SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MANDAILING NA

(1)

MAKALAH

PRAKTEK IBADAH

IBADAH

Kelompok I :

ROMIANSYAH ZULFADHLI NASUTION

ISYADI NASUTION SARTIYAH NUR AMINAH AINUN FADHILAH

Jurusan :

Pendidikan Agama Islam Dosen Pembimbing :

AINUN MARDIAH HARAHAP, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MANDAILING NATAL

( STAIM )

PANYABUNGAN

T.A. 2016/2017


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini, yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “FIQIH IBADAH”.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang IBADAH yang baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Panyabungan , Maret 2017


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Pengertian Ibadah ... 2

B. Dasar Hukum Ibadah ... 2

1. Al-Qur’an Sebagai Dasar Hukum Utama ... 2

2. As-Sunnah Sebagai Dasar Hukum Kedua ... 3

C. Pembagian Ibadah ... 4

1. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah ... 4

2. Ibadah Ruhiyah Maliyah ... 4

3. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah Amliyah ... 4

D. Macam-Macam Ibadah ... 5

E . Syarat Diterimanya Ibadah ... 6

F . Hakikat Ibadah ... 7

G .Hikmah Ibadah ... 8

BAB III PENUTUP ... 9

A. Kesimpulan ... 9

B. Saran ... 9


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah telah menetapkan hukum untuk setiap kejadian. Yang dengan tegas telah dinashkan, sedang sebagiannya belum dinashkan. Oleh karena itu Allah memberikan hak bagi Nabi Muhhammad SAW, Sahabat serta para Mujtahid untuk memperjelas hukum yang masih perlu perjelaskan dalam ketetapan Allah SWT.

Hukum-hukum fiqih ada yang diambil dari sumber-sumber yang asasi baik dari Al-Qur’an ataupun As-Sunnah, termasuk hukum fiqih tentang pelaksanaan ibadah. Hukum-hukum ini telah ditetapkan dalam nash, dan tidak akan berubah didalam penetatapannya serta wajib dijalankan oleh seluruh kaum muslim, tidak seorang pun berhak membantahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ibadah 2. Apa dasar hukum mengenai ibadah 3. Bagaimana pembagian ibadah

4. Apa saja syarat-syarat diterimanya ibadah 5. Bagaimana hakikat dari ibadah


(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri, mematuhi, tunduk, berdo’a serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya melalui para Rasul-perintah-perintah-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa kecintaan yang paling tinggi,

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Sedangkan pengertian ibadah menurut istilah adalah kepatuhan kepada dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Hal ini ditemukan penjelasannya dalam Al-Qur’an Surah Adza-dzariyat: 56

يل ََإ سن ۡۡٱو َنجۡلٱ تۡقلخ امو نودبۡع

٦٥

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

Demikianlah pengertian ibadah dalam arti umum sehingga makan dan minum umpamanya, meskipun tampak merupakan kebutuhan primer bagi manusia, dapat menjadi ibadah jika diniatkan untuk memperoleh kekuatan fisik yang dengannya dapat beribadah mematuhi perintah Alllah.


(6)

Sedangkan dalam pengertian yang lebih khusus, ibadah adalah segala kegiatan yang semua ketentuannya telah ditetapkan oleh nash didalam Al-Qur’an dan hadits.

B. Dasar Hukum Ibadah

1. Al Qur’an sebagai Dasar Hukum Utama

Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah tidak mengandung maksud lain kecuali agar mereka menyembah Allah

ََإ سن ۡۡٱو َنجۡلٱ تۡقلخ امو نودبۡعيل

٦٥

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

2. As-Sunah sebagai Dasar Hukum Kedua

Dasar hukum kedua dalam melaksanakan ibadah kepada Allah yang adalah As Sunnah atau Al Hadist. Hadist-hadist yang memperintahkan manusia beribadah kepada Allah adalah sebagai berikut :

 Hadist dari Ibnu Mas’ud sebagai berikut :

“Barang siapa mati dalam keadaan menyeru (berdo’a atau beribadah) kepada selain Allah maka ia akan masuk neraka.” (H.R. Imam Bukhari).

