Penegakan Kode Etik Profesi

tersebut telah melakukan pelanggaran kode etik profesi berupa perbuatan yang merendahkan martabat perempuan. Apa yang dilakukan oknum kepolisian tersebut akan berdampak buruk bagi korps kesatuannya. Oleh karena itu oknum tersebut harus ditindak berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

D. Penegakan Kode Etik Profesi

Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dikenakan sanksi moral, berupa : a. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela. b. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan atau meminta maaf secara terbatas ataupun secara terbuka. c. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi. d. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi Kepolisian. Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan 18, diatur lebih lanjut dengan Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Seorang petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas di tengah-tengah masyarakat, harus mampu mengambil keputusan berdasarkan Selasa 11 Maret 2008. penilaiannya sendiri apabila terjadi gangguan terhadap ketertiban dan keamanan umum atau bila diperkirakan akan timbul bahaya bagi ketertiban dan keamanan umum. Profesionalisme kinerja akan menjadi sangat baik apabila dalam menjalankan tugas dan wewenangnya setiap anggota polisi menjalankan apa yang disebut dengan etika profesi. Etika sendiri merupakan suatu pengetahuan tentang kehendak manusia yang berhubungan dengan keputusan yang benar dan salah dalam tindak perbuatan manusia. Sebab, benar salahnya perbuatan manusia berhubungan dengan prinsip-prinsip yang mendasari nilai-nilai hubungan antar manusia. Etika akan selalu menjawab pertanyaan tentang nilai- nilai manakah yang paling pantas diperhatikan. 28 28 Sumaryono, 1995, Etika Profesi Hukum Norma-norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta: Kanisius, hal.11. Dalam menentukan mana nilai yang pantas atau tidak akan terjadi suatu permasalahan yakni adanya kekhawatiran bahwa si petugas tersebut akan bertindak sewenang-wenang dan sangat tergantung kepada kemampuan subyektif dari si petugas tersebut. Untuk itu, dalam ilmu hukum kepolisian dikenal beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila seorang petugas kepolisian akan mengambil suatu tindakan. Hal yang paling menentukan kualitas suatu tindakan adalah kemampuan dan pengalaman petugas kepolisian untuk mengambil tindakan tersebut, yaitu: 1. Tindakan harus “benar-benar diperlukan noodzakelijk, notwendig atau asas keperluan. 2. Tindakan yang diambil benar-benar untuk kepentingan tugas kepolisian zakelijk, sachlich. 3. Tindakan yang paling tepat untuk mencapai sasaran yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak terjadinya sesuatu yang dikhawatirkan. Dalam hal ini yang dipakai sebagai ukuran yaitu tercapainya tujuan zweckmassig, doelmatig. 4. Asas keseimbangan evenredig. Dalam mengambil tindakan, harus senantiasa dijaga keseimbangan antara sifat keras lunaknya tindakan atau sarana yang dipergunakan dengan besar kecilnya suatu gangguan atau berat ringannya suatu obyek yang harus ditindak. 29 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan Namun kenyataan di lapangan, masih terdapat beberapa oknum polisi yang masih melakukan tindakan yang sungguh membuat prihatin. Pada saat ribuan petugas polisi bekerja keras melayani kebutuhan masyarakat, para oknum itu justru mencoreng nama baik instansinya di mata rakyat. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kode etik oleh petugas kepolisian merupakan hal yang kerap terjadi. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran kode etik oleh Anggota Kepolisian Republik Indonesia diatur dalam Pasal 7 Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Adapun isi dari pasal tersebut adalah : 29 Ibid., hal. 54. profesi dan organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan berupa : a. Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan. b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas. c. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat. d. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuanpertolongan. e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat. f. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan. g. Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan menelantarkan anak- anak dibawah umur. h. Merendahkan harkat dan martabat manusia.

BAB III PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK

PROFESI KEPOLISIAN A. Tindakan-Tindakan Kepolisian Yang Dikategorikan Sebagai Pelanggaran Kode Etik Etika Profesi Kepolisian Dari keberadaan PP No. 2 Tahun 2003 maka dapat disebutkantindakan- tindakan kepolisian yang dikategorikan sebagai pelanggaran kode etik etika profesi kepolisian meliputi : a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat negara, pemerintah, atau kepolisian negara Republik Indonesia, b. Melakukan kegiatan politik praktis, c. Mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, d. Bekerjasama dengan orang lain di dalam atau di luar lingkungan kerja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan negara, e. Bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantorinstansi kepolisian negara Republik Indonesia demi kepentingan pribadi, f. Memiliki sahammodal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya, 49