutuhan itulah menurut Leagans
dalam Kamath (1%1) maka sejak tahun 1958 penyuluhan pertanian namanya men-

jadi pnyuWron pndidikan (extension education).

Dalam kaitan ini Wirbatmadja

(1973) memberikan batasan penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan diluar
sekolah untuk keluarga petani di pedesaan, dimana mereka belajar sgmbil berbuat
untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah

- masalah yang

dihadapi secara baik, menguotungkan dan memuaskan. Sedangkan Padrnanagara

clalmn Margono Slamet (1975) mengemukakan penyuluhan pertanian adalah sistem
pendidikan diluar sekolah (Informal, m n formal) untuk petani clan kel-ya

(ibu

tani, pemuda tani) dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya
memperbaiki maupun meningkatkan kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya.
Informasi yang d i i u k a k a n mempertegas bahwa penyuluhan itu berlangsung dalam

proses p e n d i d i i , bukan paksaan atau usaha perubahan berencana lainnya.
Kenyataan materi yang disuluhkan harus dicontohkan keberhasilannya dan
dapat diketahui oleh pengguna b i h dikmmnikasikan. Selanjutnya pengguna bisa me-

lakukan melalui belajar sambil b e h t atau ed&si,

pengembangannya memerlukan

informavi. Berto&k dari tip JNXWI yaitu KEI (komonikasi, e d u W dan infonnasi),

maka p e n a n p a n penyuluhan d i k e d dengan kcmu~ikariprmbwngwwn. lnformasi
ini menunjukkan pentingnya ICE3 dalam penyuluhan tetmasuk bagi petani.
Perkembangan kebubhan penyuluhan bagi petani lebih lanjut sejalan &ngan
kemajuan petani dan kedudukan petani sebagai bagian dari anggota masyarakat dan

bangsa dalam arti kedudukan yang sama. Untuk itu dengan penyuluhan diharapkan
petani terus tanggap pada ide barn dan mampu memcahkan masalah usahatani sehingga kuaiitas hidup petuni meningkut sejajar dengan kemajuan pmfesi lain.

Kebutuhan penyuluhan yang diharapkan akan tercapai bila didukung b e m i fungsi
yang berperan langsung dalam kebersamaan dan ketergantungan yang sepadan pada
lingkup kesatuan pembangunan nasional. Bertolak dari sasaran dan harapan tersebut
maka penyuluhannya dikenal dengall punvuluh(~npmbangunun pertanion.
Dilihat dari aspek perubahan petani, perubahan itu terjadi karena berubahnya
perilaku atau perubahan produktivitas petani dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan menurut Tjondronegoro (1978) letaknya pada kemampuan untuk
melakukan perubahan yang tidak merugikan dan mengurangi kapasitas produksi.
Sedangkan kemampuan berubah itu menurut Carpenter dalam Vines dan Anderson
(1976) terlihat dari perubahan perilaku dan meningkatnya produktivitas usaha.
Perilaku sendiri menurut Rogers (1969) adalah refleksi hasil sejumlah pengalaman
belajar seseorang terhadap lingkungan. Sedang Morse (1 970) menyatakan perilaku
adalah cerminan interaksi sifat dalam (genetis) dengan lingkungan, yang terlihat dari
ucapan, gerakan dan gaya seseorang. lnformasi yang dikemukakan menunjukkan
bahwa perubahan periiaku ditunjukkan oleh kemampuan untuk bertindak dan
kapasitas yang dihasilkannya.
Aspek perilaku menurut Gronlund (1970) ialah kawasan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dikemukakan pula oleh Grondlund bahwa Bloom telah membuat
hierarki kawasan kognitif, yaitu dari terendah mengetahui, kemudian mengerti
menggunakan, menganalisis, mensintesis dan tertinggi menilai. Sedang Krathwohl
membuat hierarkhi afektif, yaitu dari terendah menyadari, kemudian menanggapi,
melibatkan din. mengatur, dan tertinggi menghayati. Suparto (1976) menginformasikan bahwa Simson telah membuat hierarkhi psikomotorik, yaitu dari terendah berupa
tertarik. kemudian menerima. mencoba. mempermahir, mahir. adaptasi. dan tertinggi mampu memodifikasi.

30
Perubahan perilaku petani dapat terjadi oleh satu atau lebih aktivitas, yang
menurut Bidle dan Bidle ( 1 965) dapat berupa: paksaan, perintah, propaganda,
bujukan, peniruan dan pendidikan (formal, no11 fonnal dan informal). Dikemukakan
pula bahwa penyuluhan adalah pendidikan non formal, sasarannya untuk mengubah
periiaku karena terdorong oleh kernauan dan diketahuinya bahwa mereka bisa dan
mampu melakukan. Leagans cklkunt Leagans dan Loomis ( 1971) maupun Dahama
dan Bhatnagar (1980) mengemukakan sasaran penyuluhan ialah perubahan peril&
yang mengubah produktivitas petani dalam berusahatani dan menggunakan hasil
usahatani dari konsumtip menjadi produktip.
Untuk meningkatkan keragaan (produktivitas) perilaku, menurut Margono
Slamet (Anonim, 1987) petani itu harus dibina untuk bisa lebih berperan sebagai
subyek pembangunan, sebagai pelaku pembangunan yang ikut menentukan apa yang
perlu dilakukannya sesuai ti ngkat perkembangannya. Untuk meningkatkan k e q
itu diperlukan riset, teknologi, penyuluhan, prasarana, dan sarana produksi perr