. Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan Teknis Beternak Dan Pendapatan Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Lembang.

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, KETERAMPILAN TEKNIS
BETERNAK DAN PENDAPATAN PADA USAHA
PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT
DI KECAMATAN LEMBANG

ANGGRAENI EFRIKA CAHYAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Efisiensi
Teknis, Keterampilan Teknis Beternak dan Pendapatan pada Usaha Peternakan
Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Lembang adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Anggraeni Efrika Cahyawati
NIM D151120201

RINGKASAN
ANGGRAENI EFRIKA CAHYAWATI. Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan
Teknis Beternak dan Pendapatan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kecamatan Lembang. Dibimbing oleh BAGUS PRIYO PURWANTO dan
SURYAHADI.
Pengembangan usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu
alternatif dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat terutama yang berasal dari
protein hewani, saat ini susu segar dalam negeri (SSDN) baru mencapai 30%
kebutuhan nasional sedangkan 70% dipenuhi melalui impor sehingga terjadi
ketimpangan antara produksi susu yang dihasilkan dengan permintaan susu. Salah
satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pembangunan dan pengembangan
sapi perah guna menunjang peningkatan produksi susu nasional dengan
peningkatan produktivitas sapi perah melalui efisiensi teknis. Tingkat efisiensi
teknis yang dicapai akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima

peternak. Pencapaian produktivitas yang tinggi dari usaha sapi perah ditentukan
oleh kemampuan peternak dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi serta
penerapan aspek teknis dalam usaha peternakannya. Penelitian ini bertujuan untuk
1) mengevaluasi efisiensi teknis produksi susu di Kecamatan Lembang dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis tersebut, 2)
menganalisis keterampilan dan pengetahuan teknis peternak sapi perah rakyat
serta 3) menganalisis tingkat pendapatan usaha peternakan sapi perah di
Kecamatan Lembang.
Data yang dikumpulkan berasal dari 60 orang peternak yang diseleksi
menggunakan metode proportionate stratatified judgemental sampling.
Responden dikategorikan ke dalam 2 kelompok berdasarkan jumlah kepemilikan
sapi betina laktasi, yaitu kategori 1 dengan jumlah kepemilikan betina laktasi 1-5
ekor dan kategori 2 dengan jumlah kepemilikan betina laktasi 6-10 ekor. Tiap-tiap
kategori masing-masing sebanyak 30 responden. Analisa data menggunakan
analisis deskripsi dan analisis produksi stochastic frontier. Hasil analisis untuk
kategori 2 menunjukkan adanya keberadaan inefisiensi teknis yang mempunyai
efek terhadap produksi susu dengan estimasi yang signifikan pada koefisien
gamma, the likelihood ratio test dan prediksi efisiensi teknik peternak. Estimasi
parameter gamma (γ) pada model fungsi produksi adalah 0.99, menunjukkan
bahwa 99 persen variasi hasil yang disebabkan oleh perbedaan efisiensi teknis.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa usaha peternakan sapi perah rakyat di
Kecamatan Lembang telah efisien dengan rata-rata efisiensi sebesar 91 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi adalah umur peternak,
pengalaman usaha, dan status kepemilikan ternak.
Faktor-faktor penentu teknis beternak yang mempengaruhi produktivitas
ternak seperti pembibitan dan reproduksi, makanan ternak, manajemen
pengelolaan, kandang dan peralatan serta kesehatan hewan telah terpenuhi dengan
cukup baik kecuali sub aspek makanan ternak pada kategori 2. Hal ini
menunjukkan bahwa peternak di Kecamatan Lembang memiliki pengetahuan dan
keterampilan teknis yang cukup bagus.
Analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio menunjukkan bahwa usaha
peternakan sapi perah rakyat pada kedua kategori di Kecamatan Lembang

memberikan keuntungan dan layak untuk dijalankan. Hasil analisis pendapatan
usaha peternakan sapi perah kategori 1 menunjukkan pendapatan atas biaya tunai
adalah sebesar Rp34 091 630, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah
sebesar Rp16 789 814. Sementara R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1.36 dan
R/C atas biaya total adalah sebesar 1.15. Sedangkan hasil analisis usaha
peternakan sapi perah kategori 2 menunjukkan pendapatan atas biaya tunai adalah
sebesar Rp102 679 867, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah sebesar

Rp73 747 821. Sementara R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1.45 dan R/C atas
biaya total adalah sebesar 1.29.
Kata kunci : peternakan sapi perah, efisiensi teknis, analisis stochastic frontier,
keterampilan teknis beternak, pendapatan

SUMMARY
ANGGRAENI EFRIKA CAHYAWATI. Analyze of Technical Efficiency,
Technical Aspect of Farming and Revenue Smallholder Dairy Farm at Lembang.
Supervised by BAGUS PRIYO PURWANTO dan SURYAHADI.
The development of smallholder dairy farming is one alternative in order
to fullfill people’s nutrient from animal protein, until now, national fresh milk
production only achieved 30% and the rest 70% came from abroad country or
import. The way to solve these problems are to build and develop dairy cow in
order to enhance national production by technical efficency. Its achievement will
affect revenue of dairy farmers. The higher productivity of dairy farming will be
determined by skill of them related to alocate production factors and imply the
best technic. This study was done 1) to evaluate technical efficiency of milk
production at Lembang and also to analyze that efeciency determinant factors, 2)
to analyze technical aspect farming, γ) to analyze dairy farmers’ revenue at
Lembang.

Data were collected from 60 farmer’s selected by using proportionate
stratatified judgemental sampling. The respondents were categorized into two
groups according to their lactating cow number i.e. category 1 = 1-5 lactating
cows and category 2 = 6-10 lactating cows. Each category consists of 30
respondents. Data were analyzed by descriptive statistics and stochastic frontier
production models. The result of the analysis for category 2 indicated that
presence of technical inefficiency had effects in milk production by the significant
estimated gamma coefficient, the likelihood ratio test and the predicted technical
within the farmers. The estimated gamma parameter (γ) of model for production
function was 0.99, indicated that about 99 percent of variation in output milk
among farmers was due to differences in their technical efficiencies. The results
indicated that smallholder dairy farming in Lembang was efficient with an
average of technical efficiency of 91 percent. Factors influencing production
efficiency were farmer’s ages, farming experience, and livestock ownership.
Impact point factor of dairy farming that influencing livestock productivity
such as breeding and reproduction, forage, management, housing and equipment
and animal health have fullfilled, except sub aspect forage in catagory 2 indicated
that farmer’s in Lembang have a good technical aspect farming.
Revenue analysis of dairy farming and ratio R/C shown that smalholder
dairy farming at Lembang has given profit and acceptable to hold this farming,

Revenue analysis of catagory 1 of dairy farmers shown that total revenue on
variable cost was Rp34 091 630, while total revenue on total cost was
Rp16 789 814 and R/C on variable cost was 1.35, R/C on total cost was 1.15.
Meanville, revenue analysis of catagory 2 of dairy farmers was shown that total
revenue on variable cost was Rp102 679 867, while total revenue on total cost
was Rp 73 747 821 and R/C on variable cost was 1.45, R/C on total cost was
1.29.
Keyword : dairy farms, technical efficiency, stochastic frontier analysis, technical
aspect farming, revenue

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, KETERAMPILAN TEKNIS
BETERNAK DAN PENDAPATAN PADA USAHA
PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT
DI KECAMATAN LEMBANG

ANGGRAENI EFRIKA CAHYAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Alla Asmara, SPt MSi


PRAKATA

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juni 2014
adalah “Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan Teknis Beternak dan Pendapatan
pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Lembang”. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister pada program
studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa proses penelitian dan penulisan dari tesis ini tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih. Kepada
yang terhormat Bapak Dr Bagus Priyo Purwanto, M.Agr dan Bapak Dr Ir
Suryahadi, DEA selaku komisi pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih
atas curahan waktu, arahan, bimbingan, dan dorongan semangat mulai dari
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis
Kepada Dr Ir Salundik MSi selaku Ketua Program Studi ITP serta
jajarannya (Ibu Ade dan Mba Okta) di sekretariat Pasca ITP, penulis
mengucapkan terimakasih atas pelayanan prima selama penulis menempuh studi.

Kepada teman-teman seperjuangan di Program Studi ITP angkatan 2012
terimakasih atas kebersamaannya dalam diskusi-diskusi selama ini dan semoga
persahabatan serta kerjasama ini tetap terjalin pada waktu mendatang. Kepada
semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
penulis juga mengucapkan terima kasih.
Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk bisa melanjutkan studi ke
jenjang S2 di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda tercinta (Sri
Kuswanti), suami tercinta (Taufik Hidayat) dan buah hatiku tercinta (Athala
Midyan Hidayat dan Ayska Khairina Hidayat) atas doa, dukungan, kasih sayang,
kesabaran serta motivasi yang selalu diberikan pada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Anggraeni Efrika Cahyawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
1
3

3

2 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Fungsi Produksi
Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Konsep Efisiensi dan Inefisiensi

3
3
3
5
7

3 METODOLOGI
Metode
Lokasi dan Waktu
Materi
Desain Penelitian
Data dan Instrumentasi
Analisis Data
Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Analisis Keterampilan dan Pengetahuan Teknis Beternak
Analisis Pendapatan Peternak

9
9
9
9
10
10
10
10
13
14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel Usaha Peternakan Sapi Perah
Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Keterampilan dan Pengetahuan Teknis Beternak
Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah

15
15
20
31
43

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

51
51
52

DAFTAR PUSTAKA

52

LAMPIRAN

55

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Statistik deskriptif variabel usaha peternakan sapi perah
Jumlah kepemilikan ternak
Tingkat umur peternak
Pengalaman peternak dalam kegiatan budidaya sapi perah
Tingkat pendidikan formal peternak
Pendugaan model fungsi produksi pada usaha peternakan sapi
perah kategori 1 dan kategori 2 dengan menggunakan metode
MLE
Sebaran efisiensi teknis
Pendugaan parameter maximum-likelihood model inefisiensi teknis
usaha peternakan sapi perah kategori 1 dan kategori 2
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan aspek teknis
beternak
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek
pemuliaan ternak dan reproduksi
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek makanan
ternak (HMT)
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek makanan
ternak (konsentrat)
Kebutuhan pakan
Konsumsi pakan
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek
pengelolaan
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek kandang
dan peralatan
Rerata dan simpangan baku hasil pengamatan sub aspek kesehatan
ternak
Penerimaan usaha peternakan sapi perah kategori 1 tahun 2014
Penerimaan usaha peternakan sapi perah kategori 2 tahun 2014
Biaya usaha peternakan sapi perah kategori 1
Biaya usaha peternakan sapi perah kategori 2
Perhitungan pendapatan dan rasio penerimaan terhadap biaya
(R/C) usaha peternakan sapi perah kategori 1 tahun 2014
Perhitungan pendapatan dan rasio penerimaan terhadap biaya
(R/C) usaha peternakan sapi perah kategori 2 tahun 2014
Pendapatan per ekor pada usaha peternakan sapi perah kategori 1
dan kategori 2

16
18
19
19
20
21

29
31
32
33
35
35
38
38
39
42
43
44
45
46
47
49
49
50

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kurva fungsi produksi
Fungsi produksi Stochastic Frontier
Ukuran efisiensi

5
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil Output Minitab Model Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah
Kategori 1
Output Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usaha Peternakan Sapi
Perah Kategori 1
Hasil Output Minitab Model Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah
Kategori 2
Output Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usaha Peternakan Sapi
Perah Kategori 2
Faktor-faktor Penentu Aspek Teknis Beternak Sapi Perah
(Direktorat Jenderal Peternakan, 1983)

55
57
60
62
66

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu
alternatif dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat terutama yang berasal dari
protein hewani. Industri Pengolahan Susu (IPS) memprediksi bahwa konsumsi
susu masyarakat pada tahun 2020 adalah sebesar 6 milyar liter setara susu segar
atau 16.5 juta liter per hari. Hal ini menunjukkan bahwa dibutuhkan minimal 1.33
juta ekor sapi laktasi (dengan rataan produksi 4 600 liter per laktasi) atau populasi
sapi perah sebesar 2.6 juta ekor. Untuk mendukung produksi agar dapat
memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan 2.2 juta ton pakan konsentrat dan
33.6 juta ton pakan sumber serat (setara produksi rumput Raja seluas 111 ribu ha)
atau bahan kering 5.4 juta ton (Ma’sum 2012).
Populasi sapi perah di Indonesia menurut Statistik Peternakan Tahun 2013
tercatat 611 939 ekor. Secara geografis penyebaran sapi perah tidak merata di
seluruh tanah air, sebagian besar sapi perah atau 97% dari populasi terkonsentrasi
di Pulau Jawa. Rataan produksi susu sapi perah per ekor baru sekitar 11-12
liter/hari. Rendahnya produktivitas sapi perah di Indonesia salah satu
penyebabnya adalah bahwa 95% sapi perah dikelola oleh peternak kecil dengan
kondisi kualitas sumberdaya manusia peternak masih rendah, kepemilikan lahan
dan sarana prasarana yang sangat terbatas, kondisi sosial ekonominya sulit, skala
usahanya masih rendah yaitu sekitar 3-4 ekor sedangkan orientasi usaha masih
bersifat sampingan.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui adanya ketimpangan antara
produksi susu yang dihasilkan dengan permintaan susu. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan adalah dengan pengembangan sapi perah untuk menunjang
peningkatan produksi susu dalam negeri. Hal ini juga dilakukan untuk
menghindari impor susu yang berlebihan. Selama ini, pemerintah Indonesia
mengatasi kekurangan pasokan susu dalam negeri dengan melakukan impor susu
dari Australia dan New Zealand. Pada tahun 2010-2013 berturut-turut pemerintah
mengimpor susu sebanyak 186.2 ribu ton, 207.4 ribu ton, 209.9 ribu ton dan 156.5
ribu ton (September 2013). Impor ini belum termasuk produk hasil olahan susu
seperti mentega, keju dan yogurt. Menurut data Kementerian Perdagangan jumlah
yang harus dibayarkan untuk impor susu dan produk olahannya sebesar 602.6 juta
US $ (sampai dengan September 2013), impor ini mengakibatkan devisa
Indonesia terkuras ke luar negeri.Saat ini susu segar dalam negeri (SSDN) baru
mencapai 30% kebutuhan nasional, sedangkan 70% dipenuhi melalui impor. Oleh
karena itu perlu pembangunan dan pengembangan sapi perah yang didasari pada
hasil analisa kondisi sapi perah saat ini.
Perumusan Masalah
Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi
mengakibatkan negara harus mampu memenuhi permintaan konsumsi susu.
Kondisi ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh peternak
untuk mengembangkan usahanya sehingga memperoleh keuntungan yang

2

maksimal. Jawa Barat memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
dan pengolahan susu sapi karena mampu memproduksi susu 281.4 ribu ton atau
29.3% dari produksi nasional (Statistik Peternakan Tahun 2013). Salah satu
daerah penghasil susu sapi terbesar di Jawa Barat yang membantu dalam
pemenuhan kebutuhan permintaan susu nasional adalah Kabupaten Bandung
Barat. Salah satu sentra produksi susu di Kabupaten Bandung Barat adalah
Kecamatan Lembang, hal ini didukung oleh sumberdaya alam, iklim, pakan,
sarana dan prasarana di daerah tersebut.
Berdasarkan data Sensus Pertanian Tahun 2013 populasi sapi perah di
Kabupaten Bandung Barat ini sebanyak 32 907 ekor dengan jumlah peternak
mencapai 9 ribu orang dan mampu memproduksi susu sebanyak 150 ribu liter/hari
atau 54 750 ribu liter/tahun serta dapat memberikan kontribusi susu terhadap
produksi susu provinsi Jawa Barat sebesar 32%. Kecamatan Lembang merupakan
salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang mempunyai populasi sapi
perah terbesar. Berdasarkan Sensus Pertanian Tahun 2013, populasi sapi perah di
Kecamatan Lembang sebanyak 15 087 ekor dengan jumlah peternak 5 399 orang
dan produksi susu rata-rata 12 liter/hari. Dari data diketahui setiap peternak ratarata hanya memiliki 2-3 ekor sapi dewasa yang dinilai masih rendah. Nilai
produktivitas sapi FH di Indonesia ini tentu sangat jauh bila dibandingkan dengan
produktivitas sapi FH sesungguhnya, berdasarkan data USDA pada tahun 2002,
produksi susu sapi FH mencapai 11 000 liter per laktasi (Tyler dan Ensminger
2006).
Dalam pelaksanaan usaha ternak, setiap peternak selalu mengharapkan
keberhasilan dalam usahanya, salah satu parameter yang dapat dipergunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien.
Kemampuan manajerial peternak akan menentukan rasionalitas peternak dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian faktor-faktor
produksi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang
diperoleh. Keterampilan teknis beternak yang diterapkan juga akan mempengaruhi
tingkat efisiensi teknis usaha ternaknya. Peternak yang mampu mengelola
penggunaan sumberdaya (input) yang ada untuk mencapai produksi (output)
maksimum atau meminimumkan penggunaan input untuk mencapai output dalam
jumlah yang sama, maka dapat dikatakan peternak tersebut telah mencapai
efisiensi. Tingkat efisiensi teknis yang dicapai akan mempengaruhi besar kecilnya
pendapatan yang diterima peternak.
Berdasarkan uraian di atas, peningkatan produktivitas melalui efisiensi
teknis menjadi penting untuk diperhatikan. Persoalan yang perlu dianalisis adalah
apakah masih ada peluang untuk meningkatkan produksi susu di Kecamatan
Lembang dengan upaya meningkatkan efisiensi teknis dan teknologi? Bagaimana
juga dengan keterampilan dan pengetahuan teknis yang dimiliki peternak di
Kecamatan Lembang?serta bagaimana tingkat pendapatan usaha peternakan di
Kecamatan Lembang?

