APLIKASI SERAT SERABUT KELAPA BERMATRIK

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

31

APLIKASI SERAT SERABUT KELAPA BERMATRIK SAGU DAN GLISEROL
SEBAGAI PENGGANTI KEMASAN MAKANAN DARI STEROFOAM

Ahmad Dony Mutiara Bahtiar
Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin Politeknik Kediri
ayndon@yahoo.co.id
Abstrack
This research focuses on biocomposite material which is applied for food packaging to substitute
polystyrene packaging. The purpose of this research is to know the influence of coconut fiber
towards biocomposite streng tensil with sago palm matrix and glycerol. Sago palm and glycerol
is matrixes coming from biocomposite and coconut fiber as the filler. This research is using volume
glycerol fraction and sago palm, with sago palm as 10% plastisiser since the volume fraction has
the most optimum for 1.395v Mps and 70% glatinasi temperature, wherein volume biocomposite
fraction is 45% coconut fiber, 105 glycerol, and 45% sago palm has the optimum steng tensil of
4.744 Mpa. In comparison when volume fraction is 75% of coconut fiber, 10% of glycerol and
15% of sago palm, it makes the lowest average of kekuatan tarik of 1.187 MPa. Therefore,
bicomposite with sago palm matrix, glycerol, and coconut fiber still has bigger compared to

polyesterene steng tensil which is occasionally used for food packaging having 3.27 MPa.
Keywords : Biocomposite, Sago Palm, Glycerol, Coconut Fiber, Steng Tensil

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alam telah mengajarkan kita
tentang
kemasan
misalnya
jagung
terbungkus oleh selubung, dan berbagai
macam buah – buahan terbungkus oleh
kulitnya. Fungsi dari kemasan tersebut
adalah untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan secara fisik seperti guncangan,
gesekan, benturan, dan getaran serta
pencemaran dari lingkungan sekitarnya,
Selain fungsi tersebut fungsi lain dari
pengemasan adalah mempermudah kita
dalam pengangkutan dan penyimpanan.

Kemudian adanya rencana pelarangan
penggunaan kemasan sintetis dalam jangka
waktu beberapa tahun ke depan semakin
meningkatnya penelitian akan solusi
pembuatan
komposit
yang
ramah
lingkungan. Berbagai issue permasalahan
limbah non organik serat sintetis yang
semakin bertambah mampu mendorong
perubahan trend teknologi komposit
menuju natural composit yang ramah

lingkungan.
Dengan
berkembangnya
material biokomposit diharapkan mampu
menjadi salah satu material teknik yang
mampu mempunyai sifat ringan, tahan

korosi, dan sifat mekanisnya baik.
Keistimewaan lain adalah sifatnya yang
renewable
atau
terbarukan.
Untuk
menghindari berbagai efek lingkungan
inilah, maka perlu adanya bahan alternatif
untuk aplikasi fiber yang berpenguat serat
komposit alam yang tentunya ramah
lingkungan.
Sehingga
mengurangi
penggunaan bahan kimia dan gangguan
lingkungan hidup.
Serat alami mempunyai banyak
kelebihan bila dibandingkan dengan serat
lainnya. Kelebihan serat alami adalah dapat
terdegradasi secara alami (biodegradability),
mempunyai karakteristik yang dapat

diperbaharui, ramah terhadap lingkungan,
memiliki massa jenis yang rendah, dan
mempunyai
kekuatan
spesifik
dan
kekakuan yang tinggi daripada matriknya
sehingga dapat memperbaiki sifat mekanik
pada komposit (Sergio N. Monteiro, 2005).

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

32

Melalui penelitian ini saya mencoba yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan serat alami yaitu serabut serabut kelapa, yang mana Indonesia
kelapa sebagai filler biokomposit.
merupakan penghasil tumbuhan kelapa
terbesar di dunia. Oleh karena itu, serabut
Tujuan Penelitian

kelapa yang boleh disebutkan sebagai
Untuk
mempengaruhi
fraksi limbah dapat dijadikan nilai ekomis yang
volume serat serabut kelapa terhadap lebih tinggi .Kemudian Benny Muhandis
kekuatan tarik biokomposit bermatrik sagu Riyadie dari Universitas Diponegoro
Semarang Sebelum digunakan serat kelapa
dan gliserol.
diberikan perlakuan NaOH dengan
TINJAUAN PUSTAKA
konsentrasi 5%. Menurut Kuncoro Diharjo
(2006) pada komposit yang diperkuat
Indonesia merupakan salah satu dengan serat tanpa perlakuan, maka ikatan
negara penghasil kelapa terbesar di dunia, (mechanical bonding) antara serat dan UPRs
dengan total produksi diperkirakan menjadi tidak sempurna karena terhalang
sebanyak 14 milyar butir kelapa. Tanaman oleh lapisan yang menyerupai lilin di
kelapa merupakan komoditas perkebunan permukaan serat. Perlakuan NaOH ini
yang sangat potensial, disebut juga sebagai bertujuan untuk melarutkan lapisan yang
pohon kehidupan karena semua bagian menyerupai lilin di permukaan serat,
tanaman

kelapa
bermanfaat
bagi seperti lignin, hemiselulosa, dan kotoran
kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa lainnya. Dengan hilangnya lapisan lilin ini
dapat menghasilkan berbagai produk yang maka ikatan antara serat dan matriks
bernilai ekonomi tinggi seperti minyak, menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan
tempurung, dan sabut. Serabut kelapa mekanik komposit menjadi lebih tinggi
merupakan hasil serat alam dari buah khususnya kekuatan tarik.
Namun,
kelapa hasil samping yang terbesar dari perlakuan NaOH yang lebih lama dapat
buah kelapa, yaitu sekita 35% dari bobot menyebabkan kerusakan pada unsur
buah kelapa. Pengolahan buah kelapa selulosa. Padahal, selulosa itu sendiri
menjadi berbagai produk tersebut dapat sebagai unsur utama pendukung kekuatan
meningkatkan pendapatan petani 5-6 kali serat. Akibatnya serat yang dikenai
lipat. Menurut United Coconut Association of perlakuan alkali terlalu lama mengalami
the Philippines (UCAP), dari satu buah degradasi kekuatan yang signifikan
kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sehingga kekuatannya semakin rendah.
Adapun
matrik
yang

akan
sabut yang mengandung 35% serat. Serat
sebagai
pengikat
dalam
dapat diperoleh dari sabut kelapa dengan digunakan
cara perendaman dan mekanis. Sabut biokomposit ini adalah adalah sagu
kelapa sangat kaya dengan unsur Kalium (Metroxylon sagu Rottb). Sagu merupakan
yang
sangat
dibutuhkan
untuk tanaman asli Indonesia. Tepung sagu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. mengandung amilosa 27% dan amilopektin
Oleh karena itu apabila sabut kelapa tidak 73%. Adapun keunggulan dari tanaman
dipergunakan untuk produk-produk yang sagu adalah produktivitasnya sangat tinggi
laku dijual, maka dapat dikembalikan ke dibandingkan dengan tanaman penghasil
kebun sebagai pupuk Kalium. Serabut karbohidrat lain. Sehingga sagu yang
kelapa pada umumnya hanya dibuat sapu, dikelola dengan baik dapat mencapai 25
keset, dan sebagai bahan bakar saja. Tidak ton pati kering/ ha/tahun. Produktivitas ini
kalah

alasan
pentingnya
dilakukan setara dengan tebu, namun lebih tinggi
penelitian ini adalah, serat alam utama dibandingkan dengan ubi kayu dan

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

kentang dengan produktivitas pati kering
10-15 t/ha/tahun. Widiarto (2005) yang
meneliti Film yang terbuat dari PVA murni
maupun pati sagu adalah jernih.
Bagaimanapun, film yang diperoleh dari
campuran keduanya adalah sedikit legap,
dimungkinkan akibat daripada pemisahan
fasa.Sedangkan
sagu
saja
kekuatan
tariknya masih kurang tanpa campuran
pemlastis. Dalam penelitian ini gliserol

sebagai campuran sagu sebagai pemlastis.
Muchrani Hasibuan (2009) yang meneliti
biokomposit sagu dan gliserol mempunyai
kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan
dengan kekuatan sagu tanpa campuran
gliserol.

33

Prosentase

Prosentase

Serat serabut
kelapa

Gliserol
Pati
sagu


Biokomposit

Uji tarik

Kerangka Konsep Penelitian
Analisa
Potensi
Gliserol

Potensi
Serabut
kelapa

Prosentase

Potensi
sagu
Kesimpulan
Gambar 2. Diagram Interaksi Konsep
Penelitian.


Prosentase

Proses Blending + Cetak +
Pengepresan

METODOLOGI
Alat yang Digunakan

Biokomposit

Uji tarik

Foto
makroskopik

Aplikasi
Material

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Timbangan Digital
Blender
Cetakan Spesimen
Mesin Pengujian Tarik
Mesin Pengepres Hidrolik
Gelas Ukur
Cawan Petri
Kamera
Pisau

Gambar 1. Siklus Konsep berpikir
Bahan yang Digunakan
Bahan- bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut

a. Sagu (Kanji)
b. Serabut Kelapa
c. Aquadest

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

34

4. Hidupkan
blender
dan
mulailah
pengadukan dengan lama pengadukan
25 menit.
5.Setelah selama 25 menit, tuangkan isi dari
Variabel Penelitian
blender kedalam cetakan yang telah
Variabel Bebas
disediakan.
Variabel bebas yang digunakan adalah
perbandingan fraksi volume serabut kelapa 6. Setelah cetakan terisi penuh dan
spesimen
menjadi
agak
dingin,
yaitu 15%, 30%, 45%, 60%, 75%.
spesimen dipress dengan tekanan 10
kg selama 2 menit.
Variabel Terikat
7.
Kemudian
biarkan spesimen dingin
Untuk variable terikatnya adalah kekuatan
dengan sendirinya dan di ambil dari
tarik.
cetakan.
8.
Kemudian
specimen
dikeringkan
Parameter Terkontrol
0
dengan suhu 65 C selama 24 jam di
1. Gliserol 10 %.
dalam Oven, benar-benar kering siap
2. NaOH 5%.
untuk diuji.
3.Temperatur Glatinasi 700C.
4.Kecepatan Blender 30rpm.
Pengujian Spesimen
5. Beban 10kN.
Pengujian tarik menggunakan ASTM D
6. Panjang serabut 3mm
638. dengan
7.Kecepatan pembebanan 1 mm/menit.

d. Larutan NaOH
e. Gliserol

Prosedur Penelitian
Mempersiapkan Serat Penguat Polimer
1. Serat serabut kelapa di jemur selama 3
hari untuk menghilangkan kadar air.
2. Kemudian serabut kelapa
di masak
dengan NaOH 5% sampe keluar semua Gambar 3. Dimensi spesimen
minyak dalam serabut kelapa. Kemudian
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dicuci dengan air sampai pH 7 (netral).
3. Kemudian di keringkan lagi selama 3
Hasil Pengujian
hari dengan suhu 350C
Berdasarkan
pengujian
tarik
4. Serabut kelapa siap di potong sesuai
menggunakan Universal Testing Machine
dengan panjangnya yaitu 3mm.
(Time GroupInc WDW 20 E) didapatkan
kekuatan tarik. Untuk pertama yaitu
Pembuatan Spesimen Uji
1. Dilakukan penimbangan serat serabut mencari fraksi volume gliserol yang tepat
kelapa, dan sagu dengan fraksi volume supaya mendapatkan kekuatan tarik yang
yang diinginkan. Penimbangan sejumlah optimum. Maka didapatkan kekuatan tarik
massa sagu dan gliserol yang diinginkan maksimum antara gliserol dan sagu.
sesuai dengan prosentase.
2. Masukan pati sagu dalam blender dan
larutan gliserol yang sudah sesuai
dengan prosentase yang diinginkan
beserta serat serabut kelapa.
3. Seting suhu pada blender dengan suhu
700 C.

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

35

Tabel 1. Hasil Uji Tarik Matrik
Tabel 2. Kekuatan Tarik Rata-rata
Biokomposit

Kemudian
didapatkan
juga
grafik
hubungan antara kekuatan tarik secara
teoritis dan actual dari biokomposit yang
terlihat pada gambar 6.

Gambar 4. Grafik Kekuatan Tarik Matrik
Sagu Dan Gliserol
Kemudian setelah mendapatkan kekuatan
tarik matrik selanjutnya didapatkan tabel
kekuatan tarik
biokomposit dengan perbandingan fraksi
volume Serat : Gliserol : Sagu
Dan didapatkan grafik hubungan kekuatan
tarik rata-rata dengan fraksi volume
sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata
Biokomposit

Gambar 6. Grafik Hubungan Kekuatan
Tarik Teoritis dengan Kekuatan Tari
Aktual Biokomposit
Pembahasan Kekuatan Tarik Matrik Sagu
Dan Gliserol
Dari hasil analisis gambar 5 grafik
menunjukan bahwa penggunaan 90% sagu
dan 10% gliserol memberikan kekuatan
tarik lebih tinggi yaitu sebesar 2,96 Mpa
dibandingkan dengan fraksi volume yang
lain. Hal ini terjadi karena pada fraksi
volume 90% sagu dan 10% gliserol berada
pada campuran titik jenuh sehingga,

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

molekul-molekul
pemlastis
hanya
terdispersi dan berinteraksi antara struktur
rantai polimer dan menyebabkan rantai –
rantai polimer sulit bergerak karena
halangan
sterik.
Hal
inilah
yang
menyebabkan kekuatan tarik meningkat
disamping
karena
adanya
gaya
intermolekuler antara rantai pada sagu
tersebut dan grafik mengalami kenaikan
yang signifikan.
Tetapi ketika fraksi volume gliserol
lebih dari 10% akan mengakibatkan
kekuatan tarik menurun. Hal ini terjadi
karena titik jenuh terlewati mengakibatkan
sehingga molekul – molekul pemlastis
yang berlebih berada pada fase tersendiri
yang berada di luar fase polimer dan akan
menurunkan gaya intermolekuler antara
rantai
polimer
sagu.
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat diakatan bahwa
campuran antara sagu 90% dan gliserol
10% mempunyai kompatibilitas tertinggi.
Dari dasar itulah prosentase gliserol yang
digunakan adalah 10%.
Pada
gambar
5
menunjukkan
kekuatan
tarik
rata-rata
semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya
fraksi volume serat serabut kelapa. Setelah
fraksi volume serat serabut kelapa
bertambah, maka kekuatan tarik rata-rata
dari biokomposit semakin meningkat
dengan kekuatan tarik rata-rata tertinggi
sebesar 4,744 MPa diperoleh ketika fraksi
volume sebesar 45% : 10% : 45%. Ketika
perbandingan fraksi volume sebesar 75% :
10% : 15%, menghasilkan kekuatan tarik
rata-rata terendah yaitu 1,187 MPa.
Apabila perbandingan fraksi volume serat
serabut kelapa melebihi matrik sagu maka
kekuatan tariknya cenderung mengalami
penurunan. Hal ini terjadi karena matrik
sagu
sebagai
pengikat
kurang
memberikan daya perekat terhadap
serabut kelapa karena fraksi volumenya
yang kurang dari pada serabut kelapa
sehingga, terjadi penurunan kekuatan
tarik pada biokomposit. Sedangkan

36

kekuatan tarik untuk matrik sagu murni
(fraksi volumenya 100 %) sebesar 1,395
MPa.
Pada fraksi volume 15% serabut
kelapa, 10% gliserol, dan 75% sagu
gambar patahan spesimen yang terlihat
pada gambar 7

Gambar 7. Fraksi volume 15% serabut
kelapa, 10% gliserol, dan 75% sagu
Apabila kekuatan ikatan melemah maka
tegangan geser permukaan antara matrik
sagu dengan serat menjadi kecil. Sehingga
jika beban tarik diaplikasikan pada
material komposit ini, matrik tidak dapat
mendistribusikan beban tarik secara
merata ke serat. Akibatnya banyak timbul
serat yang tercabut dari matrik,. Patahan
yang terjadi pada material komposit ini
adalah jenis patahan ulet. Patahan ulet
ditandai dengan banyaknya deformasi
yang terbentuk pada permukaan spesimen
komposit ini serta memiliki bentuk yang
bergerigi dan kasar dan serabut sebagian
mungumpul pada bagian tertentu karena
fraksi volume dari matrik lebih besar
sehingga serabut tidak dapat merata.
Kemudian fraksi volume dinaikan
menjadi 30% : 10 % :60% .
Dengan meningkatnya kekuatan
ikatan antara matrik sagu dengan serat
serabut kelapa maka tegangan geser
permukaan
juga
berangsur-angsur
meningkat., tetapi pada gambar melintang
persebaran serat masih belum merata.
Apabila beban tarik diaplikasikan pada

