Metode "Earned Value" Pada Jasa Konstruksi

METODE “EARNED VALUE”
PADA JASA KONSTRUKSI

MONOGRAF
IR. MANDIYO PRIYO, MT
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2012

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | ii
METODE “EARNED VALUE” PADA JASA KONSTRUKSI
@ IR. MANDIYO PRIYO, MT

Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI)
ISBN: 978-979-98053-7-9
Halaman: viii, 75 hal

Penulis: Ir. Mandiyo Priyo, MT
Editor:
Proof Reader:

Layout & Desain Cover: Dian Sidiq Wibowo

Cetakan Pertama 2012

Diterbitkan Oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (LP3 UMY)

Dilarang mengcopy, memperbanyak tanpa seijin penerbit.
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.

Isi diluar tanggung jawab percetakan

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | iii

PRAKATA
Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit
dewasa ini baik dari segi fisik maupun biaya. Pada prakteknya suatu
proyek mempunyai keterbatasan akan sumber daya, baik berupa
manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu

manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase
penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas
proyek dan semakin langkanya sumber daya maka dibutuhkan juga
peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi.
Dalam proses konstruksi, konsep pengendalian proyek
konstruksi merupakan salah satu tahapan yang memberikan nilai
apakah suatu proyek dapat disebut mencapai tujuannya, atau terjadi
kekurangan-kekurangan sehingga kualitas pencapaian tujuannya
tidak maksimal.
Oleh sebab itu, banyak upaya yang sudah dilakukan untuk
menciptakan
terjadinya

teknik-teknik

pengendalian

penyimpangan-penyimpangan

untuk


sedini

mendeteksi

mungkin.

Ada

beberapa teknik pemantauan prestasi kerja antara lain adalah :

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | iv

laporan

harian/mingguan/bulanan,

Cash-flow,

pemanfaatan


diagram batang, kurva S, Earned Value dan lain sebagainya.

Earned

Value

sendiri

merupakan

salah

satu

teknik

pemantauan pada proses konstruksi yang didasari konsep integrasi
antara biaya dan waktu. Teknik ini merupakan pengembangan lebih
lanjut dari teknik pemanfaatan kurva-S yang didasari konsep

kumulatif biaya yang dikeluarkan. Dengan mengintegrasikannya
dengan waktu serta prestasi nyata pekerjaan di lapangan, maka

Earned Value diharapkan dapat lebih mengakomodasi kebutuhan
pemantauan kinerja proyek. Kelebihannya adalah kemungkinan
untuk

memprediksi

kondisi

akhir

proyek

ditinjau

dari

segi


waktu/jadwal dan biaya.
Penggunaan konsep earned value di Amerika Serikat dimulai
pada akhir abad 20 di industri manufaktur. Pada tahun 1960an
Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai mengembangkan
konsep ini. Ada 35 kriteria yang disebut Cost/Schedule System

Criteria (C/SCSC). Namun, C/SCSC lebih dipertimbangkan sebagai
alat pengendalian finansial yang memerlukan keahlian analitis yang
kuat dalam menggunakannya. Pada tahun 1995 hingga 1998 Earned

Value Management (EVM) ditransfer untuk kepentingan industry
menjadisuatu

standar

pengelolaan

proyek


(ANSI/EIA

748-A).

Ir. Mandiyo Priyo, MT |v

semenjak itu EVM tidak hanya digunakan oleh Departemen of

Defence, namun juga digunakan oleh kalangan industri lainnya
seperti NASA dan United States Department of Energy. Tinjauan
EVM juga dimasukkan dalam PMBOK Guide® First Edition pada
tahun

1987

dan

edisi-edisi

berikutnya.


Usaha

untuk

menyederhanakan EVM mencapai titik momentumnya pada tahun
2000, yaitu ketika beberapa pemerintah Negara bagian di Amerika
Serikat mengharuskan penggunaan EVM untuk semua proyek
pemerintah.
Berdasarkan fakta tersebut, kami mencoba menyusun
sebuah bacaan yang kiranya dapat dijadikan sebuah wacana bagi
para pembaca sekalian terutama rekan-rekan dosen maupun
mahasiswa

yang

menguraikan

menekuni


konsep

dasar

bidang

teknik

sipil.

Tulisan

Earned Value Method

ini

sebagai

instrumen pengendalian proyek konstruksi beserta penerapannya
untuk pengendalian proyek bangunan gedung, jembatan dan jalan.

Kami sadar sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna demikian juga tulisan ini, saran, kritik dan segala bentuk
masukan

yang

membangun

penyempurnaan selanjutnya.

sangat

diharapkan

untuk

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | vi

Kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
buku ini disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

Ucapan terima kasih berikutnya kami sampaikan kepada penerbit
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (LP3 UMY) yang telah membantu
menerbitkan buku ini.

April 2011
Penyusun

Mandiyo Priyo

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | vii

DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAB II
KONSEP EARNED VALUE METHOD ................................................................. 5
2.1. KINERJA SUATU PROSES KONSTRUKSI ............................. 5
2.2. KURVA – S ............................................................................ 6
2.3. PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI ........................... 7
2.4. MANAJEMEN WAKTU ........................................................ 17
2.5. MANAJEMEN BIAYA ........................................................... 19
2.6. KONSEP EARNED VALUE .................................................. 21
2.7. PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN KONSEP
EARNED VALUE ................................................................. 25
2.8. KRITERIA EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM ...... 30
BAB III
EARNED VALUE PADA GEDUNG ................................................................ 35
3.1. Proyek ........................................ Error! Bookmark not defined.
3.2. Hasil Penelitian ....................................................................... 36
3.3. Analisis Data........................................................................... 41
3.4. Aplikasi Metode Earned Value .................................................. 56
3.5. Ringkasan.............................................................................. 59

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | viii
BAB IV
EVALUASI KINERJA PROYEK JEMBATAN ....................................................... 63
4.1. Pendahuluan .......................................................................... 63
4.2. Evaluasi Kinerja dengan Konsep ”Earned Method” ...................... 64
4.3. KESIMPULAN...................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75

Ir. Mandiyo Priyo, MT |1

BAB I
PENDAHULUAN
Pelaksanaan kegiatan suatu proyek berlangsung lebih cepat
dari jadwal yang direncanakan, belum tentu menggunakan biaya
yang telah dialokasikan secara efisien. Apabila hal itu terjadi, maka
pada akhir pekerjaan jumlah biaya pelaksanaan akan melampui
anggaran yang direncanakan pada saat awal perencanaan. Sebagai
akibatnya prestasi pekerjaan tidak tercapai seperti yang telah
direncanakan tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis
biaya dan waktu secara terpadu, Agar pada saat pelaporan
pekerjaan dapat diketahui secara akurat prestasinya, dan total biaya
dan waktu yang diperlukan dalam penyelesaian proyek. Berdasarkan
hasil analisis tersebut, maka dapat dilakukan perbaikan yang
diperlukan agar pekerjaan mencapai sasaran.
Pada

umumnya

tidak

ada

satu

proyek

yang

dalam

melaksanakan kegiatannya dapat berjalan dengan lancar dari awal
hingga akhir tanpa mengalami perubahan dari rencana awal,
terlebih lagi bagi proyek besar dan kompleks. Hal ini biasanya

Ir. Mandiyo Priyo, MT |2

disebabkan karena kurangnya data-data dan informasi yang
diperlukan pada saat menyusun rencana awal, sehingga beberapa
aspek dalam perencanaan dibuat berdasarkan prakiraan keadaan
yang akan dating.
Setelah proyek berjalan, data-data dan informasi pada
rencana awal harus dianalisis dan dibandingkan dengan hasil
pelaksanaan fisik di lapangan, kemudian dilakukan perbaikanperbaikan yang diperlukan, bahkan sering kali juga harus dilakukan
perencanaan ulang agar pekerjaan dapat mencapai sasaran.
Untuk menganalisis dan membandingkan apakag hasil
pekerjaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan atau tidak,
diperlukan adanya pengendalian yang dapat dipakai sebagai tolok
ukur dan metode pengukuran yang mampu memberikan indikasi
terhadap pencapaian sasaran yang diinginkan, yaitu pengendalian :
biaya, mutu dan waktu.
Perencanaan

dan

Pengendalian

Biaya

dan

Wakru

merupakan bagian dari menajemen proyek konstruksi secara
keseluruhan. Selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu
proyek dapat pula dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang
telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan harus diukur secara kontinu penyimpangannya

Ir. Mandiyo Priyo, MT |3

terhadap rencana. Adanya penyimpangan biaya dan waktu yang
signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk. Dengan
adanyan indikator prestasi proyek dari segi biaya dan waktu ini
memungkinkan tindakan pencegahan agar pelaksanaan proyek
berjalan sesuai dengan rencana.
Konsep

earned value

merupakan salah satu alat yang

digunakan dalam pengelolaan proyek yang mengintegrasikan biaya
dan waktu. Konsep earned balue menyajikan tiga dimensi yaitu
penyelesaian fisik dari proyek (the percent complete) yang
mencerminkan rencana penyerapan biaya (budgeted cost), biaya
actual yang sudah dikeluarkan atau yang disebut dengan actual
cost serta apa yang didapatkan dari biaya yang sudah dikeluarkan
atau yang disebut earned value. Dari ketiga dimensi tersebut,
dengan konsep earned value, dapat dihubungkan antara kinerja
biaya dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian dari biaya
dan waktu (Flemming dan Koppelman, 1994).
Berdasarkan uraian di atas secara umum dapat disimpulkan
bahwa

konsep

earned

value

method

sebagai

instrumen

pengendalian proyek konstruksi dibutuhkan oleh seorang manajer
proyek

( project

manager )

untuk

mengelola

proyek

yang

ditanganinya. Berpedoman pada kinerja biaya dan waktu ini,

Ir. Mandiyo Priyo, MT |4

seorang manajer proyek dapat mengindentifikasi kinerja keseluruhan
proyek maupun paket-paket pekerjaan di dalamnya dan kemudian
memprediksi kinerja biaya dan waktu penyelesaian proyek. Hasil
dari evaluasi kinerja proyek tersebut dapat digunakan sebagai early
warming jika terdapat inefisiensi kinerja dalam penyelesaian proyek
sehingga dapat dilakukan kebijakan-kebijakan manajemen dan
perubahan metode pelaksanaan agar pembengkakan biaya dan
keterlambatan penyelesaian proyek dapat dicegah.

Ir. Mandiyo Priyo, MT |5

BAB II
KONSEP
EARNED VALUE METHOD
2.1. KINERJA SUATU PROSES KONSTRUKSI
Dalam manajemen konstruksi, dibutuhkan pengetahuan
terhadap beberapa variabel yang antara lain adalah pengendalian
biaya dan waktu. Tujuan dari pengendalian ini adalah tercapainya
tujuan dari proyek itu sendiri, yaitu memenuhi persyaratan tuntutan
semua pihak yang terkait dalam proyek konstruksi tersebut. Pihak
pemilik proyek berkeinginan agar proyek tersebut hemat dalam
biaya dengan mutu yang baik dan dapat secepatnya berfungsi.
Demikian pula dengan pihak kontraktor, menginginkan bahwa
proyek tersebut dapat memberikan keuntungan yang sepadan
dalam

waktu

pemenuhan

secepatnya.
kebutuhan

Berdasarkan

pihak-pihak

hal

terkait

tersebut,
menjadi

maka
penting

sehingga perlu disiasati dengan metode yang dapat diterima oleh
seluruh pihak terkait.

Ir. Mandiyo Priyo, MT |6

Beberapa metode telah dikembangkan yang tujuannya
adalah

untuk

mengendalian

prestasi

kerja

dan

biaya

yang

dikeluarkan dalam suatu teknik presentasi yang mudah dibaca.
Metode tersebut salah satunya adalah dengan membuat diagram
kurva S sepanjang jadwal proyek. Pengembangan teknik tersebut
dilakukan melalui metode Earned Value yang mengintegrasikan
kedua variabel pengendalian yaitu waktu dan biaya.

2.2. KURVA – S
Salah satu hasil dari teknik penjadwlan adalah adanya biaya
yang diperlukan pada suatu kurun waktu dalam durasi proyek. Pada
tahap

perencanaan

pelaksanaan,

kebutuhan

biata

tersebut

dijabarkan dalam per satuan waktu, sehingga kebutuhan per satuan
waktu tersebut dapat diketahui berdasarkan perencanaan awalnya.
Kurva-S mengasumsikan bahwa biaya yang dikeluarkan
tersebut sama dengan prestasi kerja yang dihasilkan pada suatu
satuan waktu. Artinya penekanan pengendalian terfokus pada biaya.
Metode ini pada dasarnya dapat diterapkan pada kondisi yang
penggunaan perhitungan didukung oleh standar yang baik. Artinya

mark-up dilakukan semata-mata untuk menetakan margin yang
diharapkan, bukan pada besaran nilai item kegiatan, baik volume

Ir. Mandiyo Priyo, MT |7

maupun harga satuannnya. Apabila ada, itu pun relatif bukan untuk
menetapkan

margin

tersebut

di

atas.

Konsep

perhitungan

penetapan kurva-S adalah dengan mengakumulasikan biaya per
satuan waktu, berurutan sesuai dengan jadwal yang direncanakan,
sehingga apabila dirumuskan menjadi :

n
C cum
Cn

n -1
C cum
…………………………. (1)

C

= Biaya

N

= Periode waktu

cum

= Cummulative

Apabila nilai kumulatif tersebut dikonversikan ke dalam
persentasi, maka akan diperoleh prestasi kerja per satuan waktu.
Hasil ini menunjukkan bahwa prestasi kerja dihitung semata-mata
berdasarkan biaya yang dikeluarkan atau hanya volume yang
dihasilkan dalam nilai sesuai dengan harga satuannya.

2.3. PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI
Sistem manajemen proyek pembangunan merupakan proses
kegiatan

merencanakan,

mengorganisasi,

memimpin

dan

mengendalikan suatu kegiatan dan sumber daya sehingga seluruh
proyek pembangunan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Ir. Mandiyo Priyo, MT |8

Sumber Daya dalam hal ini mencakup Man, Machine, Material,

Money,

Method,

Maintenance.

Menurut

PMBOK

(Project

Management Body of Knowledge) yang diterbitkan oleh PMI (Project
Management Institute) Amerika, Sistem Manajemen Proyek dapat
diuraikan ke dalam 9 kategori bidang manajemen yakni Ruang
Lingkup Proyek, Integrasi Proyek, Waktu Proyek, Biaya Proyek, Mutu
Proyek, Sumber Daya Manusia, Komunikasi Proyek, Risiko Proyek,
dan Pengadaan Proyek. Dari seluruh kegiatan manajemen proyek
tersebut,

kegiatan

proyek

banyak

didominasi

oleh

kegiatan

pengendalian proyek.
Secara umum, Sistem Pengendalian Proyek diperlukan untuk
menjaga

kesesuaian

antara

perencanaan

dan

pelaksanaan.

Perencanaan pada prinsipnya dibuat sebagai bahan acuan untuk
pelaksanaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya menjadi standar
pelaksanaan proyek yang meliputi jadwal, anggaran, dan spesifikasi
teknis. Selama proses pengendalian, pemantauan harus dilakukan
selama pelaksanaan proyek sehingga dapat diketahui prestasi dan
kemajuan proyek yang telah dicapai. Informasi hasil pemantauan ini
berguna sebagai bahan evaluasi terhadap performance yang telah
dicapai pada saat pelaporan. Evaluasi kemajuan proyek dilakukan
dengan cara membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan

Ir. Mandiyo Priyo, MT |9

hasil pemantauan dengan standar perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya.

Pelaksanaan

evaluasi

kemajuan

proyek

dapat

dilakukan dengan perangkat software khusus sehingga jika terjadi
keterlambatan, akan segera cepat diketahui dan langkah-langkah
antisipasi dapat dilakukan sedini mungkin. Hasil evaluasi kemajuan
proyek ini berguna bagi pengambilan keputusan terhadap masalahmasalah yang timbul. Selain itu hasil evaluasi dapat digunakan
untuk menindaklanjuti pelaksanaan pekerjaan secara tepat dengan
melakukan tindakan koreksi (corrective action) terhadap pekerjaan
yang telah dicapai.
Definisi Pengendalian menurut R.J. Mockler (1972) adalah
usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan
sasaran

perencanaan,

merancang

sistem

informasi,

membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya
penyimpangan

antara

pelaksanaan

dan

standar,

kemudian

mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya
dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran.
Mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan
tepat waktu sesuai jadwal yang direncanakan.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 10

2.3.1. Jenis-Jenis Pengendalian Proyek
Dalam sistem pengendalian proyek, di samping memerlukan
perencanaan yang realistis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran,
juga harus dilengkapi dengan teknik dan metode yang dapat segera
mengetahui tanda-tanda penyimpangan.
Pengendalian proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis
pengendalian yakni pengendalian biaya, pengendalian jadwal ,
pengendalian

material),

pengendalian

dokumen,

pengendalian

instalasi dan pengawasan, pengendalian konstruksi, pengendalian
mutu dan perijinan.
Secara rinci jenis-jenis pengendalian proyek konstruksi
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengendalian Biaya (Cost Control)
Pengendalian biaya meliputi proses-proses yang diperlukan
untuk memastikan bahwa proyek selesai dengan dana yang telah
disepakati.

Pengendalian

biaya

tidak

hanya

merupakan

pemantauan/pemonitoran biaya dan perekaman jumlah data, tetapi
juga analisa data agar tindakan koreksi dapat dilakukan sebelum
terlambat. Pengendalian biaya dilakukan oleh seluruh personil baik
dalam struktur organisasi manajemen proyek Owner maupun
Kontraktor Utama. Namun demikian manajemen proyek Owner harus

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 11

bertanggung jawab terhadap pengendalian biaya proyek, termasuk
manajemen pendanaan, persetujuan dan pembayaran tagihan dari
Kontraktor

Utama

pengendalian

biaya

serta

pengendalian

harus

secara

dana/budget.

jelas

Metode

didefinisikan

dan

diimplementasikan.

b. Pengendalian Jadwal (Schedule Control)
Pengendalian

jadwal

meliputi

proses-proses

yang

diperlukan untuk memastikan penyelesaian pembangunan tepat
waktu. Mengatur pembangunan proyek dengan waktu yang tepat,
sesuai biaya yang disetujui serta performance yang baik sangat sulit
dilakukan. Adapun pengendalian jadwal pada fase konstruksi adalah
jadwal milestone, jadwal rekayasa, konstruksi dan startup, program
analisis tenaga kerja, Critical Path Method (CPM), jadwal konstruksi
3 bulanan, jadwal kerja mingguan dan harian, jadwal subkontrak,
jadwal startup, dan Daftar Punch konstruksi.

c. Pengendalian Material (Material Control)
Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang
memiliki persentase yang cukup besar dari total biaya proyek. Oleh
karena itu penggunaan teknik pengendalian material yang baik dan

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 12

tepat untuk memilih, membeli, mengirim, menerima, menyimpan,
mendistribusikan dan menghitung material menjadi sangat penting.
Pengendalian material yang

mencakup sistem dan komponen

utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh Kontraktor
Utama. Kegagalan pengendalian material akan berakibat fatal
sehingga membengkakkan biaya.

d. Pengendalian Dokumen (Document Control)
Dokumen yang dimaksud adalah

drawing, spesifikasi,

prosedur, laporan dan lain-lain tidak hanya mengkomunikasikan
informasi

antara

berbagai

kelompok

rekayasa

tetapi

juga

mendefinisikan kondisi tapak. Meskipun pengendalian dokumen
dilakukan oleh divisi tertentu di dalam suatu organisasi proyek,
namun manajer proyek dari seluruh partner yang terlibat dalam
pembangunan harus mereview, menyetujui, dan menjaga daftar
dokumen-dokumen yang masih berlaku. Dokumentasi ini juga
merupakan
dokumen

bagian
yang

rapi

dari

sistem

dan

jaminan

terdokumentasi

mutu.

Penyimpanan

dengan

baik

akan

memudahkan pelacakan kembali. Untuk hal tersebut diperlukan
adanya

identifikasi, status,

dan

daftar dokumen.

Identifikasi

dokumen mencakup jenis, judul, dan nomor identifikasi dokumen

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 13

yang

dihasilkan,

serta

kelompok

atau

personil

yang

bertanggungjawab terhadap dokumen tersebut. Sedangkan status
dokumen berupa dokumen draft atau dokumen final.

e. Pengendalian

Instalasi

dan

Pengawasan

(Installation

and

instalasi

dan

Supervision Control)
Pada

kontrak

Turnkey,

pengendalian

pengawasan merupakan tanggung jawab Kontraktor Utama. Owner
telah mendelegasikan tanggung jawab instalasi dan pengawasan
kepada Kontraktor Utama. Namun demikian Owner tetap melakukan
pengawasan terhadap kerja Kontraktor Utama.

f. Pengendalian Konstruksi (Construction Control)
Peran

dan

tanggung

jawab

Owner

tergantung

pada

seberapa besar bagian proyek yang telah didelegasikan kepada
Kontraktor Utama. Hal tersebut tergantung pada tipe kontrak dan
tanggung jawab manajemen proyek.

g. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Manajemen Mutu proyek meliputi proses-proses yang
diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 14

kebutuhan yang diperlukan. Manajemen mutu meliputi seluruh
kegiatan dari fungsi manajemen keseluruhan yang menentukan
kebijakan mutu, sasaran, dan tanggung jawab serta melaksanakan
kegiatan seperti rencana mutu, jaminan mutu, kendali mutu,
peningkatan mutu dan sistem mutu. Jaminan mutu dan kendali mutu
harus dilakukan pada fase pra-kontrak sebagai bagian dari
spesifikasi penawaran dan juga pada pengadaan material dan
peralatan. Masing-masing struktur organisasi manajemen proyek
yang terlibat sebagai partner pembangunan mempunyai kewajiban
menyusun

sistem

manajemen

mutu

masing-masing

dan

melaksanakannya sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya.

Owner bertanggung jawab penuh terhadap efektifitas seluruh
kegiatan program jaminan mutu.

2.3.2. Proses Pengendalian
Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek
guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap.
Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan
pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar
pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan meliputi, spesifikasi
teknik, jadwal, dan anggaran.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 15

Pemantauan harus dilakukan selama masa pelaksanaan
proyek untuk mengetahui prestasi dan kemajuan yang telah dicapai.
Informasi hasil pemantauan ini berguna sebagai bahan evaluasi
performa yang relah dicapai pada saat pelaporan. Evaluasi
dilakukan dengan cara membandingkan kemajuan yang dicapai
berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat
berdasarkan perencanaan.

Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan tindakan yang
akurat terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul selama
masa pelaksanaan. Berdasarkan hasil evaluasi ini pula, tindak lanjut
pelaksanaan pekerjaan dapat diputuskan dengan tepat dengan
melakukan koreksi terhadap performa yang telah dicapai. Proses di
atas diperlihatkan secara skematis pada Gambar 3.1.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 16

Gambar 3.1 Siklus pengendalian dalam proyek konstruksi

2.3.3. Fungsi Pengendalian Proyek
Pengendalian memiliki dua fungsi yang sangat penting, yaitu:
a. Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek
akan memaksa unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap
dan jujur serta akan menjadi motifasi utama untuk mencapai
performa yang tinggi.
b. Fungsi Manajerial
Pada proyek-proyek yang kompleks dan mudah terjadi perubahan
(dinamis) penerapan pengendalian dan sistem informasi yang baik
akan memudahkan manajer untuk segera mengetahui bagian-

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 17

bagian pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau memiliki
performa yang kurang baik. Dengan demikian dapat dengan segera
dilakukan usaha untuk mengatasi atau meminimalkan kejanggalan
tersebut.

2.4. MANAJEMEN WAKTU
Manajemen waktu pada suatu proyek ( Project Time

Management) memasukkan semua proses yang dibutuhkan
dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek (PMI
2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek,
yaitu :
Pendefisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua
aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam rangka
mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek ( project

deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan
semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level
tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work

Breakdown Strucuture (WBS).
Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan
identifikasi dan dokumentasi dari hubungan logis yang
interaktif. Masing-masng aktivitas harus diurutkan secara

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 18

akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga
diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat
digunakan

alat

bantu

komputer

untuk

mempermudah

pelaksanaan atau dilakukaan secara manual. Teknik secara
manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau
di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak
diperlukan pendetailan yang rinci.
Estimasi Durasi Aktivitas.

Estimasi durasi aktivitas adalah

proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan
lingkup

proyek dan sumber daya yang diperlukan yang

kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi
atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang
digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal.
Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari
banyaknya informasi yang tersedia.
Pengembangan

Jadwal.

Pengembangan

jadwal

berarti

menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek akan
dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek
merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan
estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 19

Pengendalian

Jadwal.

Pengendalian

jadwal

merupakan

proses untuk memastikan

apakah kinerja yang dilakukan

sudah

alokasi

sesuai

direncanakan.

dengan
Hal

yang

waktu

perlu

yang

sudah

diperhatikan

dalam

pengendalian jadwal adalah :
a. Pengaruh dari faktor – faktor yang menyebabkan
perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang
terjadi disetujui
b. Menentukan perubahan dari jadwal
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda
dari perencanaan awal proyek

2.5. MANAJEMEN BIAYA
Manajemen biaya proyek (project cost management)
melibatkan semua proses yang diperlukan dalam pengelolaan
proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan
anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat
diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari
sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek,
sebagai berikut :

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 20

1. Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya
merupakan proses untuk menentukan sumber daya dalam
bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya
yang diperlukan untuk

melaksanakan aktivitas proyek.

Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi
biaya.
2. Estimasi

Biaya.

Estimasi

biaya

adalah

proses

untuk

memperkirakan biaya dari sumber daya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan
melalui sebuah kontrak, perlu

dibedakan antara perkiraan

biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan
perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk
menyelesaikan proyek. Sedangkan biaya yang didapat dari
proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari
keputusan yang diambil.
3. Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses
membuat alokasi biaya untuk masing-masing aktivitas dari
keseluruhan biaya yang mucul pada prose estimasi. Dari
proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk
menilai kinerja proyek.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 21

4. Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk
mendeteksi

apakah

biaya

aktual

pelaksanaan

proyek

menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab
penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik
sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.

2.6. KONSEP EARNED VALUE
Sejalan dengan perkembangan tingkat kompleksitas
proyek yang semakin besar, seringkali terjadi keterlambatan
penyelesaian

proyek

dan

pembengkakan

biaya.

Sistem

pengelolaan yang digunakan biasanya memisahkan antara
sistem akuntansi untuk biaya dan sistem jadwal proyek
konstruksi. Dari sistem akuntansi biaya dapat dihasilkan laporan
kinerja dan prediksi biaya proyek, sedangkan dari sistem jadwal
dihasilkan
pengelolaan

laporan
proyek

status
dari

penyelesaian
kedua

sistem

proyek.

Informasi

tersebut

saling

melengkapi, namun dapat menghasilkan informasi yang berbeda
mengenai status proyek. Dengan demikian, dibutuhkan suatu
sistem yang mampu mengintegrasikan antara informasi waktu
dan biaya. Untuk kepentingan tersebut, konsep earned value

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 22

dapat

digunakan

sebagai

alat

ukur

kinerja

yang

mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek waktu.
Flemming dan Koppelman (1994) menjelaskan konsep

earned value dibandingkan manajemen biaya tradisional. Seperti
dijelaskan pada Gambar 1.a, manajemen biaya tradisional hanya
menyajikan dua dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana
antara biaya aktual dengan biaya rencana. Dengan manajemen
biaya tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui. Pada
Gambar 1.a dapat diketahui bahwa biaya aktual memang lebih
rendah, Namun dalam kenyataannya bahwa biaya aktual yang
lebih rendah dari rencana ini tidak menunjukkan bahwa kinerja
yang telah dilakukan telah sesuai dengan target rencana.
Sebaliknya, konsep earned value memberikan dimensi yang
ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang
ketiga ini adalah besarnya pekerjaan secara fisik yang telah
diselesaikan atau disebut earned value/percent complete.
Dengan adanya dimensi ketiga ini, seorang manajer proyek
akan dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang
dihasilkan dari sejumlah biaya yang telah dikeluarkan (Gambar
1.b).

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 23

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek
pada saat pelaporan masih sesuai dengan anggaran biaya dan
jadwal waktu yang direncanakan atau tidak, digunakan earned

value method yang memadukan unsure-unsur terkait berupa
prestasi. Biaya, dan waktu. Dengan memadukan unsure-unsur
tersebut

diharapkan

dapat

menjawab

apakah

kemajuan

pelaksanaan prroyek senilai dengan bagian anggaranya bila
diukur dengan rencana semula. Ada tiga elemen dasar yang
menjadi

acuan

dalam

menganalisa

kinerja

dari

proyek

berdasarkan konsep earned value. Ketiga elemen tersebut
adalah:
1. Budgeted Cost for Work Scheduled (BCWS) atau Rencana
biaya berdasarkan jadwal merupakan anggaran biaya yang
dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 24

terhadap waktu. BCWS dihitung dari akumulasi anggaran
biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode
waktu tertentu. BCWS pada akhir poyek (penyelesaian 100
%) disebut Budget at Completion (BAC). BCWS juga
menjadi tolak ukur kinerja waktu dari pelaksanaan proyek.
BCWS merefleksikan penyerapan biaya rencana secara
kumulatif untuk setiap paket-paket pekerjaan berdasarkan
urutannya sesuai jadwal yang direncanakan.
2. Actual Cost for Work Performed (ACWP) atau Biaya nyata
berdasarkan progres pekerjaan adalah representasi dari
keseluruhan

pengeluaran

yang

dikeluarkan

untuk

menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu. ACWP
dapat berupa kumulatif hingga periode perhitungan kinerja
atau

jumlah biaya

pengeluaran dalam periode

waktu

tertentu.
3. Budgeted Cost for Work Performed (BCWP) atau Rencana
biaya berdasarkan progres nyata dilapangan adalah nilai
yang diterima dari penyelesaian pekerjaan selama periode
waktu tertentu. BCWP inilah yang disebut earned value.
BCWP ini dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaanpekerjaan yang telah diselesaikan. Ada beberapa cara untuk

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 25

menghitung BCWP diantaranya : Fixed formula, Milestone

weights, Milestone weights with percent complete, Unit
complete, Percent complete dan Level of effort.

2.7. PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN KONSEP
EARNED VALUE
Penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja
proyek dijelaskan dalam Gambar 2 (Soemardi BW et al, 1997).

Gambar 2.2 Kurva S Earned Value
Beberapa istilah yang terkait dengan penilaian ini
dijelaskan sebagai berikut :

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 26

1) Cost Variance (CV)
Cost variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh
setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya
aktual yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Cost variance
positif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang
diperoleh

lebih

besar

dibandingkan

dengan

biaya

yang

dikeluarkan untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut.
sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket
pekerjaan yang diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan
biaya yang sudah dikeluarkan.
CV = ACWP - BCWP.............................................. (1)

2) Schedule Variance (SV)
Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpangan
antara BCWS dengan BCWP. Nilai positif menunjukkan bahwa
paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak
dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja
pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang
terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan.
SV = BCWS - BCWP.............................................. (2)

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 27

3) Cost Performance Index (CPI)
Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan
dengan membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (BCWP) dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam
periode yang sama (ACWP).
CPI = ACWP/BCWP................................................ (3)
Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif
terhadap

nilai

proyek

keseluruhan)

terhadap

biaya

yang

dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang
buruk, karena biaya yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar
dibandingkan dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan
kata lain terjadi pemborosan.

4) Schedule Performance Index (SPI)
Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat
diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang
secara

fisik

telah

diselesaikan

(BCWP)

dengan

rencana

pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan
(BCWS).
SPI = BCWS/BCWP ............................................... (4)

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 28

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu
diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap
satuan pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1
menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena tidak mampu mencapai target pekerjaan yang
sudah direncanakan.

5) Budget Estimate to Compelete (BETC)
Bila dianggap kinerja biaya pada pekerjaan tersisa adalah tetap,
maka BETC adalah merupakan perkiraan biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersisa, sehingga BETC adalah
anggaran pekerjaan tersisa dibagi dengan indek kinerja biaya.
Perkiraan biaya pekerjaan tersisa dapat dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut:
BETC = (BAC – BCWP) / CPI ...................................(5)

6) Budget Estimate at Completion (BEAC)
BEAC adalah jumlah pengeluaran sampai pada saat pelaporan
ditambah perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa. Perkiraan
biaya total diperlukan untuk mengetahui apakah dana yang

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 29

tersisa cukup untuk menyelesaikan pekerjaan yang tersisa.
Rumus untuk menghitung perkiraan biaya total proyek sebagai
berikut:
BEAC = ACWP + BETC............................................(6)

7) Schedule Estimate to Complete (SETC)
Bila dianggap kinerja jadwal pada pekerjaan tersisa tetap, seperti
pada saat pelaporan, maka SETC adalah waktu pekerjaan tersisa
dibagi indek kinerja jadwal atau seperti ditunjukkan pada rumus
berikut:
SETC = (SAC – tBCWS) / SPI....................................(7)

8) Schedule Estimate at Completion (SEAC)
SEAC adalah jumlah waktu pelaksanaan pekerjaan sampai pada
saat pelaporan ditambah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersisa. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksana dapat

memprediksi selesainya pekerjaan, adapun

perhitungannnya dapat dilihat pada rumus berikut :
SEAC = t BCWP + SETC ........................................ (8)

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 30

Cara menginterpretasikan hasil perhitungan cost variance (CV)
dan schedule variance (SV) disajikan pada Tabel 2.1 sedangkan
Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index
(SPI) ditampilkan pada Grafik 2.1.

2.8. KRITERIA EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM
Walaupun konsep earned value terlihat sederhana, namun
implementasinya dalam pengelolaan proyek tidaklah mudah karena
harus didukung oleh sistem manajemen yang mampu menyediakan
input data yang lengkap dalam perhitungan kinerja proyek. Bila
kinerja proyek buruk, sistem akan mampu menelusuri bagian mana
yang bermasalah yang menyebabkan pembengkakan biaya dan
terjadinya keterlambatan pelaksanaan proyek. Dengan demikian,
langkah perbaikan dapat dilakukan dan semua data terdokumentasi
dengan baik untuk keperluan di masa datang pada pengelolaan
proyek berikutnya. Fleming dan Koppelman (1994) menjelaskan 10
kriteria bagi terselenggaranya pengelolaan proyek yang berdasarkan
pada konsep earned value, sebagai berikut:
Komitmen manajemen. Pada penerapan konsep earned value,
harus

ada

kebulatan

tekad

dari

manajer

proyek

untuk

memanfaatkan konsep earned value di dalam sistem manajemen

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 31

pada proyek yang ditanganinya. Komitmen juga harus ada pada
organisasi utama perusahaan dalam mendukung keputusan
penggunaan konsep earned value pada manajemen proyek.
Menetapkan lingkup proyek dengan work breakdown structure
(WBS). Pada setiap proyek, hal pertama yang harus dilakukan
adalah

menentukan

lingkup

proyek

agar

pada

saat

pelaksanaannya lingkup proyek tidak meluas yang menyebabkan
kegagalan proyek. Salah satu teknik yang dapat digunakan dan
terbukti ampuh dalam membatasi lingkup proyek adalah dengan
WBS. WBS memperlihatkan hirarki perencanaan pekerjaan yang
berorientasi pada produk yang dihasilkan proyek. WBS menjadi
acuan dalam menentukan aktivitas dan sumber daya yang akan
digunakan untuk mencapai sasaran proyek.
Menciptakan management control cells (cost account). Cost

account adalah pertemuan antara level terendah WBS dengan
fungsi dari organisasi. Cost account harus memiliki empat
elemen

yaitu:

memperlihatkan

pekerjaan

di

level

tugas;

mempunyai kerangka waktu pelaksanaan yang spesifik bagi
masing-masing
penggunaan

tugas;

sumber

mempunyai
daya;

dan

anggaran

biaya

untuk

mempunyai

pihak

yang

bertanggung jawab untuk masing-masing sel.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 32

Menetapkan tanggung jawab fungsional untuk setiap bagian
terkecil dari manajemen proyek (project’s management control

cells). Dibutuhkan organisasi proyek yang dalam strukturnya
terdapat pembagian tanggung jawab yang jelas. Organisasi
proyek dibagi dalam divisi dan subdivisi. Masing-masing divisi
dan subdivisi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda-beda. Tugas dan tanggung jawab ini sesuai dengan
kepemilikan

cost

account

masing-masing

divisi

dan

subdividivisi.
Membuat earned value baseline. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan baseline yang digunakan dalam menghitung kinerja
proyek. Basis ukuran kinerja proyek harus memasukkan semua

cost account dan biaya-biaya tidak langsung proyek seperti
biaya tak terduga dan profit. Untuk memperolah basis ukuran
kinerja proyek, digunakan proses perencanaan formal proyek
mulai dari proses estimasi, penjadwalan dan penganggaran.
Untuk

keperluan

pengendalian,

pihak

manajemen

harus

menentukan batasan untuk penilaian kinerja proyek.
Penggunaan proses formal penjadwalan proyek. Penggunaan

earned value membutuhkan alat bantu pengendalian proyek
seperti master schedule, kurva S dan bar chart. Alat bantu

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 33

pengendalian proyek dibuat melalui proses penjadwalan. Alat
bantu ini menunjukkan kerangka waktu dari masing-masing
paket pekerjaan dan anggaran biayanya.
Pengelolaan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya tidak
langsung perlu dikelompokkan tersendiri/terpisah dari biaya
langsung proyek. Terkadang biaya tidak langsung mempunyai
porsi yang lebih besar dari biaya keseluruhan proyek. Oleh
karena itu biaya tidak langsung proyek perlu diperhatikan dan
ditangani secara baik.
Secara periodik, mengestimasi biaya penyelesaian proyek. Salah
satu

manfaat

dari

konsep

earned

value

adalah

mampu

memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Dengan dasar
kinerja aktual proyek (SPI dan CPI), dapat diprediksi secara
akurat

berapa

lagi

dana

yang

dibutuhkan

untuk

menyelesaikannya.
Pelaporan status proyek. Batasan varian yang sudah ditentukan
manajemen menjadi acuan kapan manajemen akan bertindak.
Bila kinerja proyek berada diluar batasan yang telah ditetapkan,
hal tersebut merupakan sinyal peringatan bagi pihak manajemen
untuk bertindak. Penerapan earned value dalam menajemen
proyek merupakan salah satu contoh penerapan management by

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 34

exception. Management by exception adalah tipe sistem
manajemen

yang

baru

melakukan

tindakan

ketika

ada

penyimpangan.
Menyusun historical database. Pembentukan historical database
memungkinkan perbaikan proyek yang akan dikerjakan menjadi
lebih baik. Historical database digunakan sebagai acuan dalam
pengelolaan proyek di masa yang akan datang.

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 35

BAB III
EARNED VALUE
PADA KONSTRUKSI GEDUNG
3.1. STUDI KASUS
Data yang digunakan adalah data pelaksanaan Proyek
Renovasi Bangunan Gedung Bank BNI Kantor Capem Slamet Riyadi
Surakarta , Pemilik Proyek (owner) adalah Bank BNI yang dalam
dalam ini diwakili oleh Pimpinan Kantor Wilayah 05 PT. Bank Negara
2

Indonesia (Persero) luas bangunan proyek ini 390 m terdiri atas 3
lantai dengan nilai kontrak sebesar Rp 2.650.000.000,- (Dua milyar
enam ratus lima puluh ribu rupiah). Pelaksanaan proyek ini dibagi
dalam 3 tahap dan pada tahap + dengan rencana anggaran sebesar
Rp 565.454.700,-

yang berlokasi di Jl. Slamet Riyadi No. 348 Surakarta Jawa Tengah

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 36

3.2. HASIL PENELITIAN
Dari data hasil penelitian diperoleh rekapitulasi BCWS,
BCWP, dan ACWP sebagai berikut :
1. Rekapitulasi BCWS (Budgeted Cost for Work Schedule)
Tabel 3.1 Rencana Anggaran Biaya Langsung (BCWS)
s.d minggu ke-32
Bobot
Minggu ke-

Anggaran

BCWS

Rencana
1

0.005482

Rp

565.454.700,00

Rp

3.099.822,67

2

0.007822

Rp

565.454.700,00

Rp

4.422.986,66

3

0.005352

Rp

565.454.700,00

Rp

3.026.313,55

4

0.004728

Rp

565.454.700,00

Rp

2.673.469,82

5

0.012192

Rp

565.454.700,00

Rp

6.894.023,70

6

0.015432

Rp

565.454.700,00

Rp

8.726.096,93

7

0.01196

Rp

565.454.700,00

Rp

6.762.838,21

Total

0.062968

Rp

Rp

35.605.551,55

8

0.026443

Rp

565.454.700,00

Rp

14.952.318,63

9

0.053797

Rp

565.454.700,00

Rp

30.419.765,50

10

0.65277

Rp

565.454.700,00

Rp

36.911.186,45

11

0.075105

Rp

565.454.700,00

Rp

42.468.475,24

12

0.077896

Rp

565.454.700,00

Rp

44.046.659,31

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 37

13

0.074987

Rp

565.454.700,00

Rp

42.401.751,59

14

0.06828

Rp

565.454.700,00

Rp

38.609.246,92

Total

0.504753

Rp

Rp

285.414.956,19

15

0.06457

Rp

565.454.700,00

Rp

36.511.409,98

16

0.06277

Rp

565.454.700,00

Rp

35.493.591,52

17

0.059907

Rp

565.454.700,00

Rp

33.874.694,71

18

0.054452

Rp

565.454.700,00

Rp

30.790.139,32

19

0.050663

Rp

565.454.700,00

Rp

28.647.631,47

20

0.043419

Rp

565.454.700,00

Rp

24.551.477,62

21

0.034712

Rp

565.454.700,00

Rp

19.628.063,55

22

0.033521

Rp

565.454.700,00

Rp

18.954.607,00

Total

0.908767

Rp

Rp

513.866.571,35

23

0.026507

Rp

565.454.700,00

Rp

14.988.507,73

24

0.025327

Rp

565.454.700,00

Rp

14.321.271,19

25

0.024334

Rp

565.454.700,00

Rp

13.759.774,67

26

0.015065

Rp

565.454.700,00

Rp

8.518.575,06

Total

1

Rp

Rp

565.454.700,00

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 38

2. Rekapitulasi BCWP (Budgeted Cost for Work Performance)
Tabel 3.2 Biaya Yang Harus Dikeluarkan (BCWP)
s.d Progress 94%
Bobot
Minggu ke-

Anggaran

BCWP

Rencana
1

0.000238

Rp

565.454.700,00

Rp

134.578,22

2

0.00062

Rp

565.454.700,00

Rp

350.581,91

3

0.007753

Rp

565.454.700,00

Rp

4.383.970,29

4

0.027124

Rp

565.454.700,00

Rp

15.337.393,28

5

0.030923

Rp

565.454.700,00

Rp

17.485.555,69

6

0.015006

Rp

565.454.700,00

Rp

8.485.213,23

7

0.045293

Rp

565.454.700,00

Rp

25.611.139,73

Total

0.126957

Rp

Rp

71.788.432,35

8

0.143317

Rp

565.454.700,00

Rp

81.039.271,24

9

0.063597

Rp

565.454.700,00

Rp

35.961.222,56

10

0.01208

Rp

565.454.700,00

Rp

6.830.692,78

11

0.01208

Rp

565.454.700,00

Rp

6.830.692,78

12

0.028143

Rp

565.454.700,00

Rp

15.913.591,62

13

0.073689

Rp

565.454.700,00

Rp

41.667.791,39

14

0.293135

Rp

565.454.700,00

Rp

165.754.563,48

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 39

Total

0.752998

Rp

Rp

425.786.258,19

15

0.007136

Rp

565.454.700,00

Rp

4.035.084,74

16

0.028012

Rp

565.454.700,00

Rp

15.839.517,06

17

0.00786

Rp

565.454.700,00

Rp

4.444.473,94

18

0.01661

Rp

565.454.700,00

Rp

9.392.202,57

19

0.024094

Rp

565.454.700,00

Rp

13.624.065,54

20

0.076217

Rp

565.454.700,00

Rp

43.097.260,87

21

0.014687

Rp

565.454.700,00

Rp

8.304.833,18

22

0.01664

Rp

565.454.700,00

Rp

9.409.166,21

Total

0.944254

Rp

Rp

533.932.862,29

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 40

3. Rekapitulasi ACWP (Actual Cost of Work Performance)
Tabel 3.3 Biaya yang dikeluarkan (ACWP) s.d Progress 94%
Bobot
Minggu

