PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH OLEH KOMISI B KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODE 2009-2014

(1)

RICKY WIKARDO RAHADIAN

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF THE SUPERVISION OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES COMMISSION B OF THE CITY BANDAR

LAMPUNG PERIOD 2009-2014

By AGUS TOMI

The purpose of this thesis is Writing to know about implementation by the Commission of legislative oversight function B in the city of Bandar Lampung period 2009-2014 and barriers as well as the efforts to overcome the obstacles in the implementation of legislative oversight function by the Commission B in the city of Bandar Lampung period 2009-2014. The research method used was the normative empirical, by doing field research and interviews to obtain data directly from the source of the first of the DPRD city of bandar lampung and research librarianship. Based on the research has been carried out, this research result indicates that the implementation of supervision by the commission in the city Bandar Lampung has not been conducted a period of 2009-2014 optimally because it still implementation supervision on certain subjects not against a whole fields duty Commission B city of Bandar Lampung and still pluge the participation of the people and the lack of a follow-up from the oversight. Then constraints in the implementation of supervision by the commission in the city of Bandar Lampung covering the period 2009-2014 factor DPRD city of Bandar Lampung, public participation and mass media and the local government. While effort to overcome constraints in the implementation of supervision is by holding trainings against member city of Bandar Lampung, communication (lobby) between fractions, hold approach personal to the regional governments burrow down related to the existing in society and optimalization expert.


(2)

RICKY WIKARDO RAHADIAN

ABSTRAK

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH OLEH KOMISI B KOTA BANDAR LAMPUNG

PERIODE 2009-2014

Oleh AGUS TOMI

Tujuan Penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 dan hambatan-hambatan serta upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014. Metode penelitian yang digunakan adalah normatif empiris yaitu dengan melakukan penelitian lapangan dan wawancara untuk memperoleh data langsung dari sumber pertama yaitu dari DPRD Kota Bandar Lampung dan penelitian kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 belum dilaksanakan secara optimal karena masih dilaksanakanya pengawasan terhadap bidang-bidang tertentu bukan terhadap keseluruhan bidang tugas Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung dan masih tersumbatnya partisipasi masyarakat serta lemahnya tindaklanjut hasil pengawasan. Kemudian hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 meliputi faktor DPRD Kota Bandar Lampung, partisipasi masyarakat dan media massa serta pemerintah daerah. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap anggota DPRD Kota Bandar Lampung, komunikasi (lobi) antar fraksi, mengadakan pendekatan personal kepada pemerintah daerah, menggali Informasi terkait masalah yang ada dalam masyarakat dan pengoptimalan tenaga ahli.


(3)

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH OLEH KOMISI B

DI KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODE 2009-2014

Oleh Agus Tomi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

(5)

(6)

-RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karta, Tulang Bawang Barat, pada Tanggal 13 Mei 1989, anak kedua dari lima bersaudara oleh pasangan Bapak Mat Yusup yang sangat penulis kagumi dengan Ibu Rosbaiti yang sangat penulis sayangi.

Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Waysido, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 02 Tumijajar, Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2005. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 01 Tumijajar, Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2008.

Pada Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2009 penulis melakukan konversi alih fakultas dari FKIP Unila ke Fakultas Hukum (FH) Unila dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Unila sejak tahun 2009. Selama kuliah penulis aktif diberbagai organisasi intra maupun ekstra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH Unila, UKMF Mahasiswa Pengkaji Masalah Hukum (UKMF MAHKAMAH) FH Unila, UKM Tenis Meja Unila, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Hukum dan HMI Cabang Bandar Lampung yang telah banyak memberikan penulis pengetahuan dan pengalaman


(7)

dan menjadi wahana bagi penulis dalam mengembangkan diri yang tidak didapatkan penulis dalam perkuliahan.

Pada tahun 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditempatkan di Kampung Curup Patah, Waykanan untuk mengabdi dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Selama mengikuti KKN banyak sekali pengalaman yang didapatkan penulis yang sangat bermanfaat ketika kelak penulis telah bercampur dan hidup bermasyarakat.


(8)

MOTO

Takutlah pada rasa takut itu sendiri, karena rasa takut membunuh kreatifitas dan intelegensi

-Cak Munir-

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS: AL-INSYIRAH: ayat 6)

Sebesar apa pun kesulitan, sesulit apa pun perjuangan, dan seberat apa pun cobaan, pasti ada jalan jikalau ada kemauan,

karena semua itu menjadikan hidup lebih berkesan. Doa, usaha, ilmu dan taqwa


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA , maka

dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku,

aku persembahkan sebuah karya ini kepada :

1.

Kedua orang tua ku, Papi dan Mami yang kuhormati, kusayangi dan kucintai,

terima kasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, kasih sayang untuk

keberhasilanku dan untuk semangat, nasihat dan do’a disetiap shalat dan

sujudnya. Tidak akan pernah terbalas dan tertebus jasa kalian yang telah merawat

dan membesarkan diriku. Hanya pengabdian dan keberhasilan lah janjiku untuk

memjadi orang yang berguna dan bermanfaat.

2.

Buat saudara ku, Wan Roli, Adik Ropi, Adek Andri dan Adek Tia, trimakasih banyak

atas doa dan dorongan bantuannya, semoga kita menjadi anak yang berbakti pada

orang tua dan berguna bagi bangsa dan agama serta kepada keluarga besarku

yang selalu mendoakan diriku dan kepada Pakmoy Yus, trimakasih telah banyak

membantu dan menasehati selama kuliah di FH Unila.

Saya persembahkan hasil jerih payahku ini kepada kalian semua yang ku cinta dan ku

sayang.


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B Di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Rudy, S.H., LL.M., LL.D., selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampungs sekaligus Pembahas I yang memberi saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.


(11)

3. Bapak Dr. Budiono, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ahmad Saleh, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Zulkarnain Ridhwan, S.H., M.H. selaku Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., Selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Para Dosen Bagian Hukum Tata Negara Khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Lampung umumnya yang telah memberikan bimbingan dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Para sepuh dan pendekar Gedung B: Pakde Marji, Mas Jarwo, Mas Pendi yang telah setia menjadi teman ngobrol sambil ngopi dan terus memberikan motivasi pada penulis, terimakasih atas waktu, saran dan ngobrol-ngobrol sambil ngopinya.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan atas bantuannya selama penyusunan skripsi ini.

10.Kepada Bapak Budiman AS, selaku Ketua DPRD Kota Bandar Lampung. Terimakasih atas partisipasi dan waktunya yang telah menjadi narasumber


(12)

serta memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

11.Buat keluarga besarku dan saudara-saudaraku: Orang tua, Wan Roli, Adek Ropi, Adek Andri, Adek Tia, Wanda, Adek Lian, Adek Heri, Ayuk Yana, Pak Moy Yus, Pak Tut Hasan dll yang dengan segala doa dan dukungan tiada hentinya terus memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak akan bisa saya hitung seberapa besar pengorbanan yang telah kalian berikan untuk saya.

12.Sahabat-sahabatku, senior dan dinda-dinda di FH Unila: Yoni Patriadi, Febri Kurniawan, Rio, Yan Kurniawan, Robby Juliantama, Zulqodri Anan, M. Martha Dinata, Aristo, Jaya, Bagus, Insan, Haves, Inggit, dll. Terimakasih atas kebersamaan dan persahabatannya.

13.Sahabat-sahabat hijau-hitam seperjuanganku: Mogin, Nico Noviansyah, M. Ruchiyat, Andri Sisnur, Novi Irawan, M. Maliki dan yang lain-lain yang telah membantu dan bekerjasama dalam persahabatan.

14.Sahabat setiaku: Arief Rahman Hakim dan Ahmad Fatoni trimakasih atas kebersamaan dan dinamika persahabatan, semoga kita tiga serangkai menjadi orang sukses dan bermanfaat, aminnn!!!

15.Keluarga Besar HmI Komisariat Hukum Unila, semuanya tanpa terkecuali. Trimakasih atas kebersamaan kalian.

16.Buat Mak Ita dan Yuk Ita yang sangat membantu selama kuliah, trimakasih sudah memberi keringanan untuk bisa ngutang dikala bokek dan banyak membantu meringankan beban keuangan, smoga tetap diberi kesehatan dan rizki, aminnn!!!


(13)

17.Buat seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping setiaku yang diberkahi dengan kelembutan hati dan akan bekerja sama dengan penulis dalam menyelami kehidupan yang disertai dengan kebaikan dan cinta kasih semoga ALLAH meridhoi amin.

18.Seragam Almamaterku tercinta yang sudah memberi banyak wawasan dan pengalaman berharga.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2013 Penulis


(14)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang...1

1.2.Rumusan Masalah...7

1.3.Ruang Lingkup...7

1.4.Tujuan Penelitian...7

1.5.Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9

2.1. Pemerintahan Daerah...9

2.1.1 Kepala Daerah...12

2.1.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)...14

2.1.2.1 Fungsi Pengawasan Oleh DPRD...25

2.1.2.2 Ruang Lingkup pengawasan DPRD...27

2.1.2.3 Pengawasan DPRD Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah...29

2.2Tinjauan Umum Tentang Pengawasan...31

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Pengawasan...31

2.2.2 Jenis-jenis Pengawasan...37


(15)

ii

BAB III METODE PENELITIAN...47

3.1 Tipe Penelitian...47

3.2 Pendekatan Penelitian...47

3.3 Jenis dan Sumber Data...48

3.4 Tehnik Pengumpulan Data...49

3.5 Metode Pengolahan Data...49

3.6 Analisis Data...50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...51

4.1 Gambaran Umum DPRD Kota Bandar Lampung...51

4.2 Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014...56

4.2.1 Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung...59

4.2.1.1 Proses Tahapan Aktivitas Pengawasan DPRD...59

4.2.1.2 Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung...60

4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014...70

4.3 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014...94

4.3.1 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B diKota Bandar Lampung Periode 2009-2014...94

4.3.2 Upaya Untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan Terhadap Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014...99


(16)

iii BAB V PENUTUP...101 5.1 Kesimpulan...101 5.2 Saran...103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi DPRD Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 ...51

2. Nama Anggota Komisi A DPRD Kota Bandar Lampung...53

3. Nama Anggota Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung...54

4. Nama Anggota Komisi C DPRD Kota Bandar Lampung...54

5. Nama Anggota Komisi D DPRD Kota Bandar Lampung...55

6. Laporan Kegiatan Komisi B DPRD Di Kota Bandar Lampung Tahun2010...70

7. Hasil Pengawasan/Rekomendasi Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2010...73

8. Laporan Kegiatan Komisi B Dprd Di Kota Bandar Lampung Tahun2011...77

9. Hasil Pengawasan/Rekomendasi Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2011...80

10. Laporan Kegiatan Komisi B Dprd Di Kota Bandar Lampung Tahun2012...83

11.Hasil Pengawasan/Rekomendasi Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2012...86

12.Intensitas Pengawasan Terhadap Bidang Tugas Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014...90


(18)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan ruang lingkup pengawasan DPRD...58 2. Bagan proses dan mekanisme pelaksanaan pengawasan

DPRD Kota Bandar Lampung...69 3. Statistik intensitas pengawasan Komisi B terhadap bidang tugasnya...91 4. Diagram persentase pengawasan Komisi B terhadap bidang tugasnya...92


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupatendan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan1 sebagaimana yang tertuang dalam pasal 18 (2) Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan terhadap otonomi daerah dalam hal kewenangan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijalankan dengan seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

1

Dalam ketentuan umum UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan:

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.


(20)

2 Sistem Pemerintahan Indonesia saat ini sedang berada di tengah masa transformasi2 dalam hubungan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan kabupaten/kota, yang mana pemerintahan daerah adalah merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di daerah.3 Pemerintah daerah secara penuh mengatur pelaksanaan rumah tangga dan mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam hal pelayanan umum kepada masyarakat di daerah.4 Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia.

Penyelenggarakan pemerintahan di daerah diperlukan perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga untuk menyelenggarakan jalannya pemerintahan di daerah. Perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga daerah tersebut merupakan gambaran dari sistem yang ada di pemerintahan pusat. Ketentuan konstitusional mengenai pemerintahan daerah terdiri dari unsur kepala daerah dan DPRD sebagaimana yang tertuang dalam pasal 18 UUD 1945. Dalam ketentuan tersebut diatur adanya unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari:

1. Kepala Daerah, dan

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)5

2

Dalam KBBI, Transformasi merupakan perubahan rupa (bentuk, sifat dan fungsi), Ebta Setiawan, Freware 2010

3 PrinsipDesentralisasi

yang mana dijelaskan dalam ketentuan umum UU No. 32 Tahun 2004, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

4

H.A.W. Widjaja. 2002.Otonomi Daerah Dan Daerah Otonomi. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 1.

5

Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia, Indepth Publishing, Bandar Lampung, 2012. Hlm. 52.


(21)

3 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.6

Hubungan antara kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan kewenangan dan fungsinya masing-masing hendaknya dijalankan secara optimal, maka penguatan DPRD dalam menjalankan fungsi perwakilan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah dengan tugas dan wewenang pengawasan DPRD sebagaimana diatur menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 42 ayat (1) huruf C:7

“DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan

program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah “

Dalam rangka fungsi pengawasan, tugas dan wewenang DPRD diatur juga pada pasal 344 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota8. Hal ini suatu penegasan mengenai tugas dan wewenang DPRD dalam kerangka pengawasan.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang paling intensif yang dapat dilakukan oleh lembaga DPRD. Fungsi pengawasan yang dijalankan DPRD dalam

6

Lihat ketentuan pasal 18 ayat (3) UUD 1945

7

Lembaran Negara Repulik Indonesia (LNRI) Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 3866.

8

Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2009 nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5043


(22)

4 konteks sebagai lembaga politik merupakan bentuk pengawasan politik yang lebih bersifat strategis dan bukan pengawasan teknis administrasi. Ini menunjukkan bahwa fungsi pengawasan yang diemban DPRD dalam tataran pengendalian kebijakan guna menciptakan check and balances. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kepada eksekutif substansinya adalah mengarah pada pengawasan politik atau kebijakan, yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.

Penulis dalam hal ini, mengambil objek penelitian di DPRD Kota Bandar Lampung dimana terjadi fenomena salah satu kebijakan pemerintah daerah

kenaikan tarif PBB mencapai 300% di Kota Bandar Lampung yang menimbulkan

polemik dan mendapatkan reaksi penolakan dari masyarakat, sehingga penulis tertarik untuk melihat dan mengkaji pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 dalam melaksanakan fungsi pengawasannya.

Pemerintah Kota Bandar Lampung menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 300 persen dari kebijakan penyesuaian NJOP (nilai jual obyek pajak). Kebijakan Pemkot Bandar Lampung menaikkan PBB hingga 300 persen ini menuai banyak protes seperti yang diberitakan oleh media massa Fajar Sumatera, rakyat bersama LSM di Kota Bandar Lampung menolak kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) di kisaran 300 persen. DPRD tak mau ketinggalan dengan reaksi kritisi terhadap kebijakan kenaikan PBB.9

Anggota Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Widarto mengakui, bahwa kebijakan kenaikan PBB tersebut tidak melalui mekanisme rapat dengan legislatif

9


(23)

5 setempat. Kami sendiri tidak tahu dengan kebijakan tersebut, apalagi kebijakan itu mendapatkan reaksi penolakan dari masyarakat.10

Hal senada juga disampaikan Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Budiman AS, Terus terang, kenaikan sampai 300 persen ini sangat tidak rasional, apalagi di tengah-tengah kondisi masyarakat saat ini yang kian terbebani kenaikan TDL (tarif dasar listrik), inflasi hingga 5 persen, dan belum lagi soal rencana kenaikan harga BBM. Kebijakan penyesuaian NJOP (nilai jual obyek pajak) PBB diputuskan sepihak oleh Pemkot Bandar Lampung tanpa melibatkan DPRD. Kami kaget dan mengetahui soal tarif PBB itu dinaikkan dari media. Selama ini, kami tidak dilibatkan dan diberi tahu. Dalam rapat pembahasan APBD 2013 pun pihak eksekutif tidak memberi tahu soal kebijakan itu untuk mendongkrak PAD (pendapatan asli daerah).11

Polemik ini menggambarkan lemahnya pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung sehingga kinerja DPRD Kota Bandar Lampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah dan sebagai lembaga aspirasi masyarakat haruslah berjalan optimal dalam menjalankan fungsi pengawasan baik dalam tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan kebijakan-kebijakan Daerah Kota Bandar Lampung.

Fenomena yang terjadi terhadap Kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandar Lampung ini maka, bagaimana kinerja DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan lembaga aspirasi masyarakat dengan

10Ibid.

fajar sumatera

11


(24)

6 fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, yang dalam hal penelitian ini adalah fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014 dapat dijalankan dengan optimal untuk mengawal penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menuju Pemerintahan daerah yang baik, demi kesejahteraan masyarakat.

Bedasarkan latar belakang yang penulis kemukakan dan dengan melihat polemik dari kebijakan kenaikan tarif PBB di Kota Bandar Lampung maka, penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014


(25)

7 1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014?

2. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014?

1.3Ruang Lingkup

Lingkup penelitian ini masuk dalam ranah keilmuan Hukum Tata Negara, dan penelitian ini hanya mencakup fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang disampaikan, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji secara lebih mendalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014.


(26)

8 1.5 Manfaat Penelitian

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan nilai dan hasil guna bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum mengenai fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014, serta hambatan-hambatan yang menjadi kendala dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

2. Manfaat praktis

a. Bagi DPRD, sebagai gambaran umum dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, serta model pengawasan yang efektif sesuai dengan kebutuhan agar menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung.

b. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan sehingga menciptakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik untuk kesejahteraan masyarakat Kota Bandar Lampung.

c. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung.


(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah, diatur dalam UUD 1945 BAB VI, pasal 18 yakni: “pembagian daerah indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan dan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan indonesia, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

Setelah adanya Amandemen terhadap UUD 1945, maka pengaturan tentang pemerintahan daerah menjadi:

BAB VI Pemerintahan Daerah, pasal 18 UUD 1945

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten/kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

2. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas atonomi dan tugas pembantuan.


(28)

10 3. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-angotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

6. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang.

Sebagaimana amanat UUD 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian atonomi luas tersebut kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keaneka ragaman daerah.

Dalam UUD 1945 pasal 20 (I) disebut, Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Menurut pasal tersebut bahwa Dewan


(29)

11 Perwakilan Rakyat adalah satu-satunya lembaga yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Sedangkan dalam pasal 18 (3) disebut, pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki dewan perwakilan rakyat daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Serta dalam ayat 6, disebutkan, pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menegaskan, kewajiban DPRD antara lain membina demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan demokrasi ekonomi, memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya. Hal ini juga dipertegas dengan kewajiban kepala daerah antara lain menghormati kedaulatan rakyat dan meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Dalam UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (2) disebutkan, pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagai mana dimaksud dalam UUD 1945. “Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara daerah”.

Jadi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah bahwa pemerintah daerah dan DPRD bersama-sama tapi dalam tugas dan fungsi yang berbeda. Perpaduan dan tugas dari pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD adalah merupakan wujud dari pada penyelenggaraan pemerintahan daerah. Maka


(30)

12 pemerintah daerah dengan DPRD harus dapat berfungsi sesuai tugas poko masing-masing sehingga terwujud pemerintahan daerah yang baik.

2.1.1 Kepala Daerah

Pada pasal 24 ayat 1 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 menyatakan bahwa “Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah”. Selanjutnya pada pasal 24 ayat 2 Undang-Undang No.32 tahun 2004 menyatakan bahwa kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.

Tugas dan wewenang Kepala Daerah adalah:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. mengajukan rancangan Peraturan Daerah;

c. menetapkan Peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan daerah tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.12

Kemudian pada pasal 27 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tertuang bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:

12

Dr. H. Sunaryo Siswanto, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hlm. 55


(31)

13 a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia. b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. Melaksanakan kehidupan demokrasi

e. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan f. Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah g. Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah

h. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang baik dan bersih

i. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan daerah

j. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah

k. Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah dihadapan Rapat Paripurna DPRD

Selain mempunyai kewajiban sebagaimana disebutkan di atas, kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Selain mengatur tentang tugas, wewenang, dan kewajiban kepala daerah, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 juga mengatur tentang larangan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 28 sebagai berikut :

a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, merugikan kepentingan umum, dan meresahkan sekelompok masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyarakat lain b. Turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik

negara, daerah, atau dalam yayasan bidang apapun.

c. Melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara langsung, maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan daerah yang bersangkutan


(32)

14 d. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerima uang, barang

dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya.

e. Menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain yang dimaksud dalam pasal 25 huruf f, yaitu mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

f. Menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, sebagai anggota DPRD sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

g. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, sebagai anggota DPRD sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.13

2.1.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Pergantian Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah didahului dengan pergantian undang-undang bidang politik, antara lain: UU nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu; UU nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD diperbaharui dengan UU nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD sebagaimana telah diganti menjadi Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah.

Dalam suasana reformasi maka Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 juga mengalami amandemen sebanyak empat kali ( tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002) dan khusus menyangkut pasal 18 tentang Pemerintah daerah mengalami perubahan dan penambahan isi yang cukup signifikan.

13


(33)

15 Sesuai dengan kondisi politik saat itu maka rumusan tentang kedudukan DPRD dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan mendasar. Hal itu terlihat dalam rumusan tentang pemerintahan daerah. Dalam rumusan pasal 3 ayat (1) UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan:

Pemerintahan Daerah adalah:

a. Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas Pemerintah Daerah provinsi dan DPRD provinsi.

b. Pemerintahan Kebupaten/Kota yang terdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota.

Lebih jauh dalam pasal 40 UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dirumuskan:”DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Untuk dapat menjadi calon anggota DPRD, sesuai UU nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu, Pasal 60, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Warga negara Republik Indonesia yang berumur 21 (dua puluh satu ) tahun atau lebih.

b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c) Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia d) Cakap berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia e) Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat

f) Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945

g) Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G-30-S/PKI atau organisasi terlarang lainnya

h) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap


(34)

16 i) Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang terlah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih j) Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dari

dokter yang berkompeten; dan k) Terdaftar sebagai pemilih.

Dilihat dari pasal diatas persyaratan untuk menjadi anggota DPRD dalam huruf e tentang pendidikan minimal dapat dikatakan terlalu rendah, hal ini ditakutkan anggota DPRD tesebut nantinya kurang dapat memahami seluk beluk pemerintahan daerah yang cukup rumit. Untuk calon anggota DPRD sebaiknya berpendidikan tingkat akademis.

1. Alat Kelengkapan DPRD

Jika merujuk pasal 46 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Pasal 36 PP No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD, alat kelengkapan DPRD terdiri dari pimpinan, badan musyawarah, komisi, badan legislasi daerah, badan anggaran, badan kehormatan dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.

a. Pimpinan DPRD

Pasal 41 PP No. 16 Tahun 2010 menerangkan Pimpinan DPRD mempunyai tugas:

a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua;

c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;

d. Menjadi juru bicara DPRD;

e. Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD;

f. Mewakili DPRD dalam berhubungan denganlembaga/instansi lainnya;


(35)

17 g. Mengadakan konsultasi dengan kepala daerah dan pimpinan lembaga/instansi vertikal lainnya sesuai dengan keputusan DPRD; h. Mewakili DPRD di pengadilan;

i. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. Menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan

k. Menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu.

b. Komisi

Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Mengacu pada fungsi dewan, ada tiga hal yang melekat padanya, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Fungsi-fungsi itu melekat pada tugas komisi selain alat kelengkapan dewan yang lain.

Tugas komisi berdasarkan pasal 49 PP No. 16 Tahun 2010 adalah: a. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan keputusan DPRD;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi;

d. Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh kepala daerah dan/atau masyarakat kepada DPRD;

e. Menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

f. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah; g. Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas

persetujuan pimpinan DPRD;

h. Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;

i. Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing-masing komisi; dan

j. Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas komisi.


(36)

18 Dalam fungsi pengawasan, komisi mempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi.

b. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah daerah. c. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan

Pengawas Daerah, BPK yang terkait dengan ruang lingkup tugasnya.

c. Badan Musyawarah

Badan musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada masa awal keanggotaan DPRD. Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan anggaran dan Fraksi. Badan Musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD. Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatanya adalah pimpinan badan musyawarah merangkap anggota. Susunan keanggotaan badan musyawarah ditetapkan dalam rapat paripurna. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris badan musyawarah bukan anggota. Badan musyawarah menurut ketentuan pasal 47 PP No. 16 Tahun 2010 mempunyai tugas:

a. Menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan peraturan daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya;


(37)

19 b. Memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;

c. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;

d. Menetapkan jadwal acara rapat DPRD;

e. Memberi saran/pendapat untuk memperlancar kegiatan; f. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan

g. Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan Musyawarah.

Berkaitan dengan tugas menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD, badan musyawarah menetapkan acara DPRD untuk satu masa sidang atau sebagian dari suatu masa sidang dan perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, serta jangka waktu penyelesaian suatu rancangan Perda dan penentuan besarnya kuota rancangan Perda yang dibahas oleh masing-masing alat kelengkapan dewan dengan tidak mengurangi hak rapat paripurna untuk mengubahnya.

d. Badan Legislasi

Badan Legislasi Daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap, dibentuk dalam rapat paripurna DPRD. Susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah setara dengan jumlah anggota satu komisi di DPRD yang bersangkutan. Anggota Badan Legislasi Daerah diusulkan


(38)

20 masing-masing fraksi. Badan Legislasi Daerah menurut ketentuan PP No. 16 Tahun 2010 bertugas:

a. Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD; b. Koordinasi untuk penyusunan program legislasi daerah antara

DPRD dan pemerintah daerah;

c. menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;

d. Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi dan/atau gabungan komisi sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD;

e. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah;

f. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;

g. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan h. Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD

baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

e. Badan Anggaran

Setiap lembaga atau organisasi pasti membutuhkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya begitu juga halnya DPRD Kota Bandar Lampung yang memiliki badan anggaran sesuai amanat peraturan perundang-undangan. Pasal 55 PP No. 16 Tahun 2010 menjelaskan badan anggaran memiliki tugas:

a. Memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD;

b. Melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka


(39)

21 pembahasan rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara;

c. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

d. Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan gubernur bagi DPRD kabupaten/kota bersama tim anggaran pemerintah daerah;

e. Melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh kepala daerah; dan

f. Memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD.

Dengan adanya badan anggaan akan mempermudah dan menunjang DPRD menjalankan fungsinya terutama fungsi anggaran dan pengawasan DPRD.

c. Kedudukan dan Fungsi DPRD

Kedudukan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan pasal 76 UU nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Sedangkan fungsi dari DPRD adalah:

a. Legislasi

b. Anggaran


(40)

22 Ternyata fungsi DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota diseragamkan. Hal ini dirinci lagi dalam penjelasan pasal 61 dan pasal 77 UU nomor 22 tahun 2003.

Yang dimaksud dengan fungsi legislasi adalah legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama Kepala Daerah. Adapun yang dimaksud dengan fungsi anggaran adalah fungsi DPRD bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkan APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD.

Penjelasan mengenai fungsi pengawasan adalah fungsi DPRD untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, APBD dan Keputusan Kepala daerah serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

d. Tugas Dan Wewenang DPRD

Tugas dan wewenang DPRD sesuai dengan isi pasal 42, Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah: a. Membentuk Peraturan Daerah (Perda) yang dibahas dengan kepala

daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap Perda dan Peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhantian kepala

daerak/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kebupaten/Kota.


(41)

23 e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan

jabatan wakil kepala daerah.

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

i. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Disebutkan juga bahwa selain tugas dan wewenang seperti diatas, DPRD mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam undang-undang lainnya.

e. Hak Dan Kewajiban DPRD

Dalam pasal 43 UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa DPRD mempunyai hak interpelasi, hak angket serta hak menyatakan pendapat. Yang dimaksud dengan hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Kepala Daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara.

Adapun yang dimaksud dengan hak angket adalah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan srategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. Pelaksanaan hak angket dilakukan setelah hak interpelasi dan


(42)

24 mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan dimabil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir.

Terakhir tentang hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau sebagai lembaga mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Dari penjelasan 3 hak DPRD ini menempatkan kepala daerah hanya

sekedar untuk mendengarkan ”uneg-uneg’ DPRD dan menjawab

dengan kalimat akan memperhatikan”. Hak ini tidak tegas dan tidak jelas apa akibat atau sanksi apabila kepala daerah tidak menjalankan saran atau rekomendasi DPRD.

DPRD juga mempunyai kewajiban dalam menjalankan tugasnya. Adapun Kewajiban DPRD sebagai berikut:

a. Mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Memperjuangkan uapaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

e. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

f. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan.


(43)

25 g. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada

pemilih dan daerah pemilihannya.

h. Menaati Peraturan Tata Tertib, Kode Etik dan Sumpah/janji Anggota DPRD

i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.14

2.1.2.1 Fungsi Pengawasan Oleh DPRD

Pengawasan (oleh DPRD) adalah istilah yang sering diucapkan oleh banyakorang. Pengawasan adalah sub fungsi penting dalam pengelolaan pemerintah daerah yang baik. Sebagaimana halnya dalam manajemen umum, pengeloalaan pemerintah setidaknya mempunyai 4 fungsi dasar, yakni: perencanaan, pegorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.

Dengan kata lain, perencanaan yang cermat, karakter kepemimpinan yang handal dan struktur organisasi yang rapi, tidak cukup menjamin pengelolaan pemerintah di daerah akan berlangsung efektif dan mencapai tujuan sesuai dengan rencana yag telah ditetapkan. Fungsi pengawasan dalam pemerintahan sangat diperlukan. Fungsi pengawasan yang baik akan menjamin proses pencapaian tujuan dari keseluruhan dan bagian-bagian dari rencana yang telah ditetapkan.

Fungsi pengawasan DPRD bukan saja merupakan sebuah proses untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh eksekutif agar berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ia juga merupakan sebuah proses untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah dan mungkin terjadi. Pengawasan yang baik selalu merupakan langkah pencegahan yang efektif terhadap penyimpangan dalam proses penyelenggaraan pemerintah.

14Ibid,


(44)

26 Fungsi pengawasan DPRD pada dasarnya adalah sebuah proses yang berkelanjutan, sistematis dan mengacu pada tahapan-tahapan yang relatif baku. Dalam konteks lembaga politik yang lebih bersifat strategis dan bukan administratif. Hal ini membedakan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dengan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah lainnya. Fungsi pengawasan DPRD lebih bersifat politis strategis menyangkut pencapaian tujuan pemerintahan dan pembangunan daerah secara umum. Seperti halnya fungsi pengawasan pada umumnya, fungsi pengawasan DPRD berdasar pada rencana yang dilengkapi dengan standar utuk menentukan sebuah kegiatan pemerintah daerah dikatakah ”berhasil”, ”gagal” atau ”menyimpang” dalam pelaksanaan rencana tersebut.

Fungsi pengawasan oleh DPRD biasanya dilakukan dengan dua cara, yakni formal dan informal. Fungsi pengawasan formal dilakukan melalui mekanisme dan jalur-jalur resmi. Fugnsi ini dilakukan melalui rapat koordinasi atau rapat evaluasi. Sedangkan cara informal dilakukan melalui jalur-jalur yang tidak resmi misalnya dialog dengan masyarakat, kunjungan ke lapangan dan interaksi langsung dengan masyarakat terutama pada masa-masa reses.

Dalam suatu pengawasan tentunya terdapat suatu pengawasan internal. Dalam lingkup pemerintah daerah, pengawasan internal secara keseluruhan merupakan tanggung jawab kepala daerah. Cakupan pengawasan yang menjadi kewenangan Kabupaten/kota diatur dengan Perda. Pengawasan tersebut dilakukan oleh suatu badan pemerintah yang dikenal dengan Badan Pengawas Daerah. Badan Pengawasan Daerah ini dalam melakukan pengawasan mempunyai hak sampai


(45)

27 dengan tingkat penyidikan sedangkan DPRD dalam melakukan pengawasan tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan. Jika dalam pengawasan oleh DPRD ditmukan penyimpangan, maka DPRD hanya bisa melaporkan penyimpangan tersebut kepada pihak yang berwenang.

Jika Bawasda merupakan lembaga pengawas internal, maka DPRD merupakan lemabaga pengawas eksternal yang dalam pelaksanaanya sebatas pemantauan saja. Akan tetapi walaupun DPRD tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk memberikan sanksi kepada eksekutif, setidaknya DPRD memiliki kekuasaan yang cukup kuat untuk meminta keterangan dangan pihak-pihak yang sekiranya dapat memberikan masukan dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan.15

2.1.2.2 Ruang Lingkup pengawasan DPRD

Sebagai salah satu lembaga publik paling penting di daerah, segala aktivitas DPRD harus terlaksana secara sistimatis dan terencana termasuk pelaksanaanfungsi dan tugas pengawasan. Bentuk pengawasan DPRD dapat dilihat dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah.

Untuk melaksanakan suatu pelaksanaan yang sistimatis, langkah-langkah utamanya harus jelas dan logis, tanpa langka kerja yang sistimatis dan terencana

15

Moch. Ichsan, Pengelolaan dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Danar Wijaya, Malang, 1997, Hal 136-137.


(46)

28 DPRD akan sulit melaksanakan fungsi pengawasanya. Secara umum ada 4 (empat) langka utama pengawasan yang dapat dilakukan DPRD.16

1. Pengawasan Politik Kebijakan

Lingkup pengawasan atau lokasi pada tingkat kebijakan adalah seluruh daerah atau lingkup kebijakan. Pengawasan pada lingkup politik kebijakan mencakup 2 (dua) hal. Pertama pengawasan DPRD diarahkan untuk menilai penerapan keefektivan berbagai peraturan perundang-undangan serta kebijakan operasional pokok baik dalam bidang pemerintahan maupun pembangunan. Pengawasan ini dilakukan untuk meninjau apakah berbagai bentuk kebijakan publik telah dilaksnakan sesuai dengan maksud yang telah ditentukan oleh mandat nasional dan daerah. Kedua pengawasan internal juga perlu dilakukan ketika DPRD melaksanakan fungsi-fungsi internalnya. Misalnya ketika merumuskan peraturan perundang-undangan. DPRD harus melakukan pengawasan internal agar Raperda yang sedang dibahas tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau perda lainnya.

2. Pengawasan Program Pemerintahan dan Pembangunan

Pelaksanaan pengawasan pada tingkat program dilakukan jika program tertentu dinilai menyimpang atau mempunyai dampak negative. Secara keseluruhan, pengawasan pada tingkat ini dilakukan jika pelaksanaan program tertentu dinilai bertentangan dengan kebijakan daerah atau nasional. Dengan pengawasan ini, DPRD dapat merumuskan rekomendasi

16


(47)

29 kebijakan apakah program pemerintahan dan pembangunan itu dapat dilanjutkan, diperbaiki atau dilanjutkan.

3. Pengawasan Proyek Strategis atau Vital

Lingkup pengawasan pada tingkat proyek mencakup proyek yang bermasalah atau bertentangan dengan standar atau kebijakan daerah dan nasional. Pada umumnya alas an pengawasan pada tingkat ini adalah adanya indikasi bahwa proyek tertentu yang dinilai strategis diindikasi merugikan daerah atau Negara.

4. Pengawasan Kasus-kasus Penting dan Strategis

Muatan dari pengawasan DPRD terhadap kasus adalah kegiatan social politik yang bertentangan dengan aspirasi atau kepentingan spesifik. Justifikasinya adalah kelompok masyarakat tertentu mengalami dampak negatif atau mungkin membahayakan. Pengawasan ini dilakukan dengan adanya keluhan atau protes dari public (masyarakat)

Langkah-langkah tersebut merupakan implementasi dari fungsi pengawasan DPRD, namun langkah-langkaah tersebut perlu lebih lanjut dirincikan dan dilembagakan dalam tata tertib DPRD atau sesuai dengan kesepakatan alat kelengkapan DPRD. Langkah-langhkah tersebut dapat meliputi : penentuan agenda pengawasan, persiapan lembaga-lembaga terkait, penyusunan laporan dan rekomendasi, serta perumusan tindak lanjut kegiatan pengawasan.


(48)

30 2.1.2.3 Pengawasan DPRD Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 41 bahwa DPRD Kabupaten/kota mempunyai fungsi:

a. Legislasi, b. Anggaran, c. Pengawasan

Disamping fungsi DPRD tersebut juga diatur mengenai tugas dan wewenang DPRD sebagaimana yang terdapat pada UU No. 32 Tahun 2004 pasal 42 ayat (1), yakni:

1. Membentuk perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama

2. Membahas dan menyetujui rancangan perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional didaerah

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota

5. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional didaerah

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah

8. Meminta laporan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

9. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah

10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah

11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

Dari tugas dan wewenang tersebut diatas, dimana yang berhubungan dengan pengawasan DPRD terdapat pada angka 3, 8, 10. Pengawasan DPRD sebagai


(49)

31 mana yang terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004, pasal 42 ayat (1) huruf c, adalah merupakan tugas dan wewenang DPRD, tugas dan wewenang DPRD tersebut untuk mengawasi:

“pelaksanaan perda, dan peraturan perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melakukan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional didaerah”.

2.2Tinjauan Umum Tentang Pengawasan 2.2.1 Pengertian Dan Tujuan Pengawasan

Dari sejumlah fungsi manajemen, pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian tujuan manajemen itu sendiri. Fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan baik. Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari baik kalangan masyarakat maupun di lingkungan perusahaan swasta maupun pemerintahan makna pengawasan ini agaknya tidak terlalu sulit untuk di pahami. Akan tetapi untuk memberi batasan tentang pengawasan ini masih sulit untuk di berikan.

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik17, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi”.18

Menurut seminar ICW pertanggal 30 Agustus 1970 mendefenisikan bahwa “ Pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk

17

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3 – cet. 1. Balai Pustaka. Jakarta. 2001.

18


(50)

32 memperoleh kepastian apakah suatu pelaksaan pekerjaan / kegiatan itu dilaksanakan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah di tetapkan”. Jika memperhatikan lebih jauh, yang menjadi pokok permasalahan dari pengawasan yang dimaksud adalah, suatu rencana yang telah di gariskan terlebih dahulu apakah sudah di laksanakan sesuai dengan rencana semula dan apakah tujuannya telah tercapai.

Pendapat para sarjana di bawah ini antara lain:

Menurut Prayudi: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan”.19

Menurut Prayudi20, dalam mencapai pelaksanaan pengawasan terhadap beberapa asas antara lain :

1. Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau deviasi perencanaan.

2. Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan. 3. Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana

bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.

4. Asas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu sekarang maupun di masa yang akan datang.

5. Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.

6. Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.

7. Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing.

8. Asas individual, bahwa pengawasan harus sesuai kebutuhan dan ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.

19

Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal 80

20


(51)

33 9. Asas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.

10. Asas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis.

11. Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengawasan membutuhkan perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.

12. Asas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan.

13. Asas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

14. Asas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran – ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan.

Menurut M. Manullang mengatakan bahwa : “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”21

Dilain pihak menurut Sarwoto yang dikutip oleh Sujamto memberikan batasan :”Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar p ekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki”.22

Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut:

21

M.Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995, hal.18.

22


(52)

34 1. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

a) Tujuan yang ditetapkan

b) Rencana kerja yang telah ditentukan

c) Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan d) Perintah yang telah diberikan

e) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3. Preventif. Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan.

4. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.


(53)

35 6. Apa yang salah. Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah

semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat kesalahan itu.

7. Membimbing dan mendidik. Artinya “pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.”23

Pengawasan adalah sebagai suatu proses untuk mengetahui pekerjaan yang telah dilaksanakan kemudian dikoreksi pelaksanaan pekerjaan tersebut agar sesuai dengan yang semestinya atau yang telah ditetapkan.

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna, dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan.

Dengan demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud:

a. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan.

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada pasaran.

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.

23Ibid,


(54)

36 e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Sedangkan tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana kegiatan rutin dan rencana berikutnya.

Selanjutnya pengawasan itu secara langsung juga bertujuan untuk:

1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijakan dan peringkat.

2. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan. 3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas jasa yang dihasilkan. 5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi.

Dari keseluruhan pendapat di atas dapat dilihat adanya persamaan pandangan yakni dalam hal tujuan dilakukannya kegiatan pengawasan, yaitu agar semua pekerjaa/kegiatan yang diawasi dilaksanakan sesuai dengan rencana. Rencana dalamhal ini adalah suatu tolok ukur apakah suatu pekerjaan/kegiatan sesuai atau tidak. Dan yang menjadi alat ukurnya bukan hanya rencana tetapi juga kebijaksanaan, strategi, keputusan dan program kerja. Pengawasan juga berarti suatu usaha atau kegiatan penilaian terhadap suatu kenyataan yang sebenarnya,mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

Berbicara tentang arti pengawasan dalam hukum administrasi negara maka hal ini sangat erat kaitannya dengan peranan aparatur pemerintah sebagai penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan. Tugas umum


(55)

37 aparatur pemerintah dan tugas pembangunan haya dapat dipisahkan, akan tetapi tidak dapat dibedakan satu samalain. Aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan juga sekaligus melaksanakan tugas pembangunan, demikian juga halnya aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pembangunan bersamaan juga melaksanakan tugas pemerintahan.

Supaya perencanaan dan program pembangunan di daerah dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hendaknya diperlukan pengawasan yang lebih efektif di samping dapat mengendalikan proyek-proyerk pembangunan yang ada di daerah. Dengan demikian untuk lebih memperjelas arti pengawasan dalamkacamata hukum administrasi negara yang akan dilakukan oleh aparatur pengawasan maka berikut ini penulis akan mengemukakan pendapat guru besar hukum administrasi negara Prayudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa : “Pengawasan adalah proses kegiatan – kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperintahkan”24

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat difahami bahwa yang menjadi tujuan pengawasan adalah untuk mempermudah mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaana dari aparatur pemerintah di daerah sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan sebelumnya, dan sekaligus dapat melakukan tindakan perbaikan apabila kelak terjadi penyimpangan dari rencana/program yang telah digariskan. Sejalan dengan itu pemerintah pusat dalam hal melakukan pengawasan di daerah, juga melakukan pelimpahan bidang pengawasan ini kepada setiap Gubernur, dan Bupati/Walikota.

24Ibid,


(56)

38 Di samping itu gubernur dengan aparatur pemerintah Daerah seharusnya melakukan pengendalian terhadap semua proyek-proyek daerah, inpres dan sebagainya dalam arti untuk mengetahui tahap-tahap kemajuan hasil pelaksanaan pekerjaan untuk dilaporkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.

2.2.2 Jenis-Jenis Pengawasan

Saiful Anwar menyebutkan bahwa berdasarkan bentuknya pengawasan dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Pengawasan internal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan atau organ yang secara organisatoris/struktural termasuk dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri. Misalnya pengawasan yang dilakukan pejabat atasan terhadap bawahannya sendiri.

2) Pengawasan eksternal dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar pemerintah dalam arti eksekutif. Misalnya pengawasan keuangan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).25

Penyelenggaraan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan jenis-jenis pengawasan yaitu :

1. Pengawasan dari segi waktunya 2. Pengawasan dari segi sifatnya.26

Pengawasan ditinjau dari segi waktunya dibagi dalam duya kategori yaitu sebagai berikut:

25

Saiful Anwar, Op.Cit, hal.127

26Ibid.


(57)

39 a. Pengawasan a-priori atau pengawasan preventif yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan-keputusan dari aparatur yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan sebelum dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan administrasi negara atau peraturan lainnya dengan cara pengesahan terhadap ketetapan atau peraturan tersebut. Apabila ketetapan atau peraturan tersebut belum disahkan maka ketetapan atau peraturan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum. b. Pengawasan a-posteriori atau pengawasan represif yaitu pengawasan yang

dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan aparatur pemerintah yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan setelah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah atau sudah terjadinya tindakan pemerintah. Tindakan dalam pengawasan represif dapat berakibat pencabutan apabila ketetapan pemerintah tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang mendesak tindakan dapat dilakukan dengan cara menangguhkan ketetapan yang telah dikeluarkan sebelum dilakukan pencabutan.27

Pengawasan terhadap aparatur pemerintah apabila dilihat dari segi sifat pengawasan itu, terhadap objek yang diawasi dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu :

a. Pengawasan dari segi hukum (rechtmatigheidstoetsing) misalnya pengawasan yang dilakukan oleh badan peradilan pada prinsipnya hanya menitik beratka pada segi legalitas. Contoh hakim Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas menilai sah tidaknya suatu ketetapan pemerintah. Selain itu

27Ibid.


(1)

102 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan: 1. Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung

Periode 2009-2014 dilaksanakan dengan mekanisme yang dirangkaikan dalam bentuk kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja, rapat dengar pendapat, reses dan monitoring. Berdasarkan laporan kegiatan dan hasil pengawasan Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2010, Tahun 2011 dan Tahun 2012, pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum dilaksanakanya pengawasan pada keseluruhan bidang tugas Komisi B dan masih tersumbatnya partisipasi masyarakat serta lemahnya tindaklanjut hasil pengawasan Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung sehinga belum memberikan kontribusi yang maksimal pada penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan daerah.

2. Hambatan-hambatan serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014.


(2)

103 a. DPRD Kota Bandar Lampung, yaitu latar belakang anggota DPRD, kedisiplinan dan pemahaman anggota DPRD yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kinerja dalam pelaksanaan fungsi pengawasan.

b. Partisipasi masyarakat, belum optimalnya DPRD dalam mengkoordinasikan dan menyalurkan hak-hak pengawasan masyarakat untuk dapat dilibatkan dan menjadi bahan dalam pelaksanaan pengawasan. c. Pemerintah daerah, belum terbukanya pemerintah daerah terhadap

persoalan dan hal-hal tertentu mengakibatkan komunikasi dan hubungan yang kurang hormonis sehingga berdampak pada kinerja yang tidak optimal.

d. Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung adalah: (1) Mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap anggota DPRD Kota Bandar Lampung, (2) Komunikasi (lobi) antar fraksi, (3) Berusaha mendapat data dari pihak lain, (4) Mengadakan pendekatan personal baik kepada Dinas terkait, Sekretaris Daerah dan Walikota, (5) Menggali Informasi terkait masalah yang ada dalam masyarakat, (6) Pengoptimalan tenaga ahli.

5.2 Saran

1. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan DPRD harus berperan aktif untuk terus melakukan pengawasan yang tidak hanya dilakukan jika adanya indikasi penyimpangan saja, tetapi harus pula melakukan peningkatan kinerja dengan cara setiap alat kelengkapan DPRD menyusun agenda pengawasan yang sifatnya bulanan atau tiap masa persidangan


(3)

104 secara rinci yang diputuskan dalam rapat badan musyawarah, sehingga alat kelengkapan DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat berjalan sistematis dan terencana. Selain itu, pelaksanaan fungsi pengawasan harus dilakukan pada seluruh bidang tugas Komisi B tidak terhadap beberapa bidang tertentu saja sehingga keseluruhan bidang tugas mendapat perhatian dan porsi yang sama dalam pengawasan.

2. Mengingat DPRD Kota Bandar Lampung terdiri dari individu-individu dengan beragam latar belakang, untuk memperkuat kemampuan DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan, maka perlu dilakukan kegiatan orientasi bagi anggota dewan secara terarah dan berkesinambungan sampai mereka betul-betul dapat memahami tugas dan fungsinya (Misalnya; Legal Drafting, Bimtek Pengawasan dll) yang berkaitan dengan tugasnya.

3. Perlu adanya hal untuk peningkatan disiplin anggota DPRD Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas-tugas kelembagaan DPRD, maka perlu penegasan aturan terhadap sanksi terhadap anggota DPRD yang lalai dan absen dalam menjalankan tugas dan fungsi-fungsi kelembagaan DPRD Kota Bandar Lampung samapai akhir masa jabatan tahun 2014.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Kamus

Adisasmita Rahardjo, Manajemen Pemerintah Daerah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011.

Anwar Saiful., Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Glora Madani Press, 2004.

Djojosoekarto Angung, Dinamika Dan Kapasitas DPRD Dalam Tata Pemerintahan Demokratis, Jakarta, Konrad Adenauer Stiftung, 2004.

Dr. Akmal Boedianto, Hukum Pemerintahan Daerah, Pembentukan Perda APBD Partisipatif, LaksBang PRESSindo, yogyakarta, 2010.

Drs. Ngani, Nico, Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012.

Estiningsih Muji, Fungsi Pengawasan DPRD, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2005.

H.A.W. Widjaja. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2002.

Ichsan Moch., Pengelolaan dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Danar Wijaya, Malang, 1997.

Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi daerah di Negara Republik Idonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998.

J. Lexy Moleonong. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006.


(5)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3 – cet. 1. Balai Pustaka. Jakarta. 2001.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Meningkatkan Kapasitas Fungsi Legislasi dan Pengawasan DPRD Dalam Kontek Pencagahan Korupsi, Edisi Maret 2008.

http://www.docstoc.com/docs/(diakses September 2013)

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta, 2002.

Mar`iyah Chusnul, Hubungan Eksekutif dan Legislatif: Politik, Demokrasi dan Kekuasaan Dalam Teori dan Prakteknya, Jurnal Civility, No.1 Juli-September 2001.

Memupuk Keberlanjutan Tata Pemerintahan yang Baik yang

Terdesentralisasi, Local Gavernence Suport Program, Laporan Tahunan 2006.

Muhammad Abdulkadir, Hukum dan penelitian hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995 Napitupulu Paimin, Menuju Pemerintahan Perwakilan, Pt. Alumni

Bandung, Bandung, 2007.

Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981. Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme

Indonesia, Indepth Publishing, Bandar Lampung, 2012.

Salindeho Jhon, Tata Laksana Dalam Manajemen, Sinar Grafika, Jakarta, 1998.

Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung, Profil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014, Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung, 2011.

Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, 1986.

Sukarno K., Dasar-Dasar Managemen¸ Miswar, Jakarta, 1992.

Sumaryadi Nyoman, efektifitas implementasi kebijakan otonomi daerah, CV Citra Utama. Jakarta, 2007.


(6)

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2009 nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5043

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5104

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung No. 12 Tahun 2011 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung

C. Internet

www. Hukumonline.com

http://www.4shared.com/web/preview/doc/5o5TBMHJ, diakses pada 13 Juni 2013, Pukul 14,12 WIB