 Dalam kitab Shahih Muslim Rasulullah SAW. Bersabda :

Artinya : “ Barang siapa mengucapkan ‘la ilaha illallah’ dan ia mengingkari semua penyembahan kepada selain Allah maka haramlah harta dan darahnya serta perhitungannya nanti ada pada Allah ‘Azza wajalla semata’’.


(7)

C. Pembagian ibadah

Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin. Begitu pula cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, Takut kepada Allah), ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya.

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu. Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara syari’at (mubah) dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.

Dari aspek pelaksanaan, ibadah dapat dikategorisasikan menjadi tiga :

a. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya memerlukan kegiatan dan kekuatan fisik disertai jiwa yang penuh ikhlas dan khusyu kepada Allah SWT.

b. Ibadah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya berkaitan dengan harta seperti zakat

c. Ibadah Jasmaniyah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya disamping memerlukan kekuatan fisik dan mental, juga memerlukan materi seperti haji.

Ada 2 golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah : 1. Golongan pertama:


(8)

Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.

Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.

2. Golongan kedua:

Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj) mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

D. Macam Macam Ibadah

Ibadah terbagi dalam empat macam berdasarkan : khusus-umum, pelaksanaan, kepentingan pribadi dan masyarakat, bentuk dan sifatnya.

1. Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah khusus : ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash Al-Qur’an atau Hadits seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang siffatnya khusus tidak menerima penambahan

b) Ibadah umum : semua perbuatan baik / terpuji yang terlaksana oleh manusia mukmin-muslim dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah SWT.


(9)

a) ibadah Ibadah Jasmaniyah dan Ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilasanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani seperti shalat dan puasa

b) Ibadah Ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus, sepertihaji.

3. Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah fardhi : ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan seperti shalat dan puasa.

b) Ibadah Ijtima’i : Ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.

4. Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah yang terdiri atas perkataan seperti berdzikir, tahlil, shalawat, dan sebagainya

b) Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

c) Ibadah yang tidak ditentukan pelaksanaannya, seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, dan sebaginya d) Ibadah dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, i’tikaf

e) Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan seseorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita, dan sebagainya.

E. Syarat diterimanya ibadah

Pembaca yang budiman, untuk melengkapi pembahasan ini, kami ingatkan lagi dengan syarat diterimanya ibadah. Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat :


(10)

Syarat pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.

Sedangkan syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

Allah berfirman, “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)

Dalam ayat diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti Rasul-Nya .

F. Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).

Adapun hakekat ibadah yaitu: 1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.

2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepadaNya.


(11)

3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya

4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya: mengikuti sunah Rasulullah saw.

5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang dicintai Allah).

6. Takut,

maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

G. Hikmah Ibadah

1. Tidak Syirik.

2. Memiliki ketakwaan. 3. Terhindar dari kemaksiatan. 4. Berjiwa sosial.


(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika kita sudah ridho akan islam sebagai agama kita dengan mengucapkan dua kalimat syahadat maka kewajiban kita selanjutnya adalah dengan beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah secara lansung tanpa perantara seperti sholat, ber dzikir, wudhu dll adalh termasuk kedalam ibadah Mahdhah atau ibadah khusus, sedangkan ibadah dengan melakukan interaksi social dengan orang lain termasuk kedalam ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum contohnya banyak termasuk hal hal yang bermanfaat kepada orang lain.

Ibadah yang kita lakukan semata mata karena Allah tanpa mengharap pujian dari orang lain atau membanggakan diri sendiri kepada orang lain akan ibadah yang baru saja kita tunaikan akan mendapatkan ganjaran yang baik di sisi Allah swt.

