PENERAPAN METODE EARNED VALUE DAN PROJECT CRASHING PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes)

(1)

PENERAPAN METODE

EARNED VALUE

DAN

PROJECT

CRASHING

PADA PROYEK KONSTRUKSI

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes)

Disusun oleh :

NADIRA SYLVIANA DEVI NIM: 20110110073

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Batasan Masalah ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

BAB III. LANDASAN TEORI ... 8

3.1 Kinerja Proyek ... 8

3.2 Pengendalian Proyek ... 8

3.2.1 Pengendalian Biaya Proyek ... 8

3.2.2 Pengendalian Waktu/Jadwal Proyek ... 9

3.2.3 Pengendalian Kinerja Proyek ... 9

3.3 Metode Nilai Hasil (Earned Value) ... 10

3.3.1 Analisis Indikator-Indikator Earned Value ... 11

3.3.2 Analisis Varian ... 12


(3)

vii

Penyelesaian proyek ... 18

3.4 Metode Crashing ... ... 18

3.4.1 Metode CPM (Critical Path Method) ... 19

3.4.2 Metode Pertukaran Waktu dan Biaya ... 19

3.4.3 Produktivitas Pekerja ... 21

3.4.4 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur) ... 21

3.4.5 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja ... 23

3.4.6 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost) ... 24

3.4.7 Hubungan Antara Biaya dan Waktu ... 25

3.5 Analisis Teknis Penggunaan Alat Berat ... 26

3.5.1 Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan ... 26

3.6 Analisis Produktifitas Alat ... 28

3.6.1 Waktu Siklus ... 29

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Rancangan Penelitian ... 30

4.2 Tahap – Tahap Penelitian ... ... 30

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Data Penelitian ... 36

5.1.1 Data Umum Proyek ... 36

5.2 Data Yang Digunakan Dalam Metode Earned Value .... 36

5.2.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ... 36

5.2.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Pelaksanaan ... 36

5.2.3 Time Schedule Dan Progress Report... 37

5.3 Perhitungan Kinerja Proyek ... 37

5.3.1 Analisis Indikator Earned Value ... 37


(4)

viii

Penyelesaian Proyek ... 61

5.4 Rekapitulasi Perhitungan ... 63

5.5 Crashing Program ... 65

5.5.1 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja ... 65

5.5.2 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur) ... 72

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

6.1 Kesimpulan ... 105

6.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(5)

(6)

xiii

INTISARI

Waktu dan biaya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu proyek. Tolak ukur keberhasilan proyek biasanya dilihat dari waktu penyelesaian yang singkat dengan biaya yang minimal tanpa meninggalkan mutu hasil pekerjaan. Pengendalian proyek dibutuhkan untuk mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan buruk yang akan terjadi pada proyek serta mengambil tindakan yang tepat. Dalam pengendalian proyek ada dua variabel yang digunakan, dua variabel tersebut adalah waktu dan biaya yang berpengaruh terhadap keberhasilan proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja proyek dari segi waktu dan biaya penyelesaian proyek. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan waktu dan biaya penyelesaian proyek pada saat ditinjau serta mengetahui indeks prestasi proyek. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari kontraktor. Data-data tersebut meliputi RAB, progress report, dan time schedule.Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode nilai hasil (Earned Value Method) yang memadukan unsur jadwal, biaya, serta prestasi fisik pekerjaan, sehingga dapat mengetahui perkiraan biaya dan waktu untuk menyelesaikan proyek. Analisis dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa informasi yang didapat pada saat peninjauan minggu ke-16 adalah nilai Planned Value (PV) sebesar Rp.999.523.800, nilai Earned Value sebesar Rp. 755.379.050, dan nilai Actual Cost sebesar Rp. 929.771.117. Pada saat peninjauan minggu ke-16 proyek mengalami keuntungan Cost Varian sebesar Rp. 180.053.717 dan nilai Cost Performance Index = 0,80. Sedangkan dari aspek jadwal proyek mengalami keterlambatan Schedule Varians sebesar Rp. -249.806.400 dan nilai Schedule Performance Index = 0,806. Prediksi biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek adalah sebesar Rp. 1.065.000.000.


(7)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Proyek konstruksi sangat bergantung pada beberapa sumber daya dalam pelaksanaannya yang terdiri dari material, tenaga kerja, biaya, metode pelaksanaan dan peralatan. Di era globalisasi pembangunan konstruksi berkembang semakin cepat dan diiringi oleh keberagaman metode pelaksanaan konstruksi yang berpengaruh pada waktu dan biaya penyelesaian proyek. Salah satu contohnya yaitu Proyek Pembangunan Rehabilitasi Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes, yang bergantung terhadap keterbatasan waktu dan biaya proyek. Maka dari itu, dibutuhkan pengendalian agar proyek tersebut dapat berjalan sesuai dengan waktu dan biaya yang sesuai dengan perencanaan.

Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,1997).

Dari penjelasan di atas perlu dilakukan pengendalian waktu dan biaya proyek secara terpadu. Salah satu metode pengendalian waktu dan biaya proyek secara terpadu yaitu dengan Konsep Nilai Hasil (Earned Value), serta dilakukan crashing program pada minggu yang mengalami keterlambatan jadwal.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah: 1. Berapa nilai indikator-indikator Earned Value pada Proyek Pembangunan


(8)

2. Bagaimana varian waktu dan biaya pada Proyek Pembanguna Rehabilitasi Sedang/berat Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes?

3. Bagaimana kinerja waktu dan biaya pada Proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/berat Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes?

4. Berapa besar biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek? 5. Bagaimana indeks perfomansi penyelesaian proyek berdasarkan indeks kinerja

proyek?

6. Berapa besar perbedaan biaya crashing antara penambahan jam lembur dengan penambahan tenaga kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis indikator-indikator PV, EV, dan, AC yang bertujuan mengetahui kinerja dari Proyek Rehabilitasi Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes.

2. Menganalisis varian jadwal dan biaya : SV dan CV. 3. Menganalisis indeks performansi CPI dan SPI.

4. Memperkirakan biaya dan jadwal penyelesaian proyek berdasarkan indikator yang didapat pada saat ditinjau.

5. Menganalisis indeks prestasi penyelesaian proyek berdasarkan indeks kinerja proyek.

6. Menganalisis perkiraan biaya percepatan yang optimal akibat penambahan jam kerja (lembur) dibandingkan dengan penambahan tenaga kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi kontraktor untuk mengambil tindakan dini agar terhindar dari kegagalan proyek baik dari segi waktu maupun biaya.


(9)

2. Sebagai literatur yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan khususnya teknik sipil agar dapat menambah pengetahuan tentang ilmu pengendalian proyek.

1.5. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah maka dibuat batasan-batasan masalah untuk membatasi ruang lingkup masalah, antara lain sebagai berikut :

1. Pengambilan data berasal dari sebuah Proyek Pembangunan Rehabilitasi Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes.

2. Analisis indikator-indikator Earned Value, Analisis Varian, Indeks Performansi dan Prakiraan waktu dan biaya penyelesaian akhir proyek menggunakan Microsoft Ecxel2010.

3. Analisis indikator-indikator Earned Value, Varians, Indeks Performansi dan Prakiraan waktu dan biaya penyelesaian akhir proyek ditinjau dari keseluruhan durasi dan biaya proyek.

4. Data yang digunakan dalam analisis didapat dari data yang ada pada Rencana Anggaran Biaya, Time Schedule, Progress Report dan Rencana Anggaran Pelaksanaan.

5. Analisis penjadwalan dan lintasan kritis proyek menggunakan Microsoft Excel 2010.

6. Hari kerja yang berlangsung dalam pelaksanaan proyek adalah Senin-Minggu, dengan jam kerja berkisar 08.00-17.00 WIB dengan waktu istirahat pada 12.00-13.00 WIB. Maksimum jam lembur yang diperkenankan selama 2 jam dari jam 17.00-19.00.

7. Perhitungan percepatan durasi atau crash duration dengan mencari volume pekerjaan yang mengalami keterlambatan dan mengambil asumsi dari lintasan kritis pada minggu yang ditinjau.


(10)

4

Maulana (2011) menyatakan bahwa Konsep Earned Value Analysis merupakan konsep yang memadukan unsur jadwal, biaya, dan prestasi pekerjaan (progress fisik kondisi sekarang di lapangan), sehingga dapat diketahui perkiraan biaya dan waktu untuk menyelesaikan suatu proyek. Metode ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi sedini mungkin apabila terjadi adanya pembengkakan biaya maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek, sehingga pihak-pihak yang terkait dalam proyek ini dapat mengatasi kendala-kendala yang bisa mempengaruhi jalannya aktivitas proyek.

Penelitian tentang analisis kinerja biaya dan waktu dengan konsep earned

value dengan studi kasus Proyek Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa

Timur sebelumnya telah dilakukan oleh Maulana (2011). Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada akhir peninjauan, nilai kinerja schedule proyek atau SPI sebesar 0,920. Proyek ini telah mengalami keterlambatan 7,42% dari target rencana 92,22% dan realisasi pekerjaan 84,79%. Sedangkan dilihat dari segi kinerja biaya, nilai CPI sebesar 1,034, artinya biaya proyek yang telah dikeluarkan masih berada di bawah biaya yang dianggarkan.

2. Apabila kecenderungan kinerja proyek seperti pada akhir peninjauan (minggu ke-16), maka dapat diperkirakan biaya penyelesaian proyek sebesar Rp.5.689.292.052,54, dan nilai tersebut masih di bawah biaya yang dianggarkan (BAC) sebesar Rp. 5.882.631.641,87. Sedangkan untuk waktu penyelesaian akhir pekerjaan diramalkan selama 140 hari, yang berarti waktu sedikit lebih lama dari jadwal yang direncanakan selama 150 hari.


