Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Jagung di Provinsi Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Peranan Jagung Pada Masyarakat
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman familia poaceae (Graminae).

Berwarna kuning, batang bulat, masif, tidak bercabang, tinggi kurang lebih 1,5
meter. Bunga majemuk berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di
ujung batang dan di ketiak daun, warna putih. Buah berbentuk tongkol, panjang 820 cm, warna hijau kekuningan.
Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas,
yaitu antara 580 LU – 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan
ketinggian 0 - 1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan
250-10,000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah
yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23 - 270 C. Jagung dapat tumbuh
pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Tanaman
ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan
pH tanah (keasaman tanah) antara 5,5 - 7 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Pupuk
urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini
dikarenakan pada umumya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam
budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap

hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak
100kg/ha dan KCl sebanyak 50kg/ha (Warisno, 1998).
Biji jagung kaya akan kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Sebagian besar berada pada

Universitas Sumatera Utara

9

endospermium. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih
rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung per 100 gram :
Kandungan Gizi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium

Fosfor
Ferrum
Vitamin A
Vitamin B1
Air

Nilai Kadar Gizi
355 kalori
9,2 gr
3,9 gr
73,7 gr
10 mg
256 mg
2,4 mg
510 SI
0,38 mg
12 gr

Sumber : http://pangan.litbang.pertanian.go.id


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural (furfural termasuk dalam sakarida
dan merangsang saraf lidah merasakan manis). Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Universitas Sumatera Utara

10

Zat gizi dan Manfaat yang terdapat pada jagung :
1. Serat
Memakan jagung yang masih segar, atau yang masih terdapat bonggolnya,

memberikan kepuasaan tersendiri. Selain rasa kenyang, rasa puas ini juga karena
kandungan serat yang tinggi pada jagung. Serat yang terdapat pada jagung
membantu memlihara kesehatan pencernaan. Penelitian terbaru menyebutkan
bahwa jagung mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus besar, serta dapat
diubah menjadi asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek ini
memberi energi pada sel–sel usus sehingga dapat menurunkan risiko yang
berhubungan dengan masalah pencernaan termasuk kanker usus besar. Untuk
mendapatkan manfaat serat, konsumsi jagung yang segar lebih disarankan
dibandingkan dengan jagung yang sudah dikalengkan.
2. Gula
Jagung memiliki kandungan yang rendah terhadap gula, selain itu indeks
glikemik untuk jagung sekitar 60 yang tergolong Indeks Glikemik sedang. Oleh
karena itu, konsumsi jagung bagi diabetisi tidak mempengaruhi kadar glukosa
darah. Konsumsi 1-2 cup jagung menunjukkan hasil yang baik terhadap glukosa
darah baik pada pada diabetisi tipe 1 maupun tipe 2. Hal ini juga dapat
dipengaruhi kandungan serat, protein, vitamin B kompleks yang terdapat pada
jagung, dimana zat-zat gizi tersebut bekerja sinergis menjaga kadar gula darah.
3. Magnesium dan Fosfor
Kandungan mineral magnesium dan fosfor pada jagung sangat baik untuk
mencegah kerusakan gigi. Magnesium menahan kalsium di dalam email gigi

sehingga gigi tetap kuat, sedangkan fosfor merupakan endapan awal untuk

Universitas Sumatera Utara

11

membentuk gigi. Kedua mineral ini juga memegang peranan penting terhadap
metabolisme di dalam tubuh. Fosfor dalam bentuk fosfat merupakan bagian
esensial dari DNA dan RNA , pembawa gen /keturunan di dalam inti sel.
Sementara itu magnesium bertindak sebagai katalisator (mempercepat) reaksi
yang berkaitan dengan sintesis, degradasi, dan stabilisasi bahan gen DNA.
4. Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi. Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang
melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan
dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun
faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena
memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam
makromolekul biologi
Warna kuning yang menjadi warna alami pada jagung mengandung

senyawa fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan, yaitu lutein and
zeaxanthin. Lutein and zeaxanthin dapat mengurangi risiko kanker dan tumor.
Kandungan mineral selenium dan mangan sangat berpotensi menangkal radikal
bebas yang menyerang tubuh.

