Laser Induced Breakdown Spectroscopy LIBS Metode deteksi plasma menggunakan LIBS

Gambar 2.5 Eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebi tinggi. [Sumber : http:www.yohanes surya.com downloadpenulisTeknologi_18.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015] Elektron yang teriksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi berada dalam keadaan tidak stabil dan akan selalu berusaha untuk kembali ke keadaan awalnya ground state atau keadaan metastabil dengan cara melepaskan kelebihan energi tersebut, dalam bentuk foton atau energi cahaya yang mempunyai panjang gelombang tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Kembalinya elektron ke tingkat energi semula disertai emisi cahaya. [Sumber : http:www.yohanessurya.comdownloadpenulisTeknologi_18.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014] Foton ini akan menstimulasi atau merangsang elektron lain yang berada pada keadan metastabil sehingga akan mengemisikan foton yang identik dalam hal energi, panjang gelombang dan frekuensi serta merambat ke arah yang sama sehingga mempunyai phase yang sama pula. Kejadian ini disebut stimulated emission of radiation, yang mendasari terjadinya laser.

2.3.2 Laser Induced Breakdown Spectroscopy LIBS

Laser Induced Breakdown Spectroscopy LIBS adalah metode spektroskopi untuk analisis kuantitatif dan kualitatif unsur yang terkandung dalam sebuah bahan. Teknik ini didasarkan pada analisis emisi plasma yang dihasilkan dengan cara memfokuskan laser pulsa berdaya tinggi pada sampel pada kondisi tekanan atmosfer. Skema komponen utama secara sederhana untuk LIBS seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7, laser difokuskan ke permukaan sampel melalui lensa bikonvek. Sebagian kecil sampel ~ 0,01 mg dengan kecepatan tinggi dan terjadi kompresi adiabatis dengan gas udara dilingkungan dan terbentuk gelombang kejut shockwave. Energi gelombang kejut ini diserap oleh partikel-partikel yang terablasi dan digunakan untuk mengeksitasikan elektron-elektron dalam atom ke energi yang lebih tinggi. Elektron- elektron dalam atom-atom yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar ground state sambil memancarkan atau mengemisikan foton dengan panjang gelombang sesuai jenis unsurnya. Emisi ini selanjutnya diolah oleh spektrometer dan selanjutnya ditampilkan dikomputer sebagai grafik intensitas fungsi panjang gelombang. Gambar 2.7 Skema sederhana komponen utama LIBS.

2.3.3 Metode deteksi plasma menggunakan LIBS

Interaksi laser dengan sampel akan menghasilkan plasma yang mengemisikan foton dengan panjang gelombang sesuai unsurnya dan ditangkap oleh spektrometer serta ditampilkan dalam spektrum intensitas panjang gelombang. Hasil spektrum emisi ini salah satunya bergantung pada waktu deteksi untuk menangkap emisi. Ada dua jenis variabel waktu yaitu waktu tunggu deteksi , tt delay time detection dan waktu lama pendeteksian, tg gate time seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.8 a b c Gambar 2.8 a Metode deteksi plasma pada LIBS, b spektrum dengan sinyal latar sinyal latar tinggi, c spektrum tanpa sinyal latar sinyal latar rendah. Gambar 2.8a menunjukkan perjalanan umur plasma. Pada saat laser difokuskan pada sampel, terbentuk plasma primer dengan kerapatan partikel yang sangat tinggi 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 465 470 475 480 485 490 Inte ns it a s E m is i Uns ur Z n a .u Panjang Gelombang nm 100 200 300 400 500 465 470 475 480 485 490 Inte ns it a s E m is i Uns ur Z n a .u Panjang Gelombang nm ~10 ns. Kondisi ini menyebabkan ion-ion berekombinasi dengan elektron-elektron dan elektron melepaskan energi dalam bentuk foton dengan panjang gelombang kontinyu. Selain itu, pada plasma primer juga terjadi tumbukan bebas antara elektron dengan elektron Bremsstrahlung. Hal ini juga mengakibatkan elektron mengemisikan foton dengan panjang gelombang lebarkontinyu. Emisi kontinyu inilah yang menyebabkan spektrum terangkat atau sinyal latar background tinggi seperti ditunjukkan pada gambar 2.8b. Proses Bremsstrahlung dan rekombinasi ion berlangsung sangat cepat ~10 ns atau selebar pulsa laser. Oleh sebab itu pendeteksian emisi sebaiknya dilakukan setelah 1 s dari ablasi laser dan waktu inilah yang disebut dengan waktu tunggu delay time. Nilai waktu tunggu ini bervariasi tergantung jenis unsurnya, tetapi hampir semua unsur memiliki waktu emisi lebih dari 1 s. Spektrum yang dihasilkan dengan delay time setelah 1 s ditunjukkan oleh gambar 2.8c yang mana backgroundnya sangat rendah.

2.4 Karakteristik Unsur Pb