Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak Bunga Brokoli sebagai Antioksidan

 

ISOLASI SENYAWA LUTEIN DARI EKSTRAK BUNGA
BROKOLI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

FITRI YULIANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

 

 

ABSTRAK
FITRI YULIANI. Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak Bunga Brokoli sebagai
Antioksidan. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan KUSMIATI.
Aktivitas antioksidan penting untuk melindungi tubuh kita dari radikal bebas.

Jenis sayuran hijau seperti brokoli mempunyai kandungan lutein yang tinggi, serta
dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini ialah mengisolasi dan
mencirikan ekstrak lutein dari bunga brokoli, dan mengevaluasi lebih lanjut
aktivitas antioksidan dengan menggunakan α,α-difenil-β-pikrilhidrazil (DPPH).
Ekstraksi menggunakan n-heksana sebagai pelarut dan KOH/etanol untuk proses
saponifikasi. Ekstrak lutein dicirikan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
preparatif. Empat fraksi diperoleh dari KLT preparatif dan fraksi 3 memiliki Rf
yang sama dibandingkan dengan standar lutein. Fraksi ini selanjutnya dianalisis
dengan spektrofotometer transformasi inframerah Fourier (FTIR) dan memiliki
gugus fungsi yang sama dibandingkan dengan standar lutein. Berdasarkan hasil
ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga brokoli memiliki senyawa lutein dan
memiliki potensi sebagai antioksidan, dengan nilai IC50 99.321 µg/mL.
Kata kunci: Antioksidan, Brokoli, Lutein.

ABSTRACT
FITRI YULIANI. Isolation of Lutein Compound from Extract of Broccoli Flower
as Antioxidant. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and KUSMIATI.
Antioxidant activity is important to protect our body from free radicals. Green
vegetables such as broccoli has high content of lutein which can act as an
antioxidant. The objective of this study was to isolate and characterize lutein

extract of broccoli flowers, and then further evaluated its antioxidant activity by
using α,α-diphenyl-β-picrylhydrazyl (DPPH). The extraction used n-hexane as
solvent and KOH/ethanol for saponification process. Extracted lutein was
characterized with preparative thin layer chromatography (TLC). Four fractions
were obtained from preparative TLC and fraction 3 had the same Rf compared
with lutein standard. This fraction was further analyzed with Fourier transform
infrared (FTIR) spectrophotometer and had similar functional groups with lutein
standard. Based on this result, it can be concluded that broccoli flower extract has
lutein compound and potential as an antioxidant with 99.321 µg/mL IC50 value.
Keywords: Antioxidant, Broccoli, Lutein.

 

 

ISOLASI SENYAWA LUTEIN DARI EKSTRAK BUNGA
BROKOLI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

FITRI YULIANI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

 

 

Judul Skripsi :
Nama
NIM

:

:

Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak Bunga Brokoli sebagai
Antioksidan
Fitri Yuliani
G44086002

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr dr Irma Herawati Suparto, MS
NIP 195811231986032002

Dra Kusmiati, MSi
NIP 196312261990032003

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002

Tanggal Lulus:

 

 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah
ini merupakan hasil penelitian dengan judul “Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak
Bunga Brokoli sebagai Antioksidan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr dr Irma Herawati Suparto,
MS dan Dra Kusmiati, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan

dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan
Adik yang selalu memberikan semangat, cinta, kasih sayang, dan doa. Ucapan
terima kasih juga kepada teman-teman seangkatan Ekstensi Kimia 2008 atas
semangat, doa, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Bogor, Juli 2012

Fitri Yuliani

 

 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Juli 1984 dari pasangan
Syamsul Bahri dan Suharti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor pada tahun
2003 dan melanjutkan pendidikan di Akademi Kimia Analisis Bogor. Penulis
lulus tahun 2006 dengan melakukan praktik kerja lapangan di Pusat Sarana

Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dengan judul
“Pemantauan Kadar Partikulat Tersuspensi Total dan Pb dalam Udara Ambien di
Bogor dan Jakarta”. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan S1
Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 2007, penulis bekerja sebagai analis pengembangan metode
analisis pada bagian penelitian dan pengembangan PT Dexa Medica. Tahun 2008
- 2010, penulis bekerja sebagai frontliner pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. Saat ini, penulis bekerja di Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral sebagai teknisi Litkayasa pada Laboratorium Analisis Gas.

 

 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................
Persiapan Sampel .........................................................................................
Penentuan Kadar Air ...................................................................................
Isolasi Lutein ...............................................................................................
Penentuan Rf dengan KLT KT ....................................................................
Identifikasi Ekstrak Lutein ..........................................................................
Identifikasi Senyawa Lutein dengan Spektrofotometer FTIR .....................
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ...................................................

1
1
1
1
2
2
2
2


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air .....................................................................................................
Identitas Ekstrak Lutein ...............................................................................
Identitas Senyawa Lutein Hasil FTIR .........................................................
Aktivitas Antioksidan ..................................................................................

2
2
3
4

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...................................................................................................... 4
Saran ............................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 5
LAMPIRAN .......................................................................................................... 6

 

 


DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai Rf hasil KLT preparatif............................................................................ 2
2 Analisis spektrum FTIR sampel dan standar lutein dibandingkan dengan
literatur ............................................................................................................. 4
3 IC50 ekstrak lutein, fraksi, standar lutein, beta karotena, dan vitamin C .......... 4
 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur lutein ................................................................................................... 2
2 Spektrum FTIR standar lutein .......................................................................... 3

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram alir penelitian ..................................................................................... 7
2 Hasil analisis menggunakan KLTKT ............................................................... 8
3 Spektrum FTIR fraksi-fraksi ekstrak bunga brokoli ........................................ 9
4 Contoh perhitungan aktivitas antioksidan ....................................................... 11

 

 

 

PENDAHULUAN
Sayuran
jenis
Cruciferae
(famili
Brassicaceae) merupakan sumber antioksidan
yang berlimpah. Antioksidan adalah zat yang
dalam konsentrasi rendah dapat mencegah
atau
menunda
inisiasi
prooksidan
mengoksidasi substrat (Qureshi & Parvesh
2007). Tubuh memerlukan antioksidan untuk
melindungi dari ancaman radikal bebas.
Radikal bebas adalah spesies kimia sangat
reaktif yang memiliki elektron tunggal tidak
berpasangan di orbital terluar. Produksi
radikal bebas yang tidak terkendali
menyebabkan kerusakan pada membran sel,
ketidakaktifan sistem enzim, atau kerusakan
asam deoksiribonukleat (DNA) (Porth 2007).
Salah satu cara memenuhi kebutuhan
antioksidan ialah dengan mengonsumsi
sayuran. Brokoli merupakan salah satu jenis
sayuran yang memiliki kandungan karotenoid
yang bersifat antioksidan. Karotenoid
merupakan tetraterpenoid C40 yang berfungsi
sebagai pigmen tumbuhan. Salah satu jenis
karotenoid yang penting adalah lutein.
Lutein merupakan suatu zat kimia tanaman
non-gizi yang memiliki sifat protektif.
Senyawa ini dapat melindungi mata dari
degenerasi makula dan kanker epitel
(Landrum et al. 1997, Landrum & Bone 2000,
Yang et al. 1996). Lutein juga memiliki
aktivitas antioksidan yang dapat melindungi
sel-sel terhadap kerusakan yang diakibatkan
oleh radikal bebas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa brokoli memiliki
kandungan antioksidan lutein paling tinggi
dibandingkan dengan kubis, kembang kol, dan
kecambah. Penelitian terhadap 6 kultivar
brokoli menghasilkan kandungan lutein
berkisar 0.41–1.02 mg/kg bobot basah (Sing
et al. 2007).
Untuk memperoleh jumlah lutein yang
tinggi, diperlukan metode ekstraksi yang
tepat. Pada penelitian ini, digunakan metode
Hoffman et al. (2007) untuk mengisolasi
lutein dari bunga brokoli yang berasal dari
Cianjur, Jawa Barat. Sampel diekstraksi
dengan heksana hingga diperoleh oleoresin.
Oleoresin selanjutnya disaponifikasi dengan
KOH/etanol
hingga
diperoleh
resin
tersaponifikasi yang diekstraksi kembali
dengan heksana menghasilkan larutan yang
akan difraksionasi. Lutein yang diperoleh dari
ekstraksi bunga brokoli selanjutnya dicirikan
dan diuji aktivitas antioksidannya secara in
vitro menggunakan metode DPPH (α,αdifenil-β-pikrilhidrazil). Hasil penelitian ini
diharapkan menambah informasi kandungan

 

dan aktivitas lutein dari bunga brokoli yang
berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bunga
brokoli siap panen, air bebas-ion, heksana p.a,
KOH p.a, etanol p.a, kloroform p.a, KBr p.a,
serbuk Na2SO4 anhidrat p.a, metanol p.a,
aseton p.a, serbuk DPPH p.a, dan vitamin C
p.a.
Alat yang digunakan antara lain corong
Büchner, penyaring vakum, neraca analitik,
pelat kromatografi lapis tipis (KLT) gel silika
60 GF254, bejana KLT, pelat KLT preparatif,
kertas saring Whatman nomor 1, corong
pemisah, lampu ultraviolet (UV), lempeng
penangas, eksikator, oven, penguap putar,
spektrofotometer ultraviolet-tampak (UVVis),
spektrofotometer
inframerah
transformasi Fourier (FTIR), dan KLT kinerja
tinggi (KLT KT).
Persiapan Sampel
Sampel bunga brokoli segar siap panen
diperoleh dari Gunung Batu, Cianjur, Jawa
Barat, hasil pembenihan dari biji dengan kode
Sakata F1 Hybrid Green Magic. Sampel
dibersihkan, dipotong kecil-kecil, kemudian
dikeringudarakan selama 1 minggu. Setelah
kering, sampel dihaluskan sampai ukuran 20
mesh.
Penentuan Kadar Air (AOAC 1990)
Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam
cawan porselen bersih yang telah diketahui
bobot kosongnya. Contoh dipanaskan dalam
oven dengan suhu 105 oC selama 3 jam,
kemudian didinginkan di dalam eksikator.
Setelah dingin, cawan berisi contoh
ditimbang. Proses dilakukan hingga diperoleh
bobot tetap dan dilakukan triplo.
Isolasi Lutein (Hoffman et al. 2007)
Kurang lebih 100 g sampel serbuk kering
bunga brokoli, dimaserasi dengan 400 mL
heksana. Campuran dipanaskan pada suhu 40
°C sambil diaduk selama 15 menit. Filtrat
dipisahkan dari padatan dengan penyaring
vakum dan corong Büchner dengan kertas
saring Whatman nomor 1. Padatan diekstraksi
kembali dengan 200 mL heksana, kemudian
dipanaskan pada 40 °C sambil diaduk selama
15 menit. Ekstraksi ini diulangi sebanyak 4
ulangan. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan
dengan penguap putar pada suhu 40 °C untuk
memperoleh
oleoresin.
Oleoresin

 

disaponifikasi dengan 50 mL larutan
KOH/etanol 10 % dan dipanaskan pada suhu
65 °C selama 2 jam. Ekstrak hasil saponifikasi
dilarutkan dengan 100 mL heksana,
diekstraksi dengan corong pemisah (diulangi
sebanyak 3 ulangan). Ekstrak dikeringkan
dengan 20 g Na2SO4 anhidrat, kemudian
disaring. Heksana diuapkan, dan ekstrak
keseluruhan ditimbang.
Penentuan Rf dengan KLT KT
Ekstrak dilarutkan dengan metanol,
sebanyak 20 µL ditotolkan pada pelat gel
silika 60 GF254. Sejumlah baku lutein
dilarutkan dengan metanol, ditotolkan pada
pelat yang sama, kemudian dielusi dengan
campuran eluen heksana:kloroform:aseton
(6:2:2) (Kusmiati et al. 2010). Setelah eluen
mencapai batas atas, Rf sampel dibandingkan
dengan standar lutein menggunakan KLT KT.
Identifikasi Ekstrak Lutein
Sampel ditotolkan pada pelat KLT
preparatif, dielusi dengan campuran pelarut
heksana:kloroform:aseton (6:2:2). Bercak
yang dihasilkan ditentukan Rf masing-masing,
kemudian diambil dan dilarutkan dengan
heksana. Larutan yang diperoleh dipekatkan
dengan penguap putar.
Identifikasi Senyawa Lutein dengan
Spektrofotometer FTIR
Identifikasi menggunakan FTIR dilakukan
terhadap isolat hasil KLT preparatif. Isolat
dibuat pelet dengan KBr dan dibuat spektrum
FTIR-nya untuk menentukan gugus fungsi
senyawa.
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Fraksi ekstrak lutein dan standar lutein
masing-masing dilarutkan dengan metanol
dan dibuat beberapa konsentrasi, yaitu 25,
37.5, dan 50 ppm. Sebanyak 1 mL larutan
ditambahkan masing-masing ke dalam 3 mL
DPPH 0.004% dalam metanol, dikocok kuat,
dan disimpan dalam ruang gelap selama 30
menit. Absorbans diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 517.3 nm. Vitamin C digunakan
sebagai kontrol positif, dibuat pada
konsentrasi 1, 2.5, 5, 7.5, dan 10 ppm. Nilai
konsentrasi penghambatan 50% (IC50)
dihitung dari persentase penghambatan
serapan larutan ekstrak dengan menggunakan
persamaan kurva regresi linear (Kazutaka et
al. 2009).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Kadar air bunga brokoli diperoleh sebesar
9.64%. Menurut Winarno et al. (2004), suatu
bahan berada dalam keadaan yang stabil dan
pertumbuhan mikrob dapat dikurangi jika
kadar airnya kurang dari 10%. Hal ini
menunjukkan bahwa bunga brokoli tahan dari
pertumbuhan mikrob dan dapat disimpan
dalam jangka waktu relatif lama.
Identitas Ekstrak Lutein
Fraksionasi ekstrak lutein dari brokoli
menggunakan KLT dengan eluen kombinasi
pelarut heksana:aseton:kloroform dengan
nisbah 6:2:2 dan dibandingkan dengan standar
lutein. Campuran pelarut ini dipilih
berdasarkan Kusmiati et al. (2010) yang
mengisolasi lutein dari mikroalga Chlorella
pyrenoidosa.
Hasil
pengamatan
KLT
menggunakan lampu UV 254 nm dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Rf hasil KLT preparatif
Fraksi

Rf

1
2

0.01
0.10

3
4
Standar lutein

0.59
0.87
0.59

Bercak yang dihasilkan diamati dan
dikonfirmasi lebih lanjut dengan KLTKT. Rf
fraksi 3 diperoleh sejajar dengan Rf standar
lutein, yaitu 0.59, dan kadar lutein dapat
dihitung sebesar 86.16 mg/100 g sampel basah
bunga brokoli (Lampiran 2). Oleh karena itu,
dapat diperkirakan kandungan lutein sebesar
0.09% dalam sampel basah bunga brokoli.
Lutein adalah senyawa oksikarotenoid atau
xantofil, yaitu karotenoid yang mengandung
gugus hidroksil. Lutein memiliki bobot
molekul 568.88 dengan rumus kimia
C40H56O2. Rumus struktur lutein dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur lutein.
Lutein digunakan sebagai pewarna dalam
makanan (sereal, permen karet, saus, dan sup)
dan minuman (produk susu dan jus buah).
Penggunaan lutein dalam makanan tersebut

 

berkisar 2.0─330 mg/kg (Cantrill 2004).
Telah dibuktikan secara in vitro dan in vivo
bahwa lutein memiliki peranan penting untuk
melindungi tubuh terhadap beberapa penyakit
kronis, khususnya degenerasi makula yang
berhubungan dengan usia (age-related
macular degeneration/AMD) dan katarak,
kanker, penyakit jantung, dan strok (Mercado
et al. 2004).
KLT preparatif selanjutnya dilakukan
untuk memperoleh bercak dengan kuantitas
lebih besar untuk analisis berikutnya. Bercak
yang dihasilkan diambil dan dilarutkan
dengan heksana untuk diidentifikasi dengan
spektrofotometer FTIR.
Identitas Senyawa Lutein Hasil FTIR
Identifikasi fraksi-fraksi ekstrak bunga
brokoli dengan spektrofotometer FTIR
menghasilkan serapan pada bilangan-bilangan
gelombang yang spesifik seperti ditunjukkan
pada Tabel 2. Bilangan gelombang dapat
digunakan untuk menentukan gugus-gugus
fungsi yang terdapat pada suatu senyawa.
Spektrum
FTIR
standar
lutein
menunjukkan regangan O-H gugus hidroksil
pada bilangan gelombang 3432.87 cm-1.
Regangan
asimetrik
metilena
–CH2–
ditunjukkan pada bilangan gelombang
2921.87 cm-1, sedangkan regangan simetrik
metilena
ditunjukkan
pada
bilangan
gelombang 2853.16 cm-1. Regangan cincin
aromatik C=C-C ditunjukkan pada 1458.41
cm-1. Regangan C-O dari alkohol sekunder

ditunjukkan pada 1111.53 cm-1. Dari hasil
interpretasi spektrum FTIR tersebut, gugus
fungsi yang terdapat pada standar lutein
adalah gugus OH hidroksil, cincin aromatik,
dan alkohol sekunder. Hasil tersebut sesuai
dengan Tekwani dan Dmello (2010) bahwa
standar lutein memiliki regangan O-H pada
3383 cm-1, regangan C-H 2891 cm-1, dan
tekukan C-H 1457 cm-1 (Gambar 2).
Pola serapan FTIR yang dihasilkan oleh
fraksi 1, 2, 3, dan 4 (Lampiran 3) memiliki
kesamaan dengan pola serapan FTIR standar
lutein. Akan tetapi, berdasarkan data Rf hasil
KLTKT, hanya fraksi 3 yang memiliki Rf
sejajar dengan standar. Oleh sebab itu, hanya
fraksi 3 yang diduga sebagai senyawa lutein
karena memiliki gugus fungsi dan Rf sama
dengan standar lutein. Fraksi 1, 2, dan 4 yang
memiliki pola serapan FTIR mirip dengan
standar lutein diduga sebagai senyawa
karotenoid yang lain. Menurut Harborne
(1996), beberapa karotenoid seperti lutein,
violaxantin, neoxantin, β-karotena, αkarotena, kriptoxantin, dan zeaxantin lazim
terdapat dalam fraksi ekstrak daun dan bunga
yang larut dalam lipid. Karotenoid memiliki
rantai panjang dengan satuan berulang
isoprena, dan ikatan rangkap atau bentuk
terhidroksilasi. Karotenoid merupakan pigmen
takstabil yang mudah teroksidasi sehingga
dapat mengalami isomerisasi trans-cis selama
penanganan.

Gambar 2 Spektrum FTIR standar lutein.

 

 

Tabel 2 Analisis spektrum FTIR sampel dan standar lutein dibandingkan dengan literatur
Bilangan gelombang (cm-1)
Gugus fungsi

Literatur *

Standar

F1

F2

F3

F4

Hidroksil, regangan OH
Metilena (-CH-) regangan asimetrik

3570–3200

3432.87

3427.12

3434.92

3434.16

3431.62

2935–2915

2921.87

2923.51

2923.85

2922.83

2924.63

Metilena (-CH-) regangan simetrik

2865–2845

2853.16

2853.64

2853.64

2853.00

2854.36

Cincin aromatik, regangan C=C-C

1510–450

1458.41

1462.79

1462.63

1463.05

1459.69

~1100

1111.53

-

1110.64

1110.48

1119.01

Alkohol sekunder, regangan C-O
*Sumber: Coates (2000)

Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan terhadap
ekstrak lutein, fraksi ekstrak lutein, dan
standar lutein pada penelitian ini dilakukan
menggunakan metode serapan radikal DPPH.
Metode DPPH sederhana, mudah, dan
menggunakan sedikit sampel dengan waktu
yang singkat (Hanani et al. 2005).
Pengukuran
aktivitas
antioksidan
dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum DPPH
517.3 nm dalam konsentrasi 0.004% (b/v).
Aktivitas antioksidan sampel mengakibatkan
perubahan warna larutan DPPH yang semula
lembayung menjadi kuning pucat. Aktivitas
antioksidan dihitung sebagai persentase
inhibisi terhadap radikal DPPH, diperoleh dari
perbedaan serapan antara blangko dan sampel.
Persamaan matematika digunakan untuk
memperoleh kurva regresi linear untuk
menghitung IC50 (Lampiran 4). Beta karotena
digunakan sebagai pembanding karena
memiliki struktur mirip dengan lutein dan
bersama-sama lutein banyak terdapat dalam
tumbuhan. Vitamin C digunakan sebagai
pembanding karena umum digunakan dan
secara
komersial
mudah
didapatkan.
Berdasarkan kurva regresi linear, diperoleh
hasil IC50 yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 IC50 ekstrak lutein, fraksi, standar
lutein, beta karotena, dan vitamin C
IC50
(µg/mL)
Jenis

 

Ekstrak
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3

147.708
112.216
83.357
99.321

Fraksi 4
Standar lutein
Beta karotena
Vitamin C

103.887
58.533
58.540
4.520

Menurut Blois (1958), suatu bahan dapat
berpotensi sebagai antioksidan yang kuat jika
memiliki IC50 kurang dari 200 µg/mL.
Semakin kecil nilai IC50, semakin besar
aktivitas antioksidannya (Molyneux 2004).
Berdasarkan hal tersebut, brokoli memiliki
potensi sebagai antioksidan karena memiliki
IC50 kurang dari 200 µg/mL untuk semua
fraksi. Hasil ini juga masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil penelitian Aires et
al. (2011) pada sampel brokoli yang
diekstraksi dengan metanol dan dididihkan
selama 2 menit yang memiliki IC50 1.47─2.56
(×103) µg/mL. Dengan demikian, jenis
metode ekstraksi yang digunakan berpengaruh
terhadap IC50. Selain itu, perlu dilakukan
optimasi fase gerak untuk pengujian dengan
KLT yang dapat berpengaruh terhadap IC50.
Faktor lainnya selama periode pertumbuhan
tanaman seperti kondisi iklim, suhu, curah
hujan, dan radiasi sinar matahari dapat
memengaruhi
akumulasi
kandungan
komponen bioaktif sehingga mempengaruhi
potensi antioksidannya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fraksi 3 dari ekstrak bunga brokoli yang
diperoleh dari Cianjur, Jawa Barat diduga
merupakan senyawa lutein berdasarkan Rf dan
gugus fungsi yang dibandingkan dengan
standar lutein, serta memiliki potensi sebagai
antioksidan.
Saran
Perlu dilakukan analisis dengan metode
spektroskopi lainnya seperti spektrometer
massa dan resonans magnet inti untuk
mengonfirmasi struktur lutein dari ekstrak
bunga brokoli.

 

DAFTAR PUSTAKA
Aires A et al. 2011. Seasonal effect on
bioactive compounds and antioxidant
capacity of six economically important
Brassica vegetables. Molecules 16:68166832.
[AOAC] Association of Official Analytical
Chemists. 1990. Recommended Method for
The Determination of Water. Ed ke-15.
Arlington: AOAC Int.
Blois MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical. Nature
181:1199-1200.
Coates J. 2000. Interpretation of Infrared
Spectra, A Practical Approach. Di dalam:
Encyclopedia of Analytical Chemistry.
Meyers RA, editor. Chichester: J Wiley.
hlm 10815-10837.
Cantrill R. 2004. Lutein from Tagetes Erecta.
63rd JECFA. Chemical and Technical
Assessment. Food and Agriculture
Organization. http://www.fao.org/filead
min/templates/agns/pdf/jecfa/cta/63/Lutei
n.pdf [5 Sep 2012]

pyrenoidosa galur lokal Ink. J Kim
Indones 5:30-34.
Landrum JT, Bone RA. 2000. Lutein,
zeaxantin and the macular pigment. Arch
Biochem Biophys 385:28-40.
Landrum JT et al. 1997. A one year study of
the macular pigment: The effect of 140
days of a lutein supplement. Exp Eye Res
65:57-62.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free
radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating
antioxidant
activity.
Songklanakarin J Sci Technol 24:211-219.
Porth C. 2007. Essentials of Pathophysiology:
Concepts of Altered Health States. Ed ke2. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Qureshi GA, Parvez SH. 2007. Oxidative
Stress and Neurodegenerative Disorders.
Amsterdam: Elsevier.
Sing J, Upadhyay AK, Kundan P, Bahadur A,
Rai M. 2007. Variability of carotenes,
vitamin C, E and phenolics in Brassica
vegetables. Food Composition Anal
20:106-112.

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005.
Identifikasi senyawa antioksidan dalam
spons Callysongia sp dari Kepulauan
Seribu. Maj Ilmu Kefarmasian 3:127–133.

Tekwani S, Dmello PM 2010. Enzyme
assisted extraction of lutein from marigold
flowers and its evaluation by HPLC. Int J
Adv in Pharmaceut Sci 2:381-386

Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed ke2. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit
ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.

Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 2004.
Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Hoffman M, Baugh D, Ahern M, Walsh D,
penemu; Nu-Tein Co Inc. 7 Aug 2007.
Isolation of lutein from alfalfa. US patent
7 253 294.
Kazutaka I, Tachibana S, Arthur R. 2009. In
vitro
antioxidative
activities
and
polyphenol content of Eugenia polyantha
weight grown in Indonesia. Pakistan Biol
Sci 12:1564-1570.
Kusmiati, Agustini NWS, Tamat SR, Irawati
M. 2010. Ekstraksi dan purifikasi senyawa
lutein
dari
mikroalga
Chlorella

 

Yang Y, Huang CY, Peng SS, Li J. 1996.
Carotenoid analysis of several dark green
leafy vegetables associated with a lower
risk of cancers. Biomed Environ Sci 9:386392.

 

LAMPIRAN

 

 

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Bunga brokoli segar

Preparasi sampel
Penetapan kadar air

Isolasi lutein
(Hoffman et al. 2007)

Penentuan Rf dengan
KLTKT

Fraksionasi dengan
KLTp

Identifikasi gugus
fungsi dengan FTIR

 

Uji aktivitas antioksidan
metode DPPH

 

Lampiran 2 Hasil analisis menggunakan KLT KT

Grafik 3 dimensi ekstrak bunga brokoli yang dibandingkan dengan standar lutein

 

 

Lampiran 3 Spektrum FTIR fraksi-fraksi ekstrak bunga brokoli
Fraksi 1

Fraksi 2

 

 

Lanjutan Lampiran 3
Fraksi 3

Fraksi 4

 

 

Lampiran 4 Contoh perhitungan aktivitas antioksidan
Panjang gelombang maksimum (λmax) 517.3 nm
Spektrofotometer Shimadzu UV-Vis 160

Ekstrak lutein bunga brokoli
Konsentrasi (µg/mL)
25
37.5
50

Inhibisi (%)
20.469
23.756
26.479

Kurva uji aktivitas antioksidan ekstrak lutein bunga brokoli

y = 14.55 + 0.240x
50 = 14.55 + 0.240x
x = 147.708
IC50 = 147.708 µg/mL