Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak di Puskesnas Padang Bulan Medan 2011

(1)

PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2011

Oleh:

NILA HAIRANI SARAGIH 090100150

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2011

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

NILA HAIRANI SARAGIH 090100150

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak di Puskesnas Padang Bulan Medan 2011

Nama : Nila Hairani Saragih

NIM : 090100150

Pembimbing Penguji I

(dr.Tetty Aman Nasution,M.Med.Sc) (Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP(K) NIP : 197001091997022001 NIP : 130365293

Penguji II

(dr.Andrianmuri Primaputra,Sp.An Mked (An)) NIP : 198111072008011009

Medan, Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak di bawah 5 tahun. Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat. ISPA menjadi perhatian untuk anak-anak baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Menurut Riskerdas, anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak .

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Padang Bulan Medan dan dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 2012 yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita ISPA pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita ISPA pada tahun 2011 dengan menggunakan consecutive sampling yang diolah dengan program SPSS dan disajikan dalam distribusi frekuensi.

Hasil yang diperoleh bahwa prevalensi ISPA di puskesmas Padang Bulan tahun 2011 adalah 202 kasus. Berdasarkan usia, paling banyak pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu 100 penderita (49,5%), berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 106 penderita (52,5%), dan berdasarkan keluhan utama , terbanyak pada penderita demam yaitu 125 penderita (61,9%).

Berdasarkan hasil penelitian ini, kasus ISPA terbanyak diderita oleh anak perempuan.

Kata kunci : ISPA, prevalensi, Anak


(5)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the major causes of mortality and morbidity in children under 5 years. ARI symptoms are very commonly found in the community. ARI is a major problem for children both in developed and developing countries. According to Riskerdas, children and toddlers are very vulnerable to infection due to low immunity system. That causes the prevalence and symptoms of respiratory infection are very high for children.

This research is a descriptive study conducted in ARI patients at Padang Bulan health center from June to October 2012 which aimed to determine the prevalence of patients with ARI in children based on age, sex, and the main complaint. The study population is the entire medical record of ARI cases in 2011 by using a consecutive sampling processed with SPSS and presented in frequency distribution.

The results shown that the prevalence of ARI at Padang Bulan Health Center in 2011 was 202 cases. The incident mostly found in the age group 1-3 year which number was about100 patients (49.5%), female was more common than male, the number was 106 patients (52.5%), and fever was the most common main complaint, found in 54 patients (26.7%).

Based on the results above, ARI was most commonly found in female children.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah ) ini yang berjudul “Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan 2011”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, SP. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Tetty Aman Nst, M.Med.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan KTI ini.

3. Hadi Saragih, SE dan Hj.Hanifah Pasaribu selaku orang tua penulis yang menjadi semangat dan motivasi dalam menulis KTI ini.

4. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran USU.

5. Sahabat-sahabat dan teman saya Muhammad Abduh, Aaron Tumewu, Imela Sari, Fadil yang telah memberikan motivasi dan meluangkan waktu untuk membantu saya dalam penelitian dan berdiskusi tentang KTI.

Demikianlah ucapan terima kasih ini disampaikan. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2013

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak……… ii

Abstract……….. iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi………. v

Daftar Tabel……… vii

Daftar Gambar ... viii

Lampiran……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ... 5

2.1.1. Definisi ISPA ... 5

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Klasifikasi ... 7

2.1.4. Gambaran Klinik ... 7

2.1.5. Faktor Resiko ISPA ... 11

2.1.6. Patofisiologi ... 13

2.1.7. Diagnosis ... 15

2.1.8. Terapi ... 16

2.1.9. Pencegahan ... 17

2.2. Sistem Imun ... 18

2.2.1. Definisi Imun ... 18

2.2.2.Tipe Sistem ... 18


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2 Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 25

5.1 Hasil Penelitian……… 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……… 25

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 25

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia………... 25

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin……… 26

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama…………. 26

5.2 Pembahasan………. 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 30

6.1 Kesimpulan………. 30

6.2 Saran……… 30

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Enam Kelompok Besar Virus Pernafasan Sebagai

Penyebab ISPA……….. 6 Tabel 5.1 Distribusi Usia Penderita ISPA………. 25 Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Penderita ISPA………. 25 Tabel 5.3 Distribusi Keluhan Utama Penderita ISPA…….. 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Data Induk

Lampiran 4 Hasil Output Lampiran 5 Ethical Clearance


(12)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak di bawah 5 tahun. Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat. ISPA menjadi perhatian untuk anak-anak baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Menurut Riskerdas, anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak .

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Padang Bulan Medan dan dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 2012 yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita ISPA pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita ISPA pada tahun 2011 dengan menggunakan consecutive sampling yang diolah dengan program SPSS dan disajikan dalam distribusi frekuensi.

Hasil yang diperoleh bahwa prevalensi ISPA di puskesmas Padang Bulan tahun 2011 adalah 202 kasus. Berdasarkan usia, paling banyak pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu 100 penderita (49,5%), berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 106 penderita (52,5%), dan berdasarkan keluhan utama , terbanyak pada penderita demam yaitu 125 penderita (61,9%).

Berdasarkan hasil penelitian ini, kasus ISPA terbanyak diderita oleh anak perempuan.

Kata kunci : ISPA, prevalensi, Anak


(13)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the major causes of mortality and morbidity in children under 5 years. ARI symptoms are very commonly found in the community. ARI is a major problem for children both in developed and developing countries. According to Riskerdas, children and toddlers are very vulnerable to infection due to low immunity system. That causes the prevalence and symptoms of respiratory infection are very high for children.

This research is a descriptive study conducted in ARI patients at Padang Bulan health center from June to October 2012 which aimed to determine the prevalence of patients with ARI in children based on age, sex, and the main complaint. The study population is the entire medical record of ARI cases in 2011 by using a consecutive sampling processed with SPSS and presented in frequency distribution.

The results shown that the prevalence of ARI at Padang Bulan Health Center in 2011 was 202 cases. The incident mostly found in the age group 1-3 year which number was about100 patients (49.5%), female was more common than male, the number was 106 patients (52.5%), and fever was the most common main complaint, found in 54 patients (26.7%).

Based on the results above, ARI was most commonly found in female children.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaf, 2009). ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis sulit ditegakkan. World Health Organization memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak – anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dari Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2002).

Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di dunia, karena penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di masyarakat. ISPA merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA menjadi perhatian bagi anak-anak (termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2007).

Prevalensi ISPA tahun 2007 di Indonesia adalah 25,5% (rentang: 17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan gejala penyakit. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.


(15)

Angka ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran per kapita lebih rendah (Riskerdas, 2007).

Salah satu penyebab kematian akibat ISPA adalah Pneumonia dimana penyakit ini disebabkan oleh infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae. Banyak kematian yang diakibatkan oleh pneumonia terjadi di rumah, diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi (Rasmaliah, 2004). Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit (WHO, 2007).

Di Indonesia, prevalensi nasional ISPA 25% (16 Provinsi di atas angka rasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Riskerdas, 2007). Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).

Menurut survey kesehatan Indonesia, angka kematian Balita pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup, sementara perkiraan kelahiran hidup


(16)

diperoleh 4.467.714 bayi. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung jumlah kematian balita 196.579. Menurut Riskesdas penyebab kematian balita karena pneumonia adalah 15,5%. Dan jumlah kematian balita akibat pneumonia setiap harinya adalah 30.470 atau rata – rata 83 orang balita ( Depkes, 2007).

Di Kota Medan penyakit ISPA sebanyak 225.494 kasus (47,62%) dan di Kabupaten Deli Serdang kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (31,7%). Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai angka morbiditas yang tinggi terhadap kejadian ISPA pada balita (Agustama, 2005).

Berdasarkan data epidemiologi dan studi sejenis, sekarang ini sudah banyak yang diketahui tentang masalah ISPA. Namun demikian masih ada beberapa hal yang cenderung menjadi penting dan perlu diketahui lebih lanjut, misalnya saja ISPA pada negara berkembang masih lebih banyak disebabkan oleh golongan bakteri daripada golongan virus. Selain itu, perlu ditentukan jenis antibiotika yang paling tepat mengingat pola resistensi bakteri terhadap antibiotika tertentu cenderung berbeda menurut waktu maupun daerah, pengelolaan penderita ISPA secara lebih bermutu di tingkat masyarakat, puskesmas, dan rumah sakit. Dari masalah pokok tentang kecenderungan tersebut, jelaslah bahwa penentuan etiologi ISPA menjadi bagian yang terpenting (Agustama, 2005).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana Prevalensi Penyakit ISPA pada Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan 2011.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimanakah Prevalensi ISPA pada Anak di puskesmas Padang Bulan tahun 2011?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Prevalensi ISPA pada Anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui Prevalensi ISPA pada anak di Puskesmas Padang Bulan tahun 2011 berdasarkan umur, keluhan utama, dan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar dapat terhindar dari penyakit ISPA, sehingga dapat membantu menurunkan prevalensi ISPA pada anak.

2) Sebagai wawasan dan informasi tentang ISPA bagi masyarakat luas dan dapat dikembangkan menjadi data-data untuk penelitian lanjutan bagi para peneliti.

3) Sebagai wadah aplikasi ilmu penulis selama menempuh studi di Fakultas Kedokteran USU.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi ISPA

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih 50% dari absensi atau dari semua angka itu tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kejadian ISPA tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup di masyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatrian, sekolah yang juga menyelenggarakan pemondokan (Alsagaff, 2009).

2.1.2. Etiologi

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri. Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1986). WHO (1986), juga mengemukakan bahwa kebanyakan penyebab ISPA disebabkan oleh virus dan mikoplasma, dengan pengecualian epiglotitis akut dan pneumonia dengan distribusi lobular. Adapun virus-virus (agen non bakterial) yang banyak ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-anak adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus influenza A & B.


(19)

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim.

Virus pernapasan merupakan penyebab terbesar ISPA. Hingga saat kini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas akan tetapi sebaliknya beberapa jenis virus bersama-sama dapat pula memberikan gambaran yang hampir bersama-sama.

Tabel 2.1. Enam kelompok besar virus pernapasan sebagai penyebab ISPA

Group Virus Sub Group Tipe

Orthomyxorivus Paramyxovirus Metamyxovirus Adenovirus Picornavirus Coronavirus Influenza virus

Para influenza virus Respiratory syncytial Virus (RS-virus)

Rhinovirus

Coxsackie virus A Coxsackie virus B Echovirus ? A B C 1-4 1-31 1-55 1-21 1-6 1-32


(20)

2.1.3. Klasifikasi

Menurut Depkes RI (2002), klasifikasi ISPA pada anak dibagi atas: 1) ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek, dan sesak.

2) ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak , suhu tubuh > 390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

3) ISPA berat

Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

2.1.4. Gambaran Klinik

Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah : rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung pada malam hari biasanya menunjukkan adanya penyulit (Alsagaff, 2009).

1. Enam gambaran sindroma ISPA yang disebabkan Virus a. Sindroma Korisa (Coryzal / Common Cold Syndrome)

Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung, bersin-bersin, kadang-kadang disertai sekresi air mata dan konjungtivitis ringan. Sekresi hidung mula-mula cair kemudian mukoid dan selanjutnya menjadi purulen.


(21)

Obstruksi sinus paranasalis dan tuba Eustachii disebabkan oleh sembab mukosa dan sering menimbulkan nyeri kepala dan nyeri setempat. Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak dan rasa nyeri tenggorok. Kadang-kadang disertai keluhan sistemik berupa nyeri kepala, mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin. Penyebab sindroma ini biasanya rhinovirus, parainfluenza I dan II, echovirus, coxcaskie.

b. Sindroma Faring (Pharyngeal Syndrome)

Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri tenggorok dengan derajat ringan sampat berat. Selain itu, terdapat keradangan faring dan pembesaran adenoid serta tonsil, kadang-kadang adenoid sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi pada hidung, bercak-bercak serta eksudasi berwarna di dapatkan pada permukaan tonsil disertai pembesaran kelenjar di leher, sering dijumpai penderita dengan batuk-batuk tanpa disertai korisa.

Gejala umum sindroma faring berupa panas dingin, malaise, nyeri ataupegal seluruh badan, nyeri kepala dan terkadang suara parau. Penyebab utama sindroma ini adalah adenovirus, tetapi dapat juga disebabkan oleh virus influenza, parainfluenza, coxsazkie dan echovirus. Bila penyebab ISPA di dalam satu keluarga ialah adenovirus dan enterovirus, maka proses penyakit dapat berlangsung lama karena virus masih tetap ditemukan dalam tinja selama berminggu-minggu.

c. Sindroma Faringkonjungtiva

Merupakan varian dari sindroma faring disebabkan oleh virus yang sama. Gejala klinik diawali dengan faringitis yang berat kemudian diikuti dengan konjungtivitis yang sering kali bilateral, dapat pula dimulai dengan


(22)

itu sendiri. Pada sindroma faringokonjungtiva didapatkan fotofobi dan nyeri pada bola mata. Sindroma ini banyak terdapat pada anak sekolah dan penggemar berkemah pada musim semi dan panas.

d. Sindroma Influenza

Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan fisik cukup berat, dengan gejala batu, meriang, panas badan, lemah badan, nyeri kepala, nyeri tenggorok, nyeri retrosternal, nyeri seluruh tubuh, malaise dan anoreksia. Gejala-gejala ini terjadi secara mendadak dan dengan cepat dapat menular ke semua anggota keluarga dalam satu rumah.

Pada proses penyakit yang ringan, sindroma influensa sering kali mempunyai gambaran klinik yang menyerupai sindroma korisa atau sindroma faring. Pada pandemi cenderung terjadi gambaran klinik yang lebih jelek yang disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.

Infeksi bakterial karena Stafilokokus piogenes menjadi penyebab trakeobronkitis nekrotikans. Infeksi bakterial lain juga dapat menimbulkan penyulit pada influenza.

e. Sindroma Herpangina

Gambaran klinik sindroma herpangina berupa vasikel-vasikel yang terdapat di dalam mulut dan faring. Vesikel ini kemudian mengalami ulserasi dengan tepi yang membengkak, nyeri tenggorokan, nyeri kepala dan panas badan. Penyebab sindroma herpangina adalah virus Coxsackie A dan umumnya menyerang anak-anak.


(23)

f. Sindroma Laringotrakeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome)

Pada anak-anak, gambaran klinik dari sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif akutan tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak napas yang disertai stridor inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan sistemik lain.

Gejala awal sering ringan yaitu berupa sindroma korisa, kemudian cepat memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan penarikan-penarikan sela antar iga toraks bagian bawah serta penggunaan otot-otot napas bantu secara menonjol.

Penyebab utama keadaan ini adalah virus parainfluenza, adenovirus dan virus influenza. Pada umumnya gejala tersebut menghilang dengan cepat, akan tetapi ada kalangnya berkembang menjadi kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan trakeostomi dengan segera. Hal ini disebabkan ada superinfeksi bakterial yang biasanya disebabkan oleh kuman Streptokokus hemolitikus dan stafilokokus. Pada keadaan gawat dapat diberikan antibiotika ampisilin atau eritromisin. Pemberian kotrikosteroid intervena sering juga diperlukan. Sindroma ini harus dibedakan dengan infeksi bakterial karena mempunyai gambaran klinis yang sama.

1. Tanda-tanda Klinis

Pada sistem respiratorik adalah : tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah : tachycardia, bradycardia, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah ; gelisah, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.


(24)

Pada hal lain adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin ( doktermoez, 2009 )

2.1.5. Faktor Resiko ISPA

1. Faktor Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi yang dilahirkan dengan BBLR mudah terserang ISPA.Ini karena, bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh yang rendah terhadap mikroorganisme patogen. Menurut penelitian Saleha, anak yang lahir dengan BBLR lebih rentan terkena infeksi.(Saleha, 2002).

2. Faktor Umur

Faktor resiko ISPA juga sering disebutkan dalam literature adalah faktor umur. Adanya hubungan antara umur anak dengan ISPA mudah dipahami, karena semakin muda umur balita, semakin rendah daya tahan tubuhnya. Anak berumur kurang dari dua tahun memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang ISPA. Depkes (2000), menyebutkan resiko terjadinya ISPA yaitu pneumonia terjadi pada umur lebih muda lagi yaitu kurang dari dua bulan. Anak dengan umur kurang dari 2 tahun merupakan anak yang sangat beresiko terkena penyakit pneumonia. Hal ini disebabkan karena anak di bawah umur 2 tahun imunisasai belum sempurna dan saluran pernafasan relative sempit (Naria et al, 2008).


(25)

3. Faktor Vitamin

Diketahui adanya hubungan antara pemberian vitamin A dengan resiko terjadi ISPA. Anak dengan xerophthalmia ringan memiliki resiko 2 kali untuk menderita ISPA.Depkes (2000), menyebutkan bahwa keadaan defisiensi vitamin A merupakan salah satu faktor resiko ISPA. Defisiensi vitamin A dapat menghambat pertumbuhan balita dan mengakibatkan pengeringan jaringan epitel saluran pernafasan.Gangguan pada epitel ini juga menjadi penyebab mudahnya terjadi ISPA.

4. Faktor Gangguan Gizi (Malnutrisi)

Malnutrisi dianggap bertanggungjawab terhadap ISPA pada balita terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini mudah dipahami karena keadaan malnutrisi menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh anak. Hal tersebut memudahkan masukya agen penyakit ke dalam tubuh. Malnutrisi menyebabkan resistensi terhadap infeksi menurun oleh efek nutrisi yang buruk. Menurut WHO (2000), telah dibuktikan bahwa ada hubungan antara malnutrisi dengan episode ISPA.

5. Faktor Pendidikan Ibu

Ibu dengan pendidikan yang baik akan memiliki akses informasi yang lebih luas sehingga berdampak positif terhadap cara merawat bayi. Kemampuan merawat bayi oleh seorang ibu ada hubungannya dengan tingkat kemampuan masyarakat. Itulah sebabnya sehingga Infant Mortality Rate (IMR) suatu negara dijadikan sebagai parameter terhadap kemajuan negara tersebut (Romelan, 2006).

6. Status Sosioekonomi

Diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi yang baik akan lebih baik


(26)

dalam menurunkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dibandingkan dengan ekonomi yang rendah ( Yulihanday, 2000 ).

7. Polusi Udara

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan ( Prabu, 2009 ). Selain itu adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru, sehingga mempermudah timbulnya gangguan pada saluran pernafasan (Chahaya, 2005).

2.1.6 Patofisiologi

Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu :

1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia 2. Makrofag alveol


(27)

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah :

1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara 2. Sindroma imotil

3. Pengobatan dengan O2 kosentrasi tinggi (25% atau lebih)

Makrofag banyak terdapat di alveol dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas, dan lain-lain.

Walaupun saluran napas atas secara langsung terpajan ke lingkungan namun infeksi relatif jarang terjadi dan jarang berkembang menjadi infeksi saluran napas bawah yang mengenai bronkus atau alveolus. Terdapat banyak mekanisme protektif di sepanjang saluran napas untuk mencegah infeksi. Refleks batuk mengeluarkan benda asing dan mikro organisme, dan membuang mukus yang tertimbun. Terdapat lapisan mukosiliaris yang tediri dari sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mukus. Silia bergerak secara ritmis untuk mendorong muskus, dan semua mikro organisme yang terperangkap di dalam mukus, ke atas ke nasofaring tempat mukus tersebut dapat dikeluarkan sebagai sputum, dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai sistem eskalator mukosiliaris.


(28)

Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan saluran nafas atas, maka mikroorganisme akan dihalang oleh lapisan pertahanan ketiga yang penting, sistem imun, untuk mencegah mikro organisme oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di sistem pernapasan, atau apabila mikro organismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran napas bagian bawah ( Corwin, 2000 ).

2.1.7. Diagnosis

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri.

Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan : 1. Biakan Virus

Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media galatine, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 40C.untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat tersebut dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan mikoplasma pneumonia digunakan media trypticase, soya boillon dan bovine albumine (TSB).

2. Reaksi serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain, pengikatan komplemen,reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.


(29)

3. Diagnostik Virus Secara Langsung

Dengan cara khusus yaitu imunofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza dan mikoplasma pneumonia. Mikroskop elektron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.

Selain dari ketiga cara di atas, dapat juga dilakukan cara yang lebih sederhana walaupun tidak khas yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah elukosit, dan hitung jenis. Jarang sekali terjadi leukositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah. Bila terjadi leukopenia, berarti ada gambaran klinik yang berat. Pada hitung jenis dapat dijumpai eosinofilia, limfopenia dan netrofilia. Beberapa infeksi edngan bakteria dapat pula memberikan leukopenia seperti infeksi karena tifus abdomilitis. Leukositosis dengan peningkatan sel Polimorfonuklear di dalam darah maupun sputum mendandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri ( Alsagaff , 2009 ).

2.1.8. Terapi

Terapi ditujukan untuk : 1. Simtomatik

- Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron - Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin

- Hipnotika - Roboransia


(30)

2. Penyulit

- Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada asma bronkial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta adrenergic

- Antibiotika perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri. Terapi infeksi saluran nafas memang tidak hanya bergantung pada antibiotika. Beberapa kasus infeksi saluran nafas atas akut disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi suportif berperan besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena berdampak mengurangi gejala, meningkatkan perfoma pasien. (Direktorat, 2005).

2.1.9. Pencegahan

Belum ditemukan vaksin efektif dan memuaskan, tetapi telah dikembangkan vaksin terhadap virus influenza dengan menggunakan virus yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksinasi dilakukan dengan cara meneteskan vaksin pada mukosa hidung atau cara parenteral, yaitu dengan menyuntikkan vaksin yang telah dilarutkan di dalam air terlebih dahulu.

Hati-hati pada orang yang alergi terhadap protein telur. Sasaran vaksinasi ialah kelompok masyakat yang mudah timbul penyulit bila terjadi wabah influenza, misalnya pada kelompok lanjut usia, bayi, anak-anak kecil. Vaksinasi tidak dianjurkan atau kontrak indikasi pada wanita hamil dan penderita dengan defisiensi sistem imun.

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

- Menjaga keadaan gizi agar tetap baik - Immunisasi


(31)

- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan - Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Selain itu, landasan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk perawatan pasien ISPA meliputi pengenalan pasien secara dini dan cepat, penalaksanaan tindakan pengendalian infeksi rutin untuk semua pasien (WHO, 2007).

2.2. Sistem Imun 2.2.1. Definisi Imun

Imun adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang beperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinai sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja, 2009).

2.2.2. Tipe Sistem

Imun Imunisasi terbagi kepada dua, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri, misalnya imunisasi polio atau campak, sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat, misalnya penyuntikan Anti Tetanus Serum (ATS) pada orang yang mengalami luka kecelakaan (Markum, 2000).


(32)

2.2.3. Reaksi Tubuh Terhadap Antigen

Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Oleh itu, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Bratawidjaja, 2009).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Prevalensi.

DefInisi operasional: prevalensi ialah jumlah keseluruhan kasus penderita ISPA pada anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011

Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis

Skala pengukuran : nominal.

Prevalensi Penderita Penyakit

ISPA pada anak Karakteristik

• Umur • Keluhan

utama • Jenis


(34)

3.2.2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Definisi operasional : infeksi saluran pernafasan akut ialah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk jaringan adneksanya

Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis

Skala pengukuran : nominal.

3.2.3. Karakteristik Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Karakteristik pada penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang ingin diteliti dapat dibagi menjadi 3 yaitu umur, keluhan utama, jenis kelamin. 1. Umur

Definisi operasional : umur yang dimaksud adalah umur penderita yang tercatat dalam rekam medis. Dalam penelitian ini, kelompok usia dibagikan kepada beberapa kelompok yaitu:

i. Kelompok yang berumur 0- 3 tahun ii. Kelompok yang berumur 4-6 tahun iii.Kelompok yang berumur 7-9 tahun

Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis


(35)

2. Keluhan Utama

Definis operasional : Keluhan utama merupakan sebab utama pasien infeksi saluran pernafasan akut yang datang ke puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keluhan yang paling sering diderita oleh pasien infeksi saluran nafas akut di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis

Skala pengukuran : nominal

3. Jenis kelamin

Definisi operasional : Jenis kelamin adalah identitas pasien yang dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Cara ukur : dilihat dari rekam medis

Alat ukur : rekam medis Skala pengukuran : nominal


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat suatu gambaran tentang keadaan yang objektif, dengan desain cross sectional. Dalam hal ini, gambaran penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pernafasan akut pada anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2012 s/d Oktober 2012. Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu:

1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, 3) Tahap penyelesaian.

Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini yang telah dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2012. Tahap pelaksanaan telah dilakukan pada bulan Juni 2012 hingga Oktober 2012. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui pengumpulan rekam medis, mengolah data, menginterprestasikan hasil dan menyimpulkan hasil penelitian. Tahap penyelesaian pula merupakan tahap terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi, jilid dan penyerahan hasil karya tulis ilmiah pada akhir bulan November 2012.


(37)

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan,Medan. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Alasan dipilih tempat tersebut adalah tempatnya strategis, mudah dijangkau, dan belum pernah dilakukan penelitian di puskesmas tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Padang Bulan dari Januari s/d Desember 2011 yang menderita infeksi saluran pernafasan akut. 4.3.2 Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.( Sastroasmoro, 2008 ) 4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana semua data yang diperlukan diperoleh dari rekam medis pasien ISPA.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperlukan dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien ISPA. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program Stastistical Product and Service Solution (SPSS).

Dalam penelitian ini, data adalah berbentuk ketegorik dan akan dianalisis dengan cara deskriptif. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan bagian rekam medis. Puskesmas ini berada di dekat daerah kota dan akses untuk menuju ke Puskesmas ini mudah. Oleh sebab itu Puskesmas ini dijadikan tempat untuk dilakukan penelitian,

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah penderita penyakit Infeksi ISPA di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 202 responden. Semua data diambil dari data sekunder yaitu rekam medis pasien.

5.1.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia

Berdasarkan penelitian, di dapat data penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak paling banyak dijumpai pada kelompok usia 1-3 tahun sebanyak 100 penderita (49,5%), kemudian diikuti dengan kelompok usia 4-6 tahun sebanyak 68 penderita (33,7%), kelompok usia 7-9 tahun sebanyak 34 penderita (16,8%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah :


(39)

Tabel 5.1 Distribusi Usia Penderita ISPA

Usia N % 1 - 3 tahun 100 49,5

4 – 6 tahun 68 33,7 7 – 9 tahun 34 16,8

Total 202 100,0 5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian, sampel penelitian penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah 106 orang perempuan (52,5%) dan 96 orang laki-laki (47,5%). Dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Penderita ISPA

Jenis Kelamin N % Laki-laki 96 47,5 Perempuan 106 52,5 Total 202 100,0

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama

Berdasarkan penelitian, penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak terbanyak didapatkan adalah penderita dengan riwayat demam yaitu sebanyak 125 orang (61,9%), penderita batuk sebanyak 69 orang (34,1%),


(40)

penderita flu sebanyak 8 orang (4,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Keluhan Utama Penderita ISPA

Keluhan Utama N %

Demam 125 61,9

Batuk 69 34,1

Flu 8 4,0


(41)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi ISPA di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2011. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai Oktober 2012 dan didapatkan 202 penderita ISPA.

Menurut Alsagaf (2009) ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Dan menurut WHO (2002) ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis sulit ditegakkan. World Health Organization memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak – anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dari Afrika dan Asia Tenggara.

Dari tabel 5.1 dapat dilihat penderita ISPA yang paling banyak adalah kelompok usia 1-3 tahun yaitu sebanyak 100 orang (49,5%). Hal ini dapat terjadi ISPA karena ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2007). Hal ini juga dijelaskan Smith (2005) bahwa Lebih dari 90% anak yang meninggal akibat ISPA, dan meninggal karena demam. Secara global, ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian anak (28% kematian anak balita). Dan Dari hasil penelitian Alasagaf dan Mukti (2008) dalam Saftari (2009) yang dilakukan didapatkan penderita ISPA yang paling banyak berasal dari kelompok usia 1-3 tahun dengan prevalensi 1,71 kali lebih besar untuk mendapatkan ISPA. Hal ini terbukti dari penelitian ini, dimana yang paling banyak menderita ISPA adalah kelopok uisa 1-3 tahun.


(42)

Dari tabel 5.2 dilihat kejadian ISPA pada perempuan lebih sering yaitu sebanyak 106 orang (52,5%), sedangkan pada laki-laki lebih sedikit yaitu 96 orang (7,5%). Menurut Sarijan (2005), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA. Dan menurut Kholisah et all (2009), dari penelitian yang dilakukan didapati laki-laki (51,5%) dan perempuan (48,5%) dengan p 0,174 yang mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi saluran pernafasan akut. Berbeda dengan hasil penelitian ini, yang terbanyak adalah perempuan. Ini disebabkan oleh jumlah sampel pada peneliti tersebut lebih sedikit. Selain itu menurut Riskerdas, (2007), prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran per kapita lebih rendah (Riskerdas, 2007).

Berdasarkan keluhan utama pada tabel 5.3, keluhan ISPA lebih sering pada anak yang menderita demam sebanyak 125 orang (61,9%). Menurut hasil penelitian Sikolia, et al didapatkan bahwa gejala demam sebagai gejala infeksi saluraan nafas akut yang tersering pada anak dibawah 5 tahun. Hal ini juga di dukung dari penelitian Holimah (2008) yang menyatakan bahwa penyebab infeksi saluran pernafasan akut yang terbanyak karena demam dalah 55 anak (76,3%). Dan menurut Alsagaff (2009), gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah demam rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung pada malam hari biasanya menunjukkan adanya penyulit.


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak tahun 2011 yaitu 202 orang.

2. Jumlah kasus terbanyak penderita pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan usia yang paling banyak adalah pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu sebanyak 100 penderita (49,5%)

2.Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah pada perempuan yaitu sebanyak 106 penderita (52,5%) .

3.Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan keluhan utama yang paling banyak terdapat pada keluhan demam yaitu sebanyak 125 penderita (61,9%).

6.2 Saran

1. Penelitian ini adalah deskriptif dengan metode cross sectional dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu perlu penelitian yang lebih lanjut dengan mencari hubungan status imunisasi terhadap pasien.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan dapat dianalisis. Selain itu diharapkan untuk menggunakan sampel lebih, agar dapat memperkaya data, dan mendapatkan hasil prevalensi yang lebih jelas.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agustama, 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Tesis, Universitas Medan.

Diperoleh da

April 2011]

Alsagaff, Hood & H. Abdul Mukty, 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,2000. Etiologi ISPA.

Diperoleh dari

Baratawidjaja, Karnen Garna, 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : FK UI.

Corwin, Elisabeth J BSN, PhD, 2000. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC, hal. 539

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pneumonia. dari: http://www.depkes.go.id/download/publikasi/buletin% 20Pneumonia.pdf

[ diakses pada tanggal 30 April 2012].

Depkes RI (2000). Informasi Tentang ISPA pada Anak Balita, Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Saluran

Pernafasan Akut. Diperoleh da farmasis


(45)

Doktermoez, 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diperoleh dari :

[diakses pada tanggal 28 April 2012].

Holimah, 2008. Prevalensi Penyebab Demam Sederhana pada Balita yang DirawatInap di RSU Saiful Anwar Malang periode 1 januari-31 desember 2008. Diperoleh dari : hhtp://eprints.umm.ac.id [diakses pada tanggal 1 Nopember 2012].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pneumonia Penyebab Kematian Utama. Diperoleh dari: http://www.depkes.go.id /index.php

/berita/press-release/410-pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html. [diakses pada tanggal 28 april 2012].

Naria, Evi et al., 2008. Hubungan Kondisi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan

Tuntungan. Diperoleh dari

tanggal 20 April 2012].

Nasution, Kholisah et al., 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Balita di daerah

Urban Jakarta. Diperoleh da

tanggal 18 Nopember 2012].

Nur, H. M., 2004. Fakor faktor yang berhubungan dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balitadi Kelurahan Pasie Tangah kota Padang. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Diperoleh dari:

Paediatrica Indonesiana, 2010. The Indonesian Jorunal of Pediatric & Perinatal Medicine. Acute Respiratory Infection. Diperoleh dari :


(46)

Prabu, putra, 2009. Faktor Resiko ISPA. Diperoleh dari://http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/8/faktorresikoISPApada

Balita. [diakses pada tanggal 26 April 2012].

Rasmaliah, 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) dan tanda tanda bahaya ISPA. Diperoleh dari : http://repository .usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf. [diakses pada 2 Mei 2012].

Romelan, 2006. Kaitan antara Karakteristik Balita dan Ibu dengan Kejadian

ISPA. Diperoleh dari

tanggal 25 April 2012].

Saftari, Dewi., 2009. Hubungan Antara Faktor Usia dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah pada Anak usia 1 bulan Sampai 5 tahun. Diperoleh dari :http//etd.eprints.ums.ac.id [ diakses pada Tanggal 28 Oktober 2012].

Saleha, A., 2002. Hubungan Antara BBLR dengan kejadian Infeksi ( diare dan ISPA) pada bayi usia 1-12 bulan di RSUP Kariadi Semarang. Diperoleh

dari

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Sarijan, 2005. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku keluarga terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Desa Banjararjo Kecamatan Ayah.

Diperoleh dari :

November 2012].


(47)

Suhandayani, I., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ISPA. Universitas Negeri Semarang. Diperoleh dari: http: //digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. [diakses pada tanggal 5 mei 2012].

WHO, 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menjadi epidemic dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Diperoleh dari:

World Health Organization, 2002, WHO World Health Organization Report 2000, WHO, Genewa.


(48)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nila Hairani Saragih Tempat/ Tanggal Lahir : P. Siantar , 4 Februari 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl.Dr. Mansyur no 80A Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK YPHI P.Siantar (1995-1996) 2. SD Negeri 122350 P. Siantar (1996-2002) 3. SMP Swasta Taman Siswa P.Siantar (2002-2005) 4. SMA Negeri 3 P. Siantar (2005-2008) 5. Perguruan Tinggi Negeri FK USU (2009 s.d. skrg) Riwayat Pelatihan, kepanitiaan, dan organisasi : :

1. Seminar & Workshop “Vital Sign” SCOPH PEMA FK USU tahun 2009 2. Peserta Islamic Medicine 1 PHBI FK USU tahun 2010

3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology TBM FK USU PEMA FK USUtahun 2010

4. Panitia Bakti Sosial Wilayah-I ISMKI tahun 2011 5. Panitia PMB FK USU tahun 2012


(49)

HASIL OUTPUT

Statistics

Umur

N Valid 202

Missing 0

Mean 1.67

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 tahun 100 49.5 49.5 49.5

4-6 tahun 68 33.7 33.7 83.2

7-9 tahun 34 16.8 16.8 100.0

Total 202 100.0 100.0

Statistics

jeniskelamin

N Valid 202

Missing 0


(50)

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 96 47.5 47.5 47.5

perempuan 106 52.5 52.5 100.0

Total 202 100.0 100.0

Statistics

Keluhanutama

N Valid 202

Missing 0

Mean 4.5990

Keluhanutama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid demam 54 26.7 26.7 26.7

batuk 30 14.9 14.9 41.6

sakit tenggorokan 1 .5 .5 42.1

demam,batuk 39 19.3 19.3 61.4

demam,flu 8 4.0 4.0 65.3

batuk,flu 34 16.8 16.8 82.2

batuk,sesak 3 1.5 1.5 83.7

demam,batuk,flu 24 11.9 11.9 95.5

Flu 8 4.0 4.0 99.5

batuk,flu sesak 1 .5 .5 100.0


(51)

DATA INDUK

Nama Umur Jenis Kelamin Keluhan Utama

1 1-3 tahun Perempuan demam,batuk

2 7-9 tahun Perempuan Batuk

3 1-3 tahun laki-laki Flu

4 1-3 tahun laki-laki Demam

5 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 6 7-9 tahun Perempuan batuk,sesak 7 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu

8 1-3 tahun laki-laki Demam

9 1-3 tahun Perempuan demam,flu

10 1-3 tahun Perempuan sakit tenggorokan 11 4-6 tahun laki-laki demam,flu

12 1-3 tahun laki-laki Demam

13 7-9 tahun Perempuan Demam

14 7-9 tahun laki-laki Demam

15 7-9 tahun Perempuan batuk,flu 16 4-6 tahun Perempuan batuk,flu

17 1-3 tahun Perempuan Batuk

18 7-9 tahun Perempuan Demam

19 4-6 tahun Perempuan Batuk

20 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

21 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu

22 4-6 tahun Perempuan Demam

23 7-9 tahun Perempuan demam,batuk

24 7-9 tahun Perempuan Demam

25 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 26 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu

27 1-3 tahun laki-laki Flu

28 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 29 1-3 tahun Perempuan batuk,sesak

30 1-3 tahun Perempuan Demam

31 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu

32 4-6 tahun laki-laki Batuk

33 1-3 tahun laki-laki Batuk

34 7-9 tahun laki-laki Demam

35 7-9 tahun laki-laki Demam

36 4-6 tahun Perempuan Batuk

37 4-6 tahun laki-laki batuk,sesak


(52)

40 1-3 tahun laki-laki Demam

41 7-9 tahun laki-laki Demam

42 4-6 tahun laki-laki Demam

43 1-3 tahun Perempuan demam,batuk

44 1-3 tahun laki-laki Demam

45 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 46 1-3 tahun Perempuan demam,batuk

47 1-3 tahun Perempuan Demam

48 1-3 tahun Perempuan demam,flu 49 1-3 tahun Perempuan demam,batuk

50 7-9 tahun Perempuan Demam

51 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu

52 4-6 tahun Perempuan Batuk

53 4-6 tahun Perempuan Demam

54 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu

55 4-6 tahun laki-laki Demam

56 7-9 tahun laki-laki demam,batuk 57 4-6 tahun laki-laki demam,batuk

58 4-6 tahun laki-laki Batuk

59 7-9 tahun laki-laki Demam

60 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu

61 4-6 tahun laki-laki Demam

62 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 63 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 64 7-9 tahun Perempuan demam,batuk

65 4-6 tahun laki-laki Demam

66 4-6 tahun laki-laki Demam

67 4-6 tahun Perempuan demam,flu 68 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

69 4-6 tahun Perempuan Demam

70 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 71 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu

72 4-6 tahun Perempuan Batuk

73 1-3 tahun Perempuan Batuk

74 4-6 tahun Perempuan Demam

75 7-9 tahun Perempuan Demam

76 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 77 4-6 tahun laki-laki batuk,flu

78 4-6 tahun Perempuan Batuk

79 7-9 tahun Perempuan Batuk


(53)

81 1-3 tahun laki-laki Demam

82 1-3 tahun Perempuan Demam

83 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu

84 4-6 tahun Perempuan Demam

85 1-3 tahun laki-laki Flu

86 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 87 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 88 4-6 tahun laki-laki batuk,flu sesak

89 4-6 tahun laki-laki Batuk

90 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu

91 1-3 tahun Perempuan Batuk

92 4-6 tahun laki-laki Demam

93 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

94 1-3 tahun Perempuan Batuk

95 1-3 tahun Perempuan demam,flu

96 1-3 tahun Perempuan Demam

97 4-6 tahun Perempuan batuk,flu

98 4-6 tahun Perempuan Batuk

99 4-6 tahun Perempuan Demam

100 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

101 7-9 tahun laki-laki Demam

102 1-3 tahun Perempuan Flu

103 1-3 tahun laki-laki Flu

104 4-6 tahun Perempuan Demam

105 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 106 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 107 4-6 tahun laki-laki batuk,flu

108 4-6 tahun laki-laki Batuk

109 7-9 tahun laki-laki Demam

110 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu

111 1-3 tahun Perempuan Demam

112 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

113 4-6 tahun laki-laki Demam

114 4-6 tahun laki-laki Batuk

115 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 116 7-9 tahun Perempuan demam,batuk

117 4-6 tahun laki-laki Batuk

118 4-6 tahun laki-laki Demam

119 4-6 tahun laki-laki Demam

120 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 121 1-3 tahun laki-laki batuk,flu


(54)

122 1-3 tahun laki-laki Flu

123 1-3 tahun laki-laki Demam

124 4-6 tahun Perempuan Batuk

125 7-9 tahun laki-laki Demam

126 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

127 4-6 tahun Perempuan Demam

128 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

129 7-9 tahun Perempuan Batuk

130 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 131 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 132 4-6 tahun Perempuan batuk,flu 133 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

134 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 135 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 136 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

137 4-6 tahun Perempuan Batuk

138 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 139 4-6 tahun Perempuan batuk,flu

140 4-6 tahun laki-laki Demam

141 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 142 7-9 tahun Perempuan demam,batuk

143 1-3 tahun Perempuan Batuk

144 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

145 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu 146 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

147 1-3 tahun Perempuan demam,flu 148 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 149 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 150 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

151 4-6 tahun Perempuan Demam

152 4-6 tahun laki-laki Demam

153 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 154 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 155 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu 156 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 157 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 158 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 159 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 160 1-3 tahun laki-laki demam,flu

161 1-3 tahun Perempuan Demam


(55)

163 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 164 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

165 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

166 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu 167 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu

168 1-3 tahun laki-laki Batuk

169 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 170 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 171 7-9 tahun laki-laki batuk,flu 172 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 173 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

174 1-3 tahun Perempuan Flu

175 1-3 tahun laki-laki Demam

176 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 177 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

178 1-3 tahun Perempuan Flu

179 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

180 1-3 tahun laki-laki Demam

181 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 182 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

183 1-3 tahun Perempuan Demam

184 1-3 tahun Perempuan Batuk

185 4-6 tahun Perempuan Demam

186 1-3 tahun laki-laki demam,batuk

187 1-3 tahun Perempuan Demam

188 7-9 tahun laki-laki Demam

189 4-6 tahun laki-laki demam,batuk

190 1-3 tahun Perempuan Demam

191 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 192 4-6 tahun laki-laki demam,batuk

193 1-3 tahun laki-laki Batuk

194 4-6 tahun laki-laki Batuk

195 1-3 tahun Perempuan Batuk

196 1-3 tahun Perempuan demam,flu 197 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 198 7-9 tahun Perempuan batuk,flu

199 7-9 tahun Perempuan Batuk

200 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 201 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 202 4-6 tahun Perempuan demam,batuk


(1)

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 96 47.5 47.5 47.5

perempuan 106 52.5 52.5 100.0

Total 202 100.0 100.0

Statistics Keluhanutama

N Valid 202

Missing 0

Mean 4.5990

Keluhanutama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid demam 54 26.7 26.7 26.7

batuk 30 14.9 14.9 41.6

sakit tenggorokan 1 .5 .5 42.1

demam,batuk 39 19.3 19.3 61.4

demam,flu 8 4.0 4.0 65.3

batuk,flu 34 16.8 16.8 82.2

batuk,sesak 3 1.5 1.5 83.7

demam,batuk,flu 24 11.9 11.9 95.5

Flu 8 4.0 4.0 99.5

batuk,flu sesak 1 .5 .5 100.0


(2)

DATA INDUK

Nama Umur Jenis Kelamin Keluhan Utama

1 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 2 7-9 tahun Perempuan Batuk

3 1-3 tahun laki-laki Flu 4 1-3 tahun laki-laki Demam 5 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 6 7-9 tahun Perempuan batuk,sesak 7 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 8 1-3 tahun laki-laki Demam

9 1-3 tahun Perempuan demam,flu 10 1-3 tahun Perempuan sakit tenggorokan 11 4-6 tahun laki-laki demam,flu 12 1-3 tahun laki-laki Demam 13 7-9 tahun Perempuan Demam 14 7-9 tahun laki-laki Demam 15 7-9 tahun Perempuan batuk,flu 16 4-6 tahun Perempuan batuk,flu 17 1-3 tahun Perempuan Batuk 18 7-9 tahun Perempuan Demam 19 4-6 tahun Perempuan Batuk 20 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

21 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 22 4-6 tahun Perempuan Demam

23 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 24 7-9 tahun Perempuan Demam 25 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 26 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 27 1-3 tahun laki-laki Flu

28 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 29 1-3 tahun Perempuan batuk,sesak 30 1-3 tahun Perempuan Demam

31 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu 32 4-6 tahun laki-laki Batuk

33 1-3 tahun laki-laki Batuk 34 7-9 tahun laki-laki Demam 35 7-9 tahun laki-laki Demam 36 4-6 tahun Perempuan Batuk 37 4-6 tahun laki-laki batuk,sesak 38 1-3 tahun Perempuan Batuk


(3)

40 1-3 tahun laki-laki Demam 41 7-9 tahun laki-laki Demam 42 4-6 tahun laki-laki Demam 43 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 44 1-3 tahun laki-laki Demam 45 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 46 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 47 1-3 tahun Perempuan Demam 48 1-3 tahun Perempuan demam,flu 49 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 50 7-9 tahun Perempuan Demam

51 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 52 4-6 tahun Perempuan Batuk

53 4-6 tahun Perempuan Demam

54 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu 55 4-6 tahun laki-laki Demam

56 7-9 tahun laki-laki demam,batuk 57 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 58 4-6 tahun laki-laki Batuk

59 7-9 tahun laki-laki Demam

60 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu 61 4-6 tahun laki-laki Demam

62 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 63 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 64 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 65 4-6 tahun laki-laki Demam 66 4-6 tahun laki-laki Demam 67 4-6 tahun Perempuan demam,flu 68 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 69 4-6 tahun Perempuan Demam

70 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 71 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 72 4-6 tahun Perempuan Batuk

73 1-3 tahun Perempuan Batuk 74 4-6 tahun Perempuan Demam 75 7-9 tahun Perempuan Demam

76 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 77 4-6 tahun laki-laki batuk,flu

78 4-6 tahun Perempuan Batuk 79 7-9 tahun Perempuan Batuk 80 7-9 tahun Perempuan Demam


(4)

81 1-3 tahun laki-laki Demam 82 1-3 tahun Perempuan Demam

83 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 84 4-6 tahun Perempuan Demam

85 1-3 tahun laki-laki Flu

86 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 87 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 88 4-6 tahun laki-laki batuk,flu sesak 89 4-6 tahun laki-laki Batuk

90 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 91 1-3 tahun Perempuan Batuk

92 4-6 tahun laki-laki Demam 93 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 94 1-3 tahun Perempuan Batuk

95 1-3 tahun Perempuan demam,flu 96 1-3 tahun Perempuan Demam 97 4-6 tahun Perempuan batuk,flu 98 4-6 tahun Perempuan Batuk 99 4-6 tahun Perempuan Demam 100 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 101 7-9 tahun laki-laki Demam 102 1-3 tahun Perempuan Flu 103 1-3 tahun laki-laki Flu 104 4-6 tahun Perempuan Demam 105 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 106 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 107 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 108 4-6 tahun laki-laki Batuk 109 7-9 tahun laki-laki Demam

110 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 111 1-3 tahun Perempuan Demam

112 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 113 4-6 tahun laki-laki Demam 114 4-6 tahun laki-laki Batuk

115 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 116 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 117 4-6 tahun laki-laki Batuk

118 4-6 tahun laki-laki Demam 119 4-6 tahun laki-laki Demam 120 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 121 1-3 tahun laki-laki batuk,flu


(5)

122 1-3 tahun laki-laki Flu 123 1-3 tahun laki-laki Demam 124 4-6 tahun Perempuan Batuk 125 7-9 tahun laki-laki Demam 126 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 127 4-6 tahun Perempuan Demam 128 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 129 7-9 tahun Perempuan Batuk

130 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 131 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 132 4-6 tahun Perempuan batuk,flu 133 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

134 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 135 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 136 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 137 4-6 tahun Perempuan Batuk

138 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 139 4-6 tahun Perempuan batuk,flu 140 4-6 tahun laki-laki Demam 141 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 142 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 143 1-3 tahun Perempuan Batuk

144 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

145 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu 146 1-3 tahun Perempuan batuk,flu

147 1-3 tahun Perempuan demam,flu 148 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 149 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 150 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

151 4-6 tahun Perempuan Demam 152 4-6 tahun laki-laki Demam

153 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 154 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 155 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu 156 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 157 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 158 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 159 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 160 1-3 tahun laki-laki demam,flu 161 1-3 tahun Perempuan Demam 162 1-3 tahun Perempuan batuk,flu


(6)

163 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 164 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

165 1-3 tahun laki-laki batuk,flu

166 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu 167 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 168 1-3 tahun laki-laki Batuk

169 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 170 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 171 7-9 tahun laki-laki batuk,flu 172 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 173 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 174 1-3 tahun Perempuan Flu 175 1-3 tahun laki-laki Demam 176 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 177 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 178 1-3 tahun Perempuan Flu

179 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 180 1-3 tahun laki-laki Demam

181 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 182 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 183 1-3 tahun Perempuan Demam 184 1-3 tahun Perempuan Batuk 185 4-6 tahun Perempuan Demam 186 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 187 1-3 tahun Perempuan Demam 188 7-9 tahun laki-laki Demam 189 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 190 1-3 tahun Perempuan Demam 191 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 192 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 193 1-3 tahun laki-laki Batuk

194 4-6 tahun laki-laki Batuk 195 1-3 tahun Perempuan Batuk 196 1-3 tahun Perempuan demam,flu 197 1-3 tahun laki-laki batuk,flu 198 7-9 tahun Perempuan batuk,flu 199 7-9 tahun Perempuan Batuk

200 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 201 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 202 4-6 tahun Perempuan demam,batuk


Dokumen yang terkait

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

5 83 76

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Prevalensi dan Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Tiga Kelurahan Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, 2005

0 36 6

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

ANALISIS MODEL EPIDEMI SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA), RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).

1 9 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.

1 2 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012.

0 3 13

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14