(11)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan atau keterlambatan proyek tersebut adalah :

a. Faktor-faktor yang mendukung kemajuan proyek : 1) Cuaca di lapangan sangat mendukung kinerja 2) Penambahan jam lembur pekerja

3) Penggunaan alat berat yang maksimal

b. Faktor-faktor yang mengakibatkan keterlambatan proyek :

1) Terbatasnya jam pengecoran yang tidak dapat dilakukan siang hari, akibat padatnya rutinitas jalan akses.

2) Tidak maksimalnya kinerja pekerja karena bertepatan dengan bulan puasa Ramadhan.

3) Adanya ketidaktepatan dalam pemilihan mandor pekerja.

4) Waktu pelaksanaan proyek berhenti selama 6 hari karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.

Penelitian oleh Messah, dkk (2013) dengan judulPengendalian Waktu dan Biaya Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak Dari Perubahan Desain dengan studi kasus Embung Irigasi Oenaem, Kecamatan Biboki Selatan, Timor Tengah Utara menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja pekerjaan berjalan buruk karena tidak sesuai jadwal (terlambat) dan biaya pun lebih tinggi dari nilai kontrak. Hal ini ditunjukkan pada minggu ke-18 sampai dengan minggu ke-30, CPI dan SPI <1 berarti bahwa AC > EV dan proyek berjalan lebih lambat dari pada target yang direncanakan (PV).

2. Berdasarkan estimasi pada proyek tersebut, terjadi penyimpangan waktu sebesar 7 minggu, maka total masa kerja menjadi 37 minggu dari 30 minggu waktu rencana dengan besaran biaya yang diestimasi adalah Rp. 9.489.206.129,03 (belum termasuk PPN). Kemudian dikendalikan menggunakan metode pemendekan durasi (Crashing Duration) dengan penerapan kerja lembur maka masa kerjanya menjadi 5 minggu (5 minggu keterlambatan) dengan besaran biaya sebesar Rp. 9.458.239.978,70 (belum termasuk PPN) dari total anggaran proyek sebesar Rp. 563.635.912,98 (belum termasuk PPN 10 %). Kegiatan pemendekan durasi ini meningkatkan biaya


(12)

sewa alat akibat lembur namun meminimalisir pengeluaran pada akhir penyelesaian pekerjaan yang diestimasi (EAC) untuk menyelesaikan proyek tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan menghemat Rp. 0.966.150,33 atau 0,326% dari total pengeluaran pada akhir proyek yang diestimasi sebesar Rp. 9.489.206.129,03 yang seharusnya dikeluarkan akibat keterlambatan.

Selain itu, Pamungkas, dkk (2013) dalam penelitian yang berjudul Analisis Nilai Hasil terhadap Waktu dan Biaya pada Proyek Konstruksi dengan Studi Kasus Proyek ICB Civil Work Construction off Spillway of Countermeasures in Wonogiri mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Total biaya pelaksanaan berdasarkan nilai hasil Rp. 65.119.105.506,54,- sehingga di minggu ke-13 mengalami kerugian sebesar Rp. 1.286.354.372,41,- 2. Total biaya konstruksi dengan memperhitungkan bunga selama masa

konstruksi adalah Rp. 9.225.434.496,93,-.

3. Prakiraan waktu penyelesaian proyek apabila menggunakan perhitungan komulatif, berdasarkan minggu ke-109 adalah 446,67 hari (29 februari 2014), sedangkan waktu rencana adalah 469 hari (30 juni 2013). Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyelesaian lebih cepat 21 hari dari yang direncanakan, dengan biaya Rp. 101.828.845.159,98,- dengan tersisa Rp. 37.528.171.410,02,-.


(13)

7 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kinerja Proyek

Menurut Cleland (1995), standar kinerja diperlukan untuk melakukan tindakan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya yang ada dalam suatu proyek. Hal ini agar sumber daya dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam penyelenggara proyek. Menurut Barrie (1995), pelaporan mengenai kinerja suatu proyek harus memenuhi 5 komponen :

a) Perkiraan, yang akan memberikan suatu standar untuk membandingkan hasil sebenarnya dengan hasil ramalan.

b) Hal yang sebenarnya terjadi.

c) Ramalan, yang didasarkan untuk melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

d) Varians, menyatakan sampai sejauh mana hasil yang diramalkan berbeda dari apa yang diprakirakan.

e) Pemikiran, untuk menerangkan mengenai keadaan proyek.

Apabila dalam suatu pelaporan proyek terdapat adanya penyimpangan maka manajemen akan meneliti dan memahami alasan yang melatar-belakanginya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian agar pekerjaan sesuai anggaran, jadwal dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

3.2. Pengendalian Proyek

Pengendalian proyek ada 3 macam yaitu : pengendalian biaya proyek, pengendalian waktu/jadwal proyek,dan pengendalian kinerja proyek.

3.2.1 Pengendalian Biaya Proyek

Prakiraan anggaran proyek yang telah dibuat pada tahap perencanaan digunakan sebagai acuan untuk pengendalian biaya proyek. Pengendalian biaya proyekdiperlukan agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan biaya awal yang direncanakan. Terdapat 2 macam biaya, yaitu :


(14)

a) Biaya langsung, yang terdiri dari biaya material, biaya tenaga kerja, biaya sub kontraktor, biaya peraatan kerja.

b) Biaya tak langsung, yang terdiri dari biaya overhead kantor dan overhead lapangan.

Gambar 3.1. Komponen Biaya Proyek (sumber : Asiyanto, 2005) 3.2.2 Pengendalian Waktu/Jadwal Proyek

Penjadwalan dibuat untuk menggambarkan perencanaan dalam skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang akan ditentukan.

3.2.3 Pengendalian Kinerja Proyek

Pemantauan dan pengendalian biaya dan waktu secara terpisah tidak dapat menjelaskan proyek pada saat pelaporan. Sebagai contoh dimana dapat terjadi dalam suatu laporan, kegiatan dalam proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal / waktu sebagimana mestinya yang diharapkan, akan tetapi biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan karena pemanfaatan dana alokasi yang kurang optimal. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dengan suatu metode yang dapat memberikan suatu kinerja. Salah satu metode yang bisa memenuhi tujuan ini adalah metode Earned Value Analysis.

Biaya Langsung Biaya Tak Langsung

Material Tenaga Kerja

Sub Kontraktor

Alat Overhead

Lapangan

Overhead Kantor Biaya Proyek


(15)

3.3 Metode Nilai Hasil (Earned Value)

Konsep Earned Value (nilai hasil) adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan / dilaksanakan. Metode nilai hasil atau Earned Value dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja proyek secara terpadu antara biaya dan waktu. Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan maka berarti konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan, pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan. Dengan metode ini, dapat diketahui kinerja proyek yang telah berlangsung, dengan demikian dapat dilakukan dengan langkah-langkah perbaikan bila terjadi penyimpangan dari rencana awal proyek.

Ditinjau dari progress fisik pekerjaan berarti konsep ini untuk mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada waktu tertentu serta dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tertentu.

Kelebihan dari metode Earned Value Analysis adalah metode ini dapat menggambarkan hubungan antara kemajuan proyek di lapangan terhadap anggaran biaya yang telah direncanakan pada pekerjaan tersebut. Sehingga dari hasil analisis dengan menggunakan metode ini, dapat diketahui kinerja proyek untuk mendeteksi apabila terjadi keterlambatan jadwal dan biaya yang dikeluarkan melebihi dari anggaran yang telah direncanakan. Metode Earned Value Analysis dapat memperkirakan dan memproyeksikan waktu penyelesaian proyek dan biaya yang untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Analisis pertama yang harus dilakukan dalam konsep Earned Value ini adalah analisis biaya dan waktu. Analisis biaya dan waktu tersebut didapat dari : 1.Analisis Biaya Dan Jadwal

2.Analisis Varians


(16)

3.3.1 Analisis Indikator-Indikator Earned Value

Ada tiga indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kinerja dari proyek berdasarkan Earned Value Method, yaitu :

1. Planed Value (PV)

Merupakan anggaran biaya yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun terhadap waktu tertentu. Disebut juga dengan BCWS (Budget Cost of Work Scheduled). PV dapat dihitung dari akumulasi anggaran biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu.

2. Earned Value (EV)

Merupakan nilai yang diterima dari penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu.Disebut juga BCWP (Budget Cost of Work Performed), EV ini dapat dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan.

3. Actual Cost (AC)

Merupakan representasi dari keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu. Atau disebut juga dengan ACWP (Actual Cost of Work Performed), AC tersebut dapat berupa komulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah biaya pengeluaran dalam waktu tertentu.

Dengan menggunakan tiga indikator di atas, dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek seperti :

a. Varian biaya (CV) dan varian jadual (SV)

b. Memantau perubahan varians terhadap angka standar. c. Indeks produktivitas dan kinerja

d. Perkiraan biaya penyelesaian proyek.

AC = %(bobot rencana pelaksanaan) x Nilai anggaran (RAP) EV = %(bobot realisasi) x Nilai kontrak (RAB)


(17)

CV = EV - AC SV = EV - PV 3.3.2 Analisis Varians

Pada analisis kinerja biaya dan waktu proyek ada dua parameter yang digunakan dalam mengetahui kinerja proyek. Adapun kedua parameter tersebut adalah :

1. Schedule Variance (SV)

Adalah hasil pengurangan dari Earned value(EV) dengan Planned Value(PV)I. Hasil dari Schedule Variance ini menunjukkan tentang pelaksanaan pekerjaan proyek. Harga SV sama dengan nol (SV = 0) ketika proyek sudah selesai karena semua Planned Value telah dihasilkan.

Untuk mengkonversi nilai SV ke satuan waktu (SV*) digunakan rumus sebagai berikut :

2. Cost Variance (CV)

Adalah hasil pengurangan antara Earned Value(EV) dengan Actual Cost(AC). Nilai Cost Variance pada akhir proyek akan berbeda antara BAC (Budgeted At Cost) dan AC(Actual Cost) yang dikeluarkan atau dipergunakan.

Pada Gambar 3.2 didapatkan hubungan antara Planned Value(PV atau BCWS), Actual Cost(AC atau ACWP), dan Earned Value(EV atau BCWP) yang menunjukkan varians biaya (Cost Variance) dan varians jadwal (Schedule Variance).

SV* = x 7

SV x ATE


(18)

Gambar 3.2. Ilustrasi Grafik Analisis Hubungan PV, EV, dan AC (Sumber : Soeharto, 1995)

Grafik berikut ini merupakan contoh grafik kombinasi dari varians jadwal dan varians biaya :

Gambar 3.3. Ilustrasi Grafik Analisis Varians AC

PV

EV

SV


(19)

SPI = EV / PV

Tabel 3.1. Analisis Varians Terpadu

No VariansJadwal (SV)

VariansBiaya

(CV) Keterangan

1 Positif Positif

Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari pada jadwal dengan biaya lebih kecil dari pada anggaran

2 Nol Positif Pekerjaan terlaksana tepat sesuai jadwal

dengan biaya lebih rendah dari pada anggaran

3 Positif Nol Pekerjaan terlaksana sesuai anggaran dan

selesai lebih cepat dari pada jadwal

4 Nol Nol Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan

anggaran

5 Negatif Negatif Pekerjaan selesai terlambat dan biaya lebih

tinggi dari anggaran

6 Nol Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dengan

menelan biaya diatas anggaran

7 Negatif Nol Pekerjaan selesai terlambat dengan biaya

sesuai anggaran

8 Positif Negatif

Pekerjaan selesai lebih cepat dari pada rencana dengan biaya lebih tinggi dari anggaran

9 Negatif Positif Pekerjaan selesai terlambat dari pada rencana

dengan biaya lebih rendah dari pada anggaran

Sumber : Ervianto, 2004

3.3.3 Analisis Indeks Performansi

Kegiatan proyek bergantung pada efisiensi penggunaan sumber daya yang meliputi tenaga kerja, waktu, dan biaya. Hal itu digambarkan dalam bentuk performa yang dicapai dalam biaya dan waktu. Untuk mengetahui performa tersebut, ada dua perhitungan yang digunakan yaitu :

1. Indeks Kinerja Jadwalatau Schedule Performance Index (SPI)

Adalah Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (EV) dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (PV). Rumus untuk Schedule Performance Index adalah :

dengan, SPI = 1 : proyek sesuai rencana/tepat waktu SPI > 1 : proyek lebih cepat dari jadual rencana SPI < 1 : proyek terlambat dari jadual rencana


(20)

CPI = EV / AC

2. Indeks Kinerja Biayaatau Cost Performance Index (CPI)

Adalah Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (EV) dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (AC). Rumus untuk CPI adalah :

dengan,

CPI = 1 : biaya sesuai rencana

CPI > 1 : biaya lebih kecil dari rencana CPI < 1 : biaya lebih besar dari rencana

Tabel 3.2. Analisis Indeks Performansi

Indeks Nilai Keterangan

CPI

>1 AC yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai pekerjaan yang didapat (EV)

<1 AC yang dikeluarkan lebih besar dari nilai pekerjaan yang didapat (EV)

=1 AC yang dikeluarkan sama dengan dari nilai pekerjaan yang didapat (EV)

SPI

>1 Kinerja proyek lebih cepat dari jadwal rencana <1 Kinerja proyek lebih lambat dari jadwal rencana =1 Kinerja proyek sama dengan dari jadwal rencana Sumber : Soeharto, 1995

3.3.4 Prakiraan Waktu dan Biaya Penyelesaian Proyek

Metode Earned Value juga berfungsi untuk memperkirakan biaya akhir proyek dan waktu penyelesaian proyek. Perkiraan dihitung berdasarkan kecenderungan kinerja proyek pada saat peninjauan, dan mengasumsikan bahwa kecenderungan tersebut tidak mengalami perubahan kinerja proyek sampai akhir proyek atau kinerja proyek berjalan konstan. Perkiraan ini berguna untuk memberikan suatu gambaran ke depan kepada pihak kontraktor, sehingga dapat melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

Perkiraan ini bermanfaat guna memberikan suatu gambaran ke depan bagi kontraktor pelaksana untuk menyelesaikan proyek. Dalam perkiraan waktu dan biaya penyelesaian proyek digunakan tiga perhitungan yaitu perkiraan biaya untuk


(21)

ETC = BAC - EV

ETC = (BAC – EV) / CPI

pekerjaan tersisa (ETC), perkiraan total biaya akhir proyek (EAC), dan perkiraan waktu penyelesaian proyek (TE).

1. Estimated to Complete (ETC)

ETC merupakan prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa, dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan tetap (konstan) sampa akhir proyek. Menurut Soeharto (1995), perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang tersisa akan memakan biaya sebesar anggaran.

Asumsi yang digunakan adalah biaya untuk pekerjaan tersisa sesuai dengan anggaran dan tidak tergantung dengan prestasi saat peninjauan.

b. Kinerja sama besar sampai akhir proyek

Asumsi yang digunakan adalah kinerja pada saat peninjauan akan tetap sampai dengan akhir proyek.

c. Campuran atau kombinasi

Pendekatan yang digunakan dengan menggabungkan kedua cara tersebut. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai ETC adalah :

1) ETC untuk progress fisik < 50 %

2) ETC untuk progress fisik > 50 %

dengan,

ETC : Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa

BAC : Biaya total anggaran proyek (Budget at Completion) EV : Nilai yang diterima dari penyelesaian pekerjaan CPI : Indeks Kinerja Biaya

2. Estimated at Completion (EAC)

EAC Merupakan prakiraan biaya total pada akhir proyek yang diperoleh dari biaya aktual (AC) ditambahkan dengan ETC. Dimana rumus EAC dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu :


(22)

EAC = AC + ETC

EAC = BAC / CPI

1) Actual Cost (AC) ditambah dengan prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (ETC) dengan mengansumsikan kinerja proyek akan tetap(konstan) sampai akhir proyek selesai.

2) Budget at Completion (BAC) dibagi dengan faktor kinerja biaya proyek (CPI). Dimana rumus ini digunakan apabila tidak ada varians yang terjadi pada BAC.

dengan,

ETC : Perkiraan biaya total akhir proyek

BAC : Biaya total anggaran proyek (Budget at Completion) AC : Biaya yang dikeluarkan sampai dengan periode ditinjau CPI : Indeks Kinerja Biaya

3. Time Estimated (TE)

TE merupakan prakiraan waktu penyelesaian proyek. Asumsi yang digunakan untuk memprakirakan waktu penyelesaian proyek adalah kecenderungan kinerja proyek akan tetap (konstan) seperti pada saat pelaporan. Rumus yang digunakan untuk menghitung TE adalah :

dengan, TE : Perkiraan waktu penyelesaian

ATE : Waktu yang telah ditempuh (Actual Time Expended) OD : Waktu yang direncanakan (Original Duration) SPI : Indeks Kinerja Waktu

3.3.5 Analisis Prakiraan Rencana Terhadap Penyelesaian Proyek

Indeks prestasi penyelesaian proyek atau To Complete Performance Indeks (TCPI) adalah nilai indeks kemungkinan dari sebuah prakiraan. Indeks ini digunakan untuk menambah kepercayaan dalam pelaporan penilaian pada sisa

TE = ATE +

OD – (ATE x SPI) SPI


(23)

pekerjaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks prestasi penyelesaian proyek adalah :

dengan,

TCPI < 1 : Mengalami Kenaikan Kinerja TCPI > 1 : Mengalami Penurunan Kinerja

3.4. Metode Crashing

Menurut Ervianto (2004), terminologi proses crashing adalah dengan mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Pemendekan durasi tentunya harus menambah sumber daya, termasuk biaya dan mempercepat pelaksanaan kegiatan. Akibat semakin banyak kegiatan yang dipendekkan maka terjadi penambahan biaya pada item pekerjaan tersebut, namun biaya total pekerjaan akan dapat diminimilisir dari total biaya yang seharusnya dikeluarkan akibat keterlambatan tersebut. Kondisi yang terjadi di lapangan mengakibatkan dilakukan alternatif pengendalian berdasarkan metode lembur. Perhitungan dilakukan dengan menganalisa cost slope dan harga setelah dilakukan crash program. Acuan crashing program menurut Husen (2010), dilakukan pada kegiatan yang berada pada lintasan kritis.

3.4.1 Metode CPM (Critical Path Method)

CPM (Critical Path Method) adalah suatu metode dengan menggunakan arrow diagram dalam menentukan lintasan kritis sehingga kemudian disebut juga sebagai diagram lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan yang tertentu (deterministic). Selain itu dalam CPM dikenal adanya EET (Earliest Event Time) dan LET (Last Event Time), serta Total Float dan Free Float. EET adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari suatu kegiatan, sedangkan LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari suatu kegiatan. Metode CPM membantu mendapatkan lintasan kritis, yaitu lintasan

TCPI =

(EAC – AC) (BAC –EV)


(24)

yang menghubungkan kegiatan – kegiatan kritis, atau dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan kegiatan yang tidak boleh terlambat ataupun mengalami penundaan pelaksanaan karena keterlambatan tersebut akan menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek.

3.4.2 Metode Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off)

Di dalam perencanaan suatu proyek disamping variabel waktu dan sumber daya, variabel biaya (cost) mempunyai peranan yang sangat penting. Biaya (cost) merupakan salah satu aspek penting dalam manjemen, dimana biaya yang timbul harus dikendalikan seminim mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan.

Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu normalnya. Dalam hal ini pimpinan proyek dihadapkan kepada masalah bagaimana mempercepat penyelesaian proyek dengan biaya minimum. Oleh karena itu perlu dipelajari terlebih dahulu hubungan antara waktu dan biaya. Analisis mengenai pertukaran waktu dan biaya disebut dengan Time Cost Trade Off ( Pertukaran Waktu dan Biaya).

Di dalam analisis time cost trade off ini dengan berubahnya waktu penyelesaian proyek maka berubah pula biaya yang akan dikeluarkan. Apabila waktu pelaksanaan dipercepat maka biaya langsung proyek akan bertambah dan biaya tidak langsung proyek akan berkurang.

Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan percepatan penyelesaian waktu proyek. Cara-cara tersebut antara lain :

a. Penambahan jumlah jam kerja (kerja lembur).

Kerja lembur (working time) dapat dilakukan dengan menambah jam kerja perhari, tanpa menambah pekerja. Penambahan ini bertujuan untuk memperbesar produksi selama satu hari sehingga penyelesaian suatu aktivitas pekerjaan akan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan di dalam penambahan jam kerja adalah lamanya waktu bekerja seseorang dalam


(25)

satu hari. Jika seseorang terlalu lama bekerja selama satu hari, maka produktivitas orang tersebut akan menurun karena terlalu lelah.

b. Penambahan tenaga kerja

Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktivitas tertentu tanpa menambahkan jam kerja. Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia apakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu, harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.

c. Pergantian atau penambahan peralatan

Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas. Namun perlu diperhatikan adanya penambahan biaya langsung untuk mobilitas dan demobilitas alat tersebut. Durasi proyek dapat dipercepat dengan pergantian peralatan yang mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Juga perlu diperhatikan luas lahan untuk menyediakan tempat bagi peralatan tersebut dan pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.

d. Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas

Yang dimaksudkan dengan sumber daya manusia yang berkualitas adalah tenaga kerja yang mempunyai produktivitas yang tinggi dengan hasil yang baik. Dengan mempekerjakan tenaga kerja yang berkualitas, maka aktivitas akan lebih cepat diselesaikan.

e. Penggunaan metode konstruksi yang efektif

Metode konstruksi berkaitan erat dengan sistem kerja dan tingkat penguasaan pelaksana terhadap metode tersebut serta ketersedian sumber daya yang dibutuhkan.

Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi, misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga


(26)

kerja, biasa disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore berbeda dengan dengan unit pekerja untuk sore sampai malam.

3.4.3 Produktivitas Pekerja

Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input, atau dapat dikatakan sebagai rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Di dalam proyek konstruksi, rasio dari produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi; yang dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, biaya material, metode, dan alat. Kesuksesan dari suatu proyek konstruksi salah satunya tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya, dan pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang diberikan sangat tergantung pada kecakapan masing-masing pekerja dikarenakan setiap pekerja memiliki karakter masing-masing yang berbeda-beda satu sama lainnya.

3.4.4 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)

Salah satu strategi untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja (lembur) para pekerja. Penambahan dari jam kerja (lembur) ini sangat sering dilakukan dikarenakan dapat memberdayakan sumber daya yang sudah ada di lapangan dan cukup dengan mengefisienkan tambahan biaya yang akan dikeluarkan oleh kontraktor. Biasanya waktu kerja normal pekerja adalah 7 jam (dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul 16.00 dengan satu jam istirahat), kemudian jam lembur dilakukan setelah jam kerja normal selesai.

Penambahan jam kerja (lembur) bisa dilakukan dengan melakukan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Semakin besar penambahan jam lembur dapat menimbulkan penurunan produktivitas. Indikasi dari penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan jam kerja (lembur) dapat dilihat pada Gambar 3.4.


(27)

Gambar 3.4 Indikasi Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Sumber: Soeharto, 1997).

Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut ini: 1. Produktivitas harian

=

2. Produktivitas tiap jam

=

3. Produktivitas harian sesudah crash

=(Jam kerja perhari×Produktivitas tiap jam) + (a × b × Produktivitas /jam) dengan:

a = lama penambahan jam kerja (lembur)

b = koefisien penurunan produktivitas akibat penambahan jam kerja (lembur)

Nilai koefisien penurunan produktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3. 4. Crashduration


(28)

Tabel 3.3 Koefisien Penurunan Produktivitas

Jam Lembur Penurunan Indeks Produktivitas

Prestasi Kerja (%)

1 jam 0,1 90

2 jam 0,2 80

3 jam 0,3 70

4 jam 0,4 60

3.4.5 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja

Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia apakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu, harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.

Perhitungan untuk penambahan tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut ini :

1. Jumlah tenaga kerja normal =

2. Jumlah tenaga kerja dipercepat =

Dari rumus di atas maka akan diketahui jumlah pekerja normal dan jumlah penambahan tenaga kerja akibat percepatan durasi proyek.

3.4.6 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)

Penambahan waktu kerja akan menambah besar biaya untuk tenaga kerja dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7 dan pasal 11 diperhitungkan bahwa upah penambahan kerja bervariasi. Pada penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah


(29)

1,5 kali upah perjam waktu normal dan pada penambahan jam kerja berikutnya maka pekerja akan mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.

Perhitungan untuk biaya tambahan pekerja akibat jam lembur dapat dirumuskan sebagai berikut ini:

1. Normal upah pekerja perhari

= Produktivitas harian × Harga satuan upah pekerja 2. Normal upah pekerja perjam

= Produktivitas perjam × Harga satuan upah pekerja 3. Biaya lembur pekerja

= 1,5 × upah sejam normal untuk penambahan jam kerja (lembur) pertama + 2 × n × upah sejam normal untuk penambahan jam kerja (lembur) berikutnya

dengan:

n = jumlah penambahan jam kerja (lembur) 4. Crash cost pekerja perhari

= (Jam kerja perhari × Normal cost pekerja) + (n × Biaya lembur perjam) 5. Costslope

=

Perhitungan untuk biaya tambahan akibat penambahan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagi berikut:

1. Normal ongkos pekerja perhari sesuai dengan harga satuan setiap daerah. 2. Biaya penambahan pekerja

= Jumlah pekerja × upah normal pekerja perhari 3. Crash cost pekerja

= ( Biaya total pekerja yang dipercepat – Biaya total pekerja normal ) 4. Cost slope


(30)

3.4.7 Hubungan Antara Biaya dan Waktu

Biaya total proyek sama dengan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat bergantung dari waktu penyelesaian proyek. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 3.2. Titik A pada gambar menunjukkan kondisi normal, sedangkan titik B menunjukkan kondisi dipercepat. Garis yang menghubungkan antar titik tersebut disebut dengan kurva waktu biaya. Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan jumlah jam kerja (lembur) maka akan semakin cepat waktu penyelesaian proyek, akan tetapi sebagai konsekuensinya maka terjadi biaya tambahan yang harus dikeluarkan akan semakin besar.

Gambar 3.5 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat untuk suatu kegiatan (Sumber: Soeharto, 1997).

3.5 Analisis Teknik Penggunaan Alat Berat

Analisis ini meliputi asumsi lokasi pekerjaan, metode pelaksanaan, perhitungan biaya alat dan produksi alat. Satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan dinyatakan dalam satuan panjang, luas, volume dan unit.

Waktu normal Waktu

dipercepat Biaya waktu

normal Biaya waktu dipercepat

Biaya

Waktu A (Titik normal) B (Titik dipercepat)


(31)

3.5.1 Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan

Analisis ini digunakan sebagai suatu dasar untuk menyusun perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) atau owner’s estimate (OE) dan harga perkiraan perencanaan (HPP) atau engineering’s estimate (EE) yang ditangkan sebagai kumpulan harga satuan pekerjaan seluruh mata pembayaran. Analisis harga satuan dapat diproses secara manual atau menggunakan perangkat lunak.

Yang dimaksud dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan keuntungan sesuai dengan permen PU Nomor 07/PRT/M/2011.

Analisis harga satuan ini menetapkan suatu perhitungan harga satuan upah, tenaga kerja, dan bahan, serta pekerjaan yang secara teknis dirinci secara detail berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai dengan yang diuraikan dalam suatu spesifikasi teknik, gambar desain, dan komponen harga satuan, baik untuk kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan, maupun peningkatan infrastruktur ke-PU-an.

Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan alat. Komponen biaya tidak langsung terdiri atas biaya umum (overhead) dan keuntungan. Biaya overhead dan keuntungan belum termasuk pajak-pajak yang harus dibayar, besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam Gambar 3.6 diperlihatkan struktur analisis Harga Satuan Pekerjaan (HSP).Dalam Gambar 3.7 diperlihatkan struktur analisis Harga Satuan Dasar (HSD) alat mekanis.Dalam Gambar 3.8 diperlihatkan struktur analisis Harga Satuan Dasar (HSD) bahan.


(32)

Gambar 3.6 Struktur analisis Harga Satuan Pekerjaan (HSP) Sumber: Kementrian Dinas Pekerjaan Umum.

Gambar 3.7 Struktur analisa harga Satuan Dasar (HSD) alat mekanis Sumber: Kementrian Dinas Pekerjaan Umum.


(33)

Gambar 3.8 Struktur analisis Harga Satuan Dasar (HSD) bahan. Sumber: Kementrian Dinas Pekerjaan Umum.

3.6 Analisis Produktivitas Alat

Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara output (hasil produksi) terhadap input (komponen produksi: tenaga kerja, bahan, peralatan, dan waktu). Jadi dalam analisis produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara output terhadap input dan waktu (jam atau hari). Bila input dan waktu kecil maka output semakin besar sehingga produktivitas semakin tinggi.

Faktor yang mempengaruhi analisis produktivitas antara lain waktu siklus, faktor kembang susut atau faktor pengembangan bahan, faktor alat, dan faktor kehilangan.

3.6.1 Waktu Siklus

Dalam operasi penggunaan alat dikenal pula waktu siklus, yaitu waktu yang diperlukan alat untuk beroperasi pada pekerjaan yang sama secara berulang. Waktu siklus ini akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan koefisien alat.Waktu siklus produksi adalah rangkaian aktivitas suatu pekerjaan dan operasi pemrosesan sampai mencapai suatu tujuan atau hasil yang terus terjadi, berkaitan


(34)

dengan pembuatan suatu produk. Contoh penentuan waktu siklus (TS) untuk Dump Truck yang mengangkut tanah, dihitung sejak mulai diisi sampai penuh (T1), kemudian menuju tempat penumpahan (T2) lama penumpahan (T3) dan kembali kosong ke tempat semula (T4), dan siap untuk diisi atau dimuati kembali.


(35)

29 4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sebuah proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes yang dikerjakan oleh CV. X sebagai kontraktor pelaksana dengan anggaran yang berasal dari Z pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.065.000.000,00 dengan durasi proyek 20 minggu. Analisis kinerja waktu dan biaya dilakukan dengan menggunakan metode Earned Value Analysis yang bertujuan untuk mengetahui kinerja proyek pada saat ditinjau atau pada saat pekerjaan proyek telah selesai dikerjakan.

4.2 Tahap-tahap Penelitian

Sebuah penelitian harus dilaksanakan dengan tahap-tahap yang sistematis dan teratur agar dapat menghasilkan penelitian yang sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi dengan beberapa tahap sebagai berikut :

Tahap 1 : Menentukan latar belakang masalah

Dalam melakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan latar belakang masalah untuk mengetahui masalah yang terjadi pada obyek penelitian.

Tahap 2 : Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan tahap yang bertujuan untuk mempertegas tujuan dari penelitian. Tahap ini merupakan tahap yang mengacu pada latar belakang masalah yang dihadapi.


(36)

Tahap 3 : Pengumpulan data

Pengumpulan data dan rekaman yang didapat dari proyek konstruksi sangat berguna untuk mengetahui kinerja proyek pada saat peninjauan. Data yang digunakan dalam analisis metode Earned Value Analysis adalah data sekunder yang berasal dari poyek.

Ada dua macam variabel yang digunakan dalam analisis kinerja dengan menggunakan metode nilai hasil, yaitu variabel waktu dan variabel biaya.

a. Variabel Waktu

Variabel waktu yang dibutuhkan merupakan data yang didapat dari kontraktor pelaksana yang mengerjakan proyek konstruksi. Data-data variabel waktu tersebut adalah kurva-s yang meliputi uraian pekerjaan, durasi proyek, dan prosentase bobot pekerjaan. Selain itu data yang termasuk ke dalam variabel waktu adalah laporan kemajuan proyek. b. Variabel Biaya

Data-data yang termasuk dalam variabel biaya didapat dari kontraktor pelaksana yang mngerjakan proyek. Adapun data-data yang meliputi variabel biaya adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP).

Adapun data-data sekunder yang digunakan dalam analisis kinerja proyek dengan metode nilai hasil adalah sebagai berikut :

a. Time Schedule (Kurva-S)

Time Schedule merupakan jadwal rencana yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek yang meliputi uraian pekerjaan, prosentase pekerjaan tiap minggu, volume pekerjaan, dan kurva-s.

b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana Anggaran Biaya adalah jumlah biaya yang dialokasikan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek yang merupakan kontrak yang disetujui oleh pihak kontraktor sebagai pelaksana dan pihak owner sebagai pemberi pekerjaan.


(37)

c. Laporan kemajuan proyek mingguan (Progress Report)

Laporan kemajuan proyek adalah prestasi kemajuan yang dilaporkan satu periode minggu sesuai dengan fisik pekerjaan proyek di lapangan.

d. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Rencana anggaran pelaksanaan adalah pedoman utama yang digunakan sebagai batas maksimal pembiayaan pelaksanaan proyek sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya. Biasanya RAP telah direncanakan sebelum dilakukan pelelangan dan harga satuan pekerjaan mendekati harga di lapangan. Rencana anggaran pelaksanaan terdiri dari biaya langsung dan biaya tak langsung.

1) Biaya langsung

Biaya yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan proyek meliputi biaya material, upah tenaga kerja, dan peralatan kerja.

2) Biaya tak langsung

Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan pelaksanaan proyek yang meliputi PPN, PPh, biaya operasional, biaya non operasional, dan lain-lain.

Tahap 4 : Analisis data

Analisis data menggunakan metode Earned Value dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2010. Dengan memasukkan data yang dibutuhkan untuk analisis menggunakan program Microsoft Excel 2010, yang selanjutnya akan dilakukan kalkulasi secara semi otomatis sesuai dengan rumus-rumus yang ada pada landasan teori. Adapun kalkulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menghitung kinerja proyek

1) Menghitung indikator Planed Value (PV) 2) Menghitung indikator Earned Value (EV) 3) Menghitung indikator Actual Cost (AC) 4) Menghitung Cost Variance (CV)


(38)

5) Menghitung Schedule Variance (SV) 6) Menentukan Cost Performance Index (CPI) 7) Menentukan Schedule Performance Index (SPI)

b. Memperkirakan waktu dan biaya untuk menyelesaikan proyek : Memperkirakan Estimated to Complete (ETC), Memperkirakan Estimated at Completion (EAC), Memperkirakan Time Estimated (TE), Menganalisa prakiraan rencana terhadap penyelesaian proyek atau To Complete Performance Index (TCPI).

Tahap 5 : Menghitung prakiraan biaya dan waktu

Pada tahap ini dilakukan perhitungan prakiraan biaya dan waktu. Variabel yang digunakan berasal dari analisis data kinerja proyek. Maka didapat nilai prakiraan biaya dan waktu serta pekerjaan yang tersisa (ETC, EAC, TE, dan TCPI).

Tahap 6 : Analisis metode crashing program

Analisis data dilakukan dengan bantuan program Microsoft excel 2010. Dan hasil penginputan data adalah lintasan kritis. Selanjutnya dianalisis setiap kegiatan pekerja yang berada di lintasan kritis dengan metode crashing program yaitu penambahan jam lembur dan tenaga kerja.

Tahap 7 : Analisis Teknik penggunaan alat berat

Analisis data ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft excel 2010. Menentukan produktifitas alat berat serta biaya dan kebutuhan alat berat yang akan digunakan.

Tahap 8 : Kesimpulan dan saran

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam suatu penelitian. Dari hasil analisis dan perhitungan, ditarik beberapa kesimpulan yang mengacu pada tujuan penelitian yang telah direncanakan sebelumnya.


(39)

Tahap-tahap diatas dapat digambarkan dengan menggunakan bagan alir seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.1 :

Analisis metode crashing program : a. Menentukan penambahan jam kerja (lembur) b. Menentukan penambahan tenaga kerja c. Menghitung biaya tambahan

Analisis Data : a. Menghitung indikator PV, EV, dan AC

b. Menghitung analisa kinerja proyek (CV, SV, CPI, dan SPI) Pengumpulan Data :

a. Time Schedule

b. Rencana Anggaran Biaya (RAB) c. Laporan kemajuan (Progress report) d. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Perumusan Masalah Mulai

Latar Belakang Masalah

A

Forecasting :

a. Menghitung nilai Estimate to Complete (ETC) b. Menghitung nilai Estimate at Completion (EAC) c. Menghitung Time Estimate (TE)

d. Menganalisa nilai To Complete Performance Index (TCPI)


(40)

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian (Lanjutan) Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Analisis Teknik Penggunaan Alat Berat : e. Menentukan harga alat berat

f. Menentukan kapasitas produksi

g. Menentukan jumlah alat yang digunakan


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Data Penelitian 5.1.1. Data Umum proyek

Adapun gambaran umum dari proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Ketua Dinas DPRD Kabupaten Brebes ini adalah sebagai berikut :

Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Brebes

Konsultan Supervisi : CV. Y

Kontraktor : CV. X

Rencana Anggaran Pelaksanaan : Rp. 990.678.000 Anggaran Proyek : Rp. 1.065.000.000

Waktu pelaksanaan : 20 minggu

Rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan time schedule terdapat pada Lampiran I dan Lampiran III. Laporan dilakukan sebelum analisis kinerja dan peninjauan pada minggu ke-20 atau pada saat proyek telah selesai dikerjakan.

5.2. Data yang Digunakan dalam Metode Earned Value 5.2.1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya yang digunakan sesuai dengan dokumen kontrak yang di dalamnya berisi uraian pekerjaan, urutan, dan jenis pekerjaan, serta dicantumkan harga tiap-tiap jenis pekerjaan. (RAB dapat dilihat pada Lampiran I)

5.2.2. Rekapitulasi Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Rencana anggaran pelaksanaan digunakan oleh kontrakator sebagai acuan dalam pembiayaan maksimal yang harus dikeluarkan dalam penyelesaian proyek. Didalamnya berisi sama dengan RAB yaitu uraian pekerjaan, urutan, dan jenis


(42)

pekerjaan, serta dicantumkan harga tiap-tiap jenis pekerjaan. (RAP dapat dilihat pada Lampiran II)

5.2.3. Time Schedule dan Progress Report

Time Schedule yang digunakan sesuai dengan perencanaan yang digambarkan dalam kurva-s dan dibagi prosentase bobot masing-masing item pekerjaan pada tiap periode waktu. Time Schedule digunakan sebagai panduan untuk penjadualan proyek dan digunakan untuk menghitung nilai Planned Value. Progress Report merupakan laporan kemajuan mingguan yang pada awalnya berupa volume pekerjaan dan selanjutnya dikonversi ke dalam prosentase bobot realisasi. Progress Report digunakan untuk menghitung Earned Value. (Timeschedule dan progress report dapat dilihat pada Lampiran III).

5.3. Perhitungan Kinerja Proyek 5.3.1. Analisis Indikator Earned Value

Untuk mendapatkan nilai Earned Value, Planned Value, dan Actual Cost, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan meninjau Time Schedule proyek. Di dalam Time Schedule yang berupa kurva-s terdapat prosentase rencana serta realisasi pada tiap-tiap item pekerjaan. Prosentase tersebut dibagi pada setiap periode pada satuan waktu (minggu). Tinjauan dilakukan pad minggu ke-16, karena pada minggu ke-16 banyak item pekerjaan yang terlambat.

1. Planned Value (PV)

Nilai Planned Value didapat dari perkalian antara persentase bobot rencana tiap minggu dengan total nilai kontrak (BAC). Persentase bobot rencana diambil dari data Time Schedule yang dibagi tiap minggu dan total nilai kontrak yang berasal dari RAB.

Contoh hitungan Planned Value pada minggu ke-16 :

PV minggu ke-16 = % (bobot rencana minggu ke-16) x Nilai kontrak = 4,748 % x Rp. 1.065.000.000


(43)

PV komulatif minggu ke-16 = Komulatif minggu ke-15 + PV minggu ke-16 = Rp. 948.957.600 + Rp. 50.566.200

= Rp.999.523.800

Untuk perhitungan Planned Value per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Planned Value Proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes

MINGGU

NILAI

KONTRAK %

PLANED VALUE DALAM MINGGU

INI KOMULATIF

KE BOBOT

(%) NILAI (Rp)

BOBOT

(%) NILAI (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

1.065.000.000 100 0,316

3.365.400 0,316

3.365.400 2

1.065.000.000 100 0,732

7.795.800 1,049

11.171.850 3

1.065.000.000 100 1,727

18.392.550 2,776

29.564.400 4

1.065.000.000 100 1,771

18.861.150 4,547

48.425.550 5

1.065.000.000 100 3,027

32.237.550 7,574

80.663.100 6

1.065.000.000 100 3,985

42.440.250 11,559

123.103.350 7

1.065.000.000 100 4,195

44.676.750 15,753

167.769.450 8

1.065.000.000 100 4,552

48.478.800 20,306

216.258.900 9

1.065.000.000 100 8,631

91.920.150 28,937

308.179.050 10

1.065.000.000 100 9,007

95.924.550 37,944

404.103.600 11

1.065.000.000 100 10,737

114.349.050 48,68

518.442.000 12

1.065.000.000 100 11,867

126.383.550 60,548

644.836.200 13

1.065.000.000 100 12,561

133.774.650 73,108

778.600.200 14

1.065.000.000 100 8,123

86.509.950 81,323

866.089.950 15

1.065.000.000 100 7,872

83.836.800 89,104

948.957.600 16

1.065.000.000 100 4,748

50.566.200 93,852

999.523.800

17

1.065.000.000 100 3,143

33.472.950 96,995


(44)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 18

1.065.000.000 100 2,394

25.496.100 99,389

1.058.492.850 19

1.065.000.000 100 0,278

2.960.700 99,667

1.061.453.550 20

1.065.000.000 100 0,333

3.546.450 100

1.065.000.000 Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan Tabel 5.3. rencana biaya terbesar terdapat pada minggu ke-16 yaitu sebesar Rp. 50.566.200, sedangkan komulatif biaya rencana proyek pada minggu ke-16 sebesar Rp.999.523.800. Ditinjau di minggu ke-16 karena banyak items pekerjaan yang terlambat.

2. Earned Value (EV)

Nilai Earned Value didapat dari perkalian antara persentase bobot realisasi tiap minggu dengan total nilai kontrak (BAC). Persentase bobot realisasi diambil dari data Progress Report yang telah diplot ke dalam Time Schedule yang dibagi tiap minggu, sedangkan total nilai kontrak berasal dari RAB.

Contoh hitungan Earned Value pada minggu ke-16 :

Bobotminggu ke-16 = (komulatif minggu ke-16) - (komulatif minggu ke-15)

= 93,852% - 89,104% = 4,748 %

EV minggu ke-16 = % (bobot realisasi minggu ke-16) x Nilai kontrak

= 4,748% x Rp. 1.065.000.000 = Rp. 50.566.200

EV komulatif minggu ke-16 = Komulatif minggu ke-15 + EV minggu ke-16

= Rp. 948.957.600 + Rp. 50.566.200 = Rp. 999.523.800

Untuk perhitungan Earned Value per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.2.


(45)

Tabel 5.2. Earned Value Proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes

MINGGU

Nilai kontrak

EARNED VALUE

% DALAM MINGGU INI KUMULATIF KE BOBOT NILAI (Rp) BOBOT NILAI (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 1.065.000.000 100 0,316 3.365.400 0,316 3.365.400

2 1.065.000.000 100 0,732 7.795.800 1,049 11.171.850

3 1.065.000.000 100 1,727 18.392.550 2,776 29.564.400

4 1.065.000.000 100 1,771 18.861.150 4,547 48.425.550

5 1.065.000.000 100 3,027 32.237.550 7,574 80.663.100

6 1.065.000.000 100 3,985 42.440.250 11,559 123.103.350

7 1.065.000.000 100 4,195 44.676.750 15,753 167.769.450

8 1.065.000.000 100 4,552 48.478.800 20,306 216.258.900

9 1.065.000.000 100 8,631 91.920.150 28,937 308.179.050

10 1.065.000.000 100 9,007 95.924.550 37,944 404.103.600

11 1.065.000.000 100 10,737 114.349.050 48,68 518.442.000

12 1.065.000.000 100 11,867 126.383.550 60,548 644.836.200

13 1.065.000.000 100 12,561 133.774.650 73,108 778.600.200

14 1.065.000.000 100 8,123 86.509.950 81,323 866.089.950

15 1.065.000.000 100 7,872 83.836.800 89,104 948.957.600

16 1.065.000.000 100 4,748 50.566.200 93,852 999.523.800

17 1.065.000.000 100 3,143 33.472.950 96,995 1.032.996.750

18 1.065.000.000 100 2,394 25.496.100 99,389 1.058.492.850

19 1.065.000.000 100 0,278 2.960.700 99,667 1.061.453.550

20 1.065.000.000 100 0,333 3.546.450 100 1.065.000.000

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari Tabel 5.2. di atas diketahui bahwa pemasukan biaya pada akhir proyek sama dengan total nilai kontrak penawaran yang telah disepakati oleh pihak kontraktor sebagai pelaksana dan pihak owner sebagai pemberi tugas. Nilai EV pada minggu ke-16 adalah sebesar Rp. 999.523.800. Sedangkan nilai biaya pada akhir penyelesaian proyek adalah sebesar Rp. 1.065.0000.000

3. Actual Cost (AC)

Nilai Actual Cost didapat dari perkalian antara prosentase bobot rencana tiap minggu dengan total nilai anggaran pelaksanaan yang berasal dari RAP.


(46)

Prosentase bobot rencana diambil dari data Time Schedule yang dibagi tiap minggu. Sedangkan total nilai kontrak berasal dari RAP.

Contoh hitungan Actual Cost pada minggu ke-16 :

AC minggu ke-16 = % (bobot rencana minggu ke-16 x RAP) = 4.748 % x Rp. 990.678.000

= Rp. 47.037.391

AC komulatif minggu ke-16 = Komulatif minggu ke-15 + AC minggu ke-16 = Rp. 882.733.725 + Rp. Rp. 47.037.391 = Rp. 929.771.117

Untuk perhitungan Actual Cost per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Actual Cost Proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DRPD Kabupaten Brebes.

MINGGU

NILAI

KONTRAK %

ACTUAL COST

DALAM MINGGU INI KOMULATIF

KE BOBOT

(%) NILAI (Rp)

BOBOT (%)

NILAI (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

990.678.000 100 0,316

3.130.542 0,316

3.130.542 2

990.678.000 100 0,732

7.251.763 1,049

10.392.212 3

990.678.000 100 1,727

17.109.009 2,776

27.501.221 4

990.678.000 100 1,771

17.544.907 4,547

45.046.129 5

990.678.000 100 3,027

29.987.823 7,574

75.033.952 6

990.678.000 100 3,985

39.478.518 11,559

114.512.470 7

990.678.000 100 4,915

48.691.824 15,753

156.061.505 8

990.678.000 100 4,552

45.095.663 20,306

201.167.075 9

990.678.000 100 8,631

85.505.418 28,937

286.672.493 10

990.678.000 100 9,007

89.230.367 37,944


(47)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 11

990.678.000 100 10,737

106.369.097 48,68

482.262.050 12

990.678.000 100 11,867

117.563.758 60,548

599.835.715 13

990.678.000 100 12,561

124.439.064 73,108

724.264.872 14

990.678.000 100 8,123

80.472.774 81,323

805.649.070 15

990.678.000 100 7,872

77.986.172 89,104

882.733.725 16

990.678.000 100 4,748

47.037.391 93,852

929.771.117 17

990.678.000 100 3,413

33.811.840 96,995

960.908.126 18

990.678.000 100 2,394

23.716.831 99,389

984.624.957 19

990.678.000 100 0,278

2.754.085 99,667

987.379.042 20

990.678.000 100 0,333

3.298.958 100

990.678.000 Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan Tabel 5.5. rencana biaya pelaksanaan pada minggu ke-16 yaitu sebesar Rp. 47.037.391. Sedangkan komulatif biaya rencana proyek pada minggu ke-16 sebesar Rp. 929.771.117 .

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan PV, EV, dan AC

Minggu PV EV AC

ke Rp. Rp. Rp.

(1) (2) (3) (4)

1 3.365.400

415.350 3.130.542 2 11.171.850 23.472.600 10.392.212 3 29.564.400 34.889.400 27.501.221 4 48.425.550 45.294.450 45.046.129 5 80.663.100 61.951.050 75.033.952 6 123.103.350 98.224.950 114.512.470 7 167.769.450 147.406.650 156.061.505 8 216.258.900 276.836.100 201.167.075 9 308.179.050 350.044.200 286.672.493 10 404.103.600 394.816.800 375.902.860 11 518.442.000 429.812.700 482.262.050 12 644.836.200 468.259.200 599.835.715 13 778.600.200 557.942.850 724.264.872 14 866.089.950 689.832.450 805.649.070 15 948.957.600 720.153.000 882.733.725 16 999.523.800 749.717.400 929.771.117 17 1.032.996.750 849.241.650 960.908.126


(48)

Sumber : Hasil pengolahan data

Gambar 5.1. Perbadingan antara nilai AC, EV, dan PV

Dari Gambar 5.1. di atas diketahui bahwa grafik nilai Actual Cost berada di bawah grafik nilai Planned Value. Artinya total biaya pelaksanaan proyek di bawah dari nilai kontrak.

5.3.2. Analisis Varian

Perhitungan analisis varian digunakan untuk mengetahui kinerja proyek dari segi waktu dan biaya. Analisis varian berupa perhitungan Cost Variance (CV), Schedule Variance (SV), Cost Performance Index (CPI), dan Schedule Performance Index (SPI). Perhitungan menggunakan nilai-nilai yang berasal dari analisis indikator-indikator Earned Value.

1. Cost Variance (CV)

Nilai Cost Variance didapat dari nilai Earned Value dikurangi dengan nilai Actual Cost. Nilai Earned Value dan Actual Cost berasal dari perhitungan indikator-indikator Earned Value. Adapun rumus yang digunakan adalah :

200.000.000 400.000.000 600.000.000 800.000.000 1.000.000.000 1.200.000.000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

R

P

(

R

U

P

IAH

)

MINGGU

PV EV AC

(1) (2) (3) (4)

18 1.058.492.850 982.664.850 984.624.957

19 1.061.453.550 1.034.338.650 987.379.042


(49)

Contoh hitungan Cost Variance pada minggu ke-16 :

CV minggu ke-16 = EV minggu ke-16 – AC minggu ke-16 = Rp. 35.326.050 - Rp. 47.037.391

= Rp. -11.711.341

Untuk perhitungan Cost Variance per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Cost Variance Proyek Rehabiltasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes

Cost Variance (CV) Rumus : CV=EV-AC MINGGU

KE

MINGGU INI KUMULATIF

EV(Rp) AC(Rp) CV(Rp) EV(Rp) AC(Rp) CV(Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

415.350

3.130.542 -2.715.192

415.350

3.130.542 -2.715.192

2

23.057.250

7.251.763 15.805.487

23.472.600

10.392.212 13.080.388

3

11.416.800

17.109.009 -5.692.209

34.889.400

27.501.221 7.388.179 4

10.405.050

17.544.907 -7.139.857

45.294.450

45.046.129 248.321 5

16.656.600

29.987.823 -13.331.223

61.951.050

75.033.952 -13.082.902 6

36.273.900

39.478.518 -3.204.618

98.224.950

114.512.470 -16.287.520 7

49.181.700

48.691.824 489.876

147.406.650

156.061.505 -8.654.855 8

129.429.450

45.095.663 84.333.787

276.836.100

201.167.075 75.669.025 9

73.208.100

85.505.418 -12.297.318

350.044.200

286.672.493 63.371.707 10

44.772.600

89.230.367 -44.457.767

394.816.800

375.902.860 18.913.940 11

34.995.900

106.369.097 -71.373.197

429.812.700

482.262.050 -52.449.350 12

38.446.500

117.563.758 -79.117.258

468.259.200

599.835.715 -131.576.515 13

89.673.000

124.439.064 -34.766.064

557.942.850

724.264.872 -166.322.022 14

131.900.250

80.472.774 51.427.476

689.832.450

805.649.070 -115.816.620 15

30.309.900

77.986.172 -47.676.272

720.153.000

882.733.725 -162.580.725

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


(50)

35.326.050 47.037.391 749.717.400 929.771.117 17

99.524.250

33.811.840 65.712.410

849.241.650

960.908.126 -111.666.476 18

133.423.200

23.716.831 109.706.369

982.664.850

984.624.957 -1.960.107 19

48.894.150

2.754.085 46.140.065

1.034.338.650

987.379.042 46.959.608 20

33.441.000

3.298.958 30.142.042

1.065.000.000

990.678.000 74.322.000 Sumber : Hasil pengolahan data

Dari hasil pengamatan pada Tabel 5.5. diketahui nilai CV atau selisih antara nilai Earned Value dengan nilai Actual Cost. Nilai CV pada minggu ke-16 yaitu minus sebesar Rp. 11.711.341. Artinya pengeluaran kontraktor pada minggu ke-16 lebih besar dari pada hasil pekerjaan di lapangan.

2. Schedule Variance (SV)

Nilai Schedule Variance didapat dari nilai Earned Value dikurangi dengan nilai Planned Value. Nilai Earned Value dan Planned Value berasal dari perhitungan indikator-indikator Earned Value.

Contoh hitungan Schedule Variance pada minggu ke-16 :

SV minggu ke-16 = EV minggu ke-16 – PV minggu ke-16 = Rp. 35.326.050 - Rp. 50.566.200 = Rp. – 15.240.150

SV* minggu ke-16 = ((SV minggu ke-16 x Minggu ke-16) / PV minggu ke-16) x 7

= (((Rp. – 15.240.150 x 16) / Rp. 50.566.200) x 7)

= -27,99164642 hari

Untuk perhitungan Schedule Variance per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.6.


(51)

Dari Tabel 5.6 yang merupakan nilai SV diketahui kinerja jadwal proyek pada minggu ke-16 yaitu sebesar -27,99164642 hari. Artinya proyek mengalami keterlambatan jadwal pada minggu ke-16.

Sumber : Hasil pengolahan data

Tabel 5.6. Schedule Variance Proyek Rehabiltasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes.

Tabel 5.7 Hasil perhitungan SV dan CV

Minggu SV CV

Ke Rp. Rp.

(1) (2) (3)

1 -2.950.050 -2.715.192

2 12.300.750 13.080.388

3 5.325.000 7.388.179

4 -3.131.100 248.321

5 -18.712.050 -13.082.902

6 -24.878.400 -16.287.520

(1) (2) (3)

Rumus : SV=EV-PV

MINGGU KE MINGGU INI KUMULATIF

EV(Rp) PV(Rp) SV(Rp) EV(Rp) PV(Rp) SV(Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 415.350 3.365.400 -2.950.050 415.350 3.365.400 -2.950.050 2 23.057.250 7.795.800 15.261.450 23.472.600 11.171.850 12.300.750 3 11.416.800 18.392.550 -6.975.750 34.889.400 29.564.400 5.325.000 4 10.405.050 18.861.150 -8.456.100 45.294.450 48.425.550 -3.131.100 5 16.656.600 32.237.550 -15.580.950 61.951.050 80.663.100 -18.712.050 6 36.273.900 42.440.250 -6.166.350 98.224.950 123.103.350 -24.878.400 7 49.181.700 44.676.750 4.504.950 147.406.650 167.769.450 -20.362.800 8 129.429.450 48.478.800 80.950.650 276.836.100 216.258.900 60.577.200 9 73.208.100 91.920.150 -18.712.050 350.044.200 308.179.050 41.865.150 10 44.772.600 95.924.550 -51.151.950 394.816.800 404.103.600 -9.286.800 11 34.995.900 114.349.050 -79.353.150 429.812.700 518.442.000 -88.629.300 12 38.446.500 126.383.550 -87.937.050 468.259.200 644.836.200 -176.577.000 13 89.673.000 133.774.650 -44.101.650 557.942.850 778.600.200 -220.657.350 14 131.900.250 86.509.950 45.390.300 689.832.450 866.089.950 -176.257.500 15 30.309.900 83.836.800 -53.526.900 720.153.000 948.957.600 -228.804.600 16 35.326.050 50.566.200 -15.240.150 749.717.400 999.523.800 -249.806.400 17 99.524.250 33.472.950 66.051.300 849.241.650 1.032.996.750 -183.755.100 18 133.423.200 25.496.100 107.927.100 982.664.850 1.058.492.850 -75.828.000 19 48.894.150 2.960.700 45.933.450 1.034.338.650 1.061.453.550 -27.114.900 20 33.441.000 3.546.450 29.894.550 1.065.000.000 1.065.000.000 0


(52)

7 -20.362.800 -8.654.855

8 60.577.200 75.669.025

9 41.865.150 63.371.707

10 -9.286.800 18.913.940

11 -88.629.300 -52.449.350

12 -176.577.000 -131.576.515

13 -220.657.350 -166.322.022

14 -176.257.500 -115.816.620

15 -228.804.600 -162.580.725

16 -249.806.400 -180.053.717

17 -183.755.100 -111.666.476

18 -75.828.000 -1.960.107

19 -27.114.900 46.959.608

20 0 74.322.000

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 5.2. Nilai SV dan CV

Berdasarkan Gambar 5.2. di atas yang merupakan grafik yang menunjukkan nilai CV dan SV pada minggu pertama sampai dengan akhir penyelesaian proyek, CV menunjukkan nilai positif atau berada di atas angka nol. Itu artinya proyek masih mendapatkan keuntungan pada minggu tersebut.

-300.000.000 -250.000.000 -200.000.000 -150.000.000 -100.000.000 -50.000.000 0 50.000.000 100.000.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920

R

u

p

ia

h

Minggu Ke

Chart Title

SV CV


(53)

Sedangkan SV menunjukkan nilai negatif atau berada di bawah angka nol yang berarti terjadi keterlambatan pada minggu ke-16.

3. Cost Performance Index (CPI)

Nilai Cost Performance Index didapat dari nilai Earned Value dibagi dengan nilai Actual Cost. Nilai Earned Value dan Actual Cost berasal dari perhitungan indikator-indikator Earned Value.

Contoh hitungan Cost Performance Index pada minggu ke-16 :

CPI minggu ke-16 = EV minggu ke-16 / AC minggu ke-16 = Rp. 35.326.050 / Rp. 47.037.391 = 0,7102061

4. Schedule Performance Index (SPI)

Nilai Schedule Performance Index didapat dari nilai Earned Value dibagi dengan nilai Actual Cost. Nilai Earned Value dan Actual Cost berasal dari perhitungan indikator-indikator Earned Value.

Contoh hitungan Schedule Performance Index pada minggu ke-16 : SPI minggu ke-16 = EV minggu ke-16 / PV minggu ke-16

= Rp 35.326.050 / Rp. 50.566.200 = 0,69860994

Untuk perhitungan Cost Performance Index dan Schedule Performance Index per minggu dan komulatif selengkapnya dilihat pada Tabel 5.8.


(1)

70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pas. Gording , murplat, 0,002678571 0,021696429 6,91 7,00 1,121 2 14 13.125 183.750 423.556

nok, dll (baru) 17.128 239.806

Pas. Rangka atap 0,189642857 1,536107143 6,91 7,00 1,159 2 14 13.125 183.750 423.556

genteng baru 50% ky.meranti

17.128 239.806

Pas. Talan datar/Juray 0,2875 2,32875 6,91 7,00 1,128 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Pas. Plafond kayu (hasil bongkaran)

0,160535714 1,300339286 6,91 7,00 1,157 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Pas.Plafond kayu( 15% baru)

0,1275 1,03275 6,91 7,00 1,125 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Pas.Papan Ruiter 20/2 0,169642857 1,374107143 6,91 7,00 1,162 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Memasang genteng morando glasur

0,951785714 7,709464286 6,91 7,00 1,137 2 14 13.125 183.750 423.556


(2)

71

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Memasang kerpus genteng morando glasur

0,621607143 5,035017857 6,91 7,00 1,139 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Pek. Pengecatan tembok lama

13,13785714 106,4166429 6,91 7,00 1,131 2 14 13.125 1.286.250 1.526.056

17.128 239.806

Pek. Pengecatan kayu lama

1,217857143 9,864642857 6,91 7,00 1,136 2 14 13.125 367.500 607.306

17.128 239.806

Pas. PVC 3/4" 0,665357143 5,389392857 6,91 7,00 1,135 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806

Pas. PVC 2.5" 0,046964286 0,380410714 6,91 7,00 1,29 2 14 13.125 183.750 423.556

17.128 239.806


(3)

(4)

72 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan data serta hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Brebes, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Diketahui bahwa grafik nilai Actual Cost berada di bawah grafik nilai Planned Value dan Earned Value. Artinya total biaya pelaksanaan proyek di bawah dari nilai kontrak. Indikator Earned Value pada minggu ke-16 adalah nilai PV sebesar Rp.999.523.800, nilai EV sebesar Rp. 755.379.050, dan nilai AC sebesar Rp. 929.771.117

2. Kinerja pada minggu ke-16 adalah nilai SV negatif (Rp. -249.806.400) dan nilai SPI sebesar 0,75 < 1, artinya terjadi keterlambatan jadwal pelaksanaan terhadap jadwal rencana. Sedangkan nilai CV positif (Rp. 180.053.717) dan nilai CPI sebesar 0,80 < 1. Artinya kinerja biaya proyek kurang baik atau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari anggaran.

3. Nilai CPI pada minggu ke-2 dan seterusnya menunjukkan nilai >1 yang artinya biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai pekerjaan yang didapat. Nilai SPI pada minggu ke-16 <1, yang artinya bahwa kinerja proyek lebih lambat dari jadwal rencana.

4. Adapun perkiraaan biaya penyelesaian proyek yang dibutuhkan adalah EAC (Rp. 1.245.053.717) dan ETC (Rp. RP. 315.282.600). Sedangkan perkiraan waktu penyelesaian proyek yang dibutuhkan adalah 20 minggu. Nilai indeks kepercayaan kinerja (TCPI) = 1 atau senilai 1,00 berarti kinerja proyek stabil. 5. Karena adanya estimasi kerja yang kurang dari jadwal yang sudah ditentukan,

maka ditetapkan penambahan jam kerja(lembur) selama 1 minggu.

6. Biaya dari penambahan tenaga kerja dari beberapa item di minggu ke-16 adalah Rp. 7.393.650,00, sedangkan biaya dari penambahan jam kerja (lembur) adalah Rp. 32.271.400,00. Lebih efisien menggunakan penambahan tenaga kerja.


(5)

73

6.2. Saran

1. Perlunya dilakukan studi lanjut untuk menyesuaikan estimasi dengan keadaan di lapangan.

2. Hendaknya menggunakan laporan mingguan atau progress report yang terdapat rincian pekerjaan di dalamnya.


(6)

108

DAFTAR PUSTAKA

Clealand, 1995.

Barrie, 1995.

Soeharto, 1995. Ilustrasi Grafik Analisis Hubungan PV, EV, dan AC.

Soeharto, Imam, 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta.

Ervianto, 2004. Tabel Analisis Varians Terpadu.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7 dan pasal 11.

Asiyanto, 2005. Komponen Biaya Proyek.

Pranowo, Didik Aris & Ronny Samantha, 2007.Pengendalian Proyek dengan metode Earned Value pada proyek Rusunawa Universitas Diponegoro

Semarang, Tugas Akhir, Jurusan Teknik SipilUniversitas Katolik

Soegijapranata, Semarang.

Husen, Abrar, 2010. Manajemen Proyek, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Maulana, 2011. Studi Kasus Proyek Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Timur, Jawa Timur.

Messah, Yunita A., Lona, Lazry Hellen P., dan Sina, Dantje A.T. 2013. Pengendalian Waktu Dan Biaya Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak dari Perubahan Desain (Studi Kasus Embung Oenaem, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara).Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Pamungkas, Agung., Sugiarto., dan Setiono. 2013. Analisis Nilai hasil terhadap waktu dan biaya pada proyek konstruksi (Studi Kasus Proyek ICB Civil Work Construction off Spillway of Countermeasures in Wonogiri). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung Marvell City Surabaya)

5 23 119

ANALISIS PENGARUH FAKTORFAKTOR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KINERJA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Pada Proyek Guawangsa Merr Apartmen)

1 33 5

ANALISIS RISIKO KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan Hotel Horison Malang)

5 24 18

EVALUASI JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DAN ALAT KERJA MENGGUNAKAN METODE CRASHING (Studi Kasus Proyek Peningkatan Jalan Buduan – Bondowoso)

0 8 21

EVALUASI JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DAN ALAT KERJA MENGGUNAKAN METODE CRASHING (Studi Kasus Proyek Peningkatan Jalan Buduan – Bondowoso)

0 6 22

PENGENDALIAN BIAYA BAHAN DENGAN METODE ANALISA VARIAN PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Rehabilitas Kantor Dirut PT. Taspen, Jakarta Pusat)

0 2 11

ANALISIS PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING DENGAN PENAMBAHAN TENAGA KERJA DAN SHIFT KERJA (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Hotel Grand Keisha, Yogyakarta)

2 24 10

PENERAPAN METODE CRASHING DALAM PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN ALTERNATIF PENAMBAHAN JAM LEMBUR DAN SHIFT KERJA (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel Grand Keisha, Yogyakarta)

0 1 9

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENERAPKAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS (EVA) MENGGUNAKAN SOFTWARE MICROSOFT PROJECT 2007 (STUDI KASUS DI PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL BROTHERS 2 SOLO BARU, SUKOHARJO)

0 1 8

PENERAPAN METODE EARNED VALUE MANAGEMENT (EVM) DALAM PENGENDALIAN BIAYA PROYEK Sufa‟atin

0 0 11