Universitas Sumatera Utara

12

Tabel 2. Komposisi / Unsur Pangan Fungsional Jagung Dan Manfaatnya
Bagi Kesehatan.

Komposisi / Unsur
Pangan Fungsional
Jagung
Serat pangan/
dietary fiber
Asam lemak esensial
β-karoten


Manfaat Bagi kesehatan
Mengantisipasi kanker, menjaga kolesterol dan gula darah,
menurunkan hipertensi, Mengantisipasi obesitas, dll.
Tumbuhkembang sistem syaraf termasuk otak, dll.
Antikanker, antipenuaan, antihiperlipidemia, antithrombotik,
antivirus, antiangiogenic

(pro vitamin A)
Antosianin

Terkait pada penyakit jantung koroner, stroke, dll.

Asam amino esensial

Membangun hubungan silang protein (Lisin dan Triptofan)
(kolagen, elastin) dan biosintetis karnitin Prekusor serotonin /
nikotinamid (vit.B,) dll

Mineral
Ferum

Calium
Phosphor
Magnesium
Vitamin
B/Thiamin
B/Niacin
E
Asam folat
B12

Pembentukan sel darah merah, dll.
Pembentukan tulang, dll
Pemeliharaan pertumbuhan, kesehatan tulang, kesehatan
tulang normal
Mempertahankan denyut jantung normal dan kekuatan tulang
Menjaga kesehatan syaraf dan fungsi kognutif
Mengantisipasi penyakit pellagra
Antioksidan dan membantu pertumbuhan
Mengantisipasi kelahiran bayi tidak normal
Mencegah anemia


Sumber : Suarni dan Yasin; Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional.

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.
Jagung bisa menjadi bahan makanan pokok pengganti beras karena mempunyai
kandungan gizi yang hampir sama dengan beras. Beberapa olahan makanan yang
terbuat dari jagung : jagung rebus, jagung bakar, pop corn, pergedel jagung,
brondong jagung, kolak jagung, kripik jagung, sayur janten (jagung masih muda),
cake jagung, bubur jagung, puding jagung.

Universitas Sumatera Utara

13

Tabel 3. Perbandingan Kandungan Gizi Nasi Putih Dengan Jagung

Kandungan Gizi
Nilai Nutrisi per 100 gram

Karbohidrat
Serat
Lemak
Protein
Vitamin A
Thiamin (Vit. B1)
Riboflavin (Vit. B2)
Niacin (Vit. B3)
Vitamin C
Calcium
Iron
Phosphorus

Nasi Putih
Energi 130 kilokalori
28,59 g
0,3 g
0,21 g
8,7 g
0

0,167 mg
0,016 mg
1,835 mg
0 mg
3 mg
1,49 mg
37 mg

Jagung
Energi 150 kilokalori
11,4 g
0,4 g
0,6 g
6,8 g
30 RE (retional equivalent)
0,07 mg
0,04 mg
60 mg
3 mg
2 mg
0,3 mg
47 mg

Sumber : http://oxycjdw.co.id/artikel_kesehatan.php?no=23

Secara umum, memang kandungan gizi nasi putih dan jagung tidak
memiliki selisih yang banyak. Namun jika dibandingkan jenis kandungan gizinya,
jagung memiliki jenis nutrisi yang lebih lengkap dibandingkan nasi putih. Jagung
kaya akan vitamin A dan vitamin C yang tidak terkandung di dalam nasi putih.
Serat yang terkandung di dalam jagung juga lebih tinggi sehingga lebih
bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Lemak di dalam jagung sangat
dianjurkan untuk para penderita penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.
Jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat
diandalkan, karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan
secara tradisional, serta harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan
oleh petani. Di sisi lain, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku
berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak.
Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung
pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei dilapangan, penggunaan jagung

Universitas Sumatera Utara

14

sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10% untuk setiap
tahun.

Sementara itu industri lain khususnya industri makanan, juga masih

banyak membutuhkan jagung. Misalnya industri minyak jagung, industri gula
jagung, tepung maizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya
(Martodireso dan Widada, 2002).
Menurut Kartasapoetra, G (1985), pemasaran jagung terus mengalami
peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri
peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai
campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang
produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat.
Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan.
Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut tentu membuka peluang bagi
petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi
pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan
impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit
(Purwono dan Rudi, 2005).
Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya
penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan
varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan
penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011). Semua bagian jagung
sangat berfungsi untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dilihat dari pohon
industri jagung pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

15

1. PAKAN
2. KOMPOS

DAUN

KULIT
KELOBOT

1. PAKAN
2. KOMPOS
3. INDUSTRI
ROKOK

1. PAKAN
2. PANGAN
3. POP CORN
4. PUFF CORN

GRIT

JAGUNG

TEPUNG

BUAH
JAGUNG

JAGUNG
PIPILAN

PATI

1.
2.
3.

PAKAN
PANGAN
BAHAN BAKU INDUSTRI

1.
2.
3.
4.
5.

PAKAN
PANGAN
BAHAN BAKU INDUSTRI
GULA RENDAH KALORI
SIRUP

LEMBAGA

MINYAK

KULIT API

BAHAN BAKU

1.
2.
3.
4.
5.
6.

PAKAN
KOMPOS
BAHAN BAKAR
PULP
ARANG
TEPUNG ( UNTUK BAHAN
BAKU INDUSTRI
7. PENTOSA (BAHAN BAKU
FURFURIAL)

TONGKOL

RAMBUT
1. PAKAN
2. PULP
3. KERTAS
4. BAHAN
BAKAR

BATANG

Sumber : Anggiat, 2013
Gambar 1. Pohon Industri Jagung

Universitas Sumatera Utara

16

2.2

Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Indonesia
Pada

perkembangannya,

Indonesia

masih belum dapat

memenuhi

permintaan akan jagung. Berdasarkan data yang dihimpun dari Uncomtrade, pada
rentang waktu 1997 hingga 2013 Indonesia selalu melakukan import terhadap
jagung kecuali pada tahun 1998 seperti yang disajikan pada gambar 2.

Sumber : Lampiran 17

Gambar 2. Ekspor dan Impor Jagung Indonesia
Berdasarkan data tersaji dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu
untuk

memenuhi

kebutuhan

nasional.

Indonesia

rata-rata

mengimport

1,224,268 ton pada rentang 1997 hingga 2013. Import tertinggi pada tahun 2011
sebesar

3,207,657 dan import jagung terendah pada tahun 2005 sebesar 185,597

ton. Hampir sebagian besar jagung yang dihasilkan digunakan untuk bahan
makanan manusia, terutama dalam bentuk tepung, digiling atau dimasak seperti
beras atau dicampur dengan beras. Persentase kegunaan jagung di Indonesia
adalah 71,7 persen untuk bahan makanan manusia, 15,5 persen untuk makanan
ternak, 0,8 persen untuk industri, 0,1 persen untuk diekspor dan 11,9 persen untuk
kegunaan lain (Sudjana dkk.,1991).

Universitas Sumatera Utara

17

2.3

Konsep Permintaan dan Penawaran

2.3.1

Konsep Permintaan
Menurut Swastika. D. (1999), permintaan masyarakat terhadap barang

tertentu berarti ketersediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu,
pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang
tertentu terlalu tinggi maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut
relatif sedikit dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut
pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan oleh Desmizar dan Kasir,
(2003), menyebutkan bahwa bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan
sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan
lainnya tetap. Hukum permintaan menurut Mankiw (2003), menyatakan bahwa
bila harga barang naik/tinggi, maka jumlah barang yang dibeli akan menurun,
sedangkan bila harga rendah/turun maka jumlah barang yang dibeli akan
bertambah.