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi efisiensi teknis produksi susu di Kecamatan Lembang dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis tersebut.
2. Menganalisis keterampilan dan pengetahuan teknis peternak sapi perah rakyat
di Kecamatan Lembang
3. Menganalisis tingkat pendapatan usaha peternakan sapi perah rakyat di
Kecamatan Lembang
Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Memberikan masukan bagi peternak dalam meningkatkan produktivitas dan
pengembangan usaha sapi perah.
2. Informasi bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam menentukan
arah dan kebijakan sub sektor peternakan pada usaha peternakan sapi perah
rakyat pada masa yang akan datang.

2 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.
Menurut Beattie dan Taylor (1985) produksi adalah proses mengkombinasikan
dan mengkoordinasikan material dan kekuatan (input dan sumberdaya) untuk
menghasilkan barang dan jasa. Output dalam suatu proses dapat menjadi input
untuk proses produksi lainnya atau menjadi barang konsumsi. Produsen dapat
menambah hasil produksi dengan berbagai alternatif, yaitu menambah semua
input produksi atau menambah satu atau beberapa input produksi. Penambahan
input produksi mengikuti hukum The law of diminishing marginal returns yang
merupakan dasar dalam ekonomi produksi. The law of diminishing marginal
returns terjadi jika jumlah input variabel ditambah penggunaannya, maka output
yang dihasilkan meningkat, tapi setelah mencapai satu titik tertentu penambahan
output semakin lama semakin berkurang. Secara umum produksi dalam usahatani
ditentukan oleh faktor-faktor produksi dan hubungan teknis antara input dan
output dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi
menerangkan hubungan teknis yang menstransformasikan input atau sumberdaya
menjadi output atau komoditas (Debertin 1986).
Menurut Beattie dan Taylor (1985) secara matematik hubungan teknis
antara input variabel dan output direpresentasikan oleh fungsi produksi sebagai
berikut :
y = f (x1 | x2 )
dimana y adalah output, x1 merupakan input variabel dan x2 input tetap. Untuk
menyederhanakan notasi, diasumsikan output dihasilkan hanya dengan satu input
variabel, yang direpresentasikan oleh fungsi produksi berikut :
y = f (x)

4

x adalah input variabel dan y adalah output yang bisa disebut juga Total Physical
Product (TPP). Dari persamaan (2) dapat diperoleh Average Physical Product
(APP) sebagai berikut :
y f ( x)
APP = =
x
x
Konsep yang juga penting adalah Marginal Physical Product (MPP), yang
didefinisikan sebagai berikut :
d (TPP) dy
df ( x )
=
=
= f”(x)
MPP =
dx
dx
x
Konsep lain yang penting dalam ekonomi produksi adalah elastisitas
produksi. Menurut Debertin (1986) elastisitas produksi menunjukkan rasio antara
persentase perubahan jumlah output dengan persentase perubahan jumlah input.
Formulasi Elastisitas Produksi (Ep) adalah sebagai berikut :
Ep
= ( Δy/y ) / (Δx/x )
Δy/Δx = MPP
x/y
= 1/APP
Ep
= MPP/APP
Pada saat MP > AP diperoleh Elastisitas Produksi > 1. Hal ini berarti jika
input dinaikkan satu persen maka output akan naik lebih besar dari satu persen.
Sebaliknya, jika MP < AP maka Elastisitas Produksi < 1, yang berarti jika input
ditambah satu persen maka output naik kurang dari satu persen. Saat MP = AP,
Elastisitas Produksi = 1, dimana pada saat ini APP maksimum. Jika MP = 0,
berarti Elastisitas Produksi = 0
Petani yang maju dalam melakukan usahatani akan selalu berfikir
bagaimana mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin untuk
memperoleh produksi yang maksimum. Hubungan antara tingkat produksi dengan
jumlah input variabel yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap daerah
produksi seperti yang ditunjukkan Gambar 1.
Secara singkat dapat digambarkan ciri-ciri tiga tahapan produksi sebagai berikut:
1. Tahap I, di mana MP > AP; pada daerah ini penambahan input sebesar 1 persen
akan menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari 1 persen,
sehingga merupakan tahap yang tidak rasional (increasing returns, dimana
nilai EP > 1 ).
2. Tahap II, dimana MP = AP; produk total menaik tetapi produk rata-rata
menurun dan produk marginal juga menurun sampai nol. Pada daerah ini
penambahan input sebesar 1 persen akan menyebabkan penambahan komoditas
paling tinggi sama dengan 1 persen dan paling rendah 0 persen (0 < EP < 1),
merupakan daerah rasional (decreasing returns).
3. Tahap III, dimana MP < AP; produk total dan produk rata-rata sama-sama
menurun sedang produk marginal nilainya negatif. Pada daerah ini,
penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total
(negative decreasing returns, dimana EP < 1).
Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara nilai output terhadap input.
Suatu kegiatan produksi dikatakan lebih efisien dari kegiatan produksi lainnya
bila kegiatan produksi tersebut menghasilkan output yang lebih besar nilainya
untuk tingkat korbanan yang sama. Dengan kata lain suatu kegiatan produksi lebih

5

efisien dari yang lainnya bila untuk nilai output yang sama, kegiatan produksi
tersebut memerlukan korbanan yang lebih kecil.

Gambar 1. Kurva fungsi produksi
Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Dalam upaya mempelajari fungsi produksi, pada prakteknya tidak selalu
menghasilkan fungsi produksi yang ideal sesuai dengan definisi tersebut.
Pendugaan fungsi produksi yang menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Squares) tentunya tidak mungkin menghasilkan fungsi produksi yang ideal
tersebut. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mempelajari efisiensi produksi
dengan metode OLS tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dan untuk
mengukur efisiensi produksi perlu diketahui patokan tingkat produksi maksimum
pada tingkat teknologi tertentu. Untuk mengatasi persoalan di atas, maka perlu
dicari metode yang dapat menduga fungsi produksi yang mendekati fungsi
produksi ideal sesuai dengan teori, yaitu menduga fungsi produksi frontier. Fungsi
produksi frontier, dengan demikian, bukan konsep fungsi produksi baru tetapi
merupakan penyempurnaan metode pendugaan fungsi produksi.
Coelli et al. (1998) menyatakan bahwa fungsi produksi frontier adalah
fungsi produksi yang menggambarkan output maksimum yang dapat dicapai dari
setiap tingkat penggunaan input. Apabila suatu usahatani berada pada titik di
fungsi produksi frontier artinya usahatani tersebut efisiensi secara teknis. Jika
fungsi produksi frontier diketahui maka dapat diestimasi inefisiensi teknis melalui
perbandingan posisi aktual relatif terhadap frontiernya.
Penelitian ini menggunakan fungsi produksi frontier dalam analisis dengan
tujuan untuk melihat tingkat produksi maksimum yang mungkin dicapai dan
membandingkannya dengan kondisi aktual yang ada. Di samping itu model

6

produksi frontir yang digunakan adalah stochastic frontier, dimana menurut
Mahadevan (2002) fungsi stochastic frontier memungkinkan : (1) pergeseran
nonneutral yang disebabkan oleh perubahan marginal rate substitution faktor
produksi. Kondisi ini memungkinkan seorang produsen memperoleh hasil
produksi yang berbeda meskipun dengan penggunaan input yang sama sebagai
akibat penggunaan metode produksi yang berbeda, dan (2) adanya variasi proses
produksi yang akan berimplikasi terhadap variasi efisiensi teknis produsen,
menyebabkan tidak perlu adanya asumsi distribusi normal kondisi efisiensi teknis
antar produsen atau perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi tidak
tercapainya efisiensi teknis dalam produksi. Penentuan sumber inefisiensi teknis
ini tidak hanya memberikan informasi tentang sumber potensial dari inefisiensi,
tetapi juga saran bagi kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk
mencapai tingkat efisiensi total. Fungsi produksi frontir memiliki definisi yang
tidak jauh berbeda dengan fungsi produksi dan umumnya banyak digunakan saat
menjelaskan konsep pengukuran efisiensi. Konsep fungsi produksi frontir
menggambarkan output maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu proses
produksi. Fungsi produksi frontir merupakan fungsi produksi yang paling praktis
atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi
kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll
dan Orazem 1984).
Aigner et al. (1977); Meeusen & van den Broeck (1977), diacu dalam
Coelli et al. (2005) menjelaskan bahwa fungsi produksi stochastic frontier
merupakan fungsi produksi yang dispesifikasi untuk data silang (cross-sectional
data) yang memiliki dua komponen error term, yaitu random effects (vi) dan
inefisiensi teknis (ui). Secara matematis, fungsi produksi stochastic frontier dapat
ditulis dalam persamaan berikut:
ln yi = xi + (vi - ui); i = 1,2,3,...,N
di mana:
yi = produksi yang dihasilkan pada waktu ke-i
xi = vektor input yang digunakan pada waktu ke-i
= vektor parameter yang akan diestimasi
vi = variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal
(independent-identically distributed, iid.) N (0, v2), berkaitan dengan
faktor eksternal (iklim, hama)
ui = variabel acak non negatif yang diasumsikan iid., yang menggambarkan
inefisiensi teknis dalam produksi, dengan sebaran bersifat setengah normal
N (0, u2)
Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi
produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak
(stochastic), yaitu nilai harapan dari xi + vi atau exp(xi + vi). Random error (vi)
dapat bernilai positif dan negatif dan begitu juga output stochastic frontier
bervariasi sekitar bagian tertentu dari model frontier, exp(xi ). Struktur dasar dari
model stochastic frontier dapat dilihat pada Gambar 2. Sumbu x mewakili input
dan sumbu y mewakili output. Komponen dari model frontier yaitu f(x ),
digambarkan sesuai asumsi diminishing return to scale, di mana jika variabel
faktor produksi dengan jumlah tertentu ditambahkan secara terus-menerus dengan
jumlah yang tetap maka akhirnya akan tercapai suatu kondisi dimana setiap
penambahan satu unit faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi

7

yang semakin menurun.
Gambar 2 menjelaskan aktivitas produksi dari dua petani yang diwakili
simbol i dan j. Petani i menggunakan input sebesar xi dan menghasilkan output
sebesar yi, sedangkan petani j menggunakan input sebesar xj dan menghasilkan
output sebesar yj. Berdasarkan output batas, terlihat bahwa output frontier petani i
melampaui fungsi produksi f(x ) sedangkan nilai output frontier petani j berada di
bawah fungsi produksi f(x ). Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas produksi
petani i dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana variabel vi bernilai
positif. Sebaliknya, aktivitas produksi petani j dipengaruhi oleh kondisi yang tidak
menguntungkan dimana variabel vj bernilai negatif. Output frontier i dan j tidak
dapat diamati atau diukur karena random error dari keduanya tidak teramati.

Gambar 2. Fungsi produksi Stochastic Frontier
Output frontier yang tak teramati tersebut dapat berada di atas atau di
bawah bagian deterministik dari model stochastic frontier, sedangkan output yang
teramati hanya dapat berada di bawah bagian deterministik dari model stochastic
frontier. Output yang teramati dapat berada di atas fungsi deterministik
frontiernya apabila random error bernilai positif dan lebih besar dari efek
inefisiensinya (misalnya yi > exp(xi ) jika vi > ui) (Coelli et al. 2005).
Konsep Efisiensi dan Inefisiensi
Farrel (1957), diacu dalam Coelli et al. (2005) mengungkapkan bahwa
efisiensi terdiri atas dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.
Efisiensi teknis memperlihatkan kemampuan usahatani atau perusahaan untuk
memperoleh hasil yang maksimal dari penggunaan sejumlah faktor produksi
tertentu. Sementara efisiensi alokatif memperlihatkan kemampuan usahatani atau
perusahaan dalam menggunakan faktor produksi secara proporsional pada tingkat
harga dan teknologi tertentu. Penggabungan efisiensi teknis dan efisiensi alokatif
akan menghasilkan efisiensi ekonomiEfisiensi teknis dianggap sebagai
kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas, sedangkan alokatif mengacu
pada kemampuan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu dengan
menggunakan rasio input pada biaya minimum. Sebaliknya, inefisiensi teknis
mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Efisiensi

8

dapat diukur dengan pendekatan pengukuran dengan orientasi input dan
pengukuran orientasi output. Pendekatan input misalkan perusahaan
menggunakan dua input X1 dan X2 untuk memproduksi output Y.
Pada Gambar 3, kurva isoquant frontier SS menunjukkan kombinasi
penggunaan input per output (xi / y dan x2 / y) yang efisien secara teknis untuk
menghasilkan output Y0 = 1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu
perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi xi /
y dan x2 / y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik 0 untuk
memproduksi satu unit Y0. Titik P berada diatas kurva isoquant, sedangkan titik Q
menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena
beroperasi pada kurva isoquant frontier). Titik Q mengimplikasikan bahwa
perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik
P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi rasio 0Q/0P menunjukkan
efisiensi teknis (TE) perusahaan P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi
input pada P dapat diturunkan, rasio input per output (xi / y dan x2 / y) konstan,
sedangkan output tetap. Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif (AE) dapat
ditentukan. Garis Isocost (AA) digambarkan menyinggung Isoquant SS’ di titik
Q’ dan memotong garis 0P di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output
optimal yang meminimukan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena
slope isoquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi
secara alokatif inefisien karena perusahaan pada titik Q berproduksi pada tingkat
biaya yang lebih tinggi dari pada di titik Q’. Jarak 0R-0Q menunjukkan
penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di titik Q’ (secara alokatif dan
teknis efisien). Sehingga efisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi
di titik P adalah rasio 0R/0Q.

Gambar 3. Ukuran efisiensi
Berdasarkan definisi di atas, efisiensi teknis dapat diukur dengan
pendekatan dari sisi output dan sisi input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi
output merupakan rasio antara output observasi terhadap output batas. Indeks
efisiensi ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di
dalam analisis stochastic frontier. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input
merupakan rasio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya
observasi. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi
ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut (Coelli et al. 1998) :

9

yi
exp( xi
i)
=
= exp(-ui)
Exp(xi )
exp( xi )
dimana nilai TEi antara 0 dan 1 atau 0 ≤ TEi ≤ 1.
Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dapat menyebabkan
senjang produktivitas antara produktivitas yang seharusnya dan produktivitas riil
yang dihasilkan petani. dalam menangani masalah tersebut diperlukan penelitian
untuk mengetahui sumber-sumber inefisiensi tersebut (Soekartawi 2002). Ada dua
pendekatan alternatif untuk menguji faktor-faktor determinan (sumber-sumber)
efisiensi teknis dan sekaligus inefisiensi teknis (Daryanto 2000). Pertama adalah
prosedur dua tahap. Tahap pertama adalah estimasi fungsi produksi frontier.
Tahap kedua adalah estimasi model regresi dimana nilai efisiensi (inefisiensi)
diekspresikan sebagai suatu fungsi dari variabel-variabel sosial ekonomi yang
diasumsikan mempengaruhi inefisiensi. Metode kedua adalah prosedur satu tahap
(simultan) dimana efek-efek inefisiensi di dalam stokastik frontier dimodelkan di
dalam variabel-variabel yang relevan di dalam menjelaskan inefisiensi produksi.
Model inefisiensi yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada model
Coelli et al. (2005). Dalam mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel ui
yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N (μ, σ2).
Nilai parameter distribusi (µ) efek inefisiensi teknis dapat diperoleh melalui
perhitungan sebagai berikut :
μ = δ0 + Zitδ + wit
dimana Zit pada perhitungan tersebut adalah variabel penjelas, δ adalah parameter
skalar yang dicari, dan wit adalah variabel acak.

TEi =

3 METODOLOGI
Metode
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2014 di wilayah kerja
Koperasi Peternak Sapi Perah Jawa Barat (KPSBU) di Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah
penyumbang susu sapi perah terbesar di Kabupaten Bandung Barat.

Materi
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportionate stratatified
judgemental sampling yang dibagi berdasarkan jumlah kepemilikan sapi betina
laktasi (Binci T et al; 2006). Sampel dibagi menjadi dua kategori, kategori 1 yaitu
skala usaha dengan kepemilikan betina laktasi 1-5 ekor sebanyak 30 orang dan
kategori 2 yaitu skala usaha dengan kepemilikan betina laktasi 6-10 ekor
sebanyak 30 responden, sehingga total sampel adalah 60 peternak sapi perah.
Jumlah sampel ditetapkan secara kuota, mengacu pada pengambilan sampel
dengan asumsi populasi menyebar normal, dimana menurut Cooper dan Emory