Bobot

Lap. Keu. Eiil
Prestasi

ke-

ACWP

Prestasi

Mingguan
Kumulatif

1

0.000238

0.000238

Rp

121.120,39

Rp

121.120,39

2

0.00062

0.000858

Rp

315.523,70

Rp

436.644,09

3

0.007753

0.008611

Rp

3.945.573,03

Rp

4.382.217,12

4

0.027124

0.035735

Rp

13.803.653,14

Rp

18.185.870,26

5

0.030923

0.066658

Rp

15.736.999,19

Rp

33.922.869,45

6

0.015006

0.081664

Rp

7.636.691,46

Rp

41.559.560,91

7

0.045293

0.126957

Rp

23.050.024,40

Rp

64.609.585,31

8

0.143317

0.270274

Rp

72.935.339,82

Rp

137.544.925,13

9

0.063597

0.333871

Rp

32.365.298,39

Rp

169.910.023,52

10

0.01208

0.345951

Rp

6.147.623,14

Rp

173.057.646,66

11

0.01208

0.358031

Rp

6.147.623,14

Rp

182.205.269,80

12

0.028143

0.386174

Rp

14.322.231,62

Rp

196.527.501,42

13

0.073689

0.459863

Rp

37.501.010,04

Rp

234.028.511,46

14

0.293135

0.752998

Rp

149.179.098,30

Rp

383.207.609,76

15

0.007136

0.760134

Rp

3.631.576,05

Rp

386.839.185,81

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 41

16

0.028012

0.788146

Rp

14.255.564,51

Rp

401.094.750,32

17

0.00786

0.796006

Rp

4.000.026,31

Rp

405.094.776,63

18

0.01661

0.712616

Rp

8.452.981,81

Rp

413.547.758,44

19

0.024094

0.83671

Rp

12.261.658,25

Rp

425.809.416,70

20

0.076217

0.912927

Rp

38.787.532,50

Rp

464.496.949,20

21

0.014687

0.927614

Rp

7.474.349,42

Rp

471.971.298,62

22

0.01664

0.944254

Rp

8.468.249,09

Rp

480.439.547,71

3.3. ANALISIS DATA
Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) merupakan
perkalian antara total anggaran yang disediakan dengan pekerjaan
yang telah diselesaikan (%). Analisis data ini dilakukan dengan cara
manual. Dari data-data yang ada dapat dianalisis yaitu untuk
memprediksikan

kondisi

akhir

penyelesaian

proyek

mengenai

perkiraan biaya dan jadwal yang diperlukan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penyelesaian proyek yaitu:
1. Mencari nilai hasil (BCWP)
2. Mencari varian biaya dan waktu (CV dan SV)
3. Mencari indeks kinerja dan waktu ( CPI dan SPI)
4. Mencari prediksi biaya dan akhir proyek (BEAC dan SEAC)

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 42

Dengan rumus – rumus yang ada dapat dianalisis hasil
perhitungan – perhitungan sebagai berikut :
1. Sampai dengan akhir minggu ke-7
a. Parameter
BCWP

= BAC x (%) penyelesaian fisik
= Rp 565.454.700 x 12,6957 % = Rp 71.788.432,35

BCWS

= BAC x (%) rencana
= Rp 565.454.700 x 6,2968 % = Rp 35.605.551,55

ACWP

= Rp 64.609.585,31

CV

= BCWP - ACWP
= Rp 71.788.432,35 – Rp 64.609.585,31
= Rp 7.178.847,04

SV = BCWP – BCWS
= Rp 71.788.432,35 – Rp 35.605.551,55
= Rp 36.182.880,8
Atau

SV / (BCWS / 7 minggu)
= Rp 36.182.880,8 / (Rp 35.551,55 / 7 minggu)
= 7,114 minggu = 49,798 hari

CPI

= BCWP / ACWP
= Rp 71.788.432,35 / Rp 64.609.585,31
= 1,111 > 1 = baik

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 43

SPI

= BCWP / BCWS
= Rp 71.788.432,35 / Rp 35.605.551, 55
= 2,016 > 1 = baik

b. Baik (Cost)
Menghitung perkiraan biaya sampai akhir proyek
BETC

= (BAC – BCWP) / CPI
= (Rp 565.454.700 – Rp 71.788.432,35) / 1,111
= Rp 444.344.075,3

BEAC

= ACWP + BETC
= Rp 64.609.585,31 + Rp 444.344.075,3
= Rp 508.953.660,6 < Rp 656.454.700

Proyek mengalami penurunan, untuk mengembalikan pada biaya
rencamna maka harus dicapai CPI sebesar CPI to-go yaitu:

CPI to-go

= (BAC – BCWP) / (BAC – ACWP)
= (Rp 565.454.700 – Rp 71.788.432,35) /
(Rp 565.454.700 – Rp 64.609.585,31)
= 0,986

c. Jadwal
Dengan cara yang sama, maka perkiraan jadwal penyelesaian
proye adalah :

I r . M a n d i y o P r i y o , M T | 44

SETC

= (SAC – tBCWP) / SPI
= (26 – 7) / 2,016 = 9,425 minggu

SEAC

= tBCWP + SETC
= 7 + 9,425 = 16,425 minggu < 26 minggu

Durasi proyek akan lebih pendek dari rencana 26 minggu, untuk
mengembalikan pada durasi rencana maka SPI sebesar SPI to-

go yaitu :
SPI to-go

= (BAC – BCWP) / (BAC – BCWS)
= (Rp 565.454.700 – Rp 71.788.432,35) /
(Rp 565.454.700 – Rp 35.605.551,55)
= 0,935

2. Sampai dengan akhir minggu ke-14
a. Parameter
BCWP

= BAC x (%) penyelesaian fisik
= Rp 565.454.700 = 75,2998 % = Rp 425.786.285,2

BCWS

= BAC x (%) rencana
= Rp 565.454.700 x RP 50,4753 %
= Rp 285.414.856,2

ACWP

= Rp 383.207.609,8

CV

= BCWP