Efisiensi Teknis dan Skala Usaha Badan Kredit Kecamatan di Kalimantan Selatan

EFlSlENSl TEKNIS DAN SKALA USAHA
BADAN KREDIT KECAMATAN Dl KALIMANTAN SELATAN

Oleh
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU

FAKULTAS PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
19 9 1

RINGWAN
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU. Efisiensi Teknis dan Skala Usaha Badan
Kredit Kecamatan Di Kalimantan Selatan (Dibawah bimbingan BUNGARAN
SARAGIH sebagai Ketua, KUNTJORO 'dan PANTJAR S W T U P A N G
masing-masing sebagai Anggota).
Ketersediaan modal merupakan salah satu syarat keharusan dalam proses
produksi pada setiap usaha ekonomi. Pada daerah pedesaan justru kelangkaan
modal ini pada umumnya merupakan salah satu ciri penting disamping berbagai
bentuk aspek sosial ekonomi lainnya.
Berbagai faktor penyebab ha1 tersebut antara lain : adanya jarak yang
sukar dihubungkan antara lembaga keuangan dan perbankan komersiil dengan

sektor pedesaan; belum berkembangnya lembaga formal dipedesaan sebagai
sumber kapital; dan terpolarisasinya kegiatan perbankan di perkotaan. Sebagai
akibat dari semua ha1 diatas maka perkembangan ekonomi pedesaan relatif
lambat.
Kebijaksanaan pemerintah melalui penyaluran kredit bersubsidi ke sektor
pedesaan belum mampu memecahkan permasalahan kelangkaan modal.
Beberapa tahun terakhir ini berbagai kebijaksanaan, baik berupa deregulasi dan
debirokratisasi maupun regulasi di-bidangmoneter nampak memberi kesempatan
bagi sektor pedesaan untuk memperoleh sarana permodalan. Salah satu
diantaranya adalah munculnya bank-bank (BPR) dan berbagai lembaga keuapgan
bukan bank (LKBB) yang beroperasi sampai ke pedesaan, dimana Badan Kredit
Kecamatan (BKK) adalah salah satu bentuknya.
Sebagai

sarana penunjang kebijaksanaan pemerintah

di

bidang


perkreditan rakyat, dan selaku lembaga keuangan yang memiliki sumber-sumber
yang terbatas, BKK harus mampu menyalurkan kredit pada masyarakat

berpenghasilan rendah, serta menggunakan seluruh assetnya Fecara efisien untuk
memperoleh pendapatan. Keadaan tersebut harus didukung oleh kondisi usaha
yang sehat yang diukur dari keadaan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitasnya.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keragaan badan kredit kecamatan di Kalimantan Selatan, dan secara
khusus untuk mengetahui efisiensi teknis dan pendapatan skala optimal.
Data primer dikumpulkan dari seluruh (30) BKK pada lima Kabupaten,
dan data sekunder dikumpulkan dari bank pembangunan daerah (BPD).
Untuk menentukan efisiensi teknis dilakukan pendekatan "deterministic
production

function frontier" dengan fungsi produksi

"ray-homothetic".

Sedangkan analisis finasiil dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio yang lazim
dipakai pada perbankan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh peubah bebas berbanding lurus
dan berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan kotor BKK. Pengaruh
positip terbesar ditunjukkan oleh jasa produksi, kemudian diikuti oleh biaya
pejalanan, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh biaya pemeliharaan
kendaraan.
Dari pengukuran efisiensi dapat diketahui bahwa sebagian besar BKK
(93.33 %) mempunyai indeks efisiensi lebih kecil dari nilai tengah indeks efisiensi
seluruh BKK (industri). Demikian pula dalam ukuran skala, ternyata sebagian
besar BKK (76.67 %) berada pada kondisi "increasing return to scale" dan
sebagian lagi (23.33 %) berada pada kondisi "decreasing return to scale". Hal ini
berarti bahwa BKK di Kalimantan Selatan belum efisien, dimana pemaduan
antara input faktor dan teknologi yang digunakan (amalgam) belum mencapai
optimal. Akibat dari kondisi tersebut, BKK belum mampu mencapai pendapatan
potensiil dan pendapatan skala optimal. Sebagai indikatornya adalah terjadinya
kerugian relatif atau kehilangan pendapatan (revenue lost) pada BKK.

Efisiensi BKK secara nyata dan positip dipengaruhi oleh keadaan likuiditas
dan jumlah unit usaha nasabah yang dapat dibina petugas BKK. Sedangkan
faktor solvabilitas menunjukkan pengamh negatif terhadap efisiensi.
Dengan keragaan BKK seperti di atas, maka dapat disimpulkan efisiensi

BKK di Kalimantan Selatan sangat perlu ditingkatkan.

Peningkatan ini

hendaknya diprioritaskan pada peningkatan kemampuan teknis pengelola agar
mekanisme aktivitas dan pelayanan kredit profesional sebagaimana bank-bank
komersiil dapat dilaksanakan. Selain itu pembinaan dan pengawasan yang efektif
dan efisien hams dilakukan, baik terhadap seleksi nasabah maupun usaha
nasabah, agar kredit digunakan secara produktif sehingga resiko tejadinya
tunggakan pelunasan kredit dapat diperkecil. Peningkatan pendapatan skala juga
masih perlu dilakukan dengan jalan memperbesar modal pada setiap BKK.
Agar ha1 tersebut dapat dicapai, maka perlu dilakukan pendidikan dan
latihan bagi para pelaksana BKK secara berkala sesuai dengan tuntutan
kemajuan

teknis dan menejemen lembaga keuangan dan

perbankan.

Penambahan modal disamping melalui intensifikasi akkumulasi dari keuntungan

sendiri, BKK diharapkan dapat membuka tabungan masyarakat dan penyertaan
dana pihak ke tiga seperti penyaluran kredit usaha kecil dari bank-bank komersiil
pemerintah maupun bank-bank swasta nasional.
Walaupun berbagai kelemahan masih terdapat pada BKK, namun
beberapa keberhasilan yang telah dicapai seperti kemampuan menyalurkan
kredit, perkembangan jumlah kredit dan nasabah serta akkumuIasi asset yang
meningkat dan kemandirian BKK yang semakin baik, hendaknya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk mendirikan BKK baru pada kecamatan lain di
luar lokasi program pengembangan wilayah di Kalimantan Selatan.

EHSIENSI TEKNIS DAN SKALA USAHA

BADAN KREDIT KECAMATAN DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU

NRP 88006 - EPN

Tesis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar
Sains
Magister
pada
Jurusan Ekonomi Pertanian

FAKULTAS PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1991

EFlSlENSl TEKNIS DAN SKALA USAHA
BADAN KREDIT KECAMATAN Dl KALIMANTAN SELATAN

Oleh
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU

FAKULTAS PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
19 9 1


RINGWAN
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU. Efisiensi Teknis dan Skala Usaha Badan
Kredit Kecamatan Di Kalimantan Selatan (Dibawah bimbingan BUNGARAN
SARAGIH sebagai Ketua, KUNTJORO 'dan PANTJAR S W T U P A N G
masing-masing sebagai Anggota).
Ketersediaan modal merupakan salah satu syarat keharusan dalam proses
produksi pada setiap usaha ekonomi. Pada daerah pedesaan justru kelangkaan
modal ini pada umumnya merupakan salah satu ciri penting disamping berbagai
bentuk aspek sosial ekonomi lainnya.
Berbagai faktor penyebab ha1 tersebut antara lain : adanya jarak yang
sukar dihubungkan antara lembaga keuangan dan perbankan komersiil dengan
sektor pedesaan; belum berkembangnya lembaga formal dipedesaan sebagai
sumber kapital; dan terpolarisasinya kegiatan perbankan di perkotaan. Sebagai
akibat dari semua ha1 diatas maka perkembangan ekonomi pedesaan relatif
lambat.
Kebijaksanaan pemerintah melalui penyaluran kredit bersubsidi ke sektor
pedesaan belum mampu memecahkan permasalahan kelangkaan modal.
Beberapa tahun terakhir ini berbagai kebijaksanaan, baik berupa deregulasi dan
debirokratisasi maupun regulasi di-bidangmoneter nampak memberi kesempatan
bagi sektor pedesaan untuk memperoleh sarana permodalan. Salah satu

diantaranya adalah munculnya bank-bank (BPR) dan berbagai lembaga keuapgan
bukan bank (LKBB) yang beroperasi sampai ke pedesaan, dimana Badan Kredit
Kecamatan (BKK) adalah salah satu bentuknya.
Sebagai

sarana penunjang kebijaksanaan pemerintah

di

bidang

perkreditan rakyat, dan selaku lembaga keuangan yang memiliki sumber-sumber
yang terbatas, BKK harus mampu menyalurkan kredit pada masyarakat

berpenghasilan rendah, serta menggunakan seluruh assetnya Fecara efisien untuk
memperoleh pendapatan. Keadaan tersebut harus didukung oleh kondisi usaha
yang sehat yang diukur dari keadaan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitasnya.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keragaan badan kredit kecamatan di Kalimantan Selatan, dan secara
khusus untuk mengetahui efisiensi teknis dan pendapatan skala optimal.

Data primer dikumpulkan dari seluruh (30) BKK pada lima Kabupaten,
dan data sekunder dikumpulkan dari bank pembangunan daerah (BPD).
Untuk menentukan efisiensi teknis dilakukan pendekatan "deterministic
production

function frontier" dengan fungsi produksi

"ray-homothetic".

Sedangkan analisis finasiil dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio yang lazim
dipakai pada perbankan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh peubah bebas berbanding lurus
dan berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan kotor BKK. Pengaruh
positip terbesar ditunjukkan oleh jasa produksi, kemudian diikuti oleh biaya
pejalanan, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh biaya pemeliharaan
kendaraan.
Dari pengukuran efisiensi dapat diketahui bahwa sebagian besar BKK
(93.33 %) mempunyai indeks efisiensi lebih kecil dari nilai tengah indeks efisiensi
seluruh BKK (industri). Demikian pula dalam ukuran skala, ternyata sebagian
besar BKK (76.67 %) berada pada kondisi "increasing return to scale" dan

sebagian lagi (23.33 %) berada pada kondisi "decreasing return to scale". Hal ini
berarti bahwa BKK di Kalimantan Selatan belum efisien, dimana pemaduan
antara input faktor dan teknologi yang digunakan (amalgam) belum mencapai
optimal. Akibat dari kondisi tersebut, BKK belum mampu mencapai pendapatan
potensiil dan pendapatan skala optimal. Sebagai indikatornya adalah terjadinya
kerugian relatif atau kehilangan pendapatan (revenue lost) pada BKK.

Efisiensi BKK secara nyata dan positip dipengaruhi oleh keadaan likuiditas
dan jumlah unit usaha nasabah yang dapat dibina petugas BKK. Sedangkan
faktor solvabilitas menunjukkan pengamh negatif terhadap efisiensi.
Dengan keragaan BKK seperti di atas, maka dapat disimpulkan efisiensi
BKK di Kalimantan Selatan sangat perlu ditingkatkan.

Peningkatan ini

hendaknya diprioritaskan pada peningkatan kemampuan teknis pengelola agar
mekanisme aktivitas dan pelayanan kredit profesional sebagaimana bank-bank
komersiil dapat dilaksanakan. Selain itu pembinaan dan pengawasan yang efektif
dan efisien hams dilakukan, baik terhadap seleksi nasabah maupun usaha
nasabah, agar kredit digunakan secara produktif sehingga resiko tejadinya

tunggakan pelunasan kredit dapat diperkecil. Peningkatan pendapatan skala juga
masih perlu dilakukan dengan jalan memperbesar modal pada setiap BKK.
Agar ha1 tersebut dapat dicapai, maka perlu dilakukan pendidikan dan
latihan bagi para pelaksana BKK secara berkala sesuai dengan tuntutan
kemajuan

teknis dan menejemen lembaga keuangan dan

perbankan.

Penambahan modal disamping melalui intensifikasi akkumulasi dari keuntungan
sendiri, BKK diharapkan dapat membuka tabungan masyarakat dan penyertaan
dana pihak ke tiga seperti penyaluran kredit usaha kecil dari bank-bank komersiil
pemerintah maupun bank-bank swasta nasional.
Walaupun berbagai kelemahan masih terdapat pada BKK, namun
beberapa keberhasilan yang telah dicapai seperti kemampuan menyalurkan
kredit, perkembangan jumlah kredit dan nasabah serta akkumuIasi asset yang
meningkat dan kemandirian BKK yang semakin baik, hendaknya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk mendirikan BKK baru pada kecamatan lain di
luar lokasi program pengembangan wilayah di Kalimantan Selatan.

EHSIENSI TEKNIS DAN SKALA USAHA

BADAN KREDIT KECAMATAN DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh
PARLUHUTAN DOLOKSARIBU

NRP 88006 - EPN

Tesis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sains
Magister
pada
Jurusan Ekonomi Pertanian

FAKULTAS PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1991