Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

REKONSTRUKSI
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN
--:rr

OLEH :
K E T U T PUSPADI

PROGRAM PASCASARSANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

REKONSTRUKSI
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN

OLEH :
KETUT PUSPADI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


ABSTRACT
KETUT PUSPADI. Reconstruction of Agricultural Extension System. Under the
direction of MARGONO SLAMET, PRABOWO TJITROPRANOTO, PANG S.
ASNGARI, A. SOEDRADJAT MARTAAMIDJAJA, and BUD1 SUHARJO.
In the free trade era, the farmers who are only professionalism, can take
advantage the opportunity of market. The agricultural extension as a means of
developing the proffesional farmers, is ineffective. This research had been carried
out in provinces of East Java, Larnpung, West Nusa Tenggara for one year. To
gain the study objectives, The qualitative and quantitative combination approach
was applied in this study.
The changed of farmers attribution and farmers behavior become more
commercial, the new emergng actors of extension work, the new emerging actors
of agncultural business, the farmers education become more higher, the changed
of farmers learning methods, the higher of farmers innovation capacities, the
farmers become more aware of their rights, the changed of the people farmers
references, the changed of rural people value system, the farmers was more
independent on outsider decisions makers, the lack of agricultural extension
effectiveness, ask for the changed of agncultural extension workers role,
agricultural extension workers competence, agricultural extension workers

authority, agricultural extension workers traits, a new agricultural extension
paradigm, a new agncultural extension system and role, and reorientation of
agricultural extension supporting system.
The quality of agricultural extension is effected by (1) the effectiveness of
agncultural extension policy, (2) motivation of agricultural extension workers (3)
the complexity of agncultural extension workers coverage area, (4) organization
climate, (5) self esteem of agricultural extension workers, (6) competence of
agricultural extension workers, (7) operational capability of agricultural extension
workers, (8) the effectiveness of agricultural extension workers empowerment, (9)
the quality of agricultural innovation, (10) trait of agncultural extension workers,
and (1 1) the quality of agncultural information.
Human development as a central activities of Learning, Empowering,
Information, Innovation, Social and Economic Engineering (LEI I SEE)
Agricultural Extension System. It makes a professional agricultural extension
workers, a professional farmers, a qualified agriculture information, a profitable
agncultural business choices. By implementing The LEI I SEE Agricultural
Extension System, agricultural extension workers can help the farmers
accordingly.
The level of farmers satisfaction on agncultural extension activity depend
on the competence of agncultural extension workers, to solve farmers problem to

meet the farmers needs of, agncultural business alternatives, increasing
agricultural productivity, capital development, marketing development,
diversification of existing agricultural business, accessible agricultural input, deal
with development resources holder, and increasing farmers competence.
For coping the more complexity of challenges in agricultural development, so
the development of agncultural human resources quality is consist of cognitive,
affective, conative, and trait domain.

ABSTRAK

KETUT PUSPADI. Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Dibimbing oleh
MARGONO SLAMET, sebagai ketua, PRABOWO TJITROPRANOTO, PANG
S. ASNGARI, A. SOEDRADJAT MARTAAMIDJAJA, dan BUD1 SUHARJO
sebagai anggota.
Era perdagangan bebas, mengakibatkan persaingan semakin ketat untuk
memperebutkan peluang pasar. Hanya petani-petani profesional yang dapat
bertahan dan mampu memanfaatkan peluang tersebut. Kegiatan penyuluhan
pertanian sebagai instrumen untuk meningkatkan profesionalisme para petani,
efektivitasnya menunjuk kan gejala-gejala menurun. Penelitian ini dilakasanakan
di Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat, dari bulan Maret

2000 sampai dengan bulan Maret 2001. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif clan kualitatif.
Perubahan atribusi dan perilaku usaha tani petani yang semakin komersial,
munculnya pelaku-pelaku baru dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, pelaku-pelaku baru dalam usaha pertanian, malun tingginya tingkat pendidikan
petani, perubahan cam petani belajar, makin banyaknya inovasi dan informasi
yang dikuasai petani, bangkitnya kesadaran petani atas hak-haknya, perubahan
referensi petani, munculnya gejala-gejala relativitas nilai di pedesaan, makin
tinggnya otoritas petani dalam pengambilan keputusan, dan rendahnya kualitas,
serta efektivitas kegatan penyuluhan pertanian, menuntut perubahan-perubahan
peran, kompetensi, kepribadian, wewenang Penyuluh Pertanian, paradigma
penyuluhan pertanian, sistem dan peran penyuluhan pertanian, serta orientasi
fungsi-fungsi yang terkait dengan fungsi pe- nyuluhan pertanian.
Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan perta~anyang dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan &pengaruhi oleh: (1) kualitas kebijaksanaan
organisasi, (2) motivasi, (3) kompleksitas wilayah keja penyuluh pertanian, (4)
iklim organisasi, (5) harga din, (6) kompetensi, (7) kemampuan operasional
penyuluh pertanian, (8) kualitas pemberdayaan, (9) kualitas teknologi pertanian,
(10) kepribadian penyuluh petanian, dan (1 I) kualitas informasi pertanian.
Sistem penyuluhan pertanian SPP LARIISE menempatkan pelaku agnbisnis
sebagai sentral, berporos pada kegiatan pemberdayaan, pembelajaran, latihan,
rancang bangun informasi, inovassi, sosial dan ekonomi, dengan luaran berupa

Penyuluh Pertanian profesional, petani profesional, informasi pertanian bermutu,
alternatif-altematif usaha pertanian, sehingga peningkatan pendapatan petani, dan
ketersediaan uang segar dalarn keluarga tani tercapai.
Tingkat kepuasan petani terhadap kegatan penyuluhan pertanian ditentukan
oleh kemampuan Penyuluh Pertanian untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
petani dalam pengembangan altematif-altematif usaha pertanian, peningkatan
produksi usaha tani, pengembangan permodalan, pemasaran hasil pertanian,
pengembangan usaha pertanian, kemudahan mendapatkan saprodi, berhubungan
den& pihak ke tigai dan metode penyuluhan &rtanian y-ang sesuai denim
dinamika usaha taninya.
Untuk menghadapi tantangan pembangunan pertanian yang semakin
kompleks, maka pengembangan kualitas sumberdaya manusia pertanian bukan
hanya meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan saja, tetapi juga
meliputi pengembangan ranah kepribadian atau sifat.

PERNYATAAN
Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah adalah hak pribadi yang disusun
atas dasar pemikiran dan rancangan ilmiah melalui kegiatan yang dilakukan
secara mandiri. Untuk keabsahan maksud tersebut maka bersama ini saya:
Nama

: Ketut Puspadi
: 975032
Nim
Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor,
dengan ini menyatakan bahwa: disertasi saya yang berjudul "Rekonstruksi Sistem
Penyuluhan Pertanian" adalah memang benar merupakan hasil karya sendiri yang
informasi lengkapnya dapat dibaca dl dalam tulisan disertasi ini.
Demikian pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bogor, Juni 2002
Saya tersebut di atas

Ketut kuspadi

REKONSTRUKSI
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN

OLEH :

KETUT PUSPADI
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian
: Ketut Puspadi
: 975032
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Judul Disertasi
Nama
NRP
Program Studi


Menyetujui
1. Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota
/"\

Dr. 1r.H.A. Soedradiat Martaamidiaia
Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan

,."

Dr. Ir. Budi Suhario, MS
Anggota

Penulis dilahlrkan di Singaraja, Bali pada tanggal 30 April 1955, sebagai

anak keempat dan pasangan Ketut Kantra dan Nyoman Sutji. Pendidikan sekolah
dasar ditempuh di desa Kerobokan lulus pada tahun 1967, Kecamatan Sawan,
Sekolah menengah Pertama lulus pada tahun 1970 dan Sekolah Menengah Atas
lulus pada tahun 1973 di Singaraja, dan Sajana di Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta lulus pada tahun 1979. Pada tahun 1985 penulis
diberikan kesempatan untuk mengambil master di bidang pendidikan nonformal
di Sam Houston State University, USA dan menamatkannya pada tahun 1986.
Kesempatan untuk melanjutkan ke program Doktor di Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
diperoleh pada tahun 1997. Beasiswa pendidikan pasca sarjana drperoleh dari
Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik
Indonesia.
Sejak mahasiswa penulis aktif meberikan bimbingan kepada adik-adik kelas
dan bekerja di beberapa laboratorium. Kebiasaan itu dilanjutkan saat bertugas di
Nusa Tenggara Barat. Pada Tahun 1981-1982 penulis mengajar di SPMA
Saraswati, dan pada tahun 1982 mendirikan Fakultas Pertanian di Universitas
Mahasaraswati, Mataram. Pa& tahun 1987-1991 penulis aktif mengajar dl
beberapa Universitas yaitu Universitas Mataram, Universitas 45, dan Universitas
Mahasaraswati. Pada tahun 1982-1985 dan 1987-1993, penulis menjadi dekan di
Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati, Mataram.

Penulis bekerja sebagai Penyuluh Pertanian dl Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, Mataram, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 1980. Pada tahun 19811985 penulis diberikan tanggung jawab untuk mengembangkan pemuda tani
sekaligus membantu program peningkatan pendapatan petani kecil sampai 1985.
Pada tahun 1989-1995 penulis diberikan tanggung jawab untuk memberdayakan
dan meningkatkan pendapatan petani miskin.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa,
Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil dlselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang d~laksanakansejak
bulan Maret 2000 sampai dengan bulan Maret 2001 adalah kinerja sistem
penyuluhan pertanian, dengan judul Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.H.R. Margono
Slamet, Prof. Dr. H. Pang. S. Asngari, Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, MSc, Dr. Ir.
H. A. Soedradjat Martaamidjaja, dan Dr. Ir. Budi Suhajo, MS selaku komisi
pembimbing yang telah banyak memberikan saran, dan arahan, Dr. Ir. Joko
Budianto dan Dr. Ir. Sumardjo, MS atas kesediannya sebagai penguji luar komisi.
Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Badan Litbang
Pertanian yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa utuk melanjutkan

pendidikan Strata 3 di Institut Pertanian Bogor. Kepada semua enumerator yang
membantu penelitian ini, semua petani dan Penyuluh Pertanian atas kesediaannya
untuk diwawancarai, saya juga mengucapkan terima kasih. Kepada Dr. Ir. H.
Sarnedi Sumintareja, MSc; Dr. Ir. Made Oka Adnyana, MSc; Dr Ir. Nyoman
Suparta, MS; Drh. Ketut Suatha, Msi; Ir. Wayan Alit Artawiguna, Msi; Drh I
Nyoman Suyasa; Ir Ketut Mangku Budiasa; Dr. Ir. Agus Sabti, MS; Dr. Ir.
Abdullah Bamualim, MSc; Ir. Abd Syalam Walud, MS; Dosen-Dosen pembina
Program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan; semua teman-teman anggota
PUHNAWACANA atas dorongannya.
Nama-nama yang tercantum sebagai sumber data kualitatif dalam penulisan
disertasi ini baik itu penyuluh pertanian, petani adalah bukan nama yang
sebenamya. Kalau ada namanya sama dengan nama yang tertulis dalam disertasi
ini, adalah suatu kebetulan.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada ayah I Ketut Kantra, clan ibu Ni
Nyoman Sutji (Almarhum), serta seluruh keluarga, istri tercinta Ni Wayan Wirati.
SH, anak-anak Gema Gautama Buana Putra, dan Vogy Gautama Buana Putra atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Juni, 2002
Ketut Puspadi

