1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Babi merupakan ternak yang dikonsumsi selama ribuan tahun oleh orang Indonesia khususnya masyarakat Bali. Pada umumnya peternakan babi di
Indonesia masih dilakukan secara sederhana. Selain sebagai usaha utama, peternakan babi dapat pula dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun
komplementer bagi masyarakat Aritonang, 1998. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
ternak babi adalah masalah pakan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ternak babi sangat tergantung pada pakan yang diberikan dan
biaya untuk penyediaan pakan pada usaha beternak babi dapat mencapai 80 dari total biaya yang dibutuhkan Sihombing, 1997.
Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam pertumbuhan dan perkembangan ternak babi. Salah satu unsur penting dalam ransum ternak babi adalah besarnya
kandungan protein yang terdapat dalam ransum tersebut. Sumber protein dalam ransum ternak dapat berasal dari protein asal hewani maupun protein nabati.
Sumber protein nabati berasal dari bungkil kacang kedelai dan bungkil kacang tanah, sedangkan protein hewani berasal dari tepung ikan atau fish meal
Laot, 2014. Ketersediaan kedua bahan tersebut terbatas sehingga masih tergantung pada
impor. Cara yang bisa ditempuh dengan mensubstitusi penggunaan sebagian bahan-bahan tersebut dengan bahan lain yang berkualitas dan selalu tersedia
sepanjang musim adalah dengan memanfaatkan hasil limbah pertanian, salah satunya dengan menggunakan eceng gondok.
Eceng gondok Eichornia crassipes merupakan gulma air yang sering merusak lingkungan dan tidak dimanfaatkan tetapi dianggap sebagai tanaman
penganggu. Tanaman eceng gondok mempunyai protein yang cukup tinggi yaitu antara 12-18 serta kandungan asam amino cukup lengkap Bayinatul et al.,
2012. Selanjutnya Bayinatul et al. 2012 menyatakan bahwa hasil analisis kimia
2
menunjukkan bahwa eceng gondok mengandung bahan organik yang kaya akan vitamin dan mineral, juga mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi.
Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat sehingga perlu dilakukan upaya untuk menanganinya agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Salah satu
alternatifnya adalah dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Pada beberapa daerah, eceng gondok telah dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak, salah satunya ternak babi. Penelitian mengenai pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan penyusun ransum babi belum ada. Suharsono 1979 telah
melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill dengan penambahan daun eceng gondok
sampai 10. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas
telurnya. Tanaman eceng gondok berpotensi dalam menyerap logam berat salah
satunya adalah Timbal Pb, karena merupakan tanaman dengan toleransi tinggi yang dapat tumbuh baik dalam limbah, pertumbuhannya cepat serta menyerap
dan mengakumulasi logam dengan baik dalam waktu yang singkat. Timbal Pb sendiri merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan
terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya terhadap tubuh semakin meningkat Lu, 1995 dan Kusnoputranto, 2006.
Kusumadewi 2014 menyatakan bahwa kandungan logam berat timbal Pb dalam tubuh ikan Mujair yang hidup di Dam Estuari Suwung melebihi ambang
batas yang ditetapkan dalam SNI 7378:2009 sebesar 0,3 mgkg yaitu mencapai 19,4 mgkg. Withgott and Brennan 2007, Plaa 2007, dan Kostnett 2007,
menyatakan bahwa logam berat seperti Pb dapat membahayakan kesehatan melalui rantai makanan. Hewan dapat dengan mudah menyerap timbal yang
terikat pada sel darah putih dan dapat mempengaruhi sistem pertahanan kekebalan tubuh, dimana proses penyerapan timbal tersebut dapat mengakibatkan keracunan.
Menurut Yudhie 2011, keracunan logam berat Pb pada hewan dapat meningkatkan jumlah sel darah putih yang menyebabkan leukositosis. Guven
2000, juga menyatakan bahwa makan makanan yang beracun dapat
3
meningkatkan leukosit, karena racun merupakan senyawa yang berbahaya bagi tubuh sehingga tubuh meresponnya dengan meningkatkan sel-sel pertahanan
tubuh salah satunya adalah leukosit. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengaitkan dampak pemberian
eceng gondok yang berasal dari perairan tercemar Pb terhadap gambaran darah babi. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
pemberian eceng gondok yang berasal dari perairan tercemar Pb sebagai ransum babi dapat mempengaruhi total leukosit dan diferensial leukosit babi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah