PERATURAN BALAI HARTA PENINGGALAN SESUDAH

dan melaksanakan hubungan-hubungan hukum yang merupakan materi yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. PERATURAN BALAI HARTA PENINGGALAN SESUDAH

KEMERDEKAAN Adanya upaya pembaruan dan pembangunan hukum nasional berdampak pada terjadinya perubahan fundamental dalam KUH Perdata. Perubahan tersebut berupa lahirnya Undang-Undang baru yang berkaitan dengan pengaturan Balai Harta Peninggalan, seperti diantaranya yaitu: 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo Peraturan Pemerintah N0. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah; 2. Undang-Undang No, 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; 3. Undang-Undang kepailitan, yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 jo. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Tugas Balai Harta Peninggalan pada saat ini yaitu mewakili dan mengurus kepentingan orang-orang badan hukum yang karena hukum atau putusan hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat terpenuhi perlindungan atau terayominya hak asasi manusia, khususnya yang karena hukum dan penetapan pengadilan dianggap tidak cakap bertindak di bidang hak milik personal right berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Balai Harta Peninggalan sampau sekarang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masih mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PR.07.0-80 tahun 1980 tentang organisasi dan tata kerja Balai Harta Peninggalan yang antara lain: 1. Perwalian; 2. Pengampuan; 3. Ketidakhadiran; 4. Harta Peninggalan Tak Terurus; 5. Pendaftaran dan Membuka Akta Wasiat; 6. Membuat Surat Keterangan Hak Waris; 7. Kurator Kepailitan; Dari ketentuan yang termuat dalam pasal 2 dan pasal 3 Surat Keputusan Mentri Kehakiman tersebut, dapat dikemukaan bahwa tugas pokok dan fungsi Balai Harta Peninggalan adalah sebagai berikut: 1. Selaku Wali Pengawas pasal 366 KUH Perdata jo. Pasal 47 Instruksi Untuk BHP di indonesia. 2. Selaku Wali Sementara pasal 359 KUH Perdata jo. Pasal 55 Instruksi Untuk BHP di indonesia. 3. Pengampu Anak Dalam Kandungan pasal 348 KUH Perdata jo. Pasal 45 Instruksi Untuk BHP di indonesia. 4. Pengampu Pengawas dalam Pengampuan pasal 449 KUH Perdata 5. Pembukaan dan Pendaftaran surat wasiat pasal 41 dan pasal 42 O.V. jo. Pasal 937 dan pasal 942 KUH Perdata. 6. Pengurus atas harta peninggalan yang tidak ada kuasanya pasal 1126- 1130 KUH Perdata jo. Pasal 61 Instruksi Instruksi Untuk BHP di indonesia. 7. Mewakil dan Mengurus harta kekayaan Orang Yang Dinyatakan Tidak Hadir pasal 463 KUH Perdata jo. Pasal 61 Instruksi Instruksi Untuk BHP di indonesia. 8. Kurator dalam Kepailitan pasal 70 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 jo. Pasal 75 Instruksi Instruksi Untuk BHP di indonesia. 9. Pembuatan Surat Keterangan Hak Waris pasal 14 ayat 1 Instruksi bagi para pejabat pendaftaran tanah di Indonesia dan yang bertindak sedemikian. Berdasarkan pedoman dasar hukum diatas, yang sebagaian besar adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat dari zaman Belanda, fungsi Balai Harta Peninggalan secara gasris besar mencangkup pengurusan dalam bidang perwalian voogdij, pengampuan curatele, ketidakhadiran afwezig, harta peninggalan tidak terurus onbeheerde nalatenschappen, kepailitan , pembukaan dan pendaftaran surat wasiat dan membuat surat keterangan waris.

c. TINJAUAN TEORI TEORI