B. Saran

Sebagai manusia muslim sudah sepatutnya kita beribadah kepada sang pencipta sebagai wujud rasa syukur akan kehidupan yang sudah diberikan kepada kita, dan terus melakukan kebaikan yang memberi kan rahmat kepada orang lain disekitar kita. Semoga kita termasuk orang orang yang suka member manfaat yang baik kepada orang lain.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Rasjid Sulaimanf,Fiqh Islam,Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2013

Iqbal, Muhammad Menggapai Kesalehan Sosial, Medan:Citapustaka Media Perintis,2008

Saleh, Hasan. Kajian Fiqih Nabawi Dan Kontemporer, Jakarta: Karisma Putra Utama, 2008


(1)

Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.

Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.

2. Golongan kedua:

Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj) mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

D. Macam Macam Ibadah

Ibadah terbagi dalam empat macam berdasarkan : khusus-umum, pelaksanaan, kepentingan pribadi dan masyarakat, bentuk dan sifatnya.

1. Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah khusus : ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash Al-Qur’an atau Hadits seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang siffatnya khusus tidak menerima penambahan

b) Ibadah umum : semua perbuatan baik / terpuji yang terlaksana oleh manusia mukmin-muslim dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah SWT.


(2)

a) ibadah Ibadah Jasmaniyah dan Ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilasanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani seperti shalat dan puasa

b) Ibadah Ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus, sepertihaji.

3. Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah fardhi : ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan seperti shalat dan puasa.

b) Ibadah Ijtima’i : Ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.

4. Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada :

a) Ibadah yang terdiri atas perkataan seperti berdzikir, tahlil, shalawat, dan sebagainya

b) Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

c) Ibadah yang tidak ditentukan pelaksanaannya, seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, dan sebaginya d) Ibadah dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, i’tikaf

e) Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan seseorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita, dan sebagainya.

E. Syarat diterimanya ibadah

Pembaca yang budiman, untuk melengkapi pembahasan ini, kami ingatkan lagi dengan syarat diterimanya ibadah. Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat :

1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil,


(3)

Syarat pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.

Sedangkan syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

Allah berfirman, “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)

Dalam ayat diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti Rasul-Nya .

F. Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).

Adapun hakekat ibadah yaitu:

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.

2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepadaNya.


(4)

3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya

4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya: mengikuti sunah Rasulullah saw.

5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang dicintai Allah).

6. Takut,

maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

G. Hikmah Ibadah 1. Tidak Syirik.

2. Memiliki ketakwaan.

3. Terhindar dari kemaksiatan.

4. Berjiwa sosial.


(5)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika kita sudah ridho akan islam sebagai agama kita dengan mengucapkan dua kalimat syahadat maka kewajiban kita selanjutnya adalah dengan beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah secara lansung tanpa perantara seperti sholat, ber dzikir, wudhu dll adalh termasuk kedalam ibadah Mahdhah atau ibadah khusus, sedangkan ibadah dengan melakukan interaksi social dengan orang lain termasuk kedalam ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum contohnya banyak termasuk hal hal yang bermanfaat kepada orang lain.

Ibadah yang kita lakukan semata mata karena Allah tanpa mengharap pujian dari orang lain atau membanggakan diri sendiri kepada orang lain akan ibadah yang baru saja kita tunaikan akan mendapatkan ganjaran yang baik di sisi Allah swt.

B. Saran

Sebagai manusia muslim sudah sepatutnya kita beribadah kepada sang pencipta sebagai wujud rasa syukur akan kehidupan yang sudah diberikan kepada kita, dan terus melakukan kebaikan yang memberi kan rahmat kepada orang lain disekitar kita. Semoga kita termasuk orang orang yang suka member manfaat yang baik kepada orang lain.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Rasjid Sulaimanf,Fiqh Islam,Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2013

Iqbal, Muhammad Menggapai Kesalehan Sosial, Medan:Citapustaka Media Perintis,2008

Saleh, Hasan. Kajian Fiqih Nabawi Dan Kontemporer, Jakarta: Karisma Putra Utama, 2008