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

37

material biokomposit ini, beban tersebut MPa. Hal ini bisa terjadi karena matrik
belum dapat didistribusikan secara merata semakin berkurang sementara gliserol
dari matrik menuju ke serat. Pada fraksi volumenya hampir sama dengan
akhirnya serat yang tercabut dari matrik fraksi volume sagu sehingga giserol
menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada sebagai pemlastis tidak dapat mengikat
perbandingan fraksi volume ini kekuatan sagu dengan baik sehingga serabutpun
tarik material biokomposit meningkat. tidak dapat terikat oleh matrik secara
Patahan yang terjadi pada material sempurna. Gambar patahan dari spesimen
biokomposit ini adalah jenis patahan ulet dapat dilihat pada gambar 8.
sama dengan jenis patahan pada
perbandingan fraksi volume sebelumnya.
Kemudian pada perbandingan fraksi
volume 45% : 10% : 45% pada
menunjukkan tidak adanya serat serabut
kelapa yang tercabut maupun putus.
Kenaikan kekuatan tariknya mencapai
kekuatan tarik maksimum yaitu 4,744
Mpa dengan kenaikan sebesar 60%. Hal
ini menunjukkan bahwa serat serabut
kelapa tersebar merata. Matrik sagu dapat Gambar 8. Fraksi Volume 75% : 10% : 15%.
Adapun pembahasan gambar 3.3
menyelimuti serat secara menyeluruh.
dapat
dilihat bahwa grafik kekuatan tarik
Sehingga daya rekat matrik dengan
menjadi baik. Akibatnya kekuatan ikatan teoritis menunjukan kenaikan. Ketika
antara matrik dengan serat menjadi baik fraksi volume serat serabut kelapa naik,
pula. Pada fraksi volume ini, kekuatan kekuatan tarik teoritis biokomposit
tarik material biokomposit mencapai mengalami kenaikan pula. Hal tersebut
kekuatan tarik tertinggi. Patahan yang dikarenakan oleh pengaruh fraksi volume
terjadi adalah jenis patahan ulet. Karena serat serabut kelapa dalam biokomposit
banyaknya
terjadi deformasi pada memiliki pengaruh yang signifikan
penampang spesimen serta bentuk terhadap kekutan tarik biokomposit. Hal
permukaan yang bergerigi dan memiliki tersebut disebabkan karena perhitungan
lekukan-lekukan yang dalam. Gambar secara teoritis tidak memperhitungkan
persebaran serat didalam matrik sagu dan
spesimen dapat dilihat pada gambar 4.3
Ketikan fraksi volume 60% : 10 % : 30% daya ikat antar serat dan matrik, tetapi
mengalami penurunan secara drastis hanya memperhitungkan kekuatan tarik
kekuatan tariknya menjadi 2,728 MPa. Hal dan fraksi volume serat saja sehingga
ini terjadi karena matrik sebagai perekat selama kekuatan tarik serat dan jumlah
prosentasenya berkurang dan bahkan serat meningkat maka kekuatan tarik
biokomposit meningkat juga.
lebih banyak fraksi volume dari serat.
Kekuatan tarik aktual, yang terjadi
Patahan yang terjadi adalah jenis patahan
justru
sebaliknya
yaitu kekuatan tarik
ulet. Karena banyaknya terjadi deformasi
pada penampang spesimen serta bentuk aktual yang tertinggi dicapai pada
permukaan yang bergerigi dan memiliki perbandingan
fraksi volume 45%:10%:45%. Hal tersebut
lekukan-lekukan yang dalam.
terjadi karena serat serabut kelapa lebih
Sedangkan pada fraksi volume 75% :
merata didalam matrik sagu dan gliserol,
10% : 15% merupaka kekuatan tarik
terendah dengan kekuatan tarik 1,187 sehingga daya ikat antara matrik dan serat
menjadi kuat. Akibat tegangan geser

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

38

(http://www.traditionaltree.org,
antara permukaan matrik dan serat
diakses 2 Agustus 2008).
menjadi besar, sehingga baban yang
dibutuhkan untuk mematahkan material
Dieter, George. E. 1996. Metalurgi Mekanik.
juga besar.
Erlangga. Jakarta.
KESIMPULAN

Elices, M and Llorca. J. 2002. Fiber Fracture.
Elsevier. England.

Berdasarkan penelitian tersebut maka Espert, Ana. 2003. Natural
dapat
dibuat
kesimpulan
bahwa
Fibres/Polypropylene Composites From
biokomposit yang berserat serabut kelapa
Residual And Recycled Materials :
dengan matrik sagu dan gliserol
Surface Modification of Cellulose Fibers,
berpotensi untuk dikembangkan lagi lebih
Properties And Environmental
lanjut
sebagai
material
alternative
Degradation. KTH Fiber-och
pengganti polistierene sebagai kemasan
Polymerteknologi. Sweden.
makanan.
Pada fraksi volume 45%
Serabut kelapa, 10% gliserol dan, 45% Gibson, Ronald. F. 1994. Principles of
Composite Material Mechanics.
sagu mempunyai kekuatan tarik yang
McGraw-Hill, Inc. New York.
optimum yaitu sebesar 4,744 MPa. Nilai
ini mempunyai nilai kekuatan tarik yang Jacobs, James. A and Kilduff, Thomas. F.
lebih besar dari pada kekuatan tarik
1994. Engineering Materials Technology
polistierene sebesar 3,03 MPa.
: Structure, Processing, Properties &
Selection. Prentice-Hall International,
Inc. London.
DAFTAR PUSTAKA
Jafferjee Brother. et al. 2003. Composite
Applications Using Coir Fibers in
Anonymous. 2006. Wood Technical
Srilanka. Final Report. Netherlands.
Information. (Online),
Mel, M. Schwartz. 1997. Composite Materials
(http://www.land- scapeforms.com,
: Properties, Nondestructive Testing, and
diakses 2 Agustus 2008).
Repair. New Jersey.
Anshori, Isa. 2006. Pengaruh Ukuran Mesh
Serbuk Kayu Jati dan Temperatur Injeksi Matthew, F.L and Rawlings, R. D. 1994.
Composites Materials : Engineering
terhadap Kekuatan Tarik Komposit
And Science. Chapman & Hall.
Plastik Pada Proses Injeksi. Unibraw.
London.
ASTM. 1997. Annual book of ASTM
Mirbagheri, Jamal. et al. 2007. Prediction of
standards. Philadelphia : ASTM
The Elastic Modulus of Wood Flour /
C. Y. Lai. et al. 2005. Mechanical and
Kenaf Fibre / Polypropylene Hybrid
Electrical Properties of Coconut Coir
Composites. Iranian Polymer Journal.
Fiber-Reinforced Polypropylene
Iran.
Composite. Polymer-Plastics
Monteiro, N. Sergio. et al. 2005. Mechanical
Technology and Engineering.
Strength of Polyester Matrix Composite
Malaysia.
Reinforced with Coconut Fiber Wastes.
Chan, Edward and Elevitch, R. Craig. 2006.
Revista Materia. Brazil.
Cocos Nucifera (Coconut). Species
Prasetyo, Eko. 2006. Pengaruh Fraksi Volume
Profiles for Pacific Island
Serbuk Kayu dan Temperatur
Agroforestry, (Online),

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

Penginjeksian Terhadap Sifat Mekanik
Komposit Plastik Serbuk Kayu Pada
Proses Injeksi. Unibraw.
Setyawati, Dina. 2003. Pengaruh Ukuran
Nisbah Serbuk Kayu Dengan Matriks,
Serta Kadar Compatibilizer Terhadap
Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Kayu
Polipropilena Daur Ulang. Makalah
Falsafah Sains. Bogor.

39