10

(1996) untuk ukuran sampel yang cukup besar (n ≥ γ0) rata-rata sampel akan
terdistribusi di sekitar rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal.
Peralatan yang digunakan yaitu pita ukur merk Rondho untuk mengukur
lingkar dada sapi, timbangan gantung kapasitas 100 kilogram untuk rumput dan
konsentrat, gelas ukur, alat tulis, daftar pertanyaan (kuesioner) dan peralatan lain
yang diperlukan.
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan metode survei yang bersifat deskriptif
kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama
penelitian. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menguraikan fenomena
yang diamati, sehingga mensyaratkan adanya hipotesis penelitian yang
selanjutnya dibuktikan melalui penelitian. Penelitian dilakukan dengan
mengambil informasi atau data dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh
populasi dan menggunakan data pertanyaan (kuesioner) sebagai alat pengumpulan
data yang pokok.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan melalui
wawancara dengan responden menggunakan kuesioner, observasi/pengamatan
langsung ke lapangan terhadap kegiatan peternak khususnya yang berkaitan
dengan kegiatan budidaya ternak dan manajemen usaha beternak serta melakukan
pengukuran langsung. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung dalam
penelitian ini yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan-laporan Dinas
Peternakan Kabupaten Bandung, Kecamatan Lembang, Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU), dan instansi lain yang terkait, serta literatur yang
relevan dengan penelitian ini.
Analisis Data
1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Data dianalisis menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic
frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur
efisiensi teknis usaha peternakan sapi perah dari sisi output dan faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi teknis. Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang
digunakan adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Disamping
itu fungsi stochastic frontier mewakili kombinasi input-output secara teknis
paling efisien dan terdapat dua jenis error term yaitu disamping kesalahan
pengganggu yang terkait dengan faktor-faktor internal (ui) juga memuat kesalahan
pengganggu faktor-faktor eksternal (vi).
Model matematis fungsi produksi frontier Cobb-Douglas dari usaha
peternakan sapi perah dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:

11

lnY =

+ 1 ln X1 + 2 ln X2+ 3 ln X3 + 4 ln X4 +
ln X7 + 8 ln X8 + 9 ln X9 + 10 ln X10 + ... +
0

X5 + 6 ln X6 +
20 ln X20 + (vi - ui)

5 ln

7

Dimana :
Y
=
=
0
=
i
X1
=
X2
=

Produksi susu (liter/ekor/hari)
Intersep
Koefisien parameter penduga, di mana i = 1,2,3,...20
Jumlah Rumput Gajah/Pennisetum purpureum (kg BK/ekor/hari)
Jumlah Rumput Lapang jenis A/Cynodon plectostachyus (kg
BK/ekor/hari)
X3
= Jumlah Rumput Lapang jenis B/Lantana camara (kg BK/ekor/hari)
X4
= Jumlah Rumput Lapang jenis C/Pseudechinolaena polystachya (kg
BK/ekor/hari)
X5
= Jumlah Rumput Lapang jenis D/Digitaria sp (kg BK/ekor/hari)
X6
= Jumlah Kaliandra (kg BK/ekor/hari)
X7
= Jumlah Daun Pisang (kg BK/ekor/hari)
X8
= Jumlah Pohon Pisang (kg BK/ekor/hari)
X9
= Jumlah Konsentrat jenis B (kg BK/ekor//hari)
X10
= Jumlah Ampas Singkong (kg BK/ekor/hari)
X11
= Jumlah Ampas Tahu (kg BK/ekor/hari)
X12
= Jumlah Konsentrat jenis A (kg BK/ekor/hari)
X13
= Jumlah Polar (kg BK/ekor/hari)
X14
= Jumlah Mineral (g BK/ekor/hari)
X15
= Tenaga Kerja (HOK/ST)
X16
= Jumlah Sapi Perah Laktasi (ST)
X17
= Jumlah Konsentrat jenis C (kg BK/ekor/hari)
X18
= Jumlah Dedak Padi (kg BK/ekor/hari)
X19
= Jumlah Ampas Bir (kg BK/ekor/hari)
X20
= Jumlah Jerami (kg BK/ekor/hari)
vi - ui = Error term (ui = efek inefisiensi teknis dalam model dan vi = efek faktor
eksternal yang tidak dimodelkan)
Nilai koefisien yang diharapkan 1, 2, 3 .... 20 > 0. Nilai koefisien
positif memiliki arti dengan meningkatnya jumlah input yang digunakan dalam
produksi maka akan meningkatkan jumlah produksi susu sapi perah. Dalam fungsi
produksi Cobb-Douglas, jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi
yang diduga merupakan pendugaan skala usaha (return to scale).
Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis
Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
TEi = exp (-E[ui|εi]) i = 1,...,N
Dimana TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp(-E[ui|εi]) adalah
harapan (mean) dari ui dengan syarat εi, jadi 0 ≤ TEi ≤ 1. Nilai efisiensi teknis
tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya
digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross
section data).
Pada penelitian ini, model efek inefisiensi yang digunakan mengacu pada
model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (2005).

12

Parameter distribusi ( i) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
=
δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4Z4 + wit
i
dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis
peternak sapi perah adalah:
=
efek inefisiensi teknis
i
Z1
=
umur peternak (tahun)
Z2
=
pengalaman usaha beternak sapi perah (tahun)
Z3
=
pendidikan formal peternak (tahun)
Z4
=
dummy status kepemilikan ternak (Z41=1, jika ternak milik sendiri
dan Z41=1 jika sistem bagi hasil)
wit
=
error term
Nilai koefisien parameter yang diharapkan δ1 > 0 dan δ2, δ3, δ4 < 0.
Adapun hipotesis yang diajukan untuk model inefisiensi teknis adalah sebagai
berikut:
1. Semakin tua umur peternak diduga akan berpengaruh positif terhadap
inefisiensi teknis karena dengan semakin bertambahnya umur, kondisi fisik
akan semakin melemah.
2. Semakin lama pengalaman peternak dalam menjalani usaha beternak sapi
perah diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena
pengalaman akan memberikan pembelajaran bagi para peternak dalam
melakukan usaha beternaknya.
3. Semakin lama pendidikan formal petani diduga akan berpengaruh negatif
terhadap inefisiensi teknis karena peternak dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi diduga akan lebih mudah dalam mengadopsi teknologi dan
menyerap informasi tentang input-input produksi.
4. dummy status kepemilikan ternak diduga akan berpengaruh terhadap
inefisiensi teknis karena akan mempengaruhi keseriusan dan ketekunan
peternak dalam menjalankan usaha ternaknya. Nilai satu untuk peternak
dengan ternak miliki sendiri dan nol untuk peternak dengan sistem bagi hasil.
Pengujian inefisiensi teknis dapat dilakukan dengan metode statistik. Hasil
pengujian Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter
dalam bentuk sebagai berikut:
2
2
2
2
2
s =
v + u dan = u / s
dimana s2 adalah varians dari distribusi normal, v2 adalah varians dari vi, dan
2
u adalah varians dari ui. Nilai parameter ( ) merupakan kontribusi dari efisiensi
teknis di dalam residual error ( ) yang nilainya berkisar antara nol dan satu.
Uji Hipotesis
Pengujian parameter fungsi produksi stochastic frontier dan efek
inefisiensi teknis model dilakukan dengan dua tahap. Tahap yang pertama
dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga
parameter input-input produksi ( i). Tahap kedua dilakukan menggunakan metode
Maximum Likelihood Estimated (MLE) untuk menduga keseluruhan parameter
faktor produksi ( i), intersep ( 0), serta varians dari kedua komponen error ( v2
dan u2) pada taraf nyata sebesar .

13

Hipotesis pertama :
H0 : = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = 0
H1 : = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 > 0
Hipotesis nol berarti efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika
hipotesis ini diterima maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili
data empiris. Uji yang digunakan adalah uji chi-square, dengan persamaan :
LR = -2 {ln[L(H0)/L(H1)]}
Dimana L(H0) dan L(H1) masing-masing adalah nilai fungsi likelihood
dari hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Kriteria uji :
LR galat satu sisi > 2restriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H0
LR galat satu sisi < 2restriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H0
Hipotesis Kedua :
H0 : δ1 = 0
H1 : δ1 ≠ 0
; i = 1,2,3,...,n
Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam
model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masingmasing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh
terhadap inefisiensi di dalam proses produksi.
Uji Statistik yang digunakan :
0
t-rasio = i
S i
t-tabel = t(α, n-k-1)
Kriteria uji :
| t-rasio| > t-tabel t(α, n-k-1) : tolak H0
| t-rasio| < t-tabel t(α, n-k-1) : terima H0
dimana: k
= jumlah variabel bebas
n
= jumlah pengamatan (responden)
S (δi) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi
2. Analisis Keterampilan dan Pengetahuan Teknis Beternak
Keterampilan teknis beternak akan dinilai dengan menggunakan uji chisquare untuk membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor
penentu ternak sapi perah menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1983). Nilai
impact point diuji dengan uji chi-square untuk membandingkan nilai hasil
pengamatan dengan nilai idealnya. Uji chi-square yaitu uji yang menyangkut
keselarasan goodness of fit atau uji kebebasan tentang distribusi empiris ataupun
teoritis. Wibisono (2009) menyatakan uji ini berdasarkan pada seberapa baik
keselarasan antara frekuensi pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan dari
distribusi teoritis yang diharapkan. Bentuk persamaan uji ini yaitu:
n

X2 =
i 1

(oi

ei ) 2
ei

Keterangan:
oi = nilai pengamatan ke i

14

ei = nilai harapan ke i
i = 1, 2, ..., n
Peubah yang diamati, yaitu :
1. Pembibitan dan Reproduksi
Peubah yang akan diamati meliputi bangsa sapi yang dipelihara, cara seleksi, cara
kawin, pengetahuan berahi, umur beranak pertama, saat dikawinkan setelah
beranak dan selang beranak (calving interval).
2. Makanan Ternak
Peubah yang akan diamati meliputi cara pemberian HMT dan konsentrar, jumlah
pemberian HMT dan konsentrat, frekuensi pemberian pakan, kualitas HMT dan
konsentrat, serta pemberian air minum.
3. Pengelolaan
Peubah yang akan diamati meliputi kebersihan ternak, kebersihan kandang, cara
pemerahan oleh peternak, penanganan pasca panen, pemeliharaan pedet dan dara,
pengeringan sapi laktasi dan pencatatan usaha.
4. Kandang dan Peralatan
Peubah yang akan diamati meliputi tata letak, konstruksi, drainase, tempat
kotoran, peralatan kandang dan peralatan susu.
5. Kesehatan Hewan
Peubah yang akan diamati meliputi pengetahuan peternak tentang penyakit, cara
pencegahan dan pengobatan penyakit.
3. Analisis Pendapatan Peternak
Pendapatan peternak adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah
dikeluarkan. Pendapatan peternak dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu
pendapatan yang diperoleh atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani,
sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang memperhitungkan
semua input milik keluarga yang juga dianggap sebagai biaya (Soekartawi 2002).
Tingkat penerimaan total, biaya dan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut
:
TR
= Py x Y
TC
= TFC + TVC
π tunai
= TR total – TC tunai
π total
= TR total – (TC tunai + Bd)
dimana :
TR total = Total penerimaan peternak (Rupiah)
TC tunai = Total biaya tunai peternak (Rupiah)
π
= Pendapatan (Rupiah)
Bd
= Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)
Py
= Harga output (Rupiah)
Y
= Jumlah output (Kg)
TVC
= Total biaya variabel (Rupiah)
TFC
= Total biaya tetap (Rupiah)
Penerimaan juga dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan
penerimaan total. Penerimaan tunai merupakan nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usaha ternak, yaitu jumlah produk yang dijual kemudian

15

dikalikan dengan harga jual produk tersebut. Berbeda halnya dengan penerimaan
total yang merupakan keseluruhan produksi usaha ternak baik yang dijual,
dikonsumsi, maupun yang dijadikan persediaan. Selanjutnya, dalam pendapatan
usaha ternak dikenal komponen biaya. Biaya juga terbagi menjadi dua yakni biaya
tunai dan biaya total. Biaya tunai mengandung arti sejumlah uang yang
dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk kepentingan usaha ternak.
Biaya total merupakan seluruh nilai yang dikeluarkan untuk usaha ternak, baik
yang bersifat tunai maupun tidak tunai.
Analisis R/C digunakan untuk menganalisis pendapatan usaha peternakan
sapi perah yaitu dengan