Profil Keluarga Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Demulih - Kecamatan Susut - Kabupaten Bemulih.
2 terutama keluarga dampingan itu sendiri yang merupakan sarana utama
pelaksanaan kegiatan. Keluarga yang didampingi mahasiswa adalah keluarga yang termasuk
dalam kriteria keluarga kurang sejahtera terutama dilihat dari segi penghasilan dan aset yang dimiliki, sehingga dengan adanya mahasiswa maka diharapkan akan
mampu meningkatkan kesejahteraan, baik dari segi materi atau spiritualnya untuk menuju hidup yang lebih baik. Tentunya dalam hal ini peran serta mahasiswa
sangat diharapkan dapat memberdayakan keluarga di KK Dampingan. Keluarga KK Dampingan dilaksanakan di beberapa keluarga yang terdapat
di setiap banjar di Desa Demulih, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Desa Demulih memiliki 3 banjar yang tergolong ke dalam 3 banjar dinas atau 3 banjar
adat, kemudian dibagi kepada 18 mahasiswa KKN PPM Unud. Pendampingan di Desa Demulih ini diperuntukkan kepada masyarakat dengan kelompok kurang
mampu bagian keluarga harapan yang berjumlah 34 kepala keluarga KK. Pada program pendampingan keluarga KKN-PPM Unud Periode XIII
Tahun 2016 ini, penulis mendapat kesempatan untuk mendampingi satu keluarga yang bertempat tinggal di Banjar Dinas dan adat Tanggahan Talang Jiwa, yaitu
keluarga Sang Made Bawa. Adapun identitas keluarga dampingan adalah sebagai berikut :
No Nama
Status Umur
Pendidikan Pekerjaan
Ket 1.
Sang Made Bawa Kawin 71 tahun
Tidak Sekolah
Petani Kepala
Keluarga Istri
2. Jro Made Sulastri
Kawin 56 thn
Tidak Sekolah
Petani Istri
3. Sang Ayu Putu
Sri Wahyuni Belum
Kawin 16 thn
SMP Pegawai
suwasta Anak I
4. Sang Ayu Made
Juliari Belum
Kawin 14 thn
SD Pelajar
Anak II
3 Keluarga Bapak Sang Made Bawa, merupakan sebuah keluarga yang
termasuk pra sejahtera. Saat ini Bapak Sang Made Bawa tinggal bersama 2 orang anak perempuan yaitu Sang Ayu Putu Sri Wahyuni, dan Sang Ayu Made Juliari.
Keluarga Bapak Sang Made Bawa menempati lahan seluas ± 4 are untuk rumah tempat tinggalnya yang dibangun di atas tanah milik bersama dengan
keluarga lain, di mana keluarga Bapak Sang Made Bawa menempati lahan tersebut dengan saudara dan keponakannya. Rumah yang mereka tempati adalah
pribadi yang menyatu dengan dapur. Rumah Bapak Sang Made Bawa memiliki luas 3 x 4 meter. Rumah yang ditempatinya hanya beralaskan semen dan rumah
Bapak Sang Made Bawa tidak memiliki kamar mandi yang layak pakai. Mereka tidur berhimpitan dan Bapak Sang Made Bawa tinggal disebuah petak tanah
bersama 3 Kepala Keluarga Lainnya. Bapak Sang Made Bawa bekerja sebagai petani, namun dalam
kesehariannya saat ini Bapak Sang Made Bawa tidak bisa menjalankan pekerjaannya sebagai petani dikarenakan Bapak Sang Made Bawa mengalami
keterbatasan fisik sejak tahun 2005, sehingga Bapak Sang Made Bawa tidak bisa menafkahi keluarganya. Selama bertahun
– tahun Bapak made bawa hanya terbaring di tempat tidurnya dan pada tahun 2010 keadaan Bapak Sang Made
Bawa mulai membaik namun masih tetap tidak bisa melanjutkan mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya.
Pada tahun 2015 Ibu Jro Made Sulastri istri dari Bapak Sang Made Bawa dikatakan telah meninggal dunia dikarenakan memiliki penyakit cancer payudara,
karena keterbatasan ekonomi Ibu Jro Made Sulastri lambat mendapatkan pengobatan, Ibu Jro Made Sulastri memeriksakan dirinya disaat level penyakit
yang teritanya sudah level 4 dan disarankan menjalani kemoterapi dan sempat dirawat inap di Rumah Sakit Sanjiwani selama 10 hari. Disaat Ibu Jro Made
Sulastri akan menjalani kemoterapi, Ibu Jero dinyatakan telah meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.
Anak pertama Bapak Sang Made Bawa baru berusia 17 tahun dan anaknya terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya ke bangku SMA karena anak dari Bapak
Sang Made Bawa harus membiayai dan merawat adik dan keluarganya. Anak
4 kedua dari Bapak Sang Made Bawa yang sedang duduk di bangku kelas 6 SD
Negeri 3 Tanggahan Talang Jiwa, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli