D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Peranan
Menurut Grass, Masson dan MC Eachern , Peranan didefinisikan sebagai perangkat harapn- harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok
yang menempati kedudukan sosial tertentu.
7
Menurut pendapat Soejono Soekanto, pengertian peranan adalah
8
: “peranan role merupakan aspek dinamis kedudukanstatus. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan suatu peranan,Peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat.” Berdasarkan dua pengertian diatas, maka peranan adalah suatu perangkat
harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat. Menurut pendapat Soerjono Soekanto peranan dapat mencakup 3 tiga hal
yaitu
9
: 1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti
merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
7
David Bery, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 100.
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.243.
9
Ibid,hlm.244
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat tersebut, peranan mencakup 3 aspek. Pertama, peranan merupakan penilaian dari perilaku seseorang yang berada di masyarakat.
Perilaku seseorang yang berkaitan dengan posisindan kedudukannya, yang diatur dengan peraturan yang berlaku. Kedua, peranan merupakan konsep yang
dilakukan seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kedudukannya. Ketiga, peranan merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial
masyarakat. Menurut Pendapat Komarudin, Konsep tentang peran role sebagai
berikut
10
: 1.
Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen 2.
Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3.
Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4.
Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakn penilaian sejauhmana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang
usaha pencapainnya yang ditentukan dengan sebab akibat. 2.
Tinjauan tentang Polisi Perairan POLAIR a.
Pengertian Polisi Perairan Kepolisian Perairan merupakan Direktorat yang berada dibawah Badan
Pemeliharaan Keamanan Markas Besar Kepolisisan Negara Republik Indonesia Baharkam Polri. Polisi Perairan merupakan pelaksana tugas polisi umum namun
dalam wilayah perairan bukan daratan seperti layaknya polisi umum.
10
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal. 768
Universitas Sumatera Utara
b. Tugas Polisi Perairan
Berdasarkan Pasal 67 ayat 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian sektor. Tugas Polisi perairan adalah melaksanakan fungsi polisi perairan yang meliputi:
1 Patroli Perairan
2 Penegakan hukum di Perairan
3 Pembinaan masyarakat pantai dan perairan lainnya
Kasat Polisi Air Resort Serdang Bedagai mengatakan bahwa Tugas Polisi Perairan adalah :
1 Pemeliharaan keamanan, ketertiban masyarakat di seluruh wilayah
perairan NKRI khususnya perairan Kabupaten Serdang bedagai. 2
Melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat perairan di seluruh wilayah perairan NKRI khususnya perairan kabupaten Serdang bedagai.
3 Melaksanakan penegakan hukum di seluruh wilayah perairan NKRI
khususnya perairan kab. Serdang Bedagai. Satuan Polisi Perairan SATPOLAIR dalam melaksanakan tugas dibantu
oleh : 1
Urusan Pembinaan Operasional Urbinopsnal, bertugas melaksanakan pembinaan administrasi dan operasional satpolair serta anev terhadap
pelaksanaan tugas Satpolair di lingkungan polres.
Universitas Sumatera Utara
2 Urusan Administrasi dan Ketatausahaan Urmintu, yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan. 3
Unit Patroli Unipatroli, yang bertugas menyelenggarakan patroli pantai dan patroli laut serta perairan, kerjasama dalam rangka penanganan SAR
laut dan pantai, serta pembinaan masyarakat perairan. 4
Unit Penegakan Hukum Unitgakkum, bertugas melaksanakan pengamanan dan penegakan hukum diwilayah laut dan perairan,
melaksanakan penyidikan kecelakaan dan penindakan pelanggaran dilaut dan perairan.
5 Unit pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Unitharkankapal, bertugas
memelihara merawat danmemperbaiki mesin serta instalasi listrik kapal. c.
Fungsi Polisi Perairan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, pada Pasal 2 menyatakan bahwa Fungsi Polisi adalah : “salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan
dan ketertiban
masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Pengaturan fungsi kepolisian juga tercantum pada Pasal 5 ayat 1 Undang-
undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa kepolisian merupakan alat negara yang berperan dalam
memeliharan keamanan dan ketertiban masyarakat, mengakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 67 ayat 2, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian sektor Polisi Perairan menyelenggarakan fungsi :
1 Pelaksanaan patroli, pengawalan penegakan hukum di wilayah perairan,
dan pembinaan masyarakat pantai didaerah hukum Polres. 2
Pemberian bantuan SAR di lautperairan . 3
Pelaksanaan transportasi kepolisian perairan. 4
Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas serta sarana kapal di lingkungan Polres.
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana
a. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari bahasa Belanda yaitu strafbaar feit, demikian juga terdapat dalam KUHP kita , tetapi tidak ada penjelasan resmi
tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit. Dalam bahasa belanda, stafbaar feit ini terdiri dari tiga kata, yakni straf
artinya pidana, baar artinya dapat, dan feit adalah perbuatan
11
. Jadi secara harafiah, srafbaar feit adalah perbuatan yang dapat di pidana.
Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa- peristiwa yang konkret dalam lapangan hukum pidana, sehingga perbuatan pidana
haruslah diberi arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
11
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT : Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 69.
Universitas Sumatera Utara
memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat
12
. Menurut Pompe pengertian Srafbaar feit dibedakan
13
. a
Definisi menurut teori memberikan pengertian strafbaar feit adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si
pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.
b Defenisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian strafbaar feit
adalah suatu kejadian yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.
Sedangkan menurut Simons, strafbaarfeit adalah
14
: “Tindakan melawan hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat
dihukum”. Ada beberapa istilah yang pernah digunakan , baik dalam perundang-
undangan yang ada maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit yaitu
15
: 1.
Tindak Pidana, dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang- undangan kita. Istilah ini digunakan antara lain dalam UU No.
11PNPS1963 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Subversi, dan perundang-undangan yang lain. Ahli hukum yang menggunakan istilah ini
seperti Wirjono Prodjodikoro.
12
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta,1993,hal. 124.
13
Ibid, hal. 91.
14
Evi Hartanti,Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 5
15
Adami Chazawi, Op.cit, hal. 67-68.
Universitas Sumatera Utara
2. Perbuatan Pidana
Istilah ini digunakan oleh Mr.R.Tresna dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana. Menurut beliau, peristiwa pidana adalah :
“Suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya, terhadap
perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman”.
Ahli hukum lainnya adalah Utrecht, dalam bukunya Hukum Pidana I. Menurut beliau, peristiwa pidana diartikan sebagai berikut
16
: “Suatu perbuatan handelen atau doen-positif atau suatu melalaikan
nalaten-negatif , maupun akibatnya keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan itu. Peristiwa pidana merupakan suatu
peristiwa hukum , yaitu peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat
yang diatur oleh hukum”. 3.
Delik Istilah ini berasal dari bahasa latin yaitu delictum. Dalam bahasa Jerman
disebut delict, dalam bahasa Perancis disebut delit, dan dalam bahasa Belanda disebut delict
17
. Beberapa ahli hukum pidana memberikan pengertian mengenai delik
dalam arti strafbaar feit , antara lain yaitu vos, van hannel dan simons. Menurut vos, delik didefenisikan sebagai feit yang dinyatakan dapat dihukum berdasarkan
undang-undang. Menurut van hamel, delik adalah suatu serangan atau ancaman terhadap hak-hak orang lain. Sedangkan menurut simons, delik berarti
18
:
16
Evi Hartanti, Op.Cit, hal. 6
17
Leden Marpaung, Asas –Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005,
hal. 7.
18
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
“Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang telah dinyatakan
sebagai perbuatan yang dapat dihukum”. 4.
Perbuatan Pidana Digunakan oleh Mr. Moeljatno dalam berbagai tulisan beliau seperti dalam
buku Asas-asas hukum Pidana. Menurut beliau, perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum , larangan mana disertai ancamansanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut
19
. Begitu juga untuk adanya perbuatan pidana itu harus ada unsur-unsur yaitu : 1 perbuatan manusia, 2
memenuhi rumusan dalam undang-undangsyarat formil, 3 bersifat melawan hukumsyarat materil
20
. 5.
Perbuatan yang boleh dihukum Istilah ini digunakan oleh Mr. Karni dalam bukunya Ringkasan tentang
Hukum Pidana. b.
Unsur-Unsur Tindak Pidana Menurut Simons, ada dua unsur yang harus dipenuhi agar suatu
perbuatan itu dapat dikatakan sebagai tindak pidana yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur Objektif yaitu berupa tindakan yang dilarang atau diharuskan,
serta akibat keadaan atau masalah tertentu, sedangkan unsur subjektif yaitu berupa
19
Adami Chazawi, Op. Cit,hal. 71
20
Evi Hartanti, Op.Cit,hal. 7
Universitas Sumatera Utara
kesalahan Schuld, dan kemampuan bertanggung jawab toerekenings vatbaar, dari pelaku
21
. Jadi, berdasarkan doktrin tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
tindak pidana terdiri atas unsur subjektif dan objektif. a
Unsur Subjektif Yaitu unsur yang berasal dari dalam diri si pelaku. Asas hukum pidana
yang menyatakan bahwa “ tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan” actus non facit reum nisi mens sit rea. Kesalahan yang dimaksud disini adalah
kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan intentian opzet dolus dan kealpaan negligence culpa.
Unsur pertama dari kesalahan schuld adalah kesengajaan. Kesengajaan adalah dikehendaki.
Dalam Crimineel wetboek KUHP tahun 1809 dicantumkan
22
: “kesengajaan adalah kemauan untuk melakukan atau tindakan melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang- undang”.
Kemudian dalam Memorie van Toelichting MvT Menteri Kehakiman sewaktu mengajukan Criminiel Wetboek tahun 1888 yang menjadi KUHP
Indonesia tahun 1915, memuat
23
:
21
E.Y Kanter dan S.R Sianturi,Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Sinar Grafika,Jakarta, 2002, hal. 205
22
Leden Marpaung, Op.Cit,hal. 13
23
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
“ Kesengajaan adalah dengan sadar berkehendak untuk melakukan sesuatu kejahatan tertentu de bewuste richting van den wil op een depaald
misdriff.” Mengenai Mvt tersebutn, Satochid Kartanegara menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan opzet willens en weten dikehendaki dan diketahui adalah
24
: “ Seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus
mengkehendaki willen perbuatan itu serta harus menginsafi atau mengerti weten akan akibat dari perbuata
n itu.” Pada umumnya, para pakar telah sepakat bahwa kesengajaan itu dibagi
atas tiga bentuk yaitu kesengajaan sebagai maksud opzet als oogmerk, kesengajaan dengan kepastian opzet bij zekerheidsbewustzijn, kesengajaan
dengan kemungkinan opzet bij mogelijkheidsbewustzijn disebut juga dengan dolus eventualis
25
. 1.
Kesengajaan dengan maksud opzet als oogmerk Kesengajaan ini sama dengan mengkhendaki untuk mewujudkan
perbuatan, untuk melalaikan kewajiban hukum , dan timbulnya akibat perbuatan itu.
2. Kesengajaan dengan kepastian opzet bij zekerheidsbewustzjin
Yaitu dimana di pelaku doer atau dader mengetahui pasti atau yakin benar bahwa selain akibat dimaksud, akan terjadi suatu akibat lain. Si
pelaku menyadari bahwa dengan melakukan perbuatan itu , pasti akan timbul akibat lain.
3. Kesengajaan dengan kemungkinan opzet bij mogelijkheidsbewustzjin di
sebut juga dolus eventualis.
24
Ibid.
25
Adami Chazawi, Op.Cit, hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
Kesengajaan ini yaitu bahwa seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan untuk menimbulkan suatu akibat tertentu. Akan tetapi, si pelaku
menyadari bahwa mungkin akan timbul akibat lain yang juga dilarang dan diancam oleh undang-undang.
Unsur kedua dari kesalahan schuld adalah kealpaan. Kealpaan adalah tidak dikendaki.
Contoh kealpaan menurut Satochid Kartanegara yaitu
26
: A membuat api untuk memasak air. Jelas disini bahwa A membuat
api dengan sengaja. Akan tetapi, kemudian api menjilati dinding rumah sehingga menimbulkan kebakaran.
Dalam hal ini perbuatan A yang menimbulkan kebakaran tersebut harus ditinjau dari sudut syarat-syarat kesalahan, yaitu :
Apakah terdapat ketidak hati-hatian pada diri A? Apakah A dapat membayangkan akan timbulnya kebakaran atau tidak?
b Unsur Objektif
Yaitu unsur dari luar diri pelaku, terdiri atas : 1.
Perbuatan manusia, berupa: a.
Act, yaitu perbuatan aktif atau perbuatan positif. b.
Omission, yaitu perbuatan pasif atau perbuatan negatif, seperti mendiamkan atau membiarkan.
26
Ibid, hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
2. Akibat result perbuatan manusia
Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum, seperti nyawa,
badan, kemerdekaan, hak milik dan sebagainya. 3.
Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan
si pelaku dari hukuman. Adapun sifat melawan , yakni berkenaan dengan larangan atau perintah.
Semua unsur tindak pidana yang telah diuraikan diatas merupakan satu kesatuan. Salah satu unsur saja tidak terbukti , dapat menyebabkan terdakwa
dibebaskan dari pengadilan. 4.
Tinjauan tentang Tindak Pidana Perikanan Pengertian tindak pidana perikanan tidak ada dijumpai baik khususnya di
dalam undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 jo Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini hanya diatur tentang pengadilan perikanan
, mengenai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan perikanan.
Berdasarkan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 84-100 Undang- undang ini, tindak pidana perikanan dapat digolongkan sebagai berikut
27
1 Penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan penggunaan
bahan yang dapat membahayakan kelestarian sumber daya ikan
27
Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan,PT.Rineka Cipta,Jakarta,2011, hal.154-159.
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya. Hal ini diatur dalam pasal 84 dalam undang-undang ini yang pada dasarnya mengatur agar orang atau perusahaan yang melakukan
penangkapan ikan secara wajar, sehingga sumber daya ikan dan lingkungannya tetap terjaga kelestariannya dan sehat.
2 Penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan yang
mengganggu dan merusak sumber daya ikan di kapal perikanan. Hal ini diatur dalam Pasal 85 dalam undang-undang ini dengan tujuan untuk
melindungi sumber daya ikan di perairan wilayah pengelolaan perikanan. 3
Melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pencemaran kerusakan sumber daya ikan lingkungannya. Hal ini diatur dalam Pasal 86 ayat 1
dalam undang-undang ini yang pada dasarnya mengatur bahwa dalam pengelolaan perikanan akan selalu berhubungan dengan air sehingga
rawan terhadap pencemaran atau kerusakan lingkungan, sehingga dilaukakn pengaturan untuk menanggulangi adanya pencemaran tersebut,
agar para pengelola perikanan selalu berhati-hati dalam melaksanakan pengelolaan.
4 Melakukan pembudidayaan ikan. Hal ini diatur dalam Pasal 86 ayat 2,3,4
dalam undang-undang ini, pada kejahatan perikanan perubatan yang dilakukan sangat luas, berbeda dengan kejahatan yang dapat
membahayakan sumber daya ikan, perbuatannya sudah ditetapkan bentuknya yaitu yang berkaitan dengan pembudidayaan ikan.
5 Perbuatan yang berhubungan dengan perusakan plasma nufah. Hal ini
diatur dalam Pasal 87 undang-undang ini,sebagai bagian yang tergolong
Universitas Sumatera Utara
penting dibidang pengelolaan perikanan , maka apabila plasma nufah dirusak dapat mengakibatkan kegagalan pengelolaaan perikanan dan
penangkapan ikan dan hasilnya kurang memeuaskan, sehingga perlu diatur pengaturan.
6 Perbuatan yang bersangkutan dengan pengelolaan perikanan yang
merugikan masyarakat. Hal ini diatur dalam pasal 88 undang-undang ini, yang pada dasarnya mengatakan bahwa dalam melaksanakan pengelolaan
perikanan wajib
dilakukan dengan
baik, agar
hasilnya baik
pulak.pengeloaan perikanan dengan cara yang menyimpang berakibat akan merugikan masyarakat karena hasilnya berkualitas kurang, atau tidak
dapat di konsumsi. Oleh karena itu, perbuatan tersebut harus diancam pidana.
7 Perbuatan yang berkaitan dengan pengolahan ikan yang kurang atau tidak
memenuhi syarat. Hal ini diatur dalam Pasal 89 undang-undang ini, yang mengatur agar dalam pengeloaan perikanan dapat berdaya guna dan
berhasil guna maka setiap orang yang melakukan penangan dan pengelolahan ikan wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan
kelayakan pengolahan ikan, sistem jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan.
8 Perbuatan yang berhubungan dengan memalsukanpengeluaran hasil
perikanan darike wilayah negara RI tanpa dilengkapan sertifikat kesehatan. Hal ini diatur dalam Pasal 90 undang-undang ini, yang
mengatur bahwa setiap orang atau pengusaha yang akan mengekspor atau
Universitas Sumatera Utara
mengimpor produk hasil perikanan wajib memeiliki serifikat kesehatan agar barang makanan tersebut layak dikonsumsi.
9 Penangkapan ikan yang berkaitan dengan penggunaan bahanalat yang
membahayakan manusia dalam melaksanakan pengelolahan ikan. Hal ini diatur dalam Pasal 91 undang-undang ini, mengatur bahwa pengusaha
dibidang perikanan tidak menggunakan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan manusia untuk memasarkan hasil olahannya agar awet dan
penampilannya menarik. 10
Perbuatan yang berkaitan dengan melakukan usaha perikanan tanpa SIUP. Hal ini diatur dalm Pasal 92 undang-undang ini yang mengatakan bahwa
pada dasarnya semua perusahan apapun bentuknya wajib memiliki izin usaha sesuai dengan bidang usahanya demikian juga dalam usaha
perikanan harus memiliki SIUP. 11
Melakukan penangkapan ikan tanpa memiliki SIPI. Hal ini diatur dalam Pasal 93 undang-undang ini, mengatur bahwa di samping memiliki SIUP
perusahan bidang perikanan wajib memiliki SIPI untuk dapat melakukan penangkapan ikan.
12 Melakukan penangkapan ikan tanpa memiliki SIKPI. Hal ini diatur dalam
Pasal 94 undang-undang ini yang mengatur bahwa setiap kapal perikanan yang berupa kapal pengakut ikan wajib memiliki SIKPI.
13 Memalsukan SIUP, SIPI, SIKPI. Hal ini diatur dalam Pasal 94 a undang-
undang ini mengatakan bahwa izin-izin yang digunakan untuk bidang perikanan ini sangat penting demi kelangsungan usaha. Pengurusan ketiga
Universitas Sumatera Utara
izin tersebut harus memenuhi syarat yang ditetapkan dan mengikuti prosedur.
14 Membangun, mengimpor, memodifikasi kapal perikanan tanpa izin. Hal
ini diatur dalam Pasal 95 undang-undang ini mengatur bahwa pengusaha perikanan tidak bebas untuk mendapatkan kapal perikanan , karena pada
prinsipnya bentuk kapalnya sudah ditentukan oleh pemerintah, tujuannya untuk keselamatan dalam pelayaran, khususnya untuk menyangkut ikan.
15 Tidak melakukan pendaftaran kapal perikanan. Hal ini diatur dalam Pasal
96 undang-undang ini mengatur bahwa setiap kapal perikanan milik orang Indonesia wajib didaftrakan terlebih dahulu sebagai kapal Perikanan di
Indonesia. 16
Perbuatan yang berkaitan dengan pengopersian kapal perikanan asing. Hal ini diatur dalam Pasal 97 undang-undang ini mengatur bahwa kapal
perikanan asing yang melakukan pengoperasian diwilayah pengelolaan perikanan Indonesia memiliki perlakuan sendiri mengenai hukum
pidananya. 17
Tanpa memiliki surat persetujuan berlayar. Hal ini diatur dalam Pasal 98 undang-undang ini mengatur bahwa setiap pelabuhan perikanan terdapat
syiahbandar yaitu pejabat yang berwenang menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya peraturan untuk menjaamin keselamatn
dan keamanan kapal perikanan. 18
Melakukan penelitian tanpa izin pemerintah. Hal ini diatur dalam Pasal 99 undang-undang ini mengatur bahwa dalam melakukan penelitian dibidang
Universitas Sumatera Utara
perikanan dengan tujuan memperoleh data dari lapangan untuk mengetahui keadaan nyata dalam pengelolaan perikanan haruslah
memiliki izin dari pemerintah hal ini untuk melindungi perikanan Indonesia dari pengaruh negatif yang ditimbulkan dari penelitian asing.
19 Melakukan usaha pengelolaan perikana yang tidak memenuhi ketentuan
yang ditetapkan UU perikanan. Hal ini diatur dalm Pasal 100 undang- undang ini , mengatur bahwa seorang pengusaha dibidang perikanan
dalam menjalankan usahanya selain harus memenuhi persyaratan dalam mengurus izin yang diperlukan, juga wajib mematuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh UU perikanan. 20
Penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan pembudidaya ikan kecil. Hal ini diatur dalam pasal 100b undang-undang ini, mengatur bahwa
dibidang perikanan baik pengusaha kecil maupun pengusahan besar mendapat perlakuan sama apabila perbuatannya bertentangan dengan uu
perikanan akan mendapatkan sanksi pidana. 21
Melanggar kebijakan pengeloaan sumber daya ikan yang dilakukan oleh nelayan pembudidaya ikan kecil. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal
100c undang-undang ini mengatur bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
E. Metode Penelitian