DAFTAR IS1
Halaman

xii

TINJAUANPUSTAKA .....................................................
Penyuluhan Pertanian dan Pembangunan Pertanian
Konsep Penyuluhan Pertanian Kontekstual-----------------------Falsafah dan Prinsip Penyuluhan Pertanian
Tujuan Penyuluhan Pertanian
Tugas dan Fungsi Penyuluhan P e m i a n ....................... --Penyuluhan dan Pembmgunan Pertanian ..........................
Pengembangan Sumberdaya Manusia &lam Penyuluhan
Pertmian ...................................................................
Konsep Pengembangan Sumberdaya Manusia ....................
Arab Pengembangan Sumberdaya Manusia .......................
Penyuluhan Pertanian dan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian ---Profesionalisme Arah Pengembangan Penyuluh Pertanian -------Ethos Kerja Penentu Penyuluh Pertanian Profesional --------------Kompetensi ...............................................................
Motivasi Berprestasi .....................................................
Kepuasan Kerja ............................................................
Harga Diri ..................................................................
Motivasi ....................................................................
Kepribadim ...............................................................
Pengaruh Faktor
Organisasi pa& Efektivitas Perilaku Tugas------. . ...........................................................
klim Orgasas1
Mutu Kehidupan Keja ...................................................
----------------------------me---------

KERANGKA BERPIKIR ...................................................
. . ............................................................
Dasar Pemlklran
Kualitas,Efektivitas dan Kepuasan Petani terhadap Kegatan
penyuluhm pertmian .....................................................
Motivasi sebagai Disposisi Perilaku Penyuluh Pertanian-----------Kepribadian sebagai Disposisi Perilaku Penyuluh Perkmian-------Harga Diri sebagai Kerangka Kerja Penyuluh Pertanian-------------

Kompetensi sebagai Komponen Penyuluh Pertanian Profesional--Kemamvuan O~erasionalPenvuluh Pertanian------------------------Iklim 0rganisasi Penyuluhan ~ertanianPenentu Harga Diri dan
Motivasi Penyuluh P e m i a n .............................................
Pemberdayaan Menuju Penyuluh Pertanian Profesional-----------Teknolog dan Informasi Pertanian Penentu Kompetensi Penyuluh
Pertanim ....................................................................
Kebijaksanaan Organisasi Penyuluhan Pertanian Penentu Perilaku
Tugas Penyuluh Pertanim
Kompleksitas Wilayah Kej a Penyuluh PertaNan--------------------Hipotesis ....................................................................
Hipotesis Umum .......................................................
Hipotesis Kerja .........................................................
METODE PENELITIAN ......................................................
Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran ..........................
Variabel
Definisi Operasional dan Pengukurm ..................................
Kualitas Kegiatan Penyuluhm Pertadan ..........................
Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian .......................
Motivasi Penyuluh Pertanian .........................................
Kepribadian penyuluh pertanian ....................................
Harga Diri Penyuluh Pe*an
......................................
Kompetensi Penyuluh Pertanian .....................................
Kemampuan Operasiod Penyuluh Pertanian .....................
Iklim Organisasi Penyuluhan Pertanim ............................
Kualitas Pemberdayaan Penyuluh Pertanian .......................
Kualitas Teknologi Pertanian ........................................
Kualitas Infomasi Pertanian .........................................
Kualitas Kebijaksanaan Organisasi Penyuluhan Pertanian -----Kompleksitas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian --------------PengumPdm Data ............................................................
. . ................................................
W a h d m Lokasi Penelltlan
. . .........................................
Waktu Pel&sanaan Penelltlan
-Lokasi Penelitian ..........................................................
. . .......................................................
Responden Penelltlan
Kesahihan & Keteran&lan .....................................
----------Kesahihan ..................................................................
Kesahihan In&kator ...................................................
Kes&ihan Is, ................................................
------Kes&ihan Konkmen ..................................................
Ketermdalan
---------

. . Lampug .........................................................
Provlnsl
Provinsi Nusa Tenggara Barat ...........................................
Profil Penyuluh Pertanian Lapangan........................................
Profil Demografi Penyuluh Pertanian----...............................
Profil Psikhograf~
dan Lingkungan Kerja Penyuluh Permian-----. . Penyuluh
Motlvasl
Pertanian.........................................
Kepribadian penyuluh Pertanian.....................................
..
Harga Dm
Penyuluh Pertanian.......................................
Kompetensi Penyuluh Pertanian-----................................
Kemampuan Operasional Penyuluh Pertanian--------------------Iklim Organisasi Penyuluh
................................
Kualitas Pemberdayaan Penyuluh Pertanian-----------------------Kmlitas Teknologi P e d a n.........................................
Kuditas Informasi Pertanian..........................................
Kualitas Kebijaksanaan Organisasi Penyuluhan------------------Kompleksitas Wilayah Keja Penyuluh Pertmian----------------Profil P e m i Responden ..................................................
Penyelenggaraan Penyuluhan Permian ...................................
Programs Penyuluhan Pertanian.........................................
Kegiam penyuluhan Pertanian..........................................
Evolusi Penyelenggara Penyuluhan Pertanian------------------------Sumber Informasi dan Teknologi bagi Penyuluh Pertmian---------Sumber Infomasi dan Teknologi bagi P e m i
Media Massa dan
Infomas&-................................
Penyelenggara Penyuluhan Pertanian...............................
Kmlitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian...................................
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Kegiatan
Penyuluhan Pertanian.........................................................
Pengaruh Faktor-faktor Eksternal dan Internal Penyuluh Pertanian
Lapangan terhadap Kualitas Kegatan Penyuluhan Pertanian----------Pengaruh Motivasi Penyuluh Pertanian terhadap Kualitas
Kegiam Pen\rul&an Pefianian..........................................
peng& ~eiribadianPenyuluh Pertanian terhadap Kualitas
Kegiatan Penwluhan Pertanian .........................................
peigaruh ~ & Diri
~ Penyuluh
a
Pertanian terhadap Kualitas
Kegiatm Penyuluhan Pertanim .........................................
Pengaruh Kompetensi Penyuluh Pertanian terhadap Kualitas
Kegiam Penvuluhan Pertanian .........................................
~e&ruh ICer$ampuan Operasional Penyuluh Pertanian terhadap
Kualitas K e g a m Penyuluhan Pertanian ..............................

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kualitas Kegiatan
Penyuluhan Pertanian ....................................................
Pengaruh Kualitas Pemberdayaan Penyuluh Pertanian terhadap
Kualitas Kegiatan Penyuluhan P e m i m ..............................
Pengaruh Kualitas Teknolog dan Informasi Pertanian terhadap
Kmlitas
Penyuluhan Pertanian ..............................
Pengaruh Kualitas Kebijaksanaan terhadap Kualitas Kegiatan
~e&aruhKompleksitas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
terhadap Kualitas Kegiatan
Penyuluhan Pertanian ------------------Efektivitas Kegiatan Penyuluhan P e m i m ...............................
Kepuasan Petani terhadap Kegiatan Penyuluhan Pertanian ---------Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Petani
terhadap Kegatan Penyuluhan Peamian ..................................
Faktor-faktor Internal Petani.............................................
Faktor-faktor Ekstemal Petani ...........................................
Pengaruh Jenis Kebutuhan Petani pada Kepuasan Petani terhadap
Kualitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian...................................
Gejala-gejala Perkembangan Atribusi dan Perilaku Usaha Tani
Teramati Petani Responden .................................................
Sistem Nilai Relatif .......................................................
Perkembangan Pengetah- Petani .....................................
Perkembangan Sikap Petan, ..................................
---------.
.
Perkembangan Keprlbadlm Petani .....................................
Perkembangan Perilaku Usaha Tani Petani ............................
pembahasan Umum..........................................................
Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE------------Kebutuhan dan Pennasalahan untuk Memendu Kebutuhan PetaniAnalisis Struktur Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE----Diagram Input-Output Sistem Penyuluhan Pertanian SPP
LARIISE....................................................................

-

Latihan...................................................................
Rancmg Bangun Infomasi dan Inovasi............................
Rancmg Bangun Sosial dan Ekonomi...............................
Konstruksi Hipotesis Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE
Prakondisi Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE ----------Syarat K e h a w n ......................................................
Syarat Kecukupan ....................................................
Implementasi Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE--------Langkah-Langkah Operasionalisasi Sistem Penyuluhan Pertanian
SPP LARIISE..............................................................

DAFTAR TABEL

Narasi
Indikator, atribut efektivitas kegatan penyuluhan pertanian ----Indikator, atribut motivasi penyuluh pertanian .....................
Indikator, atribut harga diri penyuluh pertanian ------------------Indikator, atribut kompetensi
penyuluh pertanian ----------------. . orgarusas1
. . ...................................
Indikator ahbut lkllm
Indikator, atribut pemberdayaan penyuluh pertanian ------------Indikator, atribut kualitas teknologi .................................
Indikator, a h t kualitas infomasi .................................
Indikator, atribut kualitas kebijaksanaan ............................
Inhkator, Kompleksitas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ---Jumlah lokasi dan responden
............................
Hasil Uji Korelasi antar Pertanyaan dalam Suatu Variabel yang
Indikator-indikator makro sosial ekonomi di Propinsi Jawa
Timur, Lapung, Nusa Tenggara Barat ............................
Profil demografi Penyuluh Pertanian Lapangan di Provinsi
Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat-----------------Profil psikhografi dan profil lingkungan kej a Penyuluh
Pertanian pada sentra produksi komodti perdagangan dan
sentra produksi komoditi subsisten di Jawa Timur, Lampung,
Nusa Tenggara Barat ..................................................
Hubungan antara tingkat pendidikan petani responden dengan
tingkat komersialisasi dan jenis usaha tani utama ----------------Hubungan antara umur petani responden dengan tingkat
komersialisasi dan jenis usaha tani utama ..........................
Programs penyuluhan pertanian tingkat wilayah kej a Balai
Penyuluhan Pertanian di Jawa Timur, Lampung, Nusa
Tenggara Barat .........................................................
Materi penyuluhan pertanian menurut pengakuan petani
responden pada sentra produksi komoditi perdagangan dan
sentra komoditi subsisten di Provinsi Jawa Timur, Lampung
dm Nusa Tenggara Barat..............................................
Metode penyuluhan pertanian yang pernah dipergunakan oleh
Penvuluh Pertanian menurut vetani resvonden h Provinsi Jawa
Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat ........................
Perbedaan antara pembejaran, pengajaran dan latihan------------Tingkat kehadiran Penyuluh Pertanian di desa wilayah kerjanya
menurut petani responden pada sentra produksi komoditi
perdagangan dan sentra komoditi subsisten di Provinsi Jawa
Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat ........................

Halaman

Pergeseran sumber teknologi dan informasi utama penyuluh
p e m i a n di lapangan ..................................................
Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi jenis sarana produksi pertanian dan manfaatnya -----Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi ketersediaan jenis sarana produksi pertanian ----------Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan teknolog budidaya atau
teknologi produksi pertanian .........................................
Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencani
informasi yang berkaitan dengan teknologi pengolahan hasil --Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi h r g a dan p e m a s m
Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan permodalan usaha pertanian -Proporsi petani memanfaatkan media massa untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan komoditi atau jenis usaha
pertanian yang mengunmgkan ......................................
Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memec&an peAasalahan yang berkaitan dengan harga,
ketersediaan jumlah, jenis sarana produksi pertanian ------------Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan
jenis usaha pertanian yang mengunmgkan ........................
Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan budidaya
atau peningkatan produksi usahatmi ................................
Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pengolahan
basil usaha tani .........................................................
Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan harga dan
pemasaran basil u s a h tani ............................................
Tempat petani responden bertanya atau berdiskusi dalam
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan permodalan
tani ................................................................
Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian dm jumlah Penyuluh
Pertanian berdasarkan tingkat kualitas kegiatan penyuluhan
pertanian di Provinsi Jawa Timur, Lampung clan Nusa
Tenggara Barat..........................................................
Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian pada sentra produksi
komoditi perdagangan dan pada sentra komoditi subsisten di
Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat-------

Hubungan antara kualitas kegiatan penyuluhan pertanian
dengan peubah pribadi Penyuluh Pertanian di Jawa Timur,
Lampung dan Nusa Tenggara Barat..................................
Pengaruh total faktor-faktor internal dan eksternal Penyuluh
Pertanian pada kualitas kegatan penyuluhan pertanian ---------Rekapitulasi koefesien lintasan faktor internal dan eksternal
dengan kualitas kegatan penyuluhan pertanian dan indikator
dengan faktor internal dan eksternal Penyuluh Perkmian--------Koefesien lintasan konstrak faktor kualitas kebijaksanaan
dengan faktor internal dan eksternal penyuluh pertanian---------Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian di Provinsi Jawa
Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat------------------------Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian pada sentra produksi
komoditi perdagangan dan senha produksi komoditi subsisten
di Provinsi Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat -------Koefesion regresi sebelas peubah penjelas kualitas kegiatan
penyuluhan p e m i a n ..................................................
Tingkat kepuasan petani responden terhadap kegiatan
penyuluhan pertanian di Provinsi Jawa Timur, Lampung dan
Nusa Tenggara Barat...................................................
Tingkat kepuasan petani responden terhadap kegiatan
penyuluhan pertanian pada sentra produksi komoditi
beriagang& dan sentra produksi komoditi subsisten d~Provinsi
Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat----------------Hubungan antara variabel pribadi petani responden dengan
ketidakpuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian di
Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat------Hubungan antara materi dan metode penyuluhan pertanian
dengan ketidakpuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan
pertanian di Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Nusa
-------Tenggara Barat ..................................................
Koefesion regresi jenis kebutuhan petani dengan tingkat
kepuasan petani terhadap kualitas kegiatan penyuluhan
pertanian----------------------------------------------------------------Kecenderungan gejala-gejala perkembangan atribusi dan
perilaku usaha tani petani responden di Jawa Timur, Lampung,
Nusa Tenggara Barat ...........................................
-------

DAFTAR GAMBAR

Narasi

Halaman

Kerangka berpikir kualitas kegiatan penyuluhan pertanian -----Hubungan antara faktor ekologis dan sosio-politis terhadap
pembahm
indvidu ..........................................
Kerangka model kognitif respon manusia terhadap rangasangan
dan tantangan yang dihadapi .........................................
Hubungan tingkat penddikan petani dengan jenis usaha mi---Hubungan umur petani dengan
- "ienis usaha tani-------------------~ u b u n i a nantaraajenispekejaan sampingan Penyuluh
Pertanian dengan kualitas kegiatan penyuluhan pertanian-------Model hubungan faktor-fakGr ya@berpengaruh pada kualitas
dan efektivitas k e ~ a t a npenyuluhan pertanian .....................
Model hubungan indikator dengan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan
pertanian .................................................................
~ u b u n ~ antara
a n materi penyuluhan dengan efektivitas
penyuluhm pertanian ..................................................
Hubungan antara metode penyuluhan dengan kebutuhan cara
petani belajar ............................................................
Diagram lingkar sebab akibat penerapan sistem penyuluhan
pertanian SPP LARIISE
Diagram input-output penerapan sistem penyuluhan pertanian
SPP LARIISE di era desentralisasi penyuluhan perkmian-------Konstruksi ht~otesissistem uenwluhan uertanian SPP

65

Mekanisme kerja hipotesis Sistem Penyuluhan Pertanian SPP
LARIISE.................................................................

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen
Pertanian resmi dimulai 1 Januari, 1905. Di daerah, tugas tersebut dlaksanakan
oleh Pangereh Praja atas perintah kepada petani. Pada tahun 1921, kegiatan
penyuluhan dilaksanakan oleh Dinas Penyuluhan Pertanian, dalam bidang
tanarnan pangan dan perkebunan, disamping perkreditan (Abbas, 1995). Hal ini
menunjukkan bahwa gerakan penyuluhan pertanian d Indonesia, diprakarsai oleh
Pemerintah. Gerakan tersebut berbeda dengan gerakan penyuluhan di Inggris dan
Amerika.
Sejak awal, kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, diposisikan sebagai
instrumen untuk menyukseskan program-program Pemerintah. Periode (19451959), penyuluhan pertanian diintegrasikan dengan Rencana Kesejahteraan
Istimewa (RKI). Penyuluhan pertanian dicirikan oleh pendirian Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD). Kegiatannya mendidk masyarakat desa dengan sistem
penyuluhan pertanian tetesan minyak.
Periode (1959-1963) penyuluhan pertanian dengan sistem tetesan minyak,
diubab menjadl gerakan massa. Penyuluhan pertanian diintegrasikan dengan
gerakan swasembada beras. Permasalahan kekurangan pangan yang menonjol
dalam periode ini, dipecahkan dengan penyebarluasan penggunaan teknolog,
melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Periode (1966-1991) merupakan periode keemasan dan munculnya gejalagejala krisis penyuluhan pertanian di Indonesia. Periode sebelum tahun 1986 menempatkan penyuluhan pertanian dalam koordinasi Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) dengan pendekatan sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU). Kegiatan penyuluhan pertanian cukup efektif. Hal ini dilihat dari tercapainya swasembada

beras pada tahun 1984. Periode ini dlanggap sebagai puncak prestasi penyuluhan
pertanian di Indonesia (Vitayala et al., 1998)
Siswono (Kompas 2001a) mengatakan bahwa petani-petani Indonesia
pernah mendapatkan masa keemasannya antara tahun 1975 hingga 1984. Harga
beras pada periode itu cukup baik. Produksi gabah atau beras berhubungan linier
dengan pendapatan petani. Produksi padi merupakan indikator yang valid untuk
mengukur tingkat kepuasan para petani, terhadap kegiatan penyuluhan pertanian.
Pengelolaan Penyuluh Pertanian oleh Sekretariat Badan Pengendali BIMAS,
dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1991, dimaksudkan untuk mempemudah
mobilisasi Penyuluh Pertanian dalam pencapaian sasaran intensifikasi dengan
pendekatan sistem keja LAKU. Selama periode ini penyuluhan pertanian
dipergunakan sebagai instrumen untuk memecahkan masalah kelangkaan pangan
khususnya beras.
Dalam periode (1991-2000) dikeluarkan Swat Keputusan Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor: 539/Kpts/LP. 120/7/1991 dan
Nomor: 65 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
di daerah, yang menyerahkan urusan penyuluhan pertanian kepada Pemerintah
Daerah. Pa& periode ini kondisi penyuluhan pertanian semakin parah. Dinamika
penyuluhan pertanian menurun drastis (Vitayala et al., 1998).
Gejala penurunan dinarnika penyuluhan pertanian, muncul setelah tahun
1984, yang ditandai oleh munculnya gejala levelling off produktivitas padi.
Purwanto (1996) seorang Penyuluh Pertanian di Jawa Tengah mengatakan:
"ketika itu sosok seorang PPL begitu populer, dan menjadi sosok idola,
tidak saja dikalangan petani tetapi juga dikalangan masyarakat desa pada
umumnya. PPL dan petani begitu akrab, dekat dan melekat, bak kembang dengan
harumnya. Saya mengalami saat-saat penyuluh pertanian menjadi idola, menjadi
primadona di desa. PPL ketika itu begitu dianut, disegani dan begitu dihargai.
Kemudian seiring dengan pembahan waktu, pekerjaan penyuluh dituntut untuk
mengejar target demi target dari berbagai sub sektor. Lambat laun rasanya
penyuluh ini kurang dlpedulikan, loyo seolah kurang vitamin. Ditambah kondisi

penyuluh yang terkotak-kotak, sehingga interaksi, komunikasi makin berkurang.
Sementara petani nelayan terus berlari, sedangkan penyuluhnya jalan dtempat.
Saat ini petani dan penyuluh pertanian semakin jauh."
IBRD (1996) menemukan informasi yang dibawa oleh Penyuluh Pertanian

Lapangan sama dengan informasi yang dibawanya pada 15 tahun yang lalu,
sehingga Penyuluh Pertanian Lapangan bukan lagi menjadi referensi teknologi
dan informasi yang utama bagi petani. Martins et aE. (1997) mengatakan:
"di tingkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) maupun di tingkat desa beberapa
kali didengar ucapan Penyuluh Pertanian memerlukan petani, tetapi petani tidak
memerlukan Penyuluh Pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian yang htemukan
di lapangan umumnya berupa demplot, dimana metode-metode pertanian tertentu
didemonstrasikan."
Fenomena-fenomena tersebut di atas mengndikasikan kegiatan penyuluhan
pertanian tidak sesuai lagi dengan kebutuhan para petani. Hal ini dapat dimaknai
bahwa efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian untuk membantu memecahkan

permasalahan-permasalahanyang dihadapi oleh petani mulai menurun.
Perkembangan masa depan ditandai oleh tiga ha1 yaitu: globalisasi ekonomi,
pengembangan kependudukan dan ancaman p e n m a n kualitas lingkungan.
Dalam kondisi tersebut, penduduk diperlakukan sebagai sumberdaya manusia
yang merupakan salah satu faktor produksi dalam proses ekonomi. Pendi&kan
clan latihan sebagai ikhtiar untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya
manusia. Sekarang timbul gagasan untuk menjadikan "pengembangan manusia"
sebagai tujuan tersendiri (Salim, 1993).
Dalam dekade terakhir milenium ke dua terjadi beberapa peristiwa besar.
Arus liberalisasi dan globalisasi ekonomi dan arus konvergensi budaya serta gaya
ludup global mulai tampak dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan berubahnya
pola masyarakat dalam berpikir, bersikap dan bertindak, termasuk dalam perilaku
permintaan komodrtas hasil-hasil pertanian (Solahuddin, 1999). Dalam kondisi
perdagangan semakin kompetitif, hanya petani-petani profesional yang mampu
bertahan (van den Ban dan Hawkins, 1999).

Perubahan lingkungan strategis domestik yang dperkirakan berpengaruh
terhadap keragaan sektor pertanian dimasa mendatang antara lain: (1) perubahan
struktur demografis; (2) timbulnya desakan untuk melaksanakan pembangunan
secara lebih transparan; terdesentralisasi, pemerataan antar wilayah, golongan
pendapatan dan desa-kota; (3) semakin terbatasnya ketersehaan sumberdaya alam
bagi pembangunan pertanian.
Transformasi struktural perekonomian nasional berdampak pada semakin
meningkatnya migrasi sektoral dan migrasi spasial. Ketimpangan kualitas
sumberdaya manusia pertanian dengan sektor lainnya semakin melebar
(Solahuddin, 1999).
Pola urbanisasi seperti ini, disebabkan oleh ketidaknyamanan masyarakat
secara ekonomi tinggal di pedesaan dan kuatnya tarikan ekonomi perkotaan.
Untuk mengatasi ha1 tersebut, kuncinya pa& kemampuan menggerakkan proses
agribisnis pedesaan terutama agroindustri sebagai motor penggerak peningkatan
produktivitas keja dan peningkatan nilai tambah yang dapat menarik penduduk
tetap tinggal di pedesaan.

Permasalahan-permasalahan dalam pembangunan pertanian telah bergeser

dan masalah produksi kepennasalahan pemasaran, lingkungan, menurunnya
keragaman hayati kemiskinan dan demokrasi. Komoditas pertanian semakin
berdiversifikasi sehingga, kondisi masyarakat tani semakin beragam dan
kebijaksanaan pemerintah di sektor pertanian semakin tergantung kepada isyarat
pasar (Kasryno, 1995).
Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional tergambar dari sumbangan "product domestid bruto" sektor pertanian terhadap "total product
domestict bruto." Sejalan dengan transformasi perekonomian ke arah industri,

kontribusi PDB sektor pertanian terhadap PDB Nasional semakin menurun dari
37,90% pada Pelita I menjadi 14,OO-15,OO % pada tahun 1995 dan 13,06% pada

tahun 1997. Sedangkan selama kurun waktu tahun 1985 hingga tahun 1992 tenaga
keja yang terserap di sektor pertanian meningkat dari 34 juta orang menjadi 42
juta orang. Sejak tahun 1993 penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian,
memperlihatkan penurunan yang kurang berarti yaitu dari 40 juta orang menjadi
37,5 juta orang (Baharsyah, 1997; Solahuddin, 1998; Rusastra et al., 1997).
Penurunan peran sektor pertmian dalam perekonomian nasional, yang tidak
diikuti oleh penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, ikut
mewarnai kompleksitas permasalahan pembangunan pertanian (Kasryno, 1995;
Simatupang et al., 1996; Rusastra et al., 1997).
Saat ini petani-petani Indonesia tingkat pendidikannya (intelektualnya)
relatif lebih tinggi dlbandingkan dengan mereka, pada beberapa puluh tahun yang
lalu. Peningkatan jumlah petani yang berpendidikan relatif tinggi menjadi sumber
baau kepemimpinan di pedesaan, terutarna dalam hal manajemen agnbisnis dan
adopsi inovasi. Petani-petani yang sukses dalam usahataninya, dijadikan sebagai
sumber informasi dan sebagai tempat bertanya serta meminta nasehat atau
pertolongan. Disamping itu petani-petani juga ada yang mengambil insiatif untuk
meningkatkan kompetensi petani yang lain melalui organisasi-organisasi
penyuluhan yang dikelolanya (Martaamidjaja, 1999).
Tantangan-tantangan pembangunan pada masa mendatang antara lain:
permasalahan yang tidak terdefinisikan secara baik, paroh waktu teknologi relatif
pendek, perkembangan teknologi tidak dimengerti baik dan tugas-tugas bewariasi
serta kompleks. Kondisi tersebut menuntut peningkatan profesionalisme birokrasi
(Benveniste, 1987). Pengembangan sumberdaya manusia pertanian (SDMP)
merupakan kunci utama untuk menjamin kesinambungan pembangunan pertanian
berbasis agnbisnis.
Yang meniadi oertanvaan mendasar dari tIeI5~ektifIlmu Penyuluhan
Pemban~unanadalah baeaimana menielaskan fenomena-fenomena dinamika

dan efektivitas kegiatan penvuiuhan pertanian vane menurun taiam. dalam
linpkunmn strategis vane berubab saneat cepat dan kompetitif?

Masalah Penelitian
Pada prinsipnya pelaksana utama pembangunan pertanian di Indonesia
adalah petani. Sumberdaya manusia pertanian lainnya berperan sebagai fasilitator
dalam proses pembangunan tersebut. Hubungan antara petani dengan usaha
taninya merupakan hubungan antara manusia dengan sumberdaya dam.
Perubahan hubungan tersebut terjadl, hanya mungkin kalau petani sendiri belajar.
Pembelajaran difasilitasi oleh para Penyuluh Pertanian (Roling dan Wagemakers,
1998). Kualitas interaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas fasilitator baik
pada aras mikro maupun pada aras makro. Memfasilitasi petani dalam kegiatan
belajar, merupakan salah satu kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan tersebut
merupakan investasi pengembangan sumberdaya manusia melalui pendldikan
(Leagans, 1971). Perhatian penyuluhan pertanian tidak hanya pada kegiatan
penhdikan dan menjamin adopsi suatu inovasi, juga mengubah pandangan para
petani dan mendorong inisiatifnya untuk memperbaiki usaha taninya.
Leagans (1997) mengatakan proses modernisasi pertanian merupakan proses
dinamik yang berubah sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terdapat tiga jalan untuk mewujudkan pertanian modem yaitu: (1) menciptakan
lingkungan makro yang memunglunkan dan mendorong para petani untuk
menyesuaikan pola usaha taninya; (2) membangun lembaga yang menyediakan
teknologi clan sarana produksi yang diperlukan dalam modernisasi pertanian; dan
(3) mengoptimalkan sistem penyuluhan pertanian.

Penelitian dalam proses pembangunan pertanian menunjukkan bahwa
penyuluhan pertanian merupakan salah satu komponen utama proses tersebut.
Manifestasi komponen tersebut adalah pengembangan sumberdaya manusia

melalui upaya pendldikan. Myers (Leagans, 1997) mengatakan indikator yang
lebih realistik dan terpercaya untuk mengukur modernisasi atau tingkat
perkembangan pembangunan pertanian adalah pengembangan sumberdaya
manusia.
Era globalisasi menimbulkan persaingan sangat ketat hampir di segala
bidang. Hal ini mendorong para pelaku ekonomi mencari cara kerja yang lebih
efektif dan efisien untuk mengatasi tantangan tersehut agar tetap bertahan dalarn
persaingan global (Triguno, 1997). Untuk menghadapi tantangan terebut,
diperlukan perubahan sikap dan cara kerja yang mendasar, bagi para pelaksana
pembangunan pertanian di Indonesia.

van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan, saat ini telah terjadi perubahan lingkungan kerja penyuluhan pertanian seperti: (1) pennintaan akan produk
pertanian meningkat dengan cepat di banyak negara; (2) liberalisasi ekonomi
membuka peluang baru bagi petani untuk menjual produknya ke pasar dunia dan
sekaligus meningkatkan kesempatan terhadap persaingan internasional. Hal ini
menuntut petani bekerja lebih efisien, Penyuluh Pertanian dan pelaksana
pembangunan pertanian lainnya yang kompeten dalam membuat keputusan untuk
masa mendatang, dan penyesuaian peranan penyuluhan pertanian.
Somers (1998) mengatakan terdapat hubungan antara tingkat kompleksitas
situasi pembangunan pertanian dengan peranan penyuluhan pertanian. Pada
tingkat situasi yang relatif homogin peranan penyuluhan pertanian adalah transfer
teknologi, pa& situasi yang lebih kompleks peranan penyuluhan pertanian adalah
pemecahan masalah dan pada situasi yang sangat kompleks peranan penyuluhan
pertanian adalah pendidikan.
Sistem usaha tani berskala kecil, dicirikan oleh derajat kompleksitas dan
keragaman yang relatif tinggi (Kesseba, 1989). Hal ini menuntut perubahan
peranan penyuluhan pertanian dari memberikan nasehat berdasarkan keterampilan

t e h s menjadi fasilitator proses pembelajaran, baik b a a petani maupun bagi para
Penyuluh Pertanian. Mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan
pengubahan cara kerja dan arah penyuluhan yang lebih efektif, efisien, demokratis
terbuka, rasional dan fieksibel serta bersifat terdesentralisasi. Sistem penyuluhan
yang menjamin secara terus menerus proses pemutahiran (up dating) kompetensi
Penyuluh Pertanian dan para petani.
Perubahan tersebut, terlaksana, jika didahului oleh perubahan sikap dan
perilaku para Penyuluh Pertanian dan para pelaksana pembangunan pertanian
yang menjadi pendukung utama perubahan sistem keja tersebut. Untuk itu
diperlukan upaya untuk mencari nilai-nilai baru dalam kerja. Penyuluh Pertanian
yang dapat menghadapi tantangan pembangunan pertanian pada masa mendatang
adalah Penyuluh Pertanian profesional yang identik dengan produktif, bermutu,
berdisiplin, tangguh, unggul, mandiri.
Dengan mengadopsi teori perilaku Mc Clelland untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempenganh dinamika penyuluhan pertanian di Indonesia,
maka berdasarkan data tersebut di atas dapat diidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah: (1) faktor lingkungan kerja organisasi penyuluhan yang
telah berubah relatif cepat; (2) faktor internal organisasi penyuluhan pertanian; (3)
faktor karakTeristik Penyuluh Pertanian; (4) kebijaksanaan pembangunan
pertanian; dan (5) faktor sistem kerja penyuluhan pertanian yang tidak tanggap
terhadap perubahan lingkungan kerjanya termasuk perubahan para petani.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, masalah penelitian ini adalah:

penurunan tinekat efektivitas dan dinamika keeiatan ~envuluhanoertanian.
Pertanyaan penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan

oleh Penyuluh Pertanian di lapangan?

(2) Faktor-faktor pribadi Penyuluh Pertanian apa, yang berhubungan dengan
tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian?
(3) Bagaimana faktor-faktor internal dan ekstemal Penyuluh Pertanian

mempengarutu kualitas kegatan penyuluhan pertanian?
(4) Bagaimana tingkat efektivitas kegatan penyuluhan pertanian yang

dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian di lapangan?
(5) Bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian?
(6) Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tingkat kepuasan petani terhadap

kegiatan penyuluhan pertanian?
(7) Bagaimana perkembangan atribusi dan perilaku usaha tani para petani?

(8) Sistem penyuluhan pertanian yang bagaimana, yang dapat meningkatkan

efektivitas kegatan penyuluhan pertanian?

Tujuan Penelitian
Selaras dengan pernasalahan-pennasalahan penelitian tersebut di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian yang

dilaksanakan oleh penyuluh pertanian di lapangan

(2) Mengdentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor pribadi Penyuluh Pertanian
yang berhubungan dengan tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian
(3) Mengidentifikasi,mendesknpsikan kualitas dan, menjelaskan proses faktor-

faktor internal dan eksternal Penyuluh Pertanian yang mempengaruhi tingkat
kualitas kegatan penyuluhan pertanian

(4) Mendeskripsikan tingkat efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian yang
dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian & lapangan

(5) Mendeskripsikan tingkat kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan
p e d a n yang dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian di lapangan

(6) Mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian
(7) Mendeskripsikan perkembangan atribusi dan perilaku usaha tani para petani
(8) Merekonstruksi sistem penyuluhan pertanian yang dapat meningkatkan

efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian.

Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan berbagai kegunaan untuk
meningkatkan peranan penyuluhan pertanian dalam pengembangan sumberdaya
manusia pertanian pada masa mendatang dan berguna untuk memberikan dasar
pertimbangan dalam merumuskan arah pembinaan dan pengembangan sistem
penyuluhan pertanian yang dapat meningkatkan efektivitas kegiatan penyuluhan
pertanian. Kegunaan hasil penelitian ini untuk pengembangan Ilmu PenyuIuhan
Pembangunan adalah:
(1) Teridentifikasinya faktor-faktor internal dan ekstemal Penyuluh Pertanian

yang mempengaruhi tingkat kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan
pertanian, memperkaya teori manajemen penyuluhan pertanian
(2) Terformulasinya sistem penyuluhan pertanian yang mempengaruhi tingkat

kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian memperkaya, teori
pemberdayaan sumberdaya manusia.
(3) Proses perancangan metodologi, pengwnpulan data, analisis data, dan

interpretasi hasil-hasil analisis data penelitian ini, memperkaya teori-teori
metodologi penelitian penyuluhan pertanian dan metodolo@ penelitian
penyuluhan pembangunan.

TLNJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan Pertanian dan Pembangunan Pertanian
Konsep Penyuluhan Pertanian Kontekstual
Penggunaan terminologi bermakna "penyuluhan" bervariasi antar negara.
Dengan demikian "penyuluhan" merupakan aktivitas kontekstual, baik penyelenggara, proses, materi maupun tujuan. van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan
terminolog "university extension" dipergunakan di Inggns. Universitas
pengambil inisiatif gerakan penyuluhan. Bliss (1952) mengatakan 100 tahun
sebelurn National Grant College Act disetujui pada tahun 1862, petani Amerika
menghendaki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Amerika mengaitkan kegiatan
penyuluhan dengan pertanian dimana kegiatan penyuluhan pertanian ditempatkan
dalam konteks pendidikan yang dilaksanakan oleh universitas.
Term