Kadar Asam Lemak Kaproat dan Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Pakan Tambahan Serbuk Akar Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn)

!"

Ari Senjaya.D14060557.2012.
#
$ % % &
' ( #
(%'($)$) *$*
%+)
&
, )+ ) &
%+ +*& &
(% ,
. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Bagus P Purwanto, M.Agr
Susu kambing memiliki kandungan gizi lebih tinggi dari susu sapi. Konsumsi
susu kambing di Indonesia masih rendah karena produksi susu masih sedikit dan
aroma khas atau "goaty" kambing tinggi yang membuat konsumen kurang
menyukainya. Penambahan serbuk akar Som Jawa sebanyak 5% pada susu olahan
dapat mengurangi aroma khas kambing. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar

asam lemak kaproat dan komposisi susu kambing Peranakan Etawah yang diberi
pakan tambahan serbuk akar Som Jawa (
Gaertn). Kambing
Peranakan Etawah diberi tambahan serbuk akar Som Jawa dengan level berbeda.
Kambing yang digunakan sebanyak 12 ekor dan mempunyai masa laktasi sama yaitu
pada bulan Maret. Dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat produksi
susu kelompok A = 0,5 – 1 liter; kelompok B = 1 – 1,5 liter; kelompok C = 1,5 – 2
liter. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0% = konsentrat + 0 gram serbuk akar Som Jawa; 2%
= konsentrat + 14 gram serbuk akar Som Jawa; 4% = konsentrat + 28 gram serbuk
akar Som Jawa; dan 6% = konsentrat + 14 gram serbuk akar Som Jawa. Peubah yang
diamati meliputi konsumsi pakan konsentrat, konsumsi pakan hijauan, kecernaan
pakan, produksi susu kambing, berat jenis susu kambing, bahan kering susu
kambing, kadar lemak susu kambing, dan asam lemak kaproat. Berdasarkan hasil
yang diperoleh penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan konsentrat dan konsumsi pakan
hijauan, semakin tinggi level pemberian serbuk akar Som Jawa pada pakan
konsentrat maka tingkat konsumsi pakan konsentrat dan konsumsi hijauan kambing
Peranakan Etawah semakin menurun. Penambahan serbuk akar Som Jawa pada
pakan konsentrat tidak berpengaruh terhadap kecernaan pakan dan tingkat produksi

susu. Penambahan serbuk akar Som Jawa tidak mempengaruhi kadar lemak dan
bahan kering susu kambing namun penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan
konsentrat berpengaruh terhadap berat jenis susu. Penambahan serbuk akar Som
Jawa pada pakan konsentrat berpengaruh terhadap asam lemak kaproat, namun pada
level penambahan 4% kadar asam lemak kaproatnya lebih kecil dibandingkan level
2% dan 6%, sehingga penambahan serbuk akar Som Jawa level 4% pada pakan
konsentrat dapat mengurangi bau prengus atau
pada susu kambing.
Kata-kata kunci : susu kambing Etawah, Som Jawa, asam lemak Kaproat

i

.
#

$ %

% &
' (
)+ ) &


#

(%'($)$) *$*
%+)
%+ +*& &
(%

&

, -

,

Senjaya. A., Atabany. A and Purwanto. B. P
Goat milk has a higher nutrient content than cow's milk. Goat milk
consumption in Indonesia is still low because milk production is still small and
distinctive aroma or "goaty" high goat that makes consumers less like it. The addition
of Java Som root powder as much as 5% in dairy products can reduce the typical
goat smell, but when powdered root of Java Som used as additional feed goats. This

study aims determine levels of fatty acids kaproat and milk composition of
Peranakan Etawah goats fed with additional powdered root of Java Som (
Gaertn). Peranakan Etawah goats were given an additional root powder
with different levels of Java Som. Goats are used as much as 12 tails and have the
same lactation period is in March. Grouped into 3 groups according to level of milk
production. Experimental design used was Randomized group design with 4
treatment level is 0% = concentrate + 0 grams of powder Som Java roots; 2% =
concentrate + 14 grams of powder Som Java roots; 4% = concentrate + 28 grams of
powder Som Java roots; and 6% = concentrate + 42 grams of powder Som Java
roots. Observed variables include consumption of concentrate feed, forage feed
intake, digestibility of feed, the production of goat milk, goat's milk specific gravity,
dry matter goat milk, goat's milk fat content and fatty acid kaproat. Based on the
results obtained by the addition of powdered roots of Java Som concentrate on feed
intake affect the level of concentrate feed and forage feed intake, the higher the level
of Java Som root powder in the concentrate feed rate of concentrate feed
consumption and Peranakan Etawah goats forage consumption decreases. The
addition of Java Som root powder in concentrate feed had no effect on feed
digestibility and milk production level. The addition of Java Som root powder did
not affect the levels of fat and dry matter but the addition of goat milk powder on the
roots of Java Som concentrate feed affects the specific gravity of milk. The addition

of Java Som root powder in concentrate feed kaproat effect on fatty acids, but at the
level of additional 4% fatty acid levels kaproatnya smaller than the level of 2% and
6%, so the addition of powdered roots of Java Som Level 4% in the concentrate feed
can reduce the odor prengus or goaty on goat's milk.
:

ii

"/!0!112

& )'$) ) ) % *' & $ 3 - $ * $
% %' (3 - 3
4
&
&*3 $
&
$)*
)
( (


* *&
' #

!"

iii

*#*3

5

%

#

5

$ %

(%


&
,

)

4

% &

' (

, -

#
)+ )

&

(%'($)$) *$*

%+)
%+ +*& &

5 "/!0!112

*4*)6
%+)%+)

7

% 6

%+)%+)

7 7
*$
* , (6 7
7 "90!!1!: "9;0!: " !!:

7 8(

+
6 7 )
7 "90/!1 " "991" " !!

*
3%*

(87

3 4)

5"

(#*&$)

7

( 6

'


-*)5
% 6
& (3( )

&

7 . < *%
)6 7
7 <
7 "919" " "9;0!: " !!/

* ) !"

3 *3*$5 "

* ) !"
iv

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1988 di Tasikmalaya, sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Guruh Maha Awan, Mpd dan
Tatat Tarwiyah, Spd. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SDN VII
Singaparna. Pendidikan menengah tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2003 di
SLTPN 1 Singaparna. Pendidikan menengah tingkat atas berhasil diselesaikan pada
tahun 2006 di SMAN 3 Tasikmalaya. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor
(USMI) pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB periode tahun 2007-2008
sebagai Staff Politik dan Advokasi Kajian Strategis dan Badan Eksekutif Mahasiswa
Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (BEM-KM IPB) periode tahun 2008-2009
sebagai Staff Kebijakan Nasional dan Ketua Garda IPB. Penulis aktif di organisasi
mahasiswa daerah (OMDA) yang bernama Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya
Institut Pertanian Bogor (HIMALAYA-IPB) periode tahun 2008-2009 sebagai Ketua
Umum .

v

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis memperoleh
kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Skripsi yang berjudul
=

#

$ %

, -

% &
)+ )

' (
&

#

(%'($)$)
%+ -

+*&

*$*
&

%+)
(%

&
,

> merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pemanfaatan kambing sebagai penghasil susu di Indonesia umumnya masih
terbatas pada kalangan tertentu sehingga belum banyak masyarakat yang
mengkonsumsinya. Susu kambing mempunyai aroma yang khusus atau “goaty” yang
disebabkan oleh kadar asam lemak kaproat yang lebih tinggi dari pada susu sapi.
Konsumen menginginkan susu kambing yang tidak berbau goaty. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai penurunan aroma goaty ada
susu kambing.