POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OF REGENCY’S HEAD CANDIDATE OF PESAWARAN

(1)

POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OFREGENCY’S HEADCANDIDATE

OF PESAWARAN By

AFRIAN SIAGA SR

Campaign in Local Election was some activities done by Regency’s Head Candidate in introducing themselves and their program to the public, with some methods or phase that was established before and has a purpose for searching supports and get vote at Election Day. Political opinion according to definition of Sjamsudin (1993:7), is a view or reference of someone or people toward political objet that related with some values of people.

The main issue of this research: “How is the positive influence of Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of people at Lempasing Village?”The objective of this research is to describe the influence of Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of people at Lempasing Village.


(2)

by questionnaire and documentation technique, than analyzed by using percentage and interval formula.

Based on the result of the research can concluded that political opinion of people at Lempasing Village toward campaign of Regency’s Head Candidate of Pesawaran is positive political opinion. It presented from 98 responder: counted 53 (54,08%) responder had positive political opinion, counted 45 (45,92%) responder had neutral political opinion and no one (0,00%) of responder that had negative political opinion toward toward campaign of Regency’s HeadCandidate of Pesawaran.


(3)

OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN

Oleh

AFRIAN SIAGA SR

Kampanye pada Pemilihan Umum Kepala Daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh calon Bupati dan Wakil Bupati dalam menyosialisasikan diri atau program kepada masyarakat, dengan berbagai metode atau langkah yang telah ditetapkan sebelumnya dan bertujuan untuk mendapatkan dukungan serta memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada pelaksanaan pemungutan suara. Opini politik menurut Sjamsudin (1993: 7), adalah cara pandang yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek politik yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat.

Perumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon Bupati Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon Bupati Pesawaran terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(4)

Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan interval.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diketahui bahwa opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran termasuk dalam opini politik positif. Hal ini diketahui dari 98 responden: sebanyak 53 (54,08%) responden memiliki opini politik yang positif terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran, sebanyak 45 (45,92%) responden memiliki opini politik yang netral terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dan tidak ada (0,00%) responden memiliki opini politik yang negatif terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran.


(5)

1.1 Latar Belakang Masalah

Bergulirnya era reformasi berdampak pada sistem ketatanegaraan di Indonesia, yaitu terjadi pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik (local democracy) yang bertumpu pada pemerintahan daerah. Otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan dan keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah otonomi masing-masing. Implikasinya adalah rakyat yang ada pada suatu daerah otonomi memiliki kesempatan untuk memilih calon kepala daerahnya secara langsung melalui mekanisme yang disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah.

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilu merupakan mekanisme politik untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat untuk menentukan format masa depan demokratisasi Indonesia. Melalui pelibatan langsung warga negara dalam kancah politik praktis inilah, secara esensial suara rakyat adalah suara Tuhan yang mengamanatkan terbentuknya sistem pemerintahan representatif yang berorientasi pada perubahan.


(6)

Pemilihan Kepala Daerah memiliki beberapa fungsi sebagaimana halnya pemilihan umum. Menutrut Muhammad A.S. Hikam (2002: 21-23), fungsi-fungsi tersebut adalah legitimasi (pengakuan) politik, terciptanya perwakilan politik, sirkulasi elit politik dan pendidikan politik. Legitimasi politik dalam pemilu bermakna bahwa legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku pembuat keputusan (decission maker) akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan pemaksaan.

Terciptanya perwakilan politik dalam pemilu bermakna bahwa seleksi kepemimpinan dan perwakilan dapat dilakukan secara lebih adil karena keterlibatan warga negara. Praktek demokrasi modern, yaitu melalui perwakilan dapat dilakukan. Sirkulasi elit politik dalam Pemilu menunjukkan adanya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.

Fungsi Pemilu lainnya adalah sebagai pendidikan politik bagi warga negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Melalui keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi. Pada tataran selanjutnya akan semakin teguh pemahaman bahwa warga negara


(7)

adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.

Pemilihan Kepala Daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih. Pemilihan kepala daerah secara langsung ini memiliki arti bahwa suara rakyat sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik. Terlebih lagi bagi partai politik, karena mau tidak mau partai politik berkewajiban mendengar dan merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih tetap eksis dan berperan dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya secara alamiah untuk memberdayakan partai politik menjadi penting untuk membentuk partai menjadi lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan partai yang berorientasi kerakyatan.

Hal tersebut yang akan lebih mendorong partai politik untuk memperluas kemampuan organisasi dan dalam mengembangkan pranata kelembagaan yang demokratis yang akan berdampak secara luas dan mendorong partisipasi rakyat. Partai politik merupakan sarana yang penting sebagai perwujudan kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dalam mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Pada sistem demokrasi modern, keberadaan partai politik merupakan keniscayaan. Partai politik merupakan institusi kunci bagi demokrasi dan akan tetap menjadi satu-satunya kerangka institusional bagi proses representasi dan pemerintahan.


(8)

Sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah, setiap calon kepala daerah, partai politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memilii kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar bagi mereka dalam menentukan pilihan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa masyarakat merupakan sasaran kampanye yang dilakukan oleh para calon kepala daerah dan partai politik, yang menjanjikan berbagai program dan perubahan bagi masyarakat, seperti sembako murah, pendidikan murah, pengobatan murah dan sebagainya.

Kampanye dalam konteks ini merupakan serangkaian langkah yang ditempuh oleh partai politik dan calon kepala daerah dalam menyosialisasikan diri dan progam mereka kepada masyarakat luas. Aktivitas kampanye pada dasarnya merupakan sosialisasi politik, karena pada prakteknya partai politik dan calon kepala daerah berkampanye menyosialisasikan diri mereka sebagai pelaku politik dan program mereka sebagai program politik pada masyarakat untuk diketahui, dikenal dan dipilih pada saat pemungutan suara. Hal ini selaras dengan pendapat Almond (dalam Miriam Budiardjo, 2000: 115), bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat. Sosialisasi politik menyangkut dua hal yaitu berlangsung secara terus menerus selama hidup seseorang dan dapat mengambil bentuk pembelajaran secara langsung atau tidak langsung.


(9)

Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye.

Tanggapan atau opini tersebut dapat ditujukan pada aktivitas kampanye langsung yang dilakukan oleh calon-calon bupati, meliputi metode kampanye, materi kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam kampanye. Opini pada dasarnya merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Berdasarkan pengertian tersebut, informasi yang terdapat dalam kampanye calon kepala daerah masuk ke dalam otak dan memori masyarakat yang terus berinteraksi dalam kehidupannnya, sehingga muncul pendapat atau tanggapan yang beragam mengenai proses kampanye tersebut.

Berdasarkan prasurvey pada pertimbangan-pertimbangan tertentu maka penulis akan melakukan penelitian di Desa Lempasing, sebagai salah satu desa yang ada di Wilayah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Adapun pertimbangan-pertimbangan pemilihan sebagai lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:


(10)

1. Desa Lempasing merupakan salah satu desa yang berlokasi di pesisir laut, keadaan geografis demikian menyebabkan banyak masyarakat bekerja sebagai nelayan atau mengusahakan pertambakan udang air payau. Kondisi inilah yang menyebabkan calon-calon Bupati Pesawaran menjadikan masyarakat Desa Lempasing sebagai salah satu segmen sasaran kampanye untuk menawarkan beberapa program yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir seperti pemberdayaan masyarakat pesisir, pengobatan, pendidikan, kesehatan dan peningkatan ekonomi kaum nelayan.

2. Hasil prariset dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan kampanye salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati (Pattimura dan Johan Sulaiman) di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin pada bulan Juni 2010 menunjukkan bahwa masyarakat pada umumnya terlihat antusias mengikuti kampanye. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang menghadiri kampanye calon bupati dan wakil bupati tersebut.

3. Masyarakat Desa Lempasing cenderung masih tradisional dalam berpolitik, sehingga opini mereka tentang kampanye calon bupati dan wakil bupati dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kekerabatan dalam masyarakat desa. 4. Terdapat data dan sumber data yang penulis butuhkan di Desa Lempasing

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, sehingga sangat mendukung pelaksanaan penelitian ini.

(Sumber: Prariset pada Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Juni 2010)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye semua calon Bupati Pesawaran.


(11)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon Bupati Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon Bupati Pesawaran terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya cakrawala pengetahuan dan wawasan dalam kajian ilmu pemerintahan pada khususnya dan khazanah ilmu-ilmu sosial politik pada umumnya.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan kajian mengenai opini politik masyarakat dalam kaitannya dengan Pemilihan Kepala Daerah pada masa-masa mendatang.


(12)

2.1 Opini Politik

2.1.1 Pengertian Opini

Menurut Slamento (2001: 20), opini adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Opini atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda, yaitu positif (baik), netral (biasa saja) dan negatif (buruk).

Pengertian di atas menekankan bahwa opini bukan hanya sebatas pada pengindraan terhadap obyek atau lingkungan saja, akan tetapi lebih luas seseorang yang mengalami atau mengamati terhadap obyek atau lingkungan yang memberikan tanggapan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian pandangan atau pendapat.

Menurut Mar’at (1999: 73), opini merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Jadi komponen kognisi akan berpengaruh terhadap prediposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu


(13)

obyek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau diopinikan tentang obyek tersebut.

Pengertian di atas menekankan bahwa opini merupakan suatu proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang didalamnya menyangkut tanggapan kebenaran langsung, keyakinan terhadap objek tersebut yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang diopinikan tentang suatu objek tersebut. Secara umum dan keseluruhan, opini dapat diartikan sebagai kesan-kesan, penafsiran seseorang terhadap objek tertentu yang didapat melalui panca inderanya.

Menurut Slamento (2001: 26), opini seseorang terhadap suatu objek dapat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Kebutuhan

Kebutuhan terhadap sesuatu akan mempengaruhi opini seseorang terhadap objek. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga opini yang diberikan terhadap suatu objek juga akan berbeda. Ketika memberikan tanggapan terhadap sesuatu biasanya hanya memperhatikan bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang tertentu berdasarkan atas sikap, nilai dan keyakinan dalam diri individu yang bersangkutan dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlainan dengan nilai dan keayakinan. 2. Penilaian

Penilaian seseorang terhadap suatu objek akan berkaitan erat dengan opini yang dimilikinya. Dalam hal ini opini tidak objektif, karena dalam proses


(14)

penilaian oleh seseorang pada umumnya didasarkan pada pengalaman, nilai dan keyakinan pribadi sehingga dalam memberikan tanggapan terhadap suatu objek perlu di lihat baik atau buruknya. Adalah sangat langka jika dapat memberikan tanggapan terhadap sesuatu secara sepenuhnya netral.

3. Penyimpulan

Opini dalam hal ini adalah proses psikologis yang mencakup proses penarikan kesimpulan terhadap suatu objek yang ditangkan oleh panca indera seseorang. Interpretasi yang di hasilkan melalui opini pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Memberikan tanggapan terhadap makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang di tangkap oleh indra.

Menurut Slamento (2001: 23), yang mempengaruhi opini seseorang adalah sebagai berikut:

1. Relation. Seseorang biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu atau dua objek sama. Dengan adanya memfokuskan perhatian tersebut, akan terjadi opini antara mereka.

2. Set. Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seorang pelari yang siap digaris start terdapat set bahwa akan terdengar pistol.

3. Sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula terhadap opini seseorang.


(15)

2.1.2 Pengertian Opini Politik

Menurut Sjamsudin (1993: 7), pengertian opini politik pada dasarnya dapat dinyatakan sebagai orientasi politik, yaitu merupakan cara pandang yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek politik yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Opini politik setiap orang berbeda-beda sesuai dengan dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.

Selanjutnya menurut Sjamsudin (1993: 8), opini atau orientasi politik seseorang bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat membentuk, keseluruhan sikap masyarakat terhadap objek politik. Itulah yang muncul atau terpolakan ke atas permukaan sebagai opini politik masyarakat

Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar individu, yang dapat berupa informasi, pengetahuan, lingkungan, teman sepermainan dan sebagainya. Sedangkan faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, berupa pendidikan, keluarga dan sebagainya.

Menurut Goeltom dalam Mediastutie (2006: 15), opini atau orientasi politik adalah suatu cara pandang masyarakat baik yang homogen maupun heterogen dalam struktur masyarakat tersebut, yang dilatar belakangi oleh nilai-nilai dalam masyarakat maupun yang berada diluar masyarakat. Sehingga dapat membentuk sikap dan menjadi terpola oleh mereka untuk memandang suatu objek politik


(16)

Menurut Almond (1990: 35), opini politik seseorang dapat dilihat secara sistematis jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengetahuan apa yang dimiliki seorang tentang negara dan sistem politikya dalam pengertian umum, sejarah, ukuran lokasi, kekuasaan, sifat-sifat konstitusional dan lain-lain. Bagaimana perasaan-perasaannya terhadap karakteristik sistemik ini, dan bagaimana pendapatnya tentang kelebihan atau kekurangan serta penilainnya terhadap karakteristik yang sistemik tersebut? 2. Bagaimana pemahaman seorang tentang struktur dan peranan, kaum elit

politik dan pengajuan-pengajuan kebijaksanaan yang diperkenalkan di dalam arus pembuatan kebijaksanaan yang bersifat ”upward”? bagaimana perasaan dan pendapatnya tentang segala struktur, dan individu-individu, keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana perasaan dan pendapatnya terhadap hal-hal tersebut?

3. Bagaimana pemahaman yang dimiliki tentang arus pengokohan kebijaksanaan yang ”downward” struktur-struktur, individu-individu, keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana perasaan dan pendapatnya terhadap hal-hal itu?

4. Bagaimana perasaan pribadinya sebagai anggota sistem politik tersebut? Bagaimana pemahamannya tentang haknya, kekusaannya, kewajibannya dan strategi untuk dapat memasuki kelompok orang-orang yang berpengaruh? Bagaimana penilaiannya terhadap kemampuan norma-norma partisipasi dan penampilan apa yang diketahui dan dipergunakannya dalam membuat penilaian politik, atau dalam menyampaikan pendapatnya.


(17)

Menurut Almond (1990: 36-37), opini politik seseorang atau masyarakat berhubungan dengan empat macam obyek politik, yaitu:

1. Sistem politik secara keseluruhan

Meliputi antara lain: intenistas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan, karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya.

2. Proses input

Meliputi anatara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh masyarakat, termasuk prakara untuk menerjemahkan atau mengkonversi tuntutan-tuntutan tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya dengan demikian proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok kepentingan, dan alat komunikasi massa yang berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai sarana penampung berbagai tuntutan.

3. Proses output

Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenan dengan penerapan dan pemaksaan keputusan otoritatif. Singkatnya berkenaan dengan fungsi pembuatan peraturan/perundang-undangan oleh lembaga legislatif, fungsi pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan. 4. Diri sendiri

Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang dalam mengambil peranan di arena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang menjadi hak, kekuasaan dan kewajibannya. Apakah yang bersangkutan dapat


(18)

memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri. Kemudian lebih lanjut dipersoalkan kriteria apakah yang dipakai dalam membentuk pendapat dalam masyarakat atau sebagai seluruh sistem politik.

2.2 Masyarakat Desa

2.2.1 Pengertian Masyarakat

Menurut Soleman B. Taneko dalam Soerjono Soekanto (2002: 125), masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Dengan kata lain bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia atau kemasyarakatan.

Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002: 24), masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan sistem dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia, keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat sebagai jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah

Menurut Ralp Linton dalam Soerjono Soekanto (2002: 25), masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga dapat mengatur diri mereka dan menganggap sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.


(19)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu wilayah tertentu dan menjalankan hubungan diantaranya dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi tertentu yang saling menentukan satu sama lain.

2.2.2 Pengertian Desa

Menurut Beratha (1982: 17), secara umum desa dapat diartikan sebagai tempat di mana bermukim penduduk dengan “peradaban” yang lebih terbelakang dibandingkan dengan kota. Biasanya, dicirikan dengan bahasa Ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka pencarian yang umumnya dari sektor pertanian. Terdapat kesan kuat, pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani.

Pengertian di atas menekankan bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman di luar kota (bukan kota), desa adalah suatu komunitas kesatuan yang homogen dan desa merupakan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang berada di pedalaman (terbelakang). Dalam pengertian ini terkandung unsur sosiologis, selain bias kota yang sangat kentara dan posisi marginal orang desa dalam wacana, merupakan konstruksi orang kota.

Selanjutnya menurut Beratha (1982: 18-19), beberapa ciri desa adalah:

1. Desa umumnya terletak di dekat dengan pusat wilayah usaha tani (sudut pandang ekonomi) dan dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan.


(20)

3. Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang penduduknya sebagian merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat ‘terganti dari dirinya sendiri’

4. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih bersifat personal dalam bentuk tatap muka, dan

5. Mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi dan ikatan sosial yang relatif lebih ketat dari pada kota

Sementara itu Roucek dan Warren (1962) dalam Raharjo (1999), menyebutkan karakteristik desa sebagai berikut:

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan dasar pembentukan kelompok/asosiasi 3. Hubungan lebih bersifat intim dan awet

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi 7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

2.2.3 Pengertian Masyarakat Desa

Menurut Beratha (1982: 19), secara etimologis pengertian masyarakat desa dapat disamakan dengan rural community, yaitu suatu kelompok manusia yang secara nyata ada maupun fiktif bertempat di wilayah rural (desa) di mana anggota-anggotanya memiliki kepentingan tertentu, mempunyai suatu kesamaan perasaan bahwa hanya dengan hidup demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya dapat terpenuhi.


(21)

Menurut Taliziduhu Ndraha (1991: 22), masyarakat desa (penduduk suatu desa) adalah setiap orang yang terdaftar sebagai suatu penduduk atau bertempat atau berkedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal di mana ia mencari nafkah. Masyarakat desa sinonim dengan gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan, di mana hubungan antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa yaitu sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka memenuhi kebutuhannya, serta memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus dan khas yang membedakannya dengan masyarakat lain.

2.2.4 Karakteristik Masyarakat Desa

Masyarakat desa selalu memiliki karakteristik dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.


(22)

Menurut Beratha (1982: 22-24), beberapa karakteristik masyarakat desa yang terkait dengan etika dan budaya adalah sebagai berikut:

a. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Pada umumnya kesederhanaan ini terjadi karena secara ekonomi memang tidak mampu dan secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

b. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

c. Menjunjung tinggi“unggah-ungguh”

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh”apabila:

1) Bertemu dengan tetangga 2) Berhadapan dengan pejabat

3) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

4) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi 5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya d. Lugas

Lugas atau berbicara apa adanya adalah ciri khas yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka tidak berniat untuk menyakiti orang lain.


(23)

e. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati mereka f. Perasaan“minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masyarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak bicara.

g. Menghargai orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial.

h. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. i. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh Indonesia adalah gotong royong, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang


(24)

punya hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka “lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara”.

j. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah mufakat. Peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

k. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan, Rajaban dan Jum’at Kliwonan.

2.3 Kampanye

Menurut Firmanzah (2008), kampanye merupakan bagian dari pemasaran politik, di mana para peserta Pemilu melakukan berbagai kegiatan untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya. Kampanye merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemilu dalam rangka memperkenalkan dan menyosialisasikan diri dan program-program yang mereka tawarkan kepada masyarakat calon pemilih.

Sesuai dengan pengertian kampanye sebagai kegiatan peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya, maka aktivitas kampanye dapat dinyatakan sebagai kegiatan sosialisasi politik.


(25)

Pernyataan tersebut didasarkan karena pada praktiknya peserta menyosialisasikan diri mereka sebagai pelaku politik dan program mereka sebagai program politik kepada masyarakat calon pemilih, untuk diketahui, dikenal dan dipilih pada saat pemungutan suara.

Menurut Miriam Budiardjo (2000: 115), sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat. Almond juga menyatakan bahwa sosialisasi politik menyangkut dua hal. Pertama, bahwa sosialisasi politik berlangsung secara terus menerus selama hidup seseorang, dan yang ke dua bahwa sosialisasi politik dapat mengambil bentuk transmisi atau pengajaran yang langsung atau tidak langsung

Menurut Dawson dalam Miriam Budiardjo (2000: 116), sosialisai politik itu mengambil bentuk yang langsung maupun yang tidak langsung. Bentuk sosialisai politik yang langsung adalah menunjukan kepada proses di mana hal-hal yang ditransmisikan atau disampaikan kepada generasi berikutnya, sedangkan dalam sosialisasi politik secara tidak langsung, seorang individu untuk pertama kalinya akan memperoleh atau mewarisi hal-hal yang bersifat non politis, dan pada gilirannya hal-hal yang diperolehnya tadi akan mempengaruhi pandangan-pandangannya, sikap-sikapnya, keyakinan-keyakinannya di bidang politik

Gabriel A. Almond dalam Miriam Budiardjo (2000: 118-120) menyatakan bahwa sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa dan memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk penyampaian ke budayaan dari generasi tua kepada generasi muda, serta dapat pula merubah kebudayaan politik.


(26)

Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo (2000: 118-120), ada enam macam sarana atau agen sosialisasi politik, yaitu:

1. Keluarga

Merupakan lembaga yang pertama kalinya dijumpai oleh seorang individu. Sebab begitu manusia itu lahir maka manusia tersebut akan langsung berhadapan dengan keluarganya. Yang mana manusia itu akan dibentuk watak atau sikapnya untuk pertama kalinya.

2. Sekolah

Lembaga ini memegang peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik, dengan kata lain sekolah memegang peranan penting dalam membentuk sikap warga negara.

3. Kelompok bergaul atau bermain

Kelompok bergaul dapat membentuk sikap-sikap politik seseorang. Contohnya seseorang akan tertarik pada masalah politik apabila teman-teman didalam kelompoknya tertarik kepada masalah politik. Jadi dapat dinyatakan bahwa kelompok bergaul atau bermain dalam mendorong mereka untuk menyesuaikan diri pada kelompoknya.

4. Pekerjaan

Organisasi yang yang dibentuk atas dasar pekerjaan dapat berfungsi sebagai saluran informasi tentang yang menyangkut masalah politik. Pekerjaan berfungsi juga sebagai penyuluh bagi anggotanya di bidang politik. Karena itu dinyatakan bahwa pekerjaan merupakan sarana sosialisasi bagi individu yang terlibat di dalamnya.


(27)

5. Media Massa

Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi politik. Baik secara langsung dan maupun tidak langsung media massa merupakan sarana yang kuat untuk membentuk sikap dan keyakinan politik. Melalui media massa ideologi negara dapat ditanamkan kepada masyarakat dan dapat pula kebijaksanaanpolitik negara dapat diketahui oleh masyarakat. 6. Kontak-Kontak Politik Langsung

Merupakan suatu sarana sosialisasi politik. Partai politik, kampanye pemilihan umum, krisis politik luar negeri,dan tanggapan agen-agen atau badan pemerintah terhadap tuntutan individu dan kelompok-kelompok dapat mempengaruhi kesetiaan dan kesediaannya untuk patuh pada hukum

2.4 Pemilihan Kepala Daerah

2.4.1 Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pasal 58 menyebutkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;


(28)

3. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat;

4. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;

5. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter;

6. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih; 7. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

8. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya; 9. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;

10. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan negara.

11. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

12. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

13. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum 14. Mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;

15. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;

16. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; dan


(29)

Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, sebagaimana dikemukakan Amirudin (2003: 184-186), yaitu:

1. Kongkritisasi Demokrasi, dengan memberikan perspektif baru bahwa proses Pemilihan Kepala Daerah akan memenuhi kaidah proses demokrasi di dua level struktural dan kultural. Di level struktural, proes Pemilihan Kepala Daerah diduga akan lebih beradab karena melibatkan unsur Partisipasi publik yang makin meluas dari bawah sesuai aspirasi masyarakat lokal. Di level kultural, proses Pemilihan Kepala Daerah memberi keleluasaan bagi merembesnya nilai-nilai transparansi, independensi dan kejujuran.

2. Adanya kemungkinan kekerasan terhadap proses dan kekerasan terhadap data, sedikit terkurangi.

3. Berkurangnya praktek premanisme politik uang. Jika Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung, kemungkinan politik uang dapat diminimalisasi

Sementara itu kelemahan dari Pemilu sistem langsung adalah sebagai berikut: 1. Makin terpolarisasinya politik uang. Sistem Pemilu Langsung bukan berarti

menjadi satu-satunya cara yang sanggup mengatasi pekatnya politik uang. 2. Kerawanan sosial politik. Jika politik uang tetap berjalan didukung dengan

pengendalian diri dari bakal calon maupun massa pendukung yang rendah, sempurnalah kerawanan sosial potensial terlahir dalam sistem Pemilu secara langsung.


(30)

3. Problem kelembagaan politik yang baru. Pemilu langsung bukanlah harus dipahami sebatas bahwa ia merupakan mekanisme demokrasi yang paling otentik.

2.4.2 Fungsi Pemilihan Kepala Daerah

Muhammad A.S. Hikam (2002), menyebutkan setidaknya ada empat fungsi terpenting Pemilu, yaitu sebagai berikut:

1. Legitimasi politik

Melalui Pemilu, legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku decission maker akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan pemaksaan. 2. Sirkulasi elit politik

Dengan Pemilu, terjadinya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.

3. Pendidikan politik

Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung tentang bagaimana selayaknya warga negara


(31)

berkiprah dalam sistem demokrasi. Sehingga pada tataran selanjutnya akan mengakar pemahaman bahwa warga negara adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.

2.5 Kerangka Pikir

Pemilihan kepala daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih.

Pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut memiliki arti bahwa suara rakyat sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik. Hal ini penting bagi partai politik, karena mau tidak mau partai politik berkewajiban mendengar dan merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih tetap eksis dan berperan dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya secara alamiah untuk memberdayakan partai politik menjadi penting untuk membentuk partai menjadi lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan partai yang berorientasi kerakyatan.

Sebelum pelaksanaan pemilihan kepala daerah, setiap calon kepala daerah, partai politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memiliki kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar bagi mereka dalam menentukan pilihan.


(32)

Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye. Tanggapan atau opini tersebut dapat ditujukan pada aktivitas kampanye yang meliputi metode kampanye, materi kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam kampanye.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menggambarkan opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini:


(33)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Kampanye Calon Bupati

Pesawaran

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran

Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

Terhadap Kampanye Calon Bupati  Kemampuan Calon Bupati  Metode (Strategi) Kampanye  Materi (Program) Kampanye  Media Kampanye

Netral (Opini Biasa Saja)

Negatif (Opini Tidak Baik) Positif

(Opini Baik)

Dipengaruhi oleh:  Pendidikan

 Pengalaman

 Lingkungan/tempat tinggal  Sosial dan budaya


(34)

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2001: 112), hipotesis berasal dari Bahasa Latin yaitu hypo yang berarti dugaan dan thesis yang berarti dalil. Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah dan bersifat sementara, sehingga harus diuji kebenaranya melalui penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh positif antara kampanye calon-calon Bupati Pesawaran terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran”


(35)

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian deskriftif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau ada. Pendekatan kuantitatif adalah analisis data hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan rumus dan angka-angka atau analisis statistik.

Menurut Nazir (2003: 54), metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena, metode penelitian deskriptif juga ingin mempelajari berbagai norma atau standar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran.


(36)

3.2 Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi konsep adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konsep mengenai opini politik masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran adalah suatu tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap fenomena politik berupa kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam rangkaian Pemilihan Kepala Daerah. Opini politik tersebut dapat bernilai positif (memberikan tanggapan yang baik), netral (memberikan tanggapan yang biasa saja) atau negatif (memberikan tanggapan yang tidak baik).

3.3 Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik buruknya variabel tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka definisi operasional opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye semua calon Bupati Pesawaran adalah sebagai berikut:


(37)

1. Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam berkampanye, dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap kemampuan calon bupati dalam menyampaikan materi kampanye, memahami kebutuhan masyarakat dan berintraksi dengan masyarakat

2. Opini masyarakat desa terhadap metode (strategi), dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap berbagai metode (strategi) yang digunakan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat.

3. Opini masyarakat desa terhadap materi (program) kampanye, dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap berbagai materi atau program yang ditawarkan calon bupati dalam berkampanye, seperti masalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan.

4. Opini masyarakat desa terhadap media kampanye, dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap berbagai media yang digunakan calon bupati dalam berkampanye, seperti spanduk, selebaran, sticker, kaos dan kalender.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 108), populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 5.859 warga.

Untuk kepentingan penelitian ini populasi dibatasi pada masyarakat yang telah berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Pertimbangannya adalah mereka telah memiliki hak pilih dan sesuai dengan kajian dalam penelitian ini. Jumlah


(38)

masyarakat yang sesuai dengan criteria tersebut adalah 3.983 orang (Sumber: Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2010)

Menurut Masri Singarimbun dan Effendy (2002: 82), sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari populasi dan dijadikan sebagai perwakilan atau represtasi dalam penelitian.

Menurut Sugiyono (2005: 154), penentuan besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1 ) ( 2 d N N n Keterangan:

n = Banyaknya unit sampel N = Banyaknya unit Populasi d = Taraf nyata 0,1

1 = Bilangan konstan

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel adalah :

1 ) 1 , 0 ( 3.983 3.983 2   n = 1 ) 01 , 0 ( 3.983 3.983

 = 39,83 1 3.983

 = 40,83 3.983

= 97.55

Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 97.55, dibulatkan menjadi 98 orang.

Selanjutnya teknik yang digunakan dalam mengambil sampel untuk dijadikan responden dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling (mengambil sampel pada saat penelitian dilaksanakan). Menurut Sugiyono (2005: 162), dengan menggunakan teknik ini, peneliti dapat memilih sampel secara acak di lapangan penelitian sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya.


(39)

3.5 Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau lokasi penelitian, berupa opini politik masyarakat Desa Lempasing Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur, dokumentasi berupa monografi desa dan sebagainya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, yaitu turun langsung ke lokasi penelitian atau lapangan untuk memperoleh berbagai data dan informasi yang dibutuhkan.

2. Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda, untuk mempermudah responden dalam menjawab soal dan untuk mempermudah analisis.

3. Dokumentasi, yaitu melakukan studi dokumentasi dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur dan referensi lain.


(40)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

2. Koding, yaitu memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

3. Tabulasi, yaitu merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.

3.8 Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 112), skala interval adalah skala yang jarak antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya adalah:

1. Jawaban A diberi skor 3 (tiga) 2. Jawaban B diberi skor 2 (dua) 3. Jawaban C diberi skor 1 (satu)

3.9 Teknik Analisa Data

Analisa data kuantitatif yang digunakan adalah dengan model tabulasi tunggal, yaitu membagi kategori-kategori yang telah ditentukan pada tabel frekuensi, untuk dihitung dengan membuat persentase, dengan rumus sebagai berikut:


(41)

100 x N F P Keterangan:

P = Persentase jawaban

F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item N = Jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2000: 123)

Untuk mengkategorikan opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran ke dalam opini positif, netral dan negatif, digunakan rumus:

I =

K NR NT

Keterangan: I = interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori Jawaban (Suharsimi Arikunto, 2000: 126)

Penentuan kategori opini politik masyarakat dilakukan dengan dasar banyaknya butir soal yang diajukan yaitu 20 soal dan teknik penentuan skor yang digunakan, sehingga diperoleh dasar perhitungan interval adalah sebagai berikut:

a. Nilai Tertinggi (NT) adalah 3 (skor tertinggi) x 20 (banyaknya soal) = 60 b. Nilai Terendah (NR) adalah 1 (skor terendah) x 20 (banyaknya soal) = 20 c. Kategori (K) yang dicari adalah 3 (positif, netral dan negatif)

Perhitungan nilai intervalnya adalah sebagai berikut:

I = K NR NT I = 3 20 60 = 3 40


(42)

Berdasarkan nilai interval sebesar 13 maka kategori opini politik masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Positif, apabila total jawaban responden berada pada interval 48 - 60 2. Netral, apabila total jawaban responden berada pada interval 34 - 47 3. Negatif, apabila total jawaban responden berada pada interval 20 - 33


(43)

5.1 Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Selanjutnya untuk mengetahui secara lebih jelas tentang responden, berikut akan dideskripsikan identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.

5.1.1 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 47 tahun atau lebih 14 14.29

2 37-46 tahun 37 37.76

3 27-36 tahun 35 35.71

4 17-26 tahun 12 12.24

Jumlah 98 100,00


(44)

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 14 (14,14%) responden berusia 47 tahun atau lebih, sebanyak 38 (38,38%) responden berusia antara 37-46 tahun, sebanyak 35 (35,35%) responden berusia antara 27-36 tahun dan sebanyak 12 (12,12%) responden berusia antara 17-26 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 37-46 tahun, yang bermakna bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok usia yang masih produktif dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.

5.1.2 Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Lulusan SD/sederajat 16 16.33

2 Lulusan SMP/sederajat 31 31.63

3 Lulusan SMA/sederajat 45 45.92

4 Lulusan perguruan tinggi 6 6.12

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 16 (16,33%) responden adalah lulusan SD/sederajat, sebanyak 31 (31,63%) responden adalah lulusan SMP/sederajat, sebanyak 45 (45,92%) responden adalah lulusan SMA/sederajat dan sebanyak 6 (6,12%) responden adalah lulusan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian telah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan menengah


(45)

atas. Banyaknya responden yang berpendidikan menengah atas tersebut menunjukkan bahwa meskipun berpredikat sebagai masyarakat desa, namun masyarakat Desa Lempasing menyadari pentingnya arti pendidikan dalam hidup mereka, selain itu kondisi geografis desa yang berdekatan dengan wilayah Kota Bandar Lampung menyebabkan banyak warga Desa Lempasing yang menyekolahkan anak-anak mereka di Bandar Lampung.

5.1.3 Identitas Responden Menurut Pekerjaan

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Petani 12 12,24

2 Buruh 17 17,35

3 Pedagang 22 22,45

4 Nelayan 31 31,63

5 Wiraswasta 13 13,27

6 PNS 3 3,06

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 12 (12,24%) responden bekerja sebagai petani, sebanyak 17 (17,35%) responden bekerja sebagai buruh, sebanyak 22 (22,45%) responden bekerja sebagai pedagang, sebanyak 31 (31,63%) responden bekerja sebagai nelayan, sebanyak 13 (13,27%) responden bekerja sebagai wiraswasta dan 3 (3,06%) responden bekerja sebagai PNS. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian


(46)

bekerja sebagai nelayan, karena sesuai dengan karakteritik masyarakat di daerah pesisir pantai yang umumnya bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan di laut kemudian menjual ikan hasil tangkapan secara langsung kepada masyarakat atau dijual kepada para penampung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing

5.2 Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing Terhadap Kampanye Calon-Calon Bupati Pesawaran

Opini politik masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran adalah suatu tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap fenomena politik berupa kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam rangkaian Pemilihan Kepala Daerah.

5.2.1 Opini Terhadap Kemampuan Calon Bupati dalam Berkampanye Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam berkampanye, terdiri dari tanggapan masyarakat terhadap kemampuan calon bupati dalam menyampaikan materi kampanye, memahami kebutuhan masyarakat dan berintraksi dengan masyarakat

5.2.1.1 Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010

Tanggapan responden terhadap pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010, dapat dilihat pada tabel berikut:


(47)

Tabel 8. Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Baik 70 71,43

2 Cukup Baik 22 22,45

3 Tidak Baik 6 6,12

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 70 (71.43%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah baik, sebanyak 22 (22.45%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah cukup baik dan sebanyak 6 (6.12%) responden pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah baik.

Kampanye yang dilaksanakan dengan baik maksudnya Calon Bupati dan Wakil Bupati berkampanye sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, tidak melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sementara itu adanya responden yang menyatakan kampanye dilaksanakan dengan tidak baik maksudnya Calon Bupati dan Wakil Bupati tidak sesuai dengan jadwal yang telah


(48)

ditetapkan oleh KPU, melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta tidak memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Kampanye jenis ini hanya menjadikan masyarakat sebagai objek politik, yaitu memanfaatkan suara rakyat demi kepentingan pribadi calin bupati untuk memperoleh kekuasaan sebagai bupati.

5.2.1.2 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye Tanggapan responden terhadap kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Baik 49 50,00

2 Cukup Baik 38 38,78

3 Tidak Baik 11 11,22

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 49 (50,00%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah baik, sebanyak 38 (38,37%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah cukup baik dan sebanyak 11 (11,22%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah tidak


(49)

baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah baik.

Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye secara baik tersebut ditandai dengan adanya kecakapan calon dalam berpidato atau berkampanye, penguasaan materi kampanye dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang mengajukan pertanyaan. Sementara itu kemampuan calon dalam menyampaikan materi kampanye secara tidak baik ditandai dengan ketidakcakapan calon dalam berpidato atau berkampanye, tidak ada penguasaan materi kampanye dan tidak tanggapnya calon dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang mengajukan pertanyaan. Adanya kemampuan dalam menguasai materi tersebut tentunya akan mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, sebab masyarakat bisa menilai salah satu calon yang dianggapnya dapat memimpin Kabupaten Pesawaran. Pentingnya kemampuan dalam menguasai materi ini menunjukkan bahwa calon memiliki konsep kepemimpinan yang jelas dalam memimpin Kabupaten Pesawaran.

5.2.1.3 Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye

Tanggapan responden terhadap visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye, dapat dilihat pada tabel berikut:


(50)

Tabel 10. Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Baik 66 67,35

2 Cukup Baik 22 22,45

3 Tidak Baik 10 10,20

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 66 (67,35%) responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah baik, sebanyak 22 (22,45%) responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah cukup baik dan sebanyak 10 (10,20%) responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah baik.

Visi misi calon yang baik maksudnya adalah calon memiliki pandangan dan strategi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, seperti masalah pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan pengentasan kemiskinan. Sementara itu masyarakat yang menyatakan tidak baik disebabkan karena visi misi calon tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan mereka. Visi misi calon ini merupakan salah satu aspek yang akan dinilai oleh masyarakat, sebab dengan adanya visi misi yang jelas maka setidaknya calon bupati akan mendapatkan penilaian yang baik dari masyarakat.


(51)

5.2.1.4 Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye adalah Program yang Realistis Tanggapan responden bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye Adalah Program yang Realistis

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Realistis 37 37,76

2 Cukup Realistis 43 43,88

3 Tidak Realistis 18 18,37

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 37 (37,76%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis, sebanyak 43 (43,88%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang cukup realistis dan sebanyak 18 (18,37%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang tidak realistis. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang cukup realistis.


(52)

Program calon yang cukup realistis tersebut maksudnya adalah masyarakat menilai bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap cukup mampu untuk melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan pada saat kampanye. Sementara itu program yang tidak realistis maksudnya adalah masyarakat menilai bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap hanya mengumbar janji tetapi dinilai tidak mampu untuk melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan pada saat kampanye. Masyarakat pada umumnya bisa memberikan penilaian secara tepat tentang program yang dianggap masuk akal atau tidak masuk akal serta dapat dilaksanakan atau tidak, hal ini berkaitan dengan pengalaman masyarakay terhadap kampanye politik pada pemilihan kepala daerah sebelumnya.

5.2.1.5 Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye

Tanggapan responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Mampu 59 60,20

2 Cukup Mampu 27 27,55

3 Tidak Mampu 12 12,24

Jumlah 98 100,00


(53)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 59 (60,20%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye, sebanyak 59 (60,20%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran cukup mampu memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye dan sebanyak 12 (12,24%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran tidak mampu memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye.

Mampu memahami kebutuhan masyarakat maksudnya adalah para calon dapat dengan cepat merespon berbagai kebutuhan dan harapan masyarakat di tempat ia berkampanye dan berusaha memberikan jalan keluar atas kebutuhan masyarakat tersebut. Sedangkan tidak mampu memahami kebutuhan masyarakat maksudnya adalah para calon tidak dapat dengan cepat merespon berbagai kebutuhan dan harapan masyarakat di tempat ia berkampanye dan tidak berusaha memberikan jalan keluar atas kebutuhan masyarakat tersebut. Kebutuhan masyarakat secara umum adalah kebutuhan yang bersifat dasar, yaitu kesejahteraan di bidang ekonomi, keterjangkauan biaya pendidikan, akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan di bidang administrasi pemerintahan yang tidak berbelit-belit sehingga memudahkan masyarakat dalam mengurus berbagai surat atau admnistrasi kependudukan lainnya.


(54)

5.2.1.6 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Berinteraksi dengan Masyarakat pada Saat Berkampanye

Tanggapan responden terhadap kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam berinteraksi dengan masyarakat pada saat berkampanye, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Berinteraksi dengan Masyarakat pada Saat Berkampanye

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Baik 55 56,12

2 Cukup Baik 34 34,69

3 Tidak Baik 9 9,18

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 55 (56,12%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu berinteraksi dengan masyarakat pada saat berkampanye, sebanyak 34 (34,69%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran cukup mampu berinteraksi dengan masyarakat pada saat berkampanye dan sebanyak 9 (9,18%) responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat pada saat berkampanye. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu berinteraksi dengan masyarakat pada saat berkampanye.


(55)

Kemampuan dalam berinteraksi yang dimaksud adalah adanya kecakapan Calon Bupati dan Wakil Bupati untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Sementara itu tidak mampu berinteraksi yang dimaksud adalah adanya tidak adanya kecakapan Calon Bupati dan Wakil Bupati untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Hubungan yang tercipta dengan baik tentunya akan menguntungkan calon bupati yang bersangkutan, karena dengan adanya kedekatan maka akan menimbulkan simpati pada masyarakat.

Kategori opini politik masyarakat Desa Lempasing terhadap kemampuan Calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye, ini digunakan analisis statistik rumus interval untuk mengkategorisasikan jawaban responden pada kuesioner penelitian, ke dalam tiga kategori opini yaitu positif, netral dan negatif.

Kategorisasi tersebut didasarkan pada total jawaban pada dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel jawaban responden (Lampiran 2), di mana nilai interval ditentukan dengan rumus:

I =

K NR NTð

Penentuan kategori opini politik masyarakat dilakukan dengan dasar banyaknya butir soal yang diajukan yaitu 6 soal dan teknik penentuan skor yang digunakan, sehingga diperoleh dasar perhitungan interval adalah sebagai berikut:

a. Nilai Tertinggi (NT) adalah 3 (skor tertinggi) x 6 (banyaknya soal) = 18 b. Nilai Terendah (NR) adalah 1 (skor terendah) x 6 (banyaknya soal) = 6 c. Kategori (K) yang dicari adalah 3 (positif, netral dan negatif)


(56)

Perhitungan nilai intervalnya adalah sebagai berikut: I = K NR NT I = 3 6 18✁ = 3 12 = 4

Berdasarkan nilai interval sebesar 4 maka kategori opini politik masyarakat kemampuan Calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye adalah sebagai berikut: 1. Positif, apabila total jawaban responden berada pada interval 16 - 18

2. Netral, apabila total jawaban responden berada pada interval 11 - 15 3. Negatif, apabila total jawaban responden berada pada interva 6- 10

Kategori opini politik masyarakat Desa Lempasing terhadap kemampuan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 14. Kategori Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing terhadap

Kemampuan Calon-Calon Bupati Pesawaran dalam Berkampanye Kategori Opini Rentang Interval Frekuensi Persentase

Positif 16–18 37 37,76

Netral 11–15 59 60,20

Negatif 6–10 2 2,04

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 37 (37,76%) responden memiliki opini politik yang positif terhadap kemampuan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye, sebanyak 59 (60,20%) responden memiliki opini politik yang netral terhadap kemampuan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye dan 2 (2,04%) responden memiliki opini politik yang negatif terhadap kemampuan calon-calon Bupati Pesawaran dalam


(57)

berkampanye. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin terhadap kemampuan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye termasuk dalam kategori opini politik yang netral.

5.2.2 Opini Terhadap Metode/Strategi dalam Berkampanye

Opini masyarakat desa terhadap metode (strategi), terdiri dari tanggapan masyarakat terhadap berbagai metode (strategi) yang digunakan calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat.

5.2.2.1 Tanggapan Responden terhadap Metode Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran

Tanggapan responden terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat di Desa Lempasing, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Tanggapan Responden terhadap Metode Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti Pertemuan Akbar, Pengajian,

Pembagian Sembako dan Bantuan pada Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Tertarik 29 29,59

2 Cukup Tertarik 54 55,10

3 Tidak Tertarik 15 15,31

Jumlah 98 100,00


(58)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 29 (29,59%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat adalah baik, sebanyak 54 (55,10%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat adalah cukup baik dan sebanyak 15 (15,31%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat adalah tidak baik.

Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat adalah cukup baik. Sementara itu adanya masyarakat yang menyatakan tidak baik disebabkan karena mereka tidak setuju dengan adanya pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat, karena dianggap sebagai bagian dari politik uang (money politic).

5.2.2.2 Ketertarikan Responden terhadap Metode Kampanye yang Digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran

Ketertarikan responden terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat, dapat dilihat pada tabel berikut:


(59)

Tabel 16. Ketertarikan Responden terhadap Metode Kampanye yang Digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Tertarik 37 37,76

2 Cukup Tertarik 47 47,96

3 Tidak Tertarik 14 14,29

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 37 (37,76%) responden menyatakan tertarik terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat, sebanyak 47 (47,96%) responden menyatakan cukup tertarik terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat, dan sebanyak 14 (14,29%) responden menyatakan tidak tertarik terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat.

Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup tertarik terhadap metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat. Sementara itu adanya masyarakat yang menyatakan tidak tertarik disebabkan karena mereka tidak setuju dengan adanya pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat, karena dianggap sebagai bagian dari politik uang (money politic) yang akan menciderai demokrasi dalam pilkada.


(60)

5.2.2.3 Tanggapan Responden bahwa Metode Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat Tanggapan responden bahwa metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran, seperti pertemuan akbar, pengajian, pembagian sembako dan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Tanggapan Responden bahwa Metode Kampanye yang Digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Sesuai 61 62,24

2 Cukup Sesuai 31 31,63

3 Tidak Sesuai 6 6,12

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 61 (62,25%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sebanyak 31 (31,62%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan 6 (6,12%) responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan metode kampanye yang digunakan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat memang membutuhkannya. Sementara itu adanya masyarakat yang menyatakan tidak sesuai disebabkan


(1)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Allah SWT, Kedua Orang Tuaku

(Drs. M. Syafrani dan Laili Hartini)

yang telah memberikan segala daya upaya dalam kehidupanku, yang telah membimbingku sejak kecil dan memberikan

doanya kepadaku sehingga aku bisa seperti sekarang,

Adik-Adikku

Yulianti dan Dwi Permata Hati SR

yang telah memberikan semangat serta doa kepadaku

Seseorang

yang selalu membantuku dalam segala hal, Nana Mulyanah dan sahabat-sahabat terbaikku

Almamaterku Tercinta Universitas Lampung


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Karang Teluk Betung Barat Bandar Lampung pada tanggal 03 Agustus 1986, merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan Drs. M. Syafrani, dan Laili Hartini

Jenjang Akademis Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Pertiwi Bandar Lampung pada tahun 1998. Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sukamaju Teluk Betung Barat Bandar Lampung, lulus pada tahun 1998. kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2004, Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(3)

SAN WACANA

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing Terhadap Kampanye Calon-Calon Bupati Pesawaran”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemeritahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, sekaligu selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dan membantu penulis dalam proses perkuliahan 2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan, sekaligus selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam perkuliahan.

4. Bapak Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Arizka Warganegara, S.Ip., M.A., selaku Penguji, yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam proses perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Masnawati selaku Kepala Desa Lempangsing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, seluruh staf dan masyarakat yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis pada saat pelaksanaan penelitian 7. Seluruh dosen, staf administrasi, penjaga ruang baca dan karyawan FISIP

Unila terima kasih atas jasa-jasa kalian penulis dapat menyelesaikan studi. 8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku Drs. M. Syafrani dan Laili Hartini yang

selalu bekerja keras, upaya dan jerih payah demi menjadikan penulis seorang sarjana. Kupersembahkan karya ini untuk kalian.

9. Adikku Yulianti, dan Dwi Permata Hati SR terima kasih atas dukungan kalian selama ini.

10.Untuk ”Nana Mulyanah” seseorang yang selalu ada suka maupun duka dan selalu memberiku semangat serta motivasi yang positif dan kaulah yang membangkitkan aku di saat ku terjatuh dalam keterpurukan, kau menuntunku hingga aku dapat berlari mengejar impian ku saat ini dan membuatku semakin mengerti untuk selalu menjalankan hidup ini agar menjadi lebih baik dan


(5)

bermakna dalam melakukan segala hal dan kau jua memberikan warna warni dalam hidup ku yang tak pernah aku dapatkan slma ini dalam hidup ku. Terima kasih banyak ya dd qu cayang selalu membantu dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ku ini.

11. Semua Saudaraku, atas motivasi dan doa yang diberikan.

12. Anak-anak Pemerintahan Angkatan 05 kita semua harus selalu kompak dan eksist, khususnya buat anggota DMFC klub: Dani Iskandar Yusuf Mamangx aug, Ari Kurniawan Tongky Alias Bobi, Amran The Bedul, Hastanto Pribadi Alias Jawa, Trisma Mbul, Fajri Alias Ojes alias Warek, Eki alias kyai, Dede dan Anggara. Hastanto Alias Jawa terimakasih telah menjadi moderator dan buat kawan kawan DMFC ayo kita wisudabareng, kik mak ganta kapan lagi. 13. Buat seseorang yang telah menjadi bagian masa laluku, terimakasih kau telah

memberikan kepahitan dalam hidup ku sehingga aku dapat merasakan kepedihan dan membuat aku belajar untuk dapat saling menghargai 07.

14. Seluruh pihak yang membantu memberi inspirasi dan motivasi penulis untuk bisa menjadi lebih baik dan optimis menyongsong masa depan.

Semoga sumbangsih yang telah mereka berikan, Insyaallah akan dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan ummat, Amien.

Bandar Lampung November 2010


(6)