T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perkembangan Pengaturan tentang Lembaga Pegadaian di Indonesia T1 BAB II

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka Perkembangan Pengaturan

  Perundang-undangan merupakan salah satu sumber hukum dalam arti formal yang dianut oleh negara yang menggunakan sistem civil law, seperti Indonesia dengan latar belakang negara jajahan Belanda dan dalam rangka menemukan keadilan maka para yuris dan lembaga yudisial maupun quasi- judisial merujuk pada sumber tersebut. Apabila diselaraskan dengan pengertian hukum menurut O. Notohamidjodjo dimana hukum adalah sekumpulan peraturan baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang bersifat sedikit memaksa yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakat maka dapat dipahami bahwa hukum haruslah hidup dengan menyesuaikan segala perkembangan dan dinamika yang ada dalam masyarakat. Berlandaskan pemahaman diatas maka hukum menyesuaikan dengan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan masyarakat yang dari masa ke masa akan terus berkembang. Roscoe Pound dalam pendapatnya yang berkaitan dengan Perkambangan makna hukum dalam hidup bermasyarakat ini mencakup beberapa landasan yang diawali dengan memahami apa yang dimaksud hukum. Pertama hukum dipandang sebagai aturan atau seperangkat aturan tingkah laku manusia yang ditetapkan oleh kekuasaan yang bersfat Ilahi. Disini hukum dimaknai sebagai wujud campur tangan langsung dari kekuasaan yang bersifat Ilahi

  terhadap kehidupan manusia. 1 Kedua, hukum dimaknai sebagai sistem prisip

  yang dikemukakan secara filosofis dan prinsip-prinsip yang mengungkapkan

  1 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 110 1 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 110

  yang bersifat metafisis dan oleh sebab itu buku-buku teks dapat ditemukan prinsip-prinsip keadilan dan hak dalam memberikan bentuk untuk dinyatakan dalam pengalaman melalui penalaran. Ketiga, bahwa hukum dipandang sabagai serangkaian perintah penguasa dalam suatu masyarakat yang diorganisir secara

  politis. 3 Berdasarkan perintah itulah manusia bertingkah laku tanpa perlu mempertanyakan atas dasar apakah perintah itu diberikan. Tidak dapat disangkal bahwa pandangan ini hanya mengakui hukum positif, yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa sebagai hukum.

A 1. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum

  Dalam konteks subyek hukum, di samping manusia sebagai pembawa hak, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai subyek hukum yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan. Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtpersoon) yang berarti

  orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. 4 Hukum memberikan kedudukan

  sebagai badan pribadi dalam wujud yang lain selain manusia yaitu badan hukum

  2 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit , hlm. 111 3Ibid

  4 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-8, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm. 216 4 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-8, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm. 216

  persona. 5 Selain subyek hukum yang orang perorang, badan hukum atau legal entity adalah satu subyek hukum lain yang diakui sebagai subyek hukum. Burgelijk Wetboek menggunakan istilah rechtpersoon pada permulaan abad keduapuluh yaitu pada saat diadakannya pengaturan tentang kanak-kanak (kinderwetten). Menurut Pasal 292 Ayat (2) dan Pasal 302 Buku I BW serta sejak diadakannya buku Titel 10 Buku III BW (lama) pada tahun 1838 terdapat banyak ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan rechtpersonen tetapi istilah yang

  digunakan adalah zedelijk lichaam (badan susila). 6 Mengenai istilah ini, Purnadi

  Purbacaraka dan Soerjono Soekanto berpendapat sebagai berikut: 7

  Dalam menejermahkan zadelijk lichaam menjadi badan hukum, lichaam itu benar terjemahannya badan, tetapi hukum sebagai terjemahan zadelijk itu salah, karena arti sebenarnya susila. Oleh karena itu, istilah zadelijk lichaam dewasa ini sinonim dengan rechtpersoon, maka lebih baik kita gunakan pengertian itu dengan terjemahan pribadi hukum.

  Dalam peraturan di Indonesia, istilah yang resmi digunakan adalah badan hukum, istilah ini dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan berikut:

  1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria

  2. Perpu No. 19 Tahun 1960 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara

  5 Sri Soedewi Maschun Sofwan dalam Chidir Ali, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 19.

  6 Chidir Ali, 2005, Badan Hukum,: PT Alumni, Bandung, hlm. 14 7 Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional (suatu orientasi), Edisi I,

  Jakarta: CV Rajawali, 1993, dalam Chidir Ali, Ibid, hlm. 17

  3. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

  4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan sebagainya Black’s Law Dictionary mendefinisikan badan hukum atau artificial person sebagai “persons created and devised by human laws for the purposes of society and government, as distinguished from natural person, adapun legal entity

  didefinisikan sebagai an entity, other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and

  make decisions through agents as in the case of corporation. 8 Selanjutnya Black’s

  Law Dictionary, memberikan pengertian legal entity sebagai (a) body, other than

  a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions thorugh agents. 9 Sedangkan legal person diartikan sebagai an entity such as

  corporation, created by law given certain legal rights and duties of a human being; a being,real or imaginary, who for the purpose of legal reasoning is

  treated more or less as a human being”. 10

  Adapun berdasarkan Pasal 1654 KUH Perdata, badan hukum didefinisikan sebagai semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu. Sebelumnya dalam KUH Perdata Pasal

  8 Henry Campbell Black, 2000, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, West Publishing Co, St. Paul Minn, hlm.726.

  9 Bryan A Garner, 2009,Black’s Law Distionary, 9 th edition, ST Paul – Minnessota: West Publishing Co, hlm. 976

  10 Ibid, hal. 1178

  1653 diatur berkaitan dengan perkumpulan adalah selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan- perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Dengan demikian berdasarkan Pasal 1653 Bab Kesembilan dari Buku Ketiga KUH Perdata, disebutkan 3 macam perkumpulan yaitu :

  1) Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum

  2) Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum

  3) Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud

  tertentu tidak berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan.

  Pasal 1653 tersebut merupakan landasan yuridis keberadaan badan hukum baik badan hukum publik maupun privat, meskipun tidak secara tegas mengaturnya.

A. 1.1 Menurut Para Ahli

  a. Menurut Van Apeldoorn, yang dimaksud dengan purusa hukum (badan hukum) adalah:

  1. Tiap-tiap persekutuan manusia, yang bertindak dalam pergaulan

  hukum seolah-olah ia suatu purusa yang tunggal;

  2. Tiap-tiap harta dengan tujuan yang tertentu, tetapi dengan tiada

  yang empunya, dalam pergaulan hukum diperlakukan seolah-olah ia sesuatu purusa (yayasan).

  b. Menurut Utrecht, 11 memberikan pengertian badan hukum sebagai setiap pendukung hak yang tidak berjiwa atau bukan manusia.

  c. Menurut Subekti badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri yang dapat digugat atau menggugat di depan hakim. 12 Dengan demikian rechtspersoon atau badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang memiliki kekayaan sendiri.

  d. Menurut Rochmat Soemitro, 13 badan hukum atau rechtspersoon adalah

  suatu badan atau perkumpulan yang dapat mempunyai harta, hak, serta kewajiban seperti orang-orang pribadi

  e. Sri Soedewi Maschun Sofwan, 14 mengartikan badan hukum sebagai

  kumpulan dari orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan yang ditersendirikan untuk tujuan tertentu. Kedua-duanya merupakan badan hukum.

  Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli hukum mengenai badan hukum di atas dapat diketahui bahwa tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kedudukan badan hukum sebagai subyek hukum, karena badan hukum merupakan lembaga yang independen, penyandang hak dan kewajiban, serta dapat bertindak di depan

  11 Utrech, 1965, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Universitas, Jakarta, hlm.236 12 Subekti, 1996, Pokok-pokok Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta, hlm 48 13 Rochmat Soemitro, 1993, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung,

  hlm. 10.

  14 Sri Soedewi Maschun Sofwan dalam Chidir Ali, Op.cit. hal 19.

  hukum. Implikasi hukum dari independen atau kemandirian tersebut, bahwa keberadaan badan hukum tersebut tidak digantungkan pada kehendak pendiri atau organ namun ditentukan oleh hukum. Dalam pengertian pokok, apa badan hukum itu adalah segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.

  Sebagai pendukung hak dan kewajiban yang bukan manusia, dalam badan hukum terdapat 2 (dua) unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, dapat dipisahkannya hak dan kewajiban badan hukum dari hak dan kewajiban anggota badan hukum dan kedua, organ badan hukum dapat berganti – ganti namun demikian badan hukum tetap ada. Dengan demikian badan hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri sebagai subyek hukum yang memiliki status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai subjek hukum. Pengertian sebagai penyandang hak dan kewajiban, dengan demikian badan hukum dapat digugat maupun menggugat di pengadilan. Kondisi ini membawa konsekuensi bahwa keberadaannya dan ketidakberadaannya sebagai badan hukum tidak digantungkan kepada kehendak sendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang kriteria badan hukum yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusunlah unsur-unsur badan hukum adalah sebagai berikut.

  1) Adanya pemisahan harta kekayaan antara pendiri dengan badan hukum

  2) Mempunyai harta kekayaan tertentu

  3) Memiliki kepentingan tertentu

  4) Memiliki organ yang menjalankan badan hukum

  5) Adanya managemen yang teratur Unsur-unsur inilah yang dapat ditemukan dalam suatu badan hukum, serta dapat digunakan untuk membedakan badan hukum dengan bukan badan hukum. Sedangkan agar perkumpulan atau badan usaha dapat disebut sebagai badan hukum, maka beberapa syarat harus dipenuhi. Dari sumber hukum formal,

  beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi badan hukum yaitu: 15

  1) Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan ;

  2) Syarat berdasarkan pada hukum kebiasaan;

  3) Syarat berdasarkan yurisprudensi;

  4) Syarat berdasarkan pada pandangan doktrin.

A. 1.2 Syarat Berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan

  Syarat-syarat berdasarkan undang-undang mendasarkan diri pada ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata yang disebutkan demikian.

  ‘Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.’

  15 Chidir Ali, Op. Cit. Hlm.79-98

  Berdasarkan pengaturan Pasal 1653 KUH Perdata di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat untuk mendapatkan status badan hukum dapat

  dilakukan melalui 2 cara yaitu: 16

  a) Dinyatakan dengan tegas atau uitdrukkelijk, bahwa suatu perhimpunan

  adalah merupakan badan hukum

  b) Tidak secara tegas dinyatakan, namun dengan peraturan sedemikian rupa

  bahwa badan itu adalah badan hukum. Aturan umum, dalam Pasal 1653 KUH Perdata, ditentukan bahwa selain maatschap yang sejati atau eigenlijke maatschap, undang-undang juga mengakui perhimpunan atau vereneging sebagai badan hukum atau zedelijk lichaam. Berdasar Pasal 1653 KUH Perdata, Perkumpulan diakui sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal person). Perkumpulan adalah perhimpunan atau perserikatan orang (zedelijke lichamen, corporate body) baik yang didirikan dan diakui oleh kekuasaan umum seperti daerah otonom, badan keagamaan, atau yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak, bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan yang baik yang lazim disebut Perkumpulan. Sebagai badan hukum, perkumpulan tersebut diperlukan pengesahan akta pendirian perkumpulan, dengan memperhatikan tujuan, azas lapangan kerja dan aturan-aturan lainnya dari perkumpulan tersebut. Terdapat 3 (tiga) jenis badan hukum yang diakui yaitu:

  a) Badan hukum yang diadakan oleh pemerintah

  b) Badan hukum yang diakui oleh pemerintah

  c) Badan hukum dengan konstruksi keperdataan.

  16 Chidir Ali, Op.Cit. hlm. 80

  Berkaitan dengan perkumpulan tersebut, Pasal 1655 KUH Perdata mengatur tentang kewenangan bertindak dari pengurus, sebagai berikut.

  1) para pengurus diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama

  Perkumpulan,

  2) para pengurus bertindak mewakili Perkumpulan di depan

  pengadilan,

  3) semua tindakan pengurus mengikat kepada Perkumpulan,

  4) sekiranya perbuatan atau tindakan pengurus menyimpang dari

  kewenangan atau kekuasaan yang diberikan kepadanya dalam AD (Anggaran Dasar), tindakan itu tetap mengikat perkumpulan, apabila tindakan itu memberi manfaat kepada Perkumpulan atau apabila tindakan itu disahkan rapat anggota.

  Kewajiban pengurus Pengurus Perkumpulan wajib memberi pertanggungjawaban kepada anggota atas kepengurusan perkumpulan yang disampaikan dalam rapat anggota. Diatur dalam Pasal 1659 KUH Perdata, jika dalam akte pendirian, persetujuan-persetujuan dan reglemen-reglemennya tidak diatur mengenai hak bersuara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak sama untuk mengeluarkan suaranya, segala keputusan diambil dengan suara terbanyak. Adapun keputusan rapat dalam suatu perkumpulan diatur menurut Pasal 1659 KUH Perdata, yaitu:

  a) keputusan diambil dengan suara terbanyak, dan a) keputusan diambil dengan suara terbanyak, dan

A. 1.3 Syarat Berdasarkan Doktrin

  Disamping syarat berdasarkan peraturan perundangan, syarat yang dapat digunakan untuk menentukan suatu organisasi, badan atau perkumpulan itu adalah badan hukum, didasarkan pada doktrin. Ajaran para ahli hukum berkaitan dengan syarat suatu badan, organisasi atau perkumpulan dapat menjadi badan hukum dapat paparkan sebagai berikut. Menurut Scholten badan hukum haruslah memenuhi unsur – unsur:

  1) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu

  perbuatan hukum pemisahan.

  2) Mempunyai tujuan tertentu sendiri

  3) Mempunyai alat perlengkapan atau organisasi

  Sedangkan menurut Soenawar Soekowati, badan hukum haruslah memenuhi unsur-unsur yang terdapat di dalam badan hukum yaitu: 17

  1) Ada harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggota-

  anggotanya

  2) Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum, serta bukan

  kepentingan satu atau beberapa orang saja

  3) Kepentingan tersebut haruslah panjang

  4) Harus dapat ditunjukkan suatu harta kekayaan yang tersendiri, yang tidak

  saja untuk obyek tuntutan tetapi juga sebagai upaya pemeliharaan

  17 Ali, Chidir, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 17.

  kepentingan-kepentingan badan hukum yang terpisah dari kepentingan angggota-anggotanya

  Wirya Projodikoro, menjelaskan kriteria atau ukuran yang jitu untuk menjelaskan

  badan hukum adalah: 18

  1) Adanya benda kekayaan yang terpisah dari orang perseorangan

  yang bertindak;

  2) Adanya kepentingan yang bukan kepentingan orang perseorangan,

  melainkan kepentingan suatu golongan orang-orang

  3) Bersifat atau memiliki tujuan untuk berdiri dalam waktu yang

  lama. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa pemisahan harta kekayaan antara kekayaan pendiri dan kekayaan badan hukumnya menjadi salah satu persyaratan yang mutlak ditemukan dalam suatu badan hukum. Kekayaan badan hukum inilah yang digunakan oleh badan hukum untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai subyek hukum. Syarat lain yang menjadi perhatian para ahli yaitu adanya tujuan tertentu yang dimiliki oleh badan hukum. Tujuan inilah yang menjadi alasan badan hukum didirikan dan terus eksis, dan bila tujuan dari badan hukum telah tercapai maka berakhirlah badan hukum tersebut. Syarat organisasi menjadi satu syarat yang tidak kalah penting bila dibandingkan dengan badan hukum yang lain. Di dalam organisasi akan dapat ditemukan organ badan hukum, pembukuan walaupun mungkin sangat sederhana, dan kesinambungan dalam beraktivitas. Dengan demikian walaupun badan hukum

  18 Wirjono Prodjodikoro, 1966, Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit Sumur, Bandung, hal. 84 18 Wirjono Prodjodikoro, 1966, Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit Sumur, Bandung, hal. 84

  1. Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain;

  2. Mempunyai tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan

  peraturan perundang-undangan;

  3. Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;

  4. Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut

  peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya sendiri.

  Sebagai subyek hukum yang berkedudukan sebagai pendukung hak dan kewajiban, badan hukum diakui eksistensinya. Berdasarkan Pasal 1653 KUH Perdata, terdapat 4 jenis badan hukum yaitu:

  1) Badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah. Termasuk dalam kategori

  badan hukum ini adalah badan hukum publik seperti provinsi, kabupaten, kota dan lain sebagainya;

  2) Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah, misalnya gereja atau badan

  keagamaan lainnya;

  3) Badan hukum yang diijinkan oleh Pemerintah;

  4) Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta atau partikelir.

A. 1.4 Jenis Badan Hukum

1.4.1 Badan Hukum Publik

  Menurut Chidir Ali kriteria suatu badan hukum dapat dinyatakan sebagai badan hukum publik adalah sebagai berikut. 19

  a) Dilihat dari cara pendiriannya yang didirikan berdasarkan

  konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (negara) dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya;

  b) Lingkungan kerjanya, apakah dalam melaksanakan tugasnya

  umumnya dengan publikumum dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata pada umumnya seperti halnya badan-badan hukum privat;

  c) Kewenangan yang dimiliki, bahwa badan hukum publik memiliki

  kewenangan untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yag mengikat umum.

  Adapun macam badan hukum publik ini dapat dilihat dari badan hukum publik yang memiliki teritorial dan badan hukum publik yang tidak memiliki teritorial. Dua macam badan hukum publik tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

  a) Badan hukum yang mempunyai teritorial.

  19 Ibid hlm. 62

  Suatu badan hukum itu pada umumnya harus memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan mereka yang tinggal di dalam daerah atau wilayahnya.

  b) Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial. Suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu saja.

1.4.2 Badan Hukum Privat

  Adapun badan hukum perdata merupakan badan hukum yang didirikan atas pernyataan kehendak dari orang-perorangan. Badan hukum publik dimungkinkan mendirikan badan hukum perdata seperti yayasan, Perseroan Terbatas dan lain sebagainya. Badan hukum perdata yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang dapat disebutkan di bawah ini.

  a) perkumpulan (vereniging) diatur dalam Pasal 1653 KUHPerdata, Stb.

  1870-64, dan Stb. 1939-570.

  b) Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 tahun 2007.

  c) rederji, diatur dalam Pasal 323 KUHDagang.

  d) kerkgenootschappen, diatur dalam Stb. 1927-156.

  e) koperasi, diatur dalam UU Pokok Koperasi No.25 tahun 1992.

  f) yayasan, dan lain-lain. Selanjutnya untuk membedakan antara badan hukum publik dengan badan hukum privat atau perdata sebagaimana telah dipaparkan di atas, dapat dengan memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.

  1. Pembedaan badan hukum publik dan privat tersebut dapat dilihat melalui prosedur pendiriannya, artinya badan hukum publik itu diadakan dengan konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh penguasa dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana cara pendiriannya badan hukum tersebut, seperti yang diatur di dalam Pasal 1653 KUHPerdata yaitu ada tiga macam, yakni :

  a) badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum (Pemerintah atau

  Negara).

  b) badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum.

  c) badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan

  tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan (badan hukum dengan konstruksi keperdataan).

  2. Pembedaan badan hukum privat dengan badan hukum publik dapat dilihat dari siapa pendiri darai badan hukum tersebut. Badan hukum perdata adalah badan hukum yang didirikan oleh perseorangan, sedangkan pada badan hukum publik ialah badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum.

  3. Perbedaan dengan melihat lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam melaksanakan tugasnya badan hukum itu pada umumnya dengan publik atau melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata.

  4. Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh penguasa itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yang mengikat umum. Jika ada wewenang publik, maka ia adalah badan hukum publik.

A. 1.5 Teori Badan Hukum

  Secara alamiah, badan hukum tidaklah dapat berkedudukan sebagai subyek hukum. Hal ini dikarenakan badan hukum tidak memiliki kehendak, tidak dapat bertindak dan tidak dapat hadir atau ada seperti halnya karakteristik yang dapat ditemukan pada orang seperti yang telah dikemukakan di atas. Karakteristik tersebut yang mengakibatkan orang dapat berkedudukan sebagai subyek hukum secara kodrati. Ketiadaan karakteristik tersebut, berimplikasi bahwa badan hukum tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai subyek hukum. Problematikan yang dihadapi oleh badan hukum tersebutlah yang pada akhirnya menghadirkan teori- teori badan hukum.

  a. Teori Organ, teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Teori organ memandang badan hukum sebagai suatu yang nyata (reliteit). Menurut teori organ badan hukum merupakan een bestaan, dat hun

  realiteit dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia yang sesungguhnya dalam lalu lintas hukum yang juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya yaitu pengurus dan anggotanya dan sebagainya.

  b. Teori Kekayaan Bersama, Teori kekayaan bersama ini menganggap

  badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan badan hukum adalah

  kepentingan seluruh anggotanya. 20 Dengan demikian badan hukum berdasarkan

  teori Kekayaan Bersama ini adalah suatu konstruksi yuridis dari kepentingan- kepentingan anggota, dengan demikian hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban serta tanggung jawab hukum dari anggota secara bersama

  20 Chidir Ali, Ibid. Hlm. 34 20 Chidir Ali, Ibid. Hlm. 34

  c. Teori Fiksi. Teori ini dipelopori oleh sarjana Jerman Friedrich Carl von Savigny (1779-1861), tokoh utama aliran sejarah pasa permulaan abaf 19. Menurut teori ini bahwa hanya manusia saja yang mempunyai kehendak. Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abtraksi. Bukan merupakan suatu hal yang konkrit. Jadi karena hanya suatu abtraksi maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan hukum, sebab hukum memberi hak- hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa(wilsmacht). Badan hukum semata-mata hanyalah buatan pemerintah atau negara. Terkecuali negara badan hukum itu fiksi yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk menerangkan sesuatu hal.

  Dengan kata lain sebenarnya menurut alam manusia selalu subjek hukum , tetapi orang menciptakan dalam bayanganya, badan hukum selalu subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia. Jadi, orang bersikap seoplah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan, sehingga yang melakukan ialah manusia sebagai wakil- wakilnya.

  d. Leer van het ambtelijk vermogen. Ajaran tentang herta kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatanya (ambtelijk vermogen): suatu hak yang melekat pada suatu kualitas. Penganut ajaran ini menyatakan bahwa tidah mungkin d. Leer van het ambtelijk vermogen. Ajaran tentang herta kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatanya (ambtelijk vermogen): suatu hak yang melekat pada suatu kualitas. Penganut ajaran ini menyatakan bahwa tidah mungkin

A. 2 Badan Usaha Milik Negara

  Konsep BUMN telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 740KMK.001989. Dalam konsep itu, BUMN didefenisikan sebagai “badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki

  negara” (pasal 1 ayat 2a). Sementara dalam pasal 1 ayat 2b dari surat keputusan itu meliputi hal-hal sebagai berikut: 1)BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan pemerintah daerah

  2) BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan BUMN lainnya.

  3) BUMN yang merupakan badan-badan usaha kerjasama dengan swasta nasional asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 51. Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public enterprise”. Dengan demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu: ”Pemerintah (public) dan bisnis (enterprise”. Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah 100 dan tidak juga swasta 100 tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai “perusahaan negara yang diwiraswastakan”.

A. 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha

  Milik Negara

  Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu. Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

  Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunanagent of development. Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun 80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak “negatifminir” karena fungsi kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain. Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:

  1) Fase sebelum kemerdekaan Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara termaksud diatur oleh ketentuan UU No. 8 tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).

  2) Fase antara tahun 1945-1960 Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat pentingnya peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI. Pada priode ini pula terjadi gerakan nasionalisasi terhadap perusahaan negara milik asingbekas milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP. NO. 27 tahun 1957 dan UU No.

  26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup lapangan perbankan, perkebunan, perdagangan dan jasa.

  3) Fase yang berlangsung tahun 1960-1969 Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang berlandaskan UU No. 19 tahun 1960 menjadi satu bentuk yaitu Perusahaan Negara. Namun demikian masih terdapat kekaburan dalam organisasi perusahaan negara yang disebabkan adanya Badan Pimpinan Umum (BPU) yang juga menyelenggarakan pengurusan terhadap Perusahaan Negara tertentu. Oleh karena tiu, maka ditetapkanlah tiga bentuk perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

  4) Fase antara tahun 1969 hingga sekarang Dalam fase ini peranan Perusahaan Negara dalam menunjang perekonomian nasional semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I sampai sekarang yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari periode pembangunan sebelumnya.

A. 2.2 Deskripsi Tiga Bentuk Perusahaan Negara

  Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-janya. Perangkat perbaikan tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem. Oleh karenanya sejak tahun 2002 diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerapkan program GCG yang kemudian diikuti dengan penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya seperti penerapan program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006 ini, selain beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri-industri penting seperti Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu menerapkan program Risk Man-agement ini. Dengan melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya yang juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manaje-mensumber daya manusia agar lebih mempunyai visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan- keputusan bisnis, sehingga paradigma BUMN secara simultan dapat diubah. Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini terdiri dari tiga bentuk yaitu:

  1) Perusahaan Jawatan (Perjan)

  Menurut UU No. 9 tahun 1969 Perjan adalah perusahaan negara yang didirikan dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Indische Bedrijven Wet (IBW). Ciri-ciri Perjan: - Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada menteri atau direktur jenderal berkedudukan serendah-rendahnya setingkat dengan direktorat. - Melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang tercermain dalam susunan organisasi departemen. - Modal permulaan dan mutasi modal lainnya tercermin dalam APBN. Modal merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan hasil-hasil perusahaan harus nampak dalam APBN. - Barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat. - Pegawai Perjan merupakan pegawai negeri yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.

  2) Perusahaan Umum (Permum) Menurut Inpres No. 17 Th. 1967 Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan. Seperti Perum Pegadaian, Perum Bulog, BI, Bank Mandiri, BRI, BNI, etc. Ciri-ciri Perum: - Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu. - perusahaan negara berdasarkan Perpu No. 19 tahun 1960

  - dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan (sekarang bertanggung jawab kepada Menteri BUMN). - Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal tidak terbagi dalam bentuk saham. - Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar ketentuan-ketentuan bagi pegawai negeri. - Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh pemerintah. - Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

  3) Perusahaan Perseroan (Persero) Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah

  perusahaan negara dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan ditambah yang saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara. Seperti PT. KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.

  Ciri-ciri Persero: - Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu. - Melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata- mata menjadi tugas pemerintah.

  - Status pegawai perusahaan swasta biasa - Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal campuran antara swasta dan negara. - Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

  Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan rekomendasi Tim Pembantu Presiden untuk penertiban aparaturadministrasi pemerintahan dan ekonomi negara dalam rangka penyempurnaan administrasi negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini ditegaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah terdiri dari Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969. yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969. Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan sebagai berikut:

  1) Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional Bussiness Machines (IBM) kemudian dinamakan Perjan.

  2) Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab Undang-Undang Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk keseluruhan maupun untuk sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan; perusahaan ini disebut Persero.

  3) Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan 3) Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan

  Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan menteri keuangan mewakili pemerintah selaku:

  1) Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara RI.

  2) Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur dalam PP No. 13 tahun 1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).

  3) Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

A. 2.3 Tujuan Badan Usaha Milik Negara

  Tujuan BUMN tentu tidak terlepas dari landasan pendiriannya. Yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal 33 UUD 1945. di sebutkan disana bahwa tujuan pendirian umum BUMN adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun secara khusus, tujuan BUMN diatur dalam PP Nomor 3 tahun 83 yaitu:

  1) tujuan komersial yakni alat memupuk keuntungan

  2) tujuan secara makro, yakni memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomipendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 3)Tujuan sosial politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup orang banyak serta membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi. Disamping itu, bila direfleksikan dari kondisi realnya di lapangan, BUMN juga mempunyai tujuan umum yaitu:

  1) Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umunya dan penerimaan negara pada khususnya.

  2) Mengejar keuntungan

  3) Menyelenggrakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hidup orang banyak.

  4) Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta atau koperasi.

  5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

A. 2.4 Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian

  Negara

  Peranan Perusahaan Negara atau BUMN adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional khususnya bidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembinaan BUMN pun disesuaikan dengan kebijakan nasional. Menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Th. 1983, peranan BUMN secara umum adalah sebagai berikut:

  1) Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business entity), harus mampu memupuk dana unutk membiayai aktivitas baik yang bersifat rutin maupun pengembangan. Oleh karena itu, dalam kegiatannya untuk mendapatkan laba sehingga kontinuitas perusahaan dapat terjaga atau dengan kata lain BUMN berperan sebagai pemasok dana melalui pajak dan deviden.

  2) Melaksanakan fungsi-fungsi non-komersial, dalam hal ini BUMN yang merupakan bagian dari aparatur negara, bertindak sebagai wahana pembangunan (agent of development). Berperan sebagai demikian, BUMN melaksanakan program-program pemerintah dan atau yang diembankan oleh pemerintah yang meliputi antara lain tugas-tugas perintis dan mendorong perkembangan usaha swasta dan koperasi.

B. Hasil Penelitian

  Perkembangan Pengaturan Yang Menjadi Karakteristik Lembaga Pegadaian

B 1. Bentuk Badan Hukum

  Dalam awal pembentukan Pegadaian sebagai Badan hukum tahun 1961, Pegadaian berstatus Perusahaan Negara Pegadaian. Perusahaan Negara adalah perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau

  berdasarkan undang-undang. 21 Dalam peraturan pemerintah ini ditetapkan bahwa

  unsur pemilikan negara atas setiap usaha negara yang berbentuk persero disentralisasi penatausahaannya kepada Menteri Keuangan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa pada hakekatnya fungsi utama dari persusahaan ialah pemupukan dana bagi negara ataupun sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Dalam hubungan ini masalah penanaman kekayaan negara dalam modal persero sangat erat hubungannya dengan kebijaksanaan keuangan negara, kebijaksanaan mana dalam keseluruhannya merupakan tugas Menteri Keuangan.

  Ciri Perusahaan Negara :

  1. Pemerintah menjadi pemilik badan usaha.

  2. Pemerintah memiliki kekuasaan yang absolut dalam menjalankan

  kegiatan usaha.

  3. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan

  dengan kegiatan usaha.

  4. Berfungsi sebagai alat pemerintah untuk mengadakan dan

  mengembangkan ekonomi negara.

  21 Pasal 1, UU No. 19 Prp Tahun 1960

  5. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang

  dipisahkan.

  6. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk

  kesejahteraan rakyat. Pada tahun 1969, Pegadaian berubah dari yang sebelumnya Perusahaan Negara Pegadaian menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian. Pengertian mengenai Perusahaan Jawatan atau Perjan yaitu BUMN yang seluruh modalnya termasuk dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBD) dan menjadi hak dari departemen bersangkutan. Perjan biasanya merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi atau jasa untuk kepentingan umum. Perjan sendiri dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat termasuk didalamnya mengatur mengenai kejelasan status Kepegawaian perusahaan dimana peran negara lebih terasa seperti status karyawan pegawai negeri dan perusahaan memperoleh fasilitas dari negara.

  Ciri-ciri Perusahaan Jawatan:

  1. Karyawannya berstatus pegawai negeri

  2. Tujuan utamanya adalah melayani kepentingan masyarakat umum

  3. Berada dibawah Departemen, Dirjen atau pemerintah daerah terkait.

  Dalam hal ini Pegadaian berada di bawah kewenangan Mentri.

  4. Permodalan dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN dan

  menjadi hak dari departemen terkait.

  5. Bagi Perjan berlaku hukum publik yang berarti bila perusahaan ini

  dituntut, maka yang bertanggung jawab adalah pemerintah.

  6. Dipimpin oleh seorang kepala yang merupakan bagian dari suatu

  departemen

  7. Perjan memiliki dan memperoleh fasilitas dari negara.

  Pegadaian kembali mengalami perubahan status kelembagaan menjadi perusahaan umum pada tahun 2000 yang didasari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) itu sendiri adalah jenis Badan Usaha Milik Negara yang modalnya masih dimiliki oleh pemerintah , namun memiliki sifat mirip perusahaan jawatan (perjan). Hal ini disebabkan karena perum boleh mengejar keuntungan di samping melayani kepentingan masyarakat. Perusahaan Umum juga mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

  1. Bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakat umum namun juga mengejar keuntungan.

  2. Dipimpin oleh seorang direksidirektur.

  3. Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta. Artinya, perum bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.

  4. Modal berasal dari pemerintah yang berasal dari kekayaan negara yang terpisahkan.

  5. Pekerjanya adalah PNS yang diatur tersendiri (setengah swasta).

  6. Jika memupuk keuntungan maka tujuannya untuk mengisi kas negara.

  7. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang bersifat go public

  8. Dapat menghimpun dana dari pihak lain

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), status badan hukum Pegadaian kembali berubah dan kali ini menjadi Perusahaan Perseroan. Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modalsahamnya paling sedikit 51 dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:

  - Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden - Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan

  perundang-undangan - Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-

  undang - Modalnya berbentuk saham - Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara

  yang dipisahkan - Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris - Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik

  pemerintah - Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai

  RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas

  - RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan - Dipimpin oleh direksi - Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan - Tidak mendapat fasilitas negara - Tujuan utama memperoleh keuntungan

  Dewasa ini, Pegadaian diatur dalam POJK Nomor 31 POJK.052016 Tentang Usaha Pegadaian dimana bentuk badan hukum dari Pegadaian itu sendiri yaitu Perseroan Terbatas dan atau Koperasi. Perseroan terbatas (PT) ( bahasa Belanda : Naamloze Vennootschap) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham , yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.

  Perseroan terbatas merupakan badan usaha dengan modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung Perseroan terbatas merupakan badan usaha dengan modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung

  Dalam POJK tersebut, Pegadaian juga berbentuk Koperasi yang mengacu pada Undang-Undang Perkoprasian yang diatur dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. (Sebelumnya: UU No. 12 tahun 1967) Pengertian dari Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. (Pasal 1 angka 1 UU No. 251992)

  Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa pengertian-pengertian pokok- pokok sebagai berikut :

  1. Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha

  2. Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang atau badan hukum badan

  hukum koperasi. Jadi, terdapat perbedaan prinsip dengan PT, karena PT merupakan perkumpulan modal (konsentrasi modal), sehingga pemilik PT harus menyetorkan modal yang disebut Pesero. Dalam koperasi, pemiliknya disebut anggota yang tidak disyaratkan harus menyetorkan modal.

  3. Dari segi siapa yang menjadi pendiri dan siapa yang menjadi anggotanya,