Analisa Risiko Kualitatif Pemasukan Virus Penyakit Mulut Dan Kuku Melalui Daging Ilegal Di Perbatasan Darat Indonesia Malaysia

ANALISA RISIKO KUALITATIF PEMASUKAN VIRUS
PENYAKIT MULUT DAN KUKU MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Analisa Risiko
Kualitatif Pemasukan Virus Penyakit Mulut dan Kuku melalui Daging Ilegal di
Perbatasan Darat Indonesia-Malaysia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Risma JP Silitonga
NIM B261120031

RINGKASAN
RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Analisa Risiko Kualitatif
Pemasukan Virus Penyakit Mulut dan Kuku melalui Daging Ilegal di Perbatasan
Darat Indonesia-Malaysia. Dibimbing oleh RETNO DAMAYANTI, HADRI
LATIF dan ETIH SUDARNIKA.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit yang berdampak luas
secara ekonomi bagi peternakan dan kesehatan hewan. Masih ditemukan adanya
pemasukan daging ilegal di perbatasan, status Malaysia yang belum seluruhnya
bebas PMK dan Malaysia juga mengimpor daging dari India sehingga pemasukan
daging ilegal merupakan suatu ancaman risiko terhadap masuknya virus PMK ke
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia.
Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 sampai Juli 2015.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan pendapat

pakar (expert opinion elicitation), wawancara mendalam (in-depth interview) dan
pengamatan langsung di lapang, publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak
dipublikasi (statistik, dokumen dan laporan dari instansi berwenang). Responden
pada penelitian ini adalah pelintas batas (penumpang, pengemudi), pemilik rumah
makan, petugas di perbatasan, peternak babi, peternak sapi, dan petugas dinas.
Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian pelepasan, penilaian pendedahan
dan penilaian dampak, sehingga diketahui perkiraan risiko masuknya virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong).
Selanjutnya disusun manajemen risiko untuk menentukan tindakan-tindakan
mengurangi risiko dan komunikasi risiko berdasarkan hasil perkiraan risiko.
Estimasi risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia dinilai sangat rendah, artinya bahwa kemungkinan
kejadian pemasukan virus PMK melalui daging ilegal sangat jarang terjadi dengan
nilai ketidakpastian rendah. Manajemen yang diperlukan dalam rangka
mengurangi tingkat risiko mulai proses pelepasan, pendedahan hingga dampak
yang ditimbulkan akibat kemungkinan masuknya virus PMK melalui daging
ilegal adalah melakukan pemeriksaan yang lebih ketat pada semua jalur
pengangkutan, pemusnahan daging yang masuk dari Malaysia ke Entikong,
sosialisasi kepada semua pihak terkait mengenai peraturan yang berlaku di
Indonesia khususnya mengenai PMK serta melakukan surveilans dan monitoring

di tempat-tempat berisiko tinggi. Komunikasi risiko dilakukan sejak dari awal
penilaian risiko sampai manajemen risiko ditentukan, melalui komunikasi formal
dan non-formal. Analisa risiko diperlukan sebagai alat untuk menentukan
kebijakan dalam penyusunan regulasi sehingga kebijakan yang disusun dapat
diterima karena telah dikaji atau dianalisis secara ilmiah. Analisa risiko terhadap
pemasukan daging ilegal di daerah perbatasan lainnya masih perlu dilakukan.
Kebijakan perdagangan dengan menstabilkan harga daging serta memprioritaskan
pembangunan di daerah perbatasan harus menjadi perhatian pemerintah.
Kata kunci: daging ilegal, Entikong, analisa risiko, PMK

SUMMARY
RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Qualitative Risk Analysis of Footand-Mouth Disease Virus through Illegal Meat at the Indonesia-Malaysia Land
Border. Supervised by RETNO DAMAYANTI, HADRI LATIF and ETIH
SUDARNIKA.
The Foot-and-Mouth Disease (FMD) is a disease affecting a large sector
economically for livestock and animal health. Illegal entry of meat through the
border, Malaysia‟s status as a country not completely free from FMD, and the fact
that Malaysia still imports meat from India are all threats for the entry of the FMD
virus to Indonesia. The purpose of this study was to conduct a qualitative analysis
on the entry of FMD virus via illegal meat passing through the IndonesiaMalaysia land border.

The study was conducted from March 2014 to July 2015. Data collection
was conducted using expert opinion elicitation, in-depth interview and direct field
observations, and from scientific publications and unpublished essays or data
(statistics, documents, and reports from authorities). The respondents in this study
were border-crossers (passengers, drivers), eaterie owners, border officials, swine
farmers, cattle farmers, and agricultural agency officers.
In this study, assessment of release, exposure, and consequence were
conducted so that the risk of FMD virus entry via illegal meat at the IndonesiaMalaysia border (Entikong) could be estimated. Then a risk management to
determine the steps to reduce the risk and communicate the risk based on the risk
assessement results.
The risk estimate of the entry of FMD virus via illegal meat at the
Indonesia-Malaysia land border is considered very low with a low uncertainty
value. It is means that the incidence of FMD virus entry into Entikong through
illegal meat would be very unlikely to occur. The management steps required to
reduce the risk level from release, exposure, and consequence of FMD virus entry
via illegal meat are conducting stricter surveillance on all transportation routes,
destroying illegal meat that enters from Malaysia to Entikong, and socialization to
all parties pertaining to regulations in Indonesia, especially those related to FMD
and conduct surveillance and monitoring in high risk areas. Risk communication
should be conducted from the beginning of the risk assessment to the

determination of the risk management through formal and informal
communication channels. Risk analysis is necessary as a tool for policy-making in
creating regulations so that the policies made would be acceptable because they
had been studied or analyzed scientifically. Risk analysis on the entry of illegal
meat at other border areas still need to be conducted. Trade policies by stabilizing
the price of meat and prioritizing development of border areas must garner the
government‟s attention.
Keywords: Entikong, FMD, illegal meat, risk analysis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISA RISIKO KUALITATIF PEMASUKAN VIRUS

PENYAKIT MULUT DAN KUKU MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tertutup:
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi
Dr Drh Retno Oktorina, MMA


Penguji pada Sidang Promosi Program Doktor:
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi
Dr Drh Retno Oktorina, MMA

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih atas segala karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor pada Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Prof Dr Drh Retno Damayanti Soejodono,
MS, M.Sc.Vet selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr med vet Drh Hadri
Latif, MSi dan Ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi selaku anggota komisi pembimbing,
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan koreksi dan saran dengan
penuh kesabaran dan ketulusan mulai penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian serta penyusunan disertasi ini.
Dengan penuh rasa hormat penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Drh med vet Denny Widaya Lukman, MSi dan Ibu Dr Drh Retno Oktorina,
MMA selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas penulisan disertasi ini. Penghargaan juga penulis

sampaikan kepada Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Bapak
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi), seluruh staf pengajar dan
karyawan atas bantuan dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Kementerian Pertanian
Republik Indonesia cq Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi
Profesi Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian, Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani, Kepala Bidang Keamanan Hayati Hewani beserta staf
yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini. Ungkapan terimakasih disampaikan juga kepada Kepala
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong (Drh Faizal Noer) beserta staf (Drh
Saswono, Drh Meyrna Ikke, Drh Santos) yang telah membantu pelaksanaan
penelitian di lapangan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner yang banyak
memberikan warna selama pelaksanaan studi di IPB. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda (Alm) dan Ibunda,
dan seluruh keluarga besar Silitonga, Ayah dan Ibu mertua dan seluruh keluarga
besar Nababan. Rasa cinta dan terima kasih juga disampaikan untuk keluarga

kecilku, suami tercinta Henry Mart Panoguan Nababan dan ananda tersayang
Gabriel Nathan Nababan atas segala doa dan semangat yang diberikan selama
proses studi ditempuh.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, khususnya di bidang Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
Bogor, Agustus 2016
Risma JP Silitonga

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
Keterbaharuan
Hipotesis

1
3
3
3
3
4
4


2 IDENTIFIKASI BAHAYA MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan
5
Metode Penelitian
6
Hasil dan Pembahasan
6
Simpulan
9
3 PENILAIAN PELEPASAN MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan
10
Metode Penelitian
11
Hasil dan Pembahasan
13
Simpulan
23
4 PENILAIAN PENDEDAHAN VIRUS PMK MELALUI PEMASUKAN
DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan
24
Metode Penelitian
24
Hasil dan Pembahasan
26
Simpulan
35
5 PENILAIAN DAMPAK DAN ESTIMASI RISIKO MASUKNYA VIRUS
PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT
INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

36
36
38
43

6 MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK
MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA
MALAYSIA
Pendahuluan

44

Metode Penelitian

45

Hasil dan Pembahasan

46

Simpulan

51

7 PEMBAHASAN UMUM

52

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

57
57

DAFTAR PUSTAKA

58

LAMPIRAN

63

RIWAYAT HIDUP

94

DAFTAR TABEL
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7

3.8
3.9
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5

4.6

4.7

4.8

4.9
4.10
4.11
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5

Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pelepasan
Matriks aturan kombinasi penggambaran likelihood
Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Kategori ketidakpastian kualitatif
Penilaian kemungkinan daging ilegal berasal dari negara/zona endemis
PMK
Penilaian kemungkinan daging ilegal merupakan sumber infeksi PMK
Penilaian kemungkinan jalur atau rute pengangkutan daging ilegal
berdasarkan frekuensi responden melintas dan mengangkut daging
dari Malaysia ke Entikong
Ringkasan penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona
endemis PMK (Likelihood 1 x Likelihood 2)
Ringkasan penilaian pelepasan virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur pengangkutan
Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pendedahan
Matriks aturan kombinasi penggambaran kemungkinan (likelihood)
Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Kategori ketidakpastian kualitatif
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari kemasan daging
mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke lingkungan
sekitar tempat penjualan daging
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar tempat
penjualan dari kemasan daging yang mengandung serpihan-serpihan
daging dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan-serpihan daging yang
dibuang ke lingkungan (selokan)
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan daging yang dibuang
ke lingkungan (sungai)
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di rumah makan
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat lain di luar
Entikong
Ringkasan penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal
Kategori penilaian dampak berdasarkan cakupan wilayah
Kategori penilaian akhir dampak secara keseluruhan
Matriks perkiraan risiko
Penilaian dampak masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong
Perkiraan risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong

11
11
12
12
14
15

18
19
21
25
25
25
26

28

29

30

31
32
33
33
37
37
38
39
42

6.1

Tindakan-tindakan dalam manajemen risiko terhadap masuknya virus
PMK melalui daging ilegal dari Malaysia ke Entikong

46

DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur tapak risiko pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong
melalui pemasukan daging ilegal
4.1 Alur pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong
6.1 Alur komunikasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong

13
27
51

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Kuisioner untuk pengemudi
Kuisioner untuk penumpang/orang yang melintas di perbatasan
Kuisioner untuk peternak
Wawancara untuk petugas karantina
Wawancara untuk petugas perbatasan
Wawancara untuk petugas dinas peternakan
Wawancara untuk pedagang daging

63
69
74
78
84
88
91

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini, menciptakan dunia tanpa
batas. Hal ini mengakibatkan penyebaran penyakit hewan menular melalui
komoditas hewan atau produknya yang dilalulintaskan antar negara semakin
mudah. Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement yang disusun oleh
organisasi perdagangan dunia (World Trade of Organization/WTO) adalah
perjanjian tentang penerapan SPS yang menetapkan aturan-aturan dasar untuk
keamanan pangan, standar kesehatan hewan dan tumbuhan. Perjanjian SPS
menunjuk World Organisation for Animal Health (Office International des
Epizooties/OIE) sebagai organisasi yang bertanggung jawab mengembangkan
standar internasional untuk kesehatan hewan dan zoonosis. Perjanjian SPS
menpersyaratkan bahwa tindakan-tindakan kesehatan yang diterapkan oleh
anggota WTO harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Hal tersebut bertujuan
untuk menciptakan perdagangan yang baik dengan melaksanakan tindakan
berdasarkan standar OIE atau, jika memilih untuk mengadopsi tingkat
perlindungan yang lebih tinggi, maka dapat menerapkan langkah-langkah
berdasarkan pada penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan (Sugiura dan Murray
2011).
Persaingan perdagangan yang sangat ketat diantara negara-negara di dunia
dan pengaruh perubahan lingkungan strategis internal maupun eksternal telah
menyebabkan pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan
melakukan perubahan, mengingat perdagangan hewan dan produk hewan tidak
mungkin berjalan efektif dan efisien tanpa risiko sekecil apapun. Tingkat risiko
yang dapat diterima (appropriate level of protection) merupakan risiko yang harus
dipenuhi oleh suatu negara pengimpor. Hal ini menuntut reaksi yang cepat dan
tepat dari pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan untuk
mengantisipasi setiap perubahan dengan perhitungan analisa risiko (risk analysis)
yang kritis dan sistematis. Kondisi kebijakan kesehatan hewan dan karantina
hewan Indonesia saat ini dalam pencegahan dan penolakan masuknya penyakit
hewan eksotik lebih banyak bertumpu pada kebijakan pengamanan maksimum
(maximum security). Namun, untuk jangka panjang dan dalam era perdagangan
bebas, kebijakan tersebut perlu ditinjau kembali dengan lebih berpegang pada
tingkat risiko yang dapat diterima berdasarkan analisa risiko yang diperhitungkan
secara ilmiah. Penerapan analisa risiko menjadi penting karena pengambilan suatu
keputusan yang didasarkan pada kebijakan hukum atau peraturan perundangundangan yang tidak berdasar ilmiah tidak dapat diterima begitu saja. Saat ini,
tuntutan semakin kuat akan konsintensi dalam menerapkan perlakuan yang
berbeda-beda terhadap negara-negara tertentu berdasarkan aspek teknis kesehatan
hewan dan bukan semata-mata politik (Barantan 2007).
Indonesia secara geografis berada pada lokasi strategis sehingga memiliki
konsekuensi berbatasan dengan beberapa negara. Pembangunan daerah perbatasan
termasuk dalam agenda nawa cita pemerintahan Joko Widodo. Perhatian
pemerintah mengalami perubahan cara pandang dalam beberapa tahun terakhir.
Daerah perbatasan bukan lagi sebagai daerah terluar, melainkan sebagai etalase

2
Indonesia. Pembenahan di wilayah perbatasan sekaligus juga untuk membuktikan
kepada negara lain bahwa Indonesia mampu membenahi perbatasan. Salah satu
negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia adalah Malaysia. Perbatasan
darat Indonesia-Malaysia terbentang sejauh 2 004 km (Situmorang 2015).
Penyakit mulut dan kuku berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina (HPHK), Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa,
dikategorikan dalam HPHK Golongan I artinya penyakit tersebut belum ada di
wilayah Negara Republik Indonesia. Penyakit mulut dan kuku termasuk dalam
jenis penyakit hewan menular strategis yang belum ada di Indonesia dan
berpotensi muncul dan menimbulkan kerugian ekonomi, kesehatan manusia,
lingkungan dan keresahan masyarakat sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 4026/Kpts.OT.140/3/2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan
Menular Strategis.
Virus PMK adalah patogen hewan termasuk dalam genus Aphthovirus
family Picornaviridae. Virus PMK sebagai penyebab PMK sangat menular ke
hewan berkuku belah, transmisi dilaporkan terjadi melalui kontak langsung
dengan hewan terinfeksi, aerosol, semen, produk makanan, dan fomites. Penyakit
ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang serius bagi petani dan industri
ternak secara langsung serta berpengaruh terhadap perdagangan internasional
produk hewani (Harada et al. 2015). Morbiditas penyakit ini sangat tinggi tetapi
mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular (highly contagious) (Rushton dan
Jones 2013).
Malaysia merupakan salah satu negara yang berbatasan langsung dengan
Indonesia. Status Malaysia belum seluruhnya bebas terhadap PMK, masih ada
beberapa zona endemis PMK. Malaysia juga negara pengimpor daging dari India
dan negara-negara lain yang statusnya juga belum bebas terhadap PMK (MTA
2016). Kondisi saat ini, produk hewan berupa daging dimasukkan secara ilegal
atau tidak melalui prosedur yang telah ditetapkan dari Malaysia ke Indonesia.
Kemungkinan pemasukan produk hewan ilegal tersebut melalui tempat-tempat
yang belum ditetapkan atau tidak resmi di sepanjang perbatasan IndonesiaMalaysia.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong telah melakukan penahanan
produk hewan ruminansia yang berasal dari Malaysia berupa daging bertulang,
daging tanpa tulang, daging giling, jeroan, dan kornet. Jumlah produk hewan yang
ditahan berturut-turut adalah 59 kg (2011), 28 650 kg (2012), dan 10 150 kg
(sampai dengan bulan Pebruari 2013) ( (SIKAWAN 2014).
Analisa risiko sebagai suatu pendekatan untuk menilai kemungkinan dan
konsekuensi dari kejadian yang tidak diinginkan (bahaya), dengan tujuan untuk
mendukung keputusan-keputusan yang diambil menghadapi ketidakpastian
(Peeler et al. 2013). Penelitian mengenai analisa risiko pemasukan virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia belum pernah
dilakukan, sehingga menarik minat peneliti untuk mengkaji lebih dalam.
Dilatarbelakangi oleh kondisi-kondisi tersebut, maka penelitian bertujuan untuk
menganalisa risiko terhadap masuknya virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Hasil analisa risiko ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang

3
berdasar kajian ilmiah, sehingga pada akhirnya diharapkan kelembagaan yang
terkait akan menjadi kuat dengan pengembangan konsep berbasis analisa risiko.

Perumusan Masalah
Pemasukan daging ilegal yang berasal dari negara belum bebas PMK
melalui perbatasan Indonesia-Malaysia, serta Malaysia juga mengimpor daging
dari negara belum bebas PMK. Menurut OIE (2012) Malaysia sampai saat ini
belum dinyatakan bebas PMK seluruhnya, masih ada satu atau lebih zona dengan
gejala klinis PMK. Tahun 2013 masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu
Provinsi Johor, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan
Trengganu (daerah Semenanjung Malaysia). Zona yang dinyatakan bebas sampai
saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia bagian timur) (SEAFMD 2013).
Terkait hal tersebut, maka perlu dilakukan analisa risiko terhadap pemasukan
daging yang diduga berasal dari negara belum bebas PMK, sehingga dapat
diketahui kecenderungan terjadinya kembali infeksi dan faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam meminimalisasi risiko.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisa risiko masuknya virus
PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (EntikongKalimantan) secara kualitatif. Analisa risiko meliputi identifikasi bahaya,
penilaian risiko yang meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan,
penilaian dampak, estimasi risiko, dan manajemen risiko serta komunikasi risiko.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menyediakan hasil analisa risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia (Entikong-Kalimantan); menyediakan hasil estimasi jalur atau
rute yang paling berisiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di
perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong-Kalimantan); menyediakan model
atau kerangka penilaian risiko pemasukan daging ilegal; memberikan bahan
masukan kepada pembuat keputusan (decision maker) mengenai estimasi risiko
pemasukan daging ilegal dari negara belum bebas PMK; sebagai dasar dalam
perancangan manajemen risiko terhadap pemasukan daging ilegal khususnya di
daerah perbatasan darat serta sebagai dasar dalam penyusunan pedoman analisa
risiko.
Ruang Lingkup
Penelitian analisa risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging
ilegal ini mempunyai batasan, yaitu:

4
a.

b.

c.

Pemasukan daging secara ilegal didefinisikan sebagai pemasukan daging
yang tidak disertai dengan sertifikat kesehatan, tidak dilaporkan dan
diserahkan ke petugas karantina di perbatasan.
Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis produk hewan yaitu daging
ruminansia (bukan olahan) termasuk jenis jeroan dalam bentuk segar, dingin
atau beku (frozen).
Jalur/rute pemasukan daging ilegal yang diamati terbatas hanya melalui
lintas darat Entikong.
Keterbaharuan

Keterbaharuan penelitian ini antara lain menghasilkan estimasi risiko
terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan, dan
penilaian dampak. Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, dihasilkan juga
keterbaharuan berupa manajemen risiko untuk mengurangi tingkat risiko dari
pemasukan virus PMK melalui daging ilegal serta komunikasi risiko sebagai salah
satu cara pertukaran informasi mengenai masuknya virus PMK melalui daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Selain itu, keterbaharuan lain yang
diperoleh yaitu gambaran mengenai daging ilegal di perbatasan darat IndonesiaMalaysia.
Hipotesis
Estimasi risiko keseluruhan terhadap masuknya virus PMK melalui daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia adalah dapat diabaikan (negligible)
sehingga tidak diperlukan manajemen risiko atau tindakan untuk mengurangi
risiko.

5

2 IDENTIFIKASI BAHAYA TERHADAP MASUKNYA VIRUS
PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN
DARAT INDONESIA-MALAYSIA
PENDAHULUAN
Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit vesikular akut pada sapi,
domba, kambing termasuk babi dan semua hewan berkuku belah yang liar
maupun domestik (Thomson et al. 2003). Penyakit ini disebabkan oleh virus PMK
anggota famili Picornaviridae, genus Apthovirus. Virus PMK adalah virus RNA
beruntai tunggal positif dengan ukuran genom RNA sekitar 8,3 kb. Ada 7 jenis
virus yaitu O, A, C, Asia 1, South African Territories (SAT) 1, 2, dan 3 secara
serologis (Ding et al. 2011). Genom virus mengkodekan 4 protein struktural yaitu
VP1, VP2, VP3, dan VP4 yang membentuk kapsid ikosahedral dan memiliki 10
protein non-struktural yaitu L, 2A, 2B, 2C, 3A, 3B, 3C, 3D, 3AB, dan 3ABC
(Ding et al. 2013). Penularan virus terjadi melalui kontak langsung dengan hewan
terinfeksi yang mengeluarkan virus dalam air liur, tinja, urin, susu, semen, cairan
okular, dan cairan hidung. Selain itu, penularan dapat juga terjadi melalui produk
hewan terinfeksi, benda terkontaminasi, dan transmisi secara aerosol dengan jarak
hingga 60 km di darat dan 300 km di laut (Gloster et al. 1982).
Virus PMK cukup stabil dalam lingkungan (Alexandersen et al. 2003).
Virus PMK rentan terhadap asam dan pH basa. Namun, dalam kondisi tertentu,
virus PMK dapat mempertahankan infektivitasnya pada lingkungan dan dalam
waktu yang lama. Kehadiran bahan organik dapat meningkatkan persistensi. Sinar
matahari tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap infektivitas virus
PMK. Virus PMK dapat ditemukan pada sumsum tulang, nodus limfatikus, dan
organ-organ tertentu dari hewan yang telah mati untuk waktu yang lama karena
pH tidak cukup menurun setelah kematian (USAHA 2008). Virus PMK resisten
pada suhu pendinginan dan pembekuan, serta semakin aktif pada suhu diatas
50 ºC. Pemanasan produk hewan pada suhu inti minimal 70 ºC selama minimal 30
menit akan menginaktivasi virus (OIE 2009).
Penyakit mulut dan kuku telah dikenal di Indonesia sejak akhir abad ke-19
(Ressang 1988). Indonesia pertama kali tertular PMK pada tahun 1887 di daerah
Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia
terus dilakukan sejak tahun 1974 sampai tahun 1986. Pada tahun 1990, Indonesia
dinyatakan bebas PMK dan secara resmi telah diakui oleh OIE (BBALITVET).
Menurut OIE (2012), Malaysia dinyatakan belum bebas seluruhnya terhadap
PMK, masih ada satu atau lebih zona dengan gejala klinis PMK. Tahun 2013
masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu di Provinsi Johor, Melaka, Negeri
Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan Trengganu (zona Semenanjung Malaysia).
Zona yang dinyatakan bebas sampai saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia
bagian timur) (SEAFMD 2013). Malaysia juga mengimpor daging dari negara
belum bebas PMK seperti India (MTA 2016).
Identifikasi bahaya (hazard identification) adalah langkah pertama dan
dianggap terpisah dari penilaian risiko (Peeler et al. 2013). Identifikasi bahaya
adalah langkah penting yang harus dilakukan sebelum penilaian risiko, dengan

6
mengidentifikasi agen patogen yang mungkin terkait dengan komoditas yang
diimpor dan yang berpotensi menghasilkan konsekuensi yang merugikan (Sugiura
dan Murray 2011). Identifikasi bahaya terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia bertujuan untuk
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan apakah terdapat bahaya dari setiap
agen biologis yang masuk (daging) dikaitkan dengan karakteristik virus PMK
sehingga selanjutnya dapat menyimpulkan perlunya penilaian risiko dilakukan.

METODE PENELITIAN
Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik
pengumpulan pendapat pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner,
wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan
(observational study). Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan
atau data yang tidak dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi
berwenang). Responden pada penelitian ini adalah pelintas batas terdiri dari
penumpang dan pengemudi yang dipilih secara purposive sampling atau secara
sengaja dengan mempertimbangkan pekerjaan dan kesediaan responden untuk
diwawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Daging secara umum adalah bagian dari tubuh hewan yang disembelih,
yang aman dan layak untuk dikonsumsi manusia. Termasuk dalam definisi
tersebut adalah daging atau otot skeletal dan organ-organ yang dapat dikonsumsi
(edible offals). Secara teknis, daging adalah otot skeletal (sceletal muscle). Jeroan
(edible offal atau disebut juga variety meat atau fancy meat) adalah organ atau
jaringan selain otot skeletal yang lazim dan layak dikonsumsi manusia dan tidak
mengalami proses lebih lanjut selain daripada pendinginan atau pembekuan.
Jeroan terdiri dari jantung, lidah, hati, daging pada kepala, otak, timus, pankreas,
babat, usus, ginjal, buntut (Sanjaya et al. 2007). Definisi daging dalam penelitian
ini yaitu bagian dari tubuh hewan yang disembelih termasuk daging atau otot
skeletal dan organ-organ yang dapat dikonsumsi seperti jeroan dalam keadaan
segar, dingin atau beku.
Berdasarkan studi, diperoleh data 4 jenis daging ruminansia ilegal yang
masuk melalui Entikong. Identifikasi bahaya untuk setiap jenis daging sebagai
berikut:
1. Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo-glandula (frozen meat deboned,
deglanded).
Menurut OIE (2016), daging sapi maupun kerbau (Bubalus bubalis) segar
(tidak termasuk kaki, kepala, dan jeroan) direkomendasikan diimpor dari
negara-negara atau zona terinfeksi PMK yang sedang dilakukan program
pengendalian secara resmi dengan persyaratan tertentu. Pihak berwenang
dalam bidang kesehatan hewan (Veterinary Authorities) harus menyatakan di

7
dalam sertifikat kesehatan hewan internasional yang membuktikan bahwa
daging yang dikirim:
1) berasal dari hewan yang:
a) dipelihara untuk setidaknya tiga bulan sebelum penyembelihan di
zona/negara pengekspor dimana ternak dan kerbau secara teratur
divaksinasi terhadap PMK dan program pengendalian resmi dilakukan;
b) telah divaksinasi setidaknya dua kali dengan vaksinasi terakhir tidak
lebih dari enam bulan, kecuali kekebalan protektif telah dibuktikan
selama lebih dari enam bulan, dan tidak kurang dari satu bulan sebelum
dipotong;
c) dipelihara selama 30 hari terakhir di suatu peternakan, dan PMK tidak
terjadi dalam radius 10 km selama periode tersebut, atau ditempatkan di
stasiun karantina;
d) diangkut dalam kendaraan yang telah dibersihkan dan didesinfeksi,
sebelum sapi dan kerbau dimuat langsung dari tempat asal atau stasiun
karantina ke rumah potong hewan yang disetujui, tanpa kontak dengan
hewan lain yang tidak memenuhi persyaratan atau kondisi yang
diperlukan untuk ekspor;
e) disembelih di dalam rumah potong hewan yang telah disetujui:
i) secara resmi ditunjuk untuk ekspor;
ii) dimana tidak ada PMK terdeteksi selama periode antara desinfeksi
terakhir dilakukan, sebelum dilakukan penyembelihan dan pengiriman
untuk ekspor telah dilakukan/dikirim;
f) telah dilakukan pemeriksaan ante dan post mortem dalam waktu 24 jam
sebelum dan sesudah disembelih dan tidak ada bukti kejadian PMK;
2) berasal dari karkas deboned:
a) yang nodus limfatikus utamanya telah dihilangkan;
b) sebelum deboning, telah dilakukan pematangan pada suhu lebih besar
dari 2 °C untuk jangka waktu minimal 24 jam setelah penyembelihan dan
nilai pH kurang dari 6.0 saat diuji di tengah dari kedua otot longissimus
dorsi.
Beberapa kejadian wabah di Inggris telah dikaitkan dengan impor daging
terinfeksi, tulang, dan kemasan daging. Sejak diperkenalkan persyaratan
deboning, pematangan dan larangan pemberian sisa makanan menjadi pakan
babi, maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa daging sapi tanpa tulang
yang diimpor ke Inggris dari Argentina telah menyebabkan wabah PMK.
Selanjutnya, tidak ada wabah PMK yang disebabkan oleh perdagangan daging
sapi tanpa tulang ke Eropa, meskipun ada impor dalam skala besar dari
Amerika Selatan dan impor skala lebih kecil dari Afrika Selatan (Paton et al.
2011). Namun, ketentuan deboning dan pembuktian pematangan sampai
mencapai pH akhir dibawah 6.0 harus dipenuhi dalam perdagangan daging sapi
secara internasional. Virus PMK rentan terhadap pH rendah (