Unit dasar dari teori permintaan adalah konsumen individu atau

rumah tangga. Masing-masing individu dihadapkan pada sebuah pilihan dimana
keinginan individu yang tidak terbatas dibatasi oleh sumber daya yang terbatas
sehingga masing-masing individu melakukan pilihan untuk memaksimumkan
kepuasan.
Menurut Chiang. A. (2005), kurva permintaan dapat dibuat grafik seperti
yang ditunjukan gambar 3. Bentuk kurva permintaan di samping memiliki
kemiringan (slope) negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya
apabila harga turun, jumlah barang yang diminta bertambah atau sebaliknya
(ceteris paribus).

Universitas Sumatera Utara

18

Harga (P)

Kurva permintaan (D)

P1
P2

0

Q1

Q2

Jlh barang (Q)

Gambar 3. Kurva Permintaan
Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya,
pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga dimasa depan.

Dalam teori

permintaan dikemukakan Umar. H. (2008), bahwa tingkat permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, harga barang tersebut (relatif
terhadap harga barang-barang lainnya), dan selera. Seperti di kemukakan
sebelumnya, tingkat partisipasi konsumsi jagung menurun dengan meningkatnya
pendapatan.
Sukirno Sudono (2005), menyebutkan permintaan

seseorang

atau

sesuatu masyarakat ke atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor.
Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah :
1. Harga barang itu sendiri: Harga barang akan memengaruhi jumlah barang
yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan barang tersebut akan
meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan
menurun.

Universitas Sumatera Utara

19

2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut.
3. Pendapatan rumah tangga: Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh
seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa.
Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan
jasa juga semakin tinggi, Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka
kemampuan untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang
akan semakin turun.
4. Selera masyarakat: Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat
memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap
barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan
meningkat pula.
5. Jumlah penduduk: Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang
yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak,
maka barang yang diminta akan meningkat.
6. Perkiraan harga di masa depan: Apabila konsumen memperkirakan bahwa
harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang
dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila
konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen
cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. (Sukirno, 2005).
Menurut Pratama & Mandala (2002), teori permintaan bertujuan
menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan pada tingkat harga yang tidak berubah adalah:
1. Adanya

perubahan

tingkat

pendapatan

konsumen

dimana

dengan

meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu

Universitas Sumatera Utara

20

barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen
maka permintaan untuk barang tersebut berkurang.
2. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan
terhadap suatu komoditi akan meningkat.
3. Harga komoditi lain. Dilihat dari keeratan hubungan antar komoditi, komoditi
dapat digolongkan menjadi dua yaitu komoditi subsitusi dan komoditi
komplemen. Suatu kenaikan harga komoditi subsitusi dari suatu komoditi
akan membuat permintaan terhadap komoditi tersebut meningkat, dan
sebaliknya. Suatu penurunan harga komoditi komplemen dari suatu komoditi
akan menyebabkan jumlah permintaan komoditi tersebut meningkat dan
sebaliknya.
4. Selera konsumen terhadap suatu barang dapat mengalami perubahan yang
disebabkan oleh berubahnya pendapatan, umur, lingkungan dan sebagainya.
Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya kegemaran konsumen akan
suatu barang, sehingga permintaan meningkat, dapat pula berupa menurunnya
kegemaran sehingga permintaan berkurang.
Menurut Desai (2010) terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi
permintaan untuk komoditas pertanian, yaitu:
1. Harga Komoditas
Permintaan untuk produk permintaan dipengaruhi oleh harga komoditas.
Secara umum semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta.
2. Pendapatan
Pendapatan untuk komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh pendapatan
rumah tangga. Dalam banyak kasus semakin besar pendapatan akan semakin

Universitas Sumatera Utara

21

besar jumlah yang diminta. Namun tidak selalu benar dalam komoditaskomoditas pertanian. Hal ini disebabkan sebagian besar produk pertanian
merupakan kebutuhan hidup dan permintaan dibatasi oleh perut. Peningkatan
pendapatan dapat saja tidak meningkatkan permintaan komoditas. Disisi lain,
peningkatan pendapatan diatas tingkat tertentu akan membuat penurunan pada
permintaan produk-produk pertanian.
3. Harga barang-barang terkait
Permintaan juga dipengaruhi oleh perubahan harga pada komoditas yang
terkait. Pada beberapa kasus permintaan untuk suatu komoditas akan
meningkat dikarenakan meningkatnya harga komoditas lain (pada kasus
subsitusi yang dekat) pada kasus lain permintaan suatu komoditas dapat
menurun disebabkan harga komoditas lain meningkat (pada kasus barang
komplementer).
4. Rasa, kebiasaan, dan trend
Permintaan untuk barang-barang pertanian juga dipengaruhi oleh rasa,
kebiasaan dan trend yang berkembang di masyarakat pada suatu waktu yang
bersifat sementara.
Apabila dinyatakan dalam bentuk matematis menurut Dowling. E, (1980)
dapat ditulis :
Qd = f (H, Hs, Hk, Y, t) ...........................................................................( 1)
dimana :
Qd

= Jumlah barang yang diminta.

H

= Harga barang yang bersangkutan.

Hs

= Harga barang substitusi.

Universitas Sumatera Utara

22

Hk

= Harga barang komplementer.

Y

= Pendapatan konsumen.

t

= Selera (taste), biasanya faktor ini dihilangkan karena sulit untuk
mengukurnya secara kuantitatif.
Dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan nilainya

tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama.
Diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada
periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga
barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang
dipekirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara
variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu (Winardi,
1976).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, jumlah penduduk, dan
pendapatan per kapita.
2.3.2

Konsep Penawaran
Penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang

dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan
bahwa bila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah sebaliknya bila
harga turun jumlah yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun
jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2013). Menurut
Pratama & Mandala (2002) penawaran merupakan jumlah barang yang produsen
tawarkan pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Menurut
Suryana (2003), hukum penawaran menunjukkan bahwa semakin tinggi harga

Universitas Sumatera Utara

23

suatu komoditas, semakin besar jumlah komoditas yang akan ditawarkan,
sebaliknya semakin rendah harga suatu komoditas, semakin sedikit pula jumlah
komoditas.
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara
harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Contoh dari kurva
penawaran disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Penawaran
Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami
kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi
penurunan penawaran barang. Kenaikan harga menyebabkan penurunan
penawaran. Sehingga ketika diperkirakan harga di masa depan naik, maka penjual
akan mengurangi jumlah barang yang dijualnya.
Menurut Agus (2011), secara matematis, fungsi penawaran dapat ditulis
sbb:
Qs = f (H1, H2, B, t) ..................................................................................(2)
dimana :
Qs = jumlah barang yang ditawarkan
H1 = harga barang yang ditawarkan

Universitas Sumatera Utara

24

H2 = harga barang lain
B = budget (anggaran)
t = teknologi
Menurut Pratama & Mandala (2002), Beberapa faktor yang mempengaruhi
penawaran suatu barang antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain
yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, tekonologi produksi, jumlah
pedagang/penjual, tujuan perusahaan, kebijakan pemerintah. Menurut Sukirno
(2005), sampai dimana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada
berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor. Diantaranya yang
terpenting adalah :
a) Harga barang itu sendiri: apabila harga barang yang ditawarkan mengalami
kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat.
Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan
penjual juga akan turun.
b) Harga barang-barang lain: apabila harga barang pengganti meningkat maka
penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap,
konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan,
karena harganya lebih rendah.
c) Biaya produksi: biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan
dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk
gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila
biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan
tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam
jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi.

Universitas Sumatera Utara

25

Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan
produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat.
d) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut: perusahaan yang bertujuan mencari
keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya
dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika
perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan
menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah
sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
e) Tingkat teknologi yang digunakan: kemajuan teknologi sangat berpengaruh
terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih
modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa.
Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya
produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan
jumlah yang banyak, Nachrowi dan Usman, ( 2006).
Swastika (1999), penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh penawaran
tahun sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea tahun
sebelumnya.

Tambunan

(2003)

menjelaskan

bahwa

faktor-faktor

yang

mempengaruhi penawaran adalah luas areal panen, cuaca dan faktor-faktor lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, harga jagung periode
sebelumnya, dan luas areal panen.

Universitas Sumatera Utara

26

2.4

Penelitian Terdahulu
Prayudi (2009). “Analisis Penawaran dan Permintaan Jagung di Sulawesi

Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku penawaran dan permintaan jagung di Sulawesi Selatan
terutama. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengambil
sampel 12 kabupaten sebagai wilayah sentra dan wilayah pengembangan produksi
jagung. Perilaku luas areal jagung pada wilayah pengembangan lebih dipengaruhi
oleh tingkat fluktuasi harga jagung yang dihadapinya, sedangkan pada wilayah
sentra lebih dipengaruhi oleh luas panen tahun sebelumnya. Sebaliknya terjadi
pada perilaku produktivitas jagung dimana peubah utama yang berpengaruh pada
wilayah sentra adalah harga jagung, sedangkan pada wilayah pengembangan
adalah tingkat produktivitas tahun sebelumnya. Permintaan jagung untuk
konsumsi langsung masyarakat dipengaruhi oleh harga jagung, jumlah penduduk,
krisis moneter, serta tingkat permintaan tahun sebelumnya. Sedangkan permintaan
jagung untuk pakan ternak hanya dipengaruhi oleh harga dedak. Perilaku harga
jagung di Sulsel dipengaruhi oleh harga ekspor jagung dan harga jagung tahun
sebelumnya. Luas areal jagung di wilayah sentra tidak responsif terhadap
harganya dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang.
Sedangkan pada wilayah pengembangan responsif baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Perilaku produktivitas pada kedua wilayah tidak
responsif terhadap perubahan harganya. Penawaran jagung di Sulsel cukup
responsif terhadap perubahan harga jagung baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Diperkirakan di masa depan tingkat penawaran jagung lebih
tinggi dibanding tingkat permintaannya.

Universitas Sumatera Utara

27

Isna (2010). “Analisis Permintaan Jagung Di Kabupaten Klaten”. Metode
dasar yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitis. Pengambilan
lokasi penelitian secara sengaja (purposive). Kabupaten Klaten digunakan sebagai
lokasi penelitian didasarkan pada permintaan jagung yang selalu meningkat.
Model ini memiliki nilai R2 sebesar 0.884 yang berarti sebesar 88,4% permintaan
jagung di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung, beras,
ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk, sedangkan
sisanya 11,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F
variabel harga jagung,beras, ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan
jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung
di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung dan jumlah
penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat
kepercayaan 99%. Variabel harga ketela pohon dan pendapatan perkapita
berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat kepercayaan 95%.
Sedangkan variabel harga beras dan kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap
permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Jumlah penduduk merupakan variabel
yang paling berpengaruh terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten.
Claudya (2008), melakukan analisis permintaan jagung di Kabupaten Blora ,
Jawa Tengah menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS). Dimana mempelajari
hubungan harga jagung, harga ubi kayu, dan jumlah penduduk. Kesimpulan yang
didapat adalah harga jagung, harga ubi kayu dan jumlah penduduk berpengaruh
nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Susanto (1999). “Analisis penawaran dan permintaan jagung di Indonesia
tahun 1976-1997”. Penelitian yang dilakukan oleh bertujuan untuk mempelajari

Universitas Sumatera Utara

28

faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia.
Melalui pendekatan ekonometrika yang dirumuskan dalam model linier
persamaan yang terdiri dari 5 persamaan struktural yaitu : (1). Persamaan luas
areal jagung, (2). Persamaan harga provenue, (3). Persamaan produksi jagung, (4).
Persamaan Import dan, (5). Persamaan permintaan jagung serta persamaan
keseimbangan yaitu jumlah permintaan sama dengan jumlah produksi dalam
negeri ditambah impor.
Maina (2014). “Permintaan dan penawaran jagung di Provinsi Aceh”.
Permintaan jagung di Provinsi Aceh mempunyai potensi yang terus meningkat.
Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan peningkatan konsumsi jagung
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan adanya peningkatan industri
pakan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi
Aceh adalah harga jagung itu sendiri, harga beras, jumlah penduduk dan
pendapatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah harga jagung, luas
areal dan produktivitas jagung dapat mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi
Aceh. Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model persamaan
regresi linier berganda dengan bantuan Software SPSS versi 16.0. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel dependen jumlah
penawaran jagung (Qsj) dan jumlah permintaan jagung (Qdj) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independent harga jagung (Pj). Luas
areal panen jagung (La) dan harga jagung periode sebelumnya (pt),
mempengaruhi penawaran jagung. Pendapatan per kapita (lk), jumlah penduduk
(Jp) mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan jagung.

Universitas Sumatera Utara

29

Naomi (2010), melakukan penelitian permintaan jagung di Kabupaten Buro
Provinsi Maluku. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku dengan metode regresi
berganda. Berdasarkan hasil penelitiaannya di dapat bahwa harga jagung, dan
pendapatan per kapita, jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan
jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku. Permintaan jagung hanya tidak
dipengaruhi oleh impor jagung.
Swastika (1999), “Penerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan
Permintaan Jagung di Indonesia”. Penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh
harga jagung periode sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan
harga pupuk urea tahun sebelumnya. Permintaan dipengaruhi oleh permintaan
sebelumnya, harga komoditi tahun sekarang, pendapatan per kapita tahun
sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang. Keseimbangan penawaran dan
permintaan beras di Indonesia adalah konvergen atau stabil.
Astria (2014). “Permintaan dan Penawaran Jagung di Indonesia periode
1990-2005”. Dalam penelitian ini akan dianalisa: (1) faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran jagung di Indonesia; (2) seberapa besar
dampak faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan penawaran jagung di
Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
permintaan jagung, jumlah penawaran jagung, harga jagung, harga beras,
pendapatan perkapita, luas areal, dan upah buruh. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder periode 1990-2005 yang diperoleh dari
BPS, FAO dan sumber-sumber lainnya. Metode penelitian yang digunakan untuk
mempelajari pola permintaan dan penawaran ini menggunakan metode

Universitas Sumatera Utara

30

ekonometrik TSLS. Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji koefisien determinasi (R2), uji t-statisik, uji f-statisik, uji
multikolinearitas, uji Durbin-Waston. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
variabel harga jagung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan
jagung dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung.
Harga beras sebagai produk substitusi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap permintaan jagung. Variabel pendapatan perkapita juga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Variabel luas areal jagung
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung. Sedangkan
variabel upah buruh berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penawaran
jagung.

2.5

Kerangka Pemikiran
Komoditas jagung sebagai komoditas ekonomis mempunyai sistem

permintaan jagung dan sistem penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara,
Permintaan dan penawaran disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
masing-masing. Kedua hal ini sangat terkait satu dengan yang lainnya, permintaan
jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para
konsumen pada berbagai tingkat harga dimana permintaan dipengaruhi oleh harga
jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita di Sumatera Utara.
Penawaran jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Penawaran
dipengaruhi harga jagung, harga jagung pada tahun sebelumnya dan luas panen
Jagung. Secara sistematis kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara

31

Penawaran
Jagung
(Qs)

Permintaan
Jagung
(Qd)

a.
b.
c.

Harga jagung (HJG)
Jumlah penduduk
(JPSU)
Pendapatan per kapita
(PKP)

Keterangan :

a.
b.
c.

Harga jagung (HJG)
Harga jagung periode
sebelumnya (HJG (-1))
Luas areal panen (LPJ)

: Variabel Terikat
: Variabel Bebas
: Mempengaruhi

Gambar 5. Sistematika Penelitian
2.6

Hipotesis Penelitian

1. Harga Jagung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan per kapita Mempengaruhi
Permintaan Jagung Provinsi Sumatera Utara. Harga jagung berpengaruh
negatif terhadap permintaan. Jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita
berpengaruh positif terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara.
2. Harga Jagung, harga jagung priode sebelumnya dan luas areal panen jagung
berpengaruh terhadap penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara Harga
jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran, harga
jagung periode sebelumnya dan luas panen jagung berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara