PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

(1)

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

UCI NAWA INSANI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

OLEH

UCI NAWA INSANI

ABSTRAK

Dasar hukum yang menyatakan bahwa hak memperoleh informasi merupakan suatu Hak Asasi Manusia yaitu dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Bersih dan Bebas dari KKN menuntut adanya keterbukaan informasi publik guna tercapainya tujuan pemerintahan yang bebas dari KKN.Amanat konstitusi tersebut yang melatar belakangi dibuatnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Untuk menjalankan Undang-undang tersebut maka di bentuklah PP No. 61 tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-undang 14 tahun 2008.pembentukan Komisi Informasi baik dipusat maupun daerah juga di atur dalam undang-undang No.14 tahun 2008, Komisi Informasi Provinsi Lampung sudah terbentuk sejak tahun 2010 dan berwenang untuk menyelesaikan sengketa informasi publik di tingkat Provinsi.

Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung dan bagaimana faktor penghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung serta faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif-empiris berdasarkan sumber data primer dari hasil wawancara dengan Anggota Komisi Informasi Provinsi Lampung, data sekunder yang berasal dari buku-buku, serta data tersier yang berasal dari artikel terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi. Metode pengumpulan data dengan menggunakan studi pustaka.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Komisi Informasi telah berusaha memberikan pelayanan informasi publik kepada masyarakat dengan cara Pertama, penyelesaian sengketa informasi publik dengan menggunakan mediasi dan ajudikasi


(3)

Informasi yang berdasarkan tugas dari Bidang Edukasi, Sosialisasi dan Advokasi.. Ketiga, penetapan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Dalam hal pelaksanaannya Komisi Informasi Provinsi mengalami hambatan yaitu sekretariat Komisi Informasi yang kurang memadai, anggaran yang proses pencairannya lambat, serta sumber daya manusia (stake holder) kurang memadai dan Kurangnya sosialisasi.


(4)

THE IMPLEMENTATION OF THE DUTIES AND FUNCTION OF COMMISSION INFORMATION PROVINCE OF LAMPUNG

BY

UCI NAWA INSANI ABSTRACK

Basic law which states that the right to information is a human rights under Article 28F of the Constitution of 1945. Law Number 28 of 1999 on the Governing That is Free of Corruption requires public disclosure in order to achieve goals KKN.Amanat free reign of the constitution of the background made the Law No. 14 Year 2008 on Disclosure of Information. To run these laws then in the form a PP. 61 of 2010 on the implementation of Act 14 of 2008 concerning public disclosure and the establishment of the Commission both the center and local information, Lampung Provincial Information Commission has been established since 2010 and are authorized to resolve disputes of public information at the provincial level.

Concerns raised in this study is how the duties and functions of Information Commission Lampung Province and how the factors inhibiting the implementation of the duties and functions of Information Commission Lampung Province. The purpose of this study was to determine the duties and functions of Information Commission Lampung Province and inhibiting factors in the performance of duties and functions of the Lampung Provincial Information Commission. The method used in this study is based on a normative-empirical primary data sources from interviews with the Information Commissioner Lampung Province, secondary data from books, as well as data derived from tertiary related articles to the duties and functions of Information Commission. Methods of data collection using the literature.

The results showed that the Information Commission has been trying to provide public information services to the public by the First, public information disputes using mediation and adjudication of dispute resolution and litigation in Lampung Province Information Commission to act as a mediator.Second, set the general policy


(5)

instructions.

In terms of implementation obstacles Provincial Information Commission is the secretariat of the Commission inadequate information, budget disbursement process is slow, as well as human resources (stakeholders) is inadequate and lack of socialization.


(6)

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

UCI NAWA INSANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(7)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa : UCI NAWA INSANI No. Pokok Mahasiswa : 0912011260

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H. Upik Hamidah, S.H., M.H. NIP. 196112191988032002 NIP. 196006061987032012

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP. 196112191988032002


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani, S.H., M.H. ...

Sekretaris/anggota : Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Elman Eddy Parta, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP. 196211091987031003


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bumi pada Tanggal 24 Maret 1991. Anak Pertama yang di beri nama Uci Nawa Insani buah cinta dari pasangan (Alm) Papah Insani M dan Mamah Hera Wati. Jenjang Pendidikan penulis dimulai pada TK Dharma Wanita Dipasena Mulya pada tahun 1996, dan selesai tahun 1997. Setelah itu dilanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 01 Bumi Dipasena Mulya diselesaikan tahun 2003. Kemudian, penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP)Negeri 3 Rawa Jitu Selatan selesai tahun 2006. Setelah itu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Kemala Bhayangkari Kota Bumi pada tahun 2009.

Penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2012, Penulis mengikuti program pengabdian kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kedaton Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan selama 40 hari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai Bendahara Biro BBQ (2010-2011) dan Anggota Departemen Media Seni Informasi dan Olahraga (2011-2012) Forum Silahturahim & Studi Islam Fakultas Hukum (FOSSI


(10)

FH),sertasebagai Anggota tetap Pusat Studi Bantuan Hukum Fakultas Hukum (PSBH FH).

Dalam masa studinya, penulis juga pernah mengikuti berbagai pelatihan baik yang diselenggarakan didalam kampus antara lain, Latihan Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Dasar (LKMI-TD) pada tahun 2010, Self Development Program (SDP) padatahun 2010.


(11)

MOTTO PENULIS

“ kalau aku disuruh memilih hak mana yang tergolong

istimewa dalam diri manusia? aku tentu akan memilih hak

mendapatkan informasi atau menyatakan pendapat”

(Sean Bride)

Di dunia ini semuanya mungkin, hanya satu hal yang tidak

mungkin yaitu waktu

(Armen Yasir)

Ketika rasa takut menghantui maka keberhasilan itu akan

tertunda, Lawan rasa takut atau diam di tempat tanpa

berbuat apa-apa dan berakhir Nihil (silahkan pilih)

(Uci Nawa Insani)


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya

kecilku ini kepada inspirasi terbesarku :

Mamah Hera Wati dan papah (Alm) Insani M

Terimakasih untuk semua kasih sayang dan pengorbanan

kalian serta setiap d

oa’nya

yang selalu mengiringi setiap

langkahku menuju keberhasilan

Adik-adik kandungku Putri Dasena Insani dan Dewa

Satria Insani yang kusayangi dan kubanggakan

Almamater Universitas Lampung

Tempat aku menimba Ilmu dan mendapatkan pengalaman

berharga yang menjadi sebagian jejak langkahku meraih


(13)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatu

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Rahmatan Lil’Aalaamiin, serta kepada dua malaikat yang setiap saat mencatat segala tingkah laku penulis, dengan sangat jujur dan tanpa lelah, Raqib dan Atid.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Karya sederhana ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus kepada :

Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembimbing I (satu) yang telah


(14)

banyak mengarahkan dalam perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Bukan hanya di bidang akademik, melalui kebiasaan dan pemikirannya juga telah mengajarkan nilai-nilai moral kehidupan. Terima kasih atas segala bimbingan, waktu yang diluangkan dan pelajaran hidupnya sehingga menjadi inspirasi dan pedoman bagi penulis;

Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan coretan-coretan yang sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis. Terima kasih atas ilmu dan nasehat yang diberikan selama masa kuliah.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung, serta Ibu Widya Krulinasari, S.H., M.H. yang sudah menjadi Pembimbing Akademik penulis;

Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Pembahas I (satu) atas kesediaannya dan kesabarannya untuk membantu, mengarahkan, dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku pembahas II (dua) yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini, terima kasih banyak ;

Bapak Juniardi, S.Ip., M.H., selaku ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung yang telah banyak membantu dan meminjamkan beberapa buku-buku literatur yang sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi ini.


(15)

Ibu Khalida, S.H., selaku anggota komisioner Komisi Informasi Provinsi Lampung di bidang Edukasi dan Sosialisasi yang selalu ramah dan sabar memberikan masukan-masukan untuk perbaikan skripsi ini serta sangat mendukung penulis untuk terus maju dan tidak boleh takut menghadapi persoalan-persoalan yang ada saat penyusunan skripsi ini.

Bapak Gani Bazar, S.H., M.H., selaku anggota komisioner Komisi Informasi Provinsi Lampung di bidang Penyelesaian Sengketa Informasi yang sudah meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian dan memberikan data-data yang sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Administrasi Negara Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H., Bapak Agus Triono, S.H.,M.H., Bapak Soedirman Mechsan, S.H., M.H., Bapak Dr. Tisnanta, S.H., M.H., Bapak Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H., Ibu Eka Deviani, S.H,. M.H. terima kasih telah membantu mengajarkan begitu banyak ilmu dan wawasan baru kepada Penulis;

Pak Marlan, Pak Misio dan Ibu Hera yang telah menjadi teman ngobrol ketika menunggu dosen dan membantu penulis menyelesaikan urusan administrasi;

Teman-teman, adik-adik serta kakak-kakak Forum Silaturahim dan Studi Islam (FOSSI) FH Unila, yang telah menjadi keluarga kecil penulis selama kuliah, bisa menjadi bagian dari kalian sungguh pengalaman yang benar-benar berharga;


(16)

Cecunguk kampus yang tersayang sekaligus sahabat tarbiyah, Winda Yunika, S.H., Cicha Deswari, S.H., Adenty Novalia, S.H., Malicia Evendia, S.H.,Yenni Kustanti, S.H., terimakasih untuk kebersamaannya melewati sukaduka selama hampir 4 tahun ini, menjadi pundak-pundak yang begitu nyaman untuk disandarkan ketika beban dirasa tak tertahankan. Syukur kepada Allah SWT telah dipertemukan dengan kalian sejak beberapa tahun terakhir. Semoga kita semua bisa dipertemukan ditempat terbaik nantinya, entah itu di dunia ataupun diakhirat, you are my best friends;

Untuk Yuniar Wike Wulandari, yang telah bersedia memberikan semangat, motivasi dan menjadi tempat curhat terbaik selama hampir 4 tahun terakhir, tempat berteduh ketika masalah-masalah berundung datang tak kerkendali, Teman yang selalu mengerti di setiap keadaan, maaf sering menyusahkan, kebaikan mu tak kan pernah terlupakan, semoga Allah membalas segala kebaikan mu dengan butiran amal yang tak tergantikan. Aamiin. thanks dear ;

Seseorang yang dingin namun mengayomi yang selalu mengerti sifat-sifat penulis sebagai perantara Allah SWT yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik, senang bisa mengenal kamu, semoga nama mu yang tertulis di Lauhul Maghfush ku dan kelak Allah menjadikan kita satu dalam ikatan pernikahan (Aamiin);

Mba Tri Agus Fajar Dini, dan mba Alifah Zahroh, yang telah mengingatkan untuk selalu istiqomah, “Aku mencintai kalian karena Allah SWT”;


(17)

Rekan-Rekan KKN Desa Kedaton Kec. Kasui Kab. Way Kanan, Dian (kordes), Annisa Prima CH, S.H., Helda, S.H., Ricky Adiguna, S.H, Mardiyah Hayati, S.Si., Bambang, Komet, Wayan, Cindy, terima kasih atas doanya, pengalaman tak terlupakan selama 40 hari bersama kalian akan selalu ada ;

Kedua orang tua yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis, Hera Wati (mamah) dan (Alm) Insani M (papah), yang telah menjadi orangtua terhebat di dunia, meski tidak paham apa itu skripsi dan bagaimana proses pengerjaannya. “Terima kasih banyak ya mamah dan papah, atas segala dukungannya selama ini. Mamah adalah wanita terhebat yang pernah ku temui di dunia,tanpa kenal lelah memberikan nasihat, mengerti keegoisan ku, Membiayai semua kebutuhanku, terima kasih untuk segala kasih sayang tanpa batas yang kau beri. Papah adalah sosok yang selalu mendukung ku dan membuatku merasa ada dan bisa, bahkan aku belum sedikitpun memberimu kebahagian dan kebanggaan sampai Allah memanggilmu kembali ke sisi Nya. Maaf masih hanya bisa menjadi beban kalian, tapi percayalah selalu ada bagian diri ini yang tidak pernah berhenti berjuang untuk membahagiakan kalian. Gelar ini untuk kalian. Semoga papah di beri tempat terbaik disisiNya dan Semoga mamah selalu sehat sehingga yunda bisa selalu berusaha menjadi kebanggaan dan alasan di balik senyuman mamah dan papah. Aamiin. ;

Adik-adik tersayang, Putri Dasena Insani, Dewa Satria Insani dan Eko Santri Wijaksono, terima kasih telah menjadi inspirasi penulis untuk selalu berusaha menjadi yunda yang baik. Semoga kalian tumbuh menjadi orang-orang


(18)

yang hebat, yang selalu bisa menjadi kebanggaan keluarga, Besar harapan bisa menjadi salah satu orang yang ada di balik kesuksesan dan kebahagiaan kalian.

Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT mencatat dan mengganti semuanya sebagai amal sholeh. Sangat penulis sadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Sedikit harapan semoga karya kecil ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Almamater tercinta...

Bandar Lampung, 08 Mei 2013 Penulis,


(19)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan ruang Lingkup B.1 Permasalahan ... 4

B.2 Ruang Lingkup. ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

C.1 TujuanPenelitian ... 4

C.2 KegunaanPenelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pelaksanaan ... 6

B. Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Provinsi ………... 9

C. Komisi Informasi Publik C.1 Pengertian Informasi Publik ... 13

C.2 Pengertian Komisi Informasi Publik ………... 16

C.3 Jenis-Jenis Informasi Publik ……….. . 17

C.4 Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Publik ... 19

C.5 Asas-AsasKeterbukaan Informasi Publik ……… 20

D. Prinsip Pemerintahan Yang Baik ... 21

D. 1 Prinsip Pemerintahan Yang Baik ……….... 22


(20)

A. Pendekatan Masalah ... 27

B. Data dan Sumber Data Hukum ... 28

C. Metode Pengolahan dan Pengumpulan Data ... 30

C.1 Metode Pengumpulan Data ... 30

C.2 Metode Pengolahan Data ... 30

D. Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum ... 32

B. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung B.1. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik ... 40

B.1.1 Mediasi……… . 40

B.1.2 Ajudikasi……….. 41

B.2. Penetapan Kebijakan Umum Pelayanan Informasi Publik ... 56

B.3. Penetapan Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis ... 60

C. Faktor Penghambat Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung ……… 61

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA


(21)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur :

Asshiddiqie, Jimly.2005. Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi. Konstitusi Press. Jakarta

Eko P, Dessi, dkk. 2012. Penafsiran Atas Pengecualian Dalam Hak Atas Informasi: Pengalaman di Indonesia dan Negara Lain. Centre For Law and democracy. Jakarta.

Hadjon, Philipus M. 2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Indroharto.1994.Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku II : Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Juniardi. 2012. Hak Anda Mendapatkan Informasi. Indepth Publishing, Bandar Lampung

Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Rachmadi,F. 1990. Perbandingan Sistem Pers di Berbagai Negara. PT. Gramedia. Jakarta.

HR., Ridwan. 2010. Hukum Administrasi Negara.Rajawali Pers. Jakarta.

Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti.2010 Teoridan Praktik Penelusuran Informasi. Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Soekanto,Sarjono.1990.Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta. Sarundajang. 2011. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah: Upaya Mengatasi


(22)

Wahid, Abdul. 2010“Quick Count: Hak Atas Informasi atau Pembohong Publik” artikel dalam Jurnal Konstitusi. Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta.

Zulkarnain, dkk. 2006 Menggagas Keterbukaan Informasi Publik: Upaya Kolektif Berantas Korupsi, Malang Corruption watch.Jakarta.

Universitas Lampung.2009. Format penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.Bandar Lampung.

B.PeraturanPerundang-undangan

Undang-undangDasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Peraturan Komisi Informasi No 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik

Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Penyelesaian Sengketa Informasi Pelayanan Publik


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana yang diamanatkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sebagaimana negara hukum, keterbukaan informasi juga harus tetap menjunjung tinggi aturan hukum yang berlaku di indonesia. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Karena itu kebebasan memperoleh informasi adalah hak setiap orang yang wajib dihormati. Karena jika tidak, maka akan menimbulkan suatu akibat yang tidak sesuai aturan-aturan dalam menyampaikan keterbukaan informasi kepada publik.

Memperoleh dan mengakses informasi merupakan hak asasi manusia, maka keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Dengan adanya keterbukaan informasi publik bisa menjadi sarana dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik selain sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi.


(24)

yang berkaitan dengan kepentingan publik. Sebagai adanya jaminan kepatian hukum dalam setiap kebijakan administrasi negara harus dituangkan dalam suatu peraturan perundang-undangan yang berwujud Hak Asasi Manusia (selanjutnya di sebut HAM).

Dasar hukum yang menyatakan bahwa hak memperoleh informasi merupakan suatu HAM diatur dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak

berkomunikasi dan memeperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang

tersedia.”

Amanat undang-undang tersebut yang melatar belakangi dibuatnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya di sebut UU KIP). Dibuatnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tersebut bertujuan agar masyarakat bisa berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara memberikan saran atau ide kepada pemerintah mengenai program yang disusun.

Seiring berjalannya waktu, keterbukaan informasi publik juga mencuatkan permasalahan baru. Keterbukaan informasi juga menjadikan lahirnya sengketa antara pemberi informasi dan juga badan dan/atau individu yang memperoleh informasi. Selain itu banyak badan dan/atau individu yang belum memahami tata cara memperoleh informasi, oleh karena itu untuk


(25)

Pembentukan lembaga independen Komisi Informasi tidak hanya di pemerintah pusat saja tetapi juga pemerintah provinsi. Oleh karena Lampung merupakan salah satu bagian dari provinsi Indonesia maka Provinsi Lampung juga mendirikan Komisi Informasi Provinsi Lampung yang bertujuan untuk subjek pembangunan, berperan serta dalam setiap sektor pembangunan yang terus didorong agar optimal dalam hal mewujudkan adanya keterbukaan atau transparansi informasi publik.

Keberadaan Komisi Informasi Provinsi Lampung secara teoritis harus mampu meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat akan pentingnya keterbukaan informasi publik sebagaimana dijamin oleh undang-undang, sekaligus masyarakat memahami pemberlakuakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Selain itu, memahami hak memperoleh informasi publik yang diperlukan, memahami beberapa informasi yang dikecualikan, dan memahami bagaimana penyelesaian sengketa terhadap persoalan atau konflik informasi publik. Komisi Informasi Provinsi Lampung selayaknya harus mampu mengajak lembaga publik baik pemerintah maupun non pemerintah di Provinsi Lampung untuk secara bersama-sama sebagai stake holder agar memiliki tanggung jawab yang sama dalam mewujudkan transparansi informasi publik di Provinsi Lampung. Oleh karena itu Komisi Informasi Provinsi Lampung harus terus melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai jembatan antara badan dan/atau individu yang memperoleh informasi dan juga pemberi


(26)

internal maupun eksternal KI.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan B. 1. Permasalahan

a. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung?

b. Bagaimana faktor penghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung?

B. 2. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung yang sesuai dengan tata peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, implementasi atau penerapan tugas dan fungsi Komisi Informasi tersebut, serta faktor penghambat dalam pelaksanan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian C. 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara jelas pelaksanaan mengenai tugas dan fungsi Komisi Informasi provinsi Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi provinsi Lampung.


(27)

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Hukum administrasi Negara dalam lingkup pelayanan publik khususnya dalam bidang Keterbukaan Informasi Publik.

b. Kegunaan Praktis

1) Sumbangan pemikiran, bahan bacaan, dan sumber informasi serta bahan kajian lebih lanjut bagi Komisi Informasi dalam menjalankan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan saran kepada Komisi Informasi Publik.

3) Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi bagi pembaca dan masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai betapa pentingnya keterbukaan informasi publik.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pelaksanaan

Pengertian pelaksanaan adalah untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka haruslah ada pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Santoso Sastroperto sebagai berikut:“pelaksanaan diartikan

sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan

rencana atau program dalam kenyataannya.”

Selanjutnya Charles D. Jones dalam Silalahi mengemukakan mengenai

pelaksanaan atau implementasi yakni “konsep dinamis yang melibatkan secara

terus menerus usaha-usaha yang mencari apa yang dilakukan, mengatur

aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pendapat suatu program kedalam dampak.”

Berbeda halnya dengan pendapat Parlata Westa, dkk yang menyatakan bahwa:

”implementasi atau pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan


(29)

Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti buatan, sifat, dan akhiran-kan yang berfungsi membentuk kata benda menjadi pelaksana. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan batasan mengenai pelaksanaan tersebut dengan terlebih dahulu mengemukakan pengertian pelaksanaan adalah

“pelaksana adalah orang yang mengerjakan atau melakukan rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan

rancangan.”

Berdasarkan batasan dikemukakan oleh Poerwadarmita diatas, maka dapat dibedakan antara pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana. Jadi dengan demikian kedua pengertian tersebut diatas mempunyai arti yang berbeda. Namun keduanya berasal dari kata laksana.

Sedangkan pengertian pelaksana menurut The Liang Gie sebagai berikut:“usaha -usaha yang dijalankan untuk melaksankan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

yang diperlukan, dimana pelaksanaannya.”

Kata pelaksanaan juga memiliki maknayang sama dengan implementasi. Syukur Abdullah mengemukakan definisi implementasi sebagai berikut:“implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan. Langkah-langkah startegs maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu


(30)

Definisi diatas menunjukkan bahwa implementasi atau pelaksanaan merupakan aspek operasional dan rencana atau penerapan berbagai progran yang telah disusun sebelumnya, mulai dari penetepan sampai hasil akhir yang dicapai sebagai tujuan semula. Lebih lanjut, beliau mengemukakan bahwa didalam mengimplementasikan atau melaksanakan suatu program yang dipandang sebagai suatu proses. Ada 3 (tiga) unsur utama dalam pelaksanaan yaitu: adanya program yang dapat menjadi ukuran utama dalam melaksanakan kegiatan target grup yaitu kelompok yang menjadi sasaran daripada program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah serta unsur-unsur pelaksanan yaitu pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program yang dibuat.

Faktor pelaksanaan menjadi menempati posisi yang paling penting dalam menentukan keberhasilan suatu program untuk diwujudkan. Maka dalam proses kegiatan menurut Bintoro perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:

1. Perlu ditetapkan secara jelas siapa atau badan/lembaga mana secara fungsional akan diserahi wewenang mengkoordinasi program dalam suatu sektor;

2. Perlu memperhatikan penyusunan program pelaksanaan yang jelas dan baik. Dalam program pelaksanan itu, dasar prinsip fungsional perlu dituangkan kedalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan ditaati oleh semua pihak yang terlibat dalam hubungan pelaksanaan program tersebut;


(31)

jawab dan koordinasi yang jelas;

4. Perlu diusahakan koordinasi melalui proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan pembiayaannya.

B. Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Provinsi

Komisi Informasi adalah sebuah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya termasuk menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan ajudikasi non-litigasi yang untuk pertama kalinya berkerja mulai tanggal 1 Mei 2010 akan mulai diberlakukannya Undang Undang nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Oleh karena penyelesaian sengketa merupakan tugas dan pelaksanaan Komisi Informasi Provinsi Lampung, maka penyeleseaian sengketa yang dilakukan.

Tugas dan Fungsi pelaksanaan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana sudah ditetapkan oleh Komisi Informasi. Dalam Pasal 2 Perki No. 1/2010 dijelaskan bahwa tujuan dibuatnya petunjuk pelaksana adalah:

1. Memberikan standar bagi Badan Publik dalam melaksanakan pelayanan Informasi Publik;

2. Meningkatkan pelayanan Informasi Publik di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan Informasi Publik yang berkualitas;


(32)

4. Menjamin terwujudnya tujuan penyelenggaraan keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

Standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud pada Perki No. 1/2010 ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

1. potensi bahaya dan/atau besaran dampak yang dapat ditimbulkan; 2. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat

umum maupun pegawai Badan Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik tersebut;

3. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi; 4. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan; 5. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;

6. pihak-pihak yang wajib mengumumkan informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum; 7. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi; 8. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau

pihak-pihak yang berwenang dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.

Komisi Informasi juga menetapkan petunjuk teknis dalam penyelesaian sengketa informasi publik yang terdapat dalam Pasal 3 Perki No. 2/2010 yaitu:

1. Komisi Informasi berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi.


(33)

a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau

b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.

3. Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan karena salah satu atau beberapa alasan berikut:

a. Tidak disediakannya informasi berkala yang wajib diumumkan Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;

b. tidak ditanggapinya permohonan informasi;

c. permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang

dimohonkan;

d. idak dipenuhinya permohonan informasi; e. pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau

f. penyampaian informasi yang melebihi jangka waktu berdasarkan ketentuan peraturan undang-undangan yang berlaku.


(34)

a. penolakan atas permohonan informasi berdasarkan alasan pengecualiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; atau b. Pemohon informasi publik telah menempuh upaya penyelesaian

sengketamelalui mediasi namun proses mediasi gagal atau salah satu/para pihak menarik diri dari proses mediasi.

Dalam menjalankan tugasnya Komisi Informasi memiliki wewenang sesuai dengan wilayah yuridiksinya masing-masing antara lain:

a. Memanggil dan/atau mempertemukan para pihak yang bersengketa; b. Meminta catatan atau bahan yang relevan yang dimiliki oleh badan publik terkait untuk mengambil keputusan dalam upaya menyelesaikan sengketa informasi publik;

c. Meminta keterangan atau menghadirkan pejabat badan publik ataupun pihak yang terkait sebagai saksi dalam penyelesaian sengketa informasi publik;

d. Mengambil sumpah setiap saksi yang didengar keterangannnya dalam ajudikasi nonlitigasi penyelesaian sengketa informasi publik; dan

e. Membuat kode etik yang diumumkan kepada publik sehingga masyarakat dapat menilai kinerja Komisi Informasi;

Kewenangan Komisi Informasi Pusat dapat meliputi kewenangan penyelesaian sengketa informasi publik yang menyangkut badan publik pusat dan badan publik


(35)

laporan tentang pelakasanaan fungsi, tugas, dan fungsi wewenangnya kepada DPR RI, sedangkan Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/Kota bertanggungjawab kepada Kepala daerah masing-masing dan menyampaikan laporan lengkap tentang pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenangnya kepada DPRD setempat, laporan lengkap bersifat umum dan terbuka. Komisi Informasi dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang.

C. Komisi Informasi

C.1 Pengertian Informasi Publik

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun secara non elektronik. 1 Sedangkan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan atau diterima suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya sesuai dengan UU.2

Sementara lembaga negara Nasional Institute Of Standards and Technology (NIST) Amerika Serikat, yang menyebutkan: “Information means any communication or representation of knowledge such as facts or data, in any medium or form, including textual, numerical, graphic, cartographic, narrative,

1

Pasal 1 angka (1) UU No. 14/2008

2


(36)

tempat maupun bentuk termasuk tekstual, angka, grafik, kartografi, narasi atau aneka bentuk audivisual.3

Pemenuhan hak atas kebebasan memeperoleh informasi publik merupakan salah satu indikator dianutnya konsepsi negara hukum sekaligus demokrasi yang bercirikan pengakuan atas hak asasi. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam konsep negara hukum yang demokratis (democratische rechstaat)atau negara demokrasi berdasarkan hukum, salah satu ciri pokoknya adanya pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ini mengandung makna hak atas kebebasan memperoleh informasi publik mutlak dijamin sebagai bagian dari hak asasi manusia.4

Informasi publik harus dinyatakan terbuka untuk umum. Selain atas dasar pemikiran bahwa informasi tersebut adalah milik publik. Hal itu juga memperimbangkan makna yang sangat besar dalam prinsip demokrasi dan civil society. Namun harus digaris bawahi tidak semua informasi tertentu yang memang tidak dapat diakses dipublik. Ada informasi-informasi tertentu yang memang tidak dapat diakses dipublik. Informasi yang tidak diakses dipublik yaitu informasi yang apabila dibuka akan mengganggu proses penegakan hukum, merugikan perlindungan hak atas hak dan kekayaan intelektual dan persaingan usaha sehat, membahayakan pertahanan dan keamanan nasional, mengganggu

3 Lihat dalam Abdul Wahid, “Quick Count: Hak Atas Informasi atau Pembohong Publik” artikel

dalam Jurnal Konstitusi Volume 6, Nomor 3, September 2009 diterbitkan oleh (Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI, 2010)

4

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), hal. 298-299.


(37)

Adapun informasi yang wajib diumumkan secara berkala berdasarkan UU KIP dalah meliputi:

a. Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. Informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta adalah suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. Kewajiban menyebarluaskan informasi publik ini disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyrakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.5

Urgensi dalam penyebaran informasi dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi tentang program pembangunan masyarakat adalah pers. Kemampuan pers untuk menyampaikan informasi kepada sejumlah khalayak dalam waktu singkat tidak diragukan lagi. Pers atau surat kabar yang berfungsi sebagai penyebar informasi dapat berperan dalam penyampaian kebijakan dan program pembangunan kepada masyarakat, disamping itu, masyarakat juga dapat menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi dan berpendapat serta kritik.6

C.2 Pengertian Komisi Informasi Publik

5

Pasal 10 UU No. 14/2008

6

F. Rachmadi, Perbandingan Sistem Pers di Berbagai Negara, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), hal. 1.


(38)

Untuk menjalankan fungsinya, Komisi Informasi menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik. Komisi ini juga bertugas menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, masa kerja Komisi Informasi adalah selama 4 (empat) tahun. Sebagai lembaga yang relatif baru, Komisi Informasi Publik menyusun rencana strategis untuk penguatan kelembagaan dan penetapan prioritas kerja. Dalam rencana strategis tersebut, Komisi Informasi merancang tahapan perkembangan dan komposisi kerja.

Komisi Informasi melakukan kegiatan penguatan kelembagaan internal relatif lebih banyak dalam penyusunan regulasi. Bentuk pelayanan antara lain membantu penyelesaian sengketa dan memberikan konsultasi bagi badan publik. Sedangkan penyusunan berbagai regulasi pendukung bertujuan untuk memperkuat fungsi pelayanan Komisi Informasi berdasarkan kebutuhan internal dan eksternal lembaga.

Mengingat pentingnya implementasi rencana kerja agar berjalan optimal, maka Komisi Informasi membagi kegiatan dalam bidang kerja, yakni:

a. Bidang Penyelesaian sengketa; b. Bidang Kelembagaan;


(39)

serta menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang tersebut. Dalam penyelesaian sengketa, Komisi Informasi bertindak sebagai eksternal review yang bertugas menerima pengaduan pada tahap kedua. Eksternal review dilaksanakan apabila pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan informasi tidak menjalankan tugasnya dengan baik.7

Anggota Komisi Informasi Pusat terdiri dari 7 (tujuh) orang yang mencerminkan unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Sedangkan anggota Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten, dan Kota berjumlah 5 (lima) orang yang mencerminkan unsur pemerintahan dan unsur masyarakat.8

C.3 Jenis-Jenis Informasi Publik

a. Informasi ilmiah, yaitu rekaman informasi yang dirancang secara khusus atau yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah dan penelitian untuk pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) membutuhkan informasi, sekaligus menghasilkan informasi. Sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan Iptek yang sangat cepat dewasa ini, maka informasi pun menjadi berkembang sangat cepat hingga orang sering mengatakan adanya ledakan pengetahuan menimbulkan ledakan informasi.

b. Informasi sekunder adalah informasi yang bertujuan untuk membuka informasi primer. Ia bukan dihasilkan dari sumber pertama yang

7

Juniardi, Hak Anda Mendapatkan Informasi, (Jakarta: Indepth Publishing, 2002), hal:15.

8


(40)

c. Informasi tersier yaitu keterangan atau tulisan dari sumber tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelususri sumber-sumber informasi sekunder.9

Pasal 1 ayat (2) Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik .

Jenis Informasi berdasarkan status dan prosedur penyampaian Informasi yang dikecualikan (Pasal 17), karena memiliki konsekuensi , yaitu : Dapat menghambat proses penegakan hukum , dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat , dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, dapat mengungkapkan kekayaan alam RI, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri, dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang, dapat mengungkap rahasia pribadi (misal rekaman medik). Memorandum atau surat antar Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan, Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-undang .

9

Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi, (Peranada Media, Jakarta: 2010) hal. 5-9.


(41)

Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik; b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan . (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali . (4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. (5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi . Cakupan Kedalaman Penyampaian ? Standar Prosedur Operasi (Badan Publik) Peraturan Komisi Informasi tentang Standar Layanan Informasi.

C.4 Tugas dan Fungsi Komisi Informasi

Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) , yaitu:


(42)

yang diajukan oleh setiap pemohon informasi publik berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini;

b. Menetapkan kebijakan umum pelayanan informasi publik; c. Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Adapun tugas dari Komisi Informasi adalah:

a. Menetapkan prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi;

b. Menerima, memeriksa, dan memutuskan sengketa informasi publik daerah selama Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota belum terbentuk; dan

c. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya berdasarkan undang-undang ini kepada presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia setahun sekali atau sewaktu-waktu jika diminta.

Tugas dari Komisi Informasi Provinsi adalah menerima, memeriksa, dan memutuskan sengketa-sengketa informasi publik di daerah melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

C.5 Asas Keterbukaan Informasi Publik

Akses maksimum dengan pengecualian terbatas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang disusun dalam Pasal 2 yaitu:


(43)

b. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas .

c. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan UndangUndang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya. Terbuka Bireaucratic secrecy Political secrecy Dikecualikan (Pasal 17) Genuine secrecy Uji konsekuensi & uji kepentingan publik.

B. Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Government)

Tata pemerintahan yang baik atau good governance dewasa ini sedang menjadi acuan dalam mencapai cara perbaikan birokrasi sesuai dengan tuntutan reformasi. Miftah Thoha berpendapat bahwa tata pemerintahan yang baik itu merupakan sebuah konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara teratur dalam ilmu politik, terutama ilmu pemerintahan dan administrasi publik. Konsep itu lahir sejalan dengan konsep-konsep dan triminologi demokrasi yaitu masyarakat madani (civil society), partisipasi rakyat, dan hak asasi manusia serta pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.10

10

Sarundajang, Birokrasi Dalam Otonomi Daerah: Upaya Mengatasi Kegagalan, (Jakarta: Kasta Hasta Pustaka, 2011), hal. 205.


(44)

Prinsip utama tata pemerintahan yang baik adalah:

a. Akuntabilitas (pertanggungan) politik dan pertanggungan publik. Pertanggungan politik yakni adanya mekanisme penggantian pejabat atau penguasa secara berkala, tidak ada usaha membangun monoloyalitas secara sistematis, dan adanya definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah kerangka penegakan hukum. Berbeda halnya dengan pertanggungan publik yakni adanya pembatasan dan pertanggungjawaban tugas yang jelas. Akuntabilitas merujuk pada pengembangan rasa tanggung jawab publik bagi pengambil keputusan di pemerintahan, sektor privat dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana halnya kepada pemilik (stakeholder). Khusus dalam birokrasi, akuntabilitas merupakan upaya menciptakan sistem pemantauan dan mengontrol kinerja, kualitas, inefisiensi, dan perusakan sumber daya, serta transparansi manajemen keuangan, pengadaan, akunting, dan dari pengumpulan sumber daya. b. Transparansi (keterbukaan) dapat dilihat 3 (tiga) aspek, yaitu:

1) Adanya kebijakan terbuka terhadap pengawasan;

2) Adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah;

c. Berlakunya prinsip check and balances antar lembaga eksekutif dan legislatif.

d. Partisipasi dalam pengambilan kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, juga dapat dilihat padaketerlibatan masyarakat


(45)

e. Supremasi hukum aparatur birokrasi, berarti ada kejelasan dan predikitibilitas birokrasi terhadap sektor swasta; dan dari segi masyarakat sipil berarti ada kerangka hukum yang diperlukan untuk menjamin hak warga negara dalam menegakkan pertanggungjawaban pemerinta. Persyaratan konsep supremasi hukum adalah:

1) Supremasi hukum: setiap tindakan negara harus dilandasi hukum dan bukan didasarkan pada tindakan sepihak dengan kekuasaan yang dimiliki.

2) Kepastian hukum: disamping erat kaitannya dengan rule of law juga mensyaratkan adanya jaminan bahwa masalah diatur secara jelas, tegas, dan tidak duplikatif, serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya.

3) Hukum yang responsif. Hukum harus mampu menyerap aspirasi masyarakat.

4) Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif. Upaya yang mensyaratkan adanya sanksi, mekanisme menjalankan sanksi, serta smber daya manusia/penegak hukum yang memiliki integritas.

5) Independensi peradilan, yakni prinsip yang meletakkan efektivitas peradilan sebagai syarat penting perwujudan rule of law.

Dengan terpenuhinya prinsip good governancedalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional diharapkan upaya penataan


(46)

D.2 Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB) pertama kali dimunculkan oleh Komisi De Monchy pada tahun 1950 di Belanda. AAUPB dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang layak. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bagian kedua tentang asas penyelenggaraan pemerintahan Pasal 20 angka 1 dipaparkan tentang penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang terdiri atas:

a. Asas kepastian hukum adalah dalam rangka negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebiakan penyelenggaraan negara.

b. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.

c. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

d. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap


(47)

e. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.

f. Asas profesionalitas adalah adalah asas yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Asas efisensi. i. Asas efektifitas

Diluar dari hukum tertulis atau hukum formal ada asas hukum tidak tertulis yang menunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), yaitu:

a. Asas persamaan, bahwa hal-hal yang sama harus diperlakukan sama. b. Asas kepercayaan, menuntut supaya badan pemerintahan terikat pada

janjinya.

c. Asas kepastian hukum, adanya kepastian hukum pejabat administrasi negara dalam mengeluarkan segala keputusan.

d. Asas kecermatan, bahwa segala keputusan yang diambil harus dipersiapkan dan diambil dengan cermat.


(48)

f. Larangan penyalahgunaan wewenang, bahwa segala wewenang yang diberikan tidak boleh untuk tujuan lain.

g. Larangan bertindak sewenang-wewenang bahwa segala keputusan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian hukum secara filosofi berupaya mencari kebenaran hakiki dari setiap gejala yuridis yang ada dan fakta empiris yang terjadi.1 Peneltian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan dengan fakta-fakta atau data yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.2

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif-empiris.

1. Pendekatan normatif, adalah pengkajian terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

2. Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan

1

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 1.

2


(50)

B. Sumber Data dan Bahan Hukum

Sumber data dan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer diperoleh dari studi lapangan. Data primer dalam penulisan ini diperoleh dengan mengadakan wawancara, terutama mengenai Pelaksanaan dan hambatan Komisi Informasi Publik,yaiyu komisi informasi provinsi lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengadakan studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah, peraturan perundang-undangan, buku-buku, kamus, dan literatur lain yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun data sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


(51)

4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

5) PeraturanPemerintah No. 61 Tahun 2010 TentangPelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

6) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik

7) Peraturan Komisi Informasi Nomor 2Tahun 2010 tentang Prosedur penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganilisis serta memahami bahan hukum primer dan dapat membantu hukum primer seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum Tersier yaitu bahan-bahan lainnya yang berguna untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, buletin, majalah, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam peneltian ini.


(52)

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek peneltian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terbuka langsung pada pihak-pihak yang berkaitan dengan persoalan peran komisi Provinsi terhadap pelaksanaan hak memperoleh informasi bagi masyarakat Kota Bandar Lampung.

C.2 Metode Pengolahan Data

Setalah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga data yang didapat dipergunakan untuk menganilisis permasalahan yang diteliti pada umumnya dilakukan dengan cara:3

3


(53)

instansi yang berhubungan.

b. Seleksi data yaitu data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok bahasan dan mengutip data yang terdapat dari buku-buku dan isntansi yang berhubungan dengan pokok bahasan.

c. Klasifikasi data yaitu menetapkan data-data sesuai dengan ketetapan dan aturan yang telah ada.

d. Sistematika data yaitu penyusuunan data menurut tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan, dan bahan sehingga mudah untuk dianalisisnya.

e. Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sitematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dari datum yang bersifat khusus. D. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganilisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(54)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung Belum sepenuhnya berjalan dengan baik atau maksimal. Masih banyak persoalan atau hambatan baik dari segi internal Komisi Informasi Provinsi sendiri maupun dari segi eksternal yaitu badan-badan publik, Diskominfo selaku pemegang kesekretariatan KI, dan dukungan dari masyarakat. Tugas KI adalah Pertama, penyelesaian sengketa informasi publik dengan menggunakan proses mediasi dan ajudikasi-non litigasi. Kedua, menetapkan kebijakan umum pelayanan informasi publik dengan melakukan program namun pada pelaksanaannya hanya program penguatan kelembagaan dan program pelayanan informasi publik yang berhasil dilaksanakan oleh Komisi Informasi Provinsi Lampung. Ketiga, menetapkan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis, namun tugas ini belum terlaksana dengan baik.

2. Faktor penghambat yang dialami oleh Komisi Informasi Provinsi Lampung ada 3 (tiga),sekretariat Komisi Informasi Provinsi Lampung yang kurang memadai, sumber daya manusia (stakeholder), dan kurangnya sosialisasi mengenai UU 14/2008.


(55)

Lampung harus lebih menguatkan sistem kelembagaan dan menguatkan kerja sama antara masing-masing komisioner komisi informasi maupun lembaga-lembaga publik yang terkait pada pelaksanaan tugas dan fungsi komisi informasi supaya dapat berjalan dengan baik.

2. Komisi Informasi Pusat juga harus memberikan sosialisasi berupa pelatihan kepada anggota Komisi Informasi Provinsi agar kinerja serta tingkat keprofesionalitas anggota Komisi Informasi Provinsi terus meningkat.diskominfo selaku pemegang kesekretariatan komisi informasi juga harus lebih memperhatikan sumber daya manusia yang di berikan untuk membantu komisioner komisi informasi serta dana-dana yang diperlukan oleh komisi informasi baik nominal maupun proses pencairannya.


(1)

terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan keterbukaan informasi publik.

B. Sumber Data dan Bahan Hukum

Sumber data dan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer diperoleh dari studi lapangan. Data primer dalam penulisan ini diperoleh dengan mengadakan wawancara, terutama mengenai Pelaksanaan dan hambatan Komisi Informasi Publik,yaiyu komisi informasi provinsi lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengadakan studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah, peraturan perundang-undangan, buku-buku, kamus, dan literatur lain yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun data sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


(2)

3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

5) PeraturanPemerintah No. 61 Tahun 2010 TentangPelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

6) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik

7) Peraturan Komisi Informasi Nomor 2Tahun 2010 tentang Prosedur penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganilisis serta memahami bahan hukum primer dan dapat membantu hukum primer seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum Tersier yaitu bahan-bahan lainnya yang berguna untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, buletin, majalah, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam peneltian ini.


(3)

C. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan data C.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek peneltian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terbuka langsung pada pihak-pihak yang berkaitan dengan persoalan peran komisi Provinsi terhadap pelaksanaan hak memperoleh informasi bagi masyarakat Kota Bandar Lampung.

C.2 Metode Pengolahan Data

Setalah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga data yang didapat dipergunakan untuk menganilisis permasalahan yang diteliti pada umumnya dilakukan dengan cara:3

3


(4)

a. Identifikasi data yaitu mencari materi data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok bahasan yaitu buku-buku atau lietratur dan instansi yang berhubungan.

b. Seleksi data yaitu data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok bahasan dan mengutip data yang terdapat dari buku-buku dan isntansi yang berhubungan dengan pokok bahasan.

c. Klasifikasi data yaitu menetapkan data-data sesuai dengan ketetapan dan aturan yang telah ada.

d. Sistematika data yaitu penyusuunan data menurut tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan, dan bahan sehingga mudah untuk dianalisisnya.

e. Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sitematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dari datum yang bersifat khusus. D. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganilisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(5)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Provinsi Lampung Belum sepenuhnya berjalan dengan baik atau maksimal. Masih banyak persoalan atau hambatan baik dari segi internal Komisi Informasi Provinsi sendiri maupun dari segi eksternal yaitu badan-badan publik, Diskominfo selaku pemegang kesekretariatan KI, dan dukungan dari masyarakat. Tugas KI adalah Pertama, penyelesaian sengketa informasi publik dengan menggunakan proses mediasi dan ajudikasi-non litigasi.

Kedua, menetapkan kebijakan umum pelayanan informasi publik

dengan melakukan program namun pada pelaksanaannya hanya program penguatan kelembagaan dan program pelayanan informasi publik yang berhasil dilaksanakan oleh Komisi Informasi Provinsi Lampung.

Ketiga, menetapkan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis, namun tugas ini belum terlaksana dengan baik.

2. Faktor penghambat yang dialami oleh Komisi Informasi Provinsi Lampung ada 3 (tiga),sekretariat Komisi Informasi Provinsi Lampung yang kurang memadai, sumber daya manusia (stakeholder), dan kurangnya sosialisasi mengenai UU 14/2008.


(6)

B. Saran

1. Dalam menjalankan tugasnya diharapkan Komisi Informasi Provinsi Lampung harus lebih menguatkan sistem kelembagaan dan menguatkan kerja sama antara masing-masing komisioner komisi informasi maupun lembaga-lembaga publik yang terkait pada pelaksanaan tugas dan fungsi komisi informasi supaya dapat berjalan dengan baik.

2. Komisi Informasi Pusat juga harus memberikan sosialisasi berupa pelatihan kepada anggota Komisi Informasi Provinsi agar kinerja serta tingkat keprofesionalitas anggota Komisi Informasi Provinsi terus meningkat.diskominfo selaku pemegang kesekretariatan komisi informasi juga harus lebih memperhatikan sumber daya manusia yang di berikan untuk membantu komisioner komisi informasi serta dana-dana yang diperlukan oleh komisi informasi baik nominal maupun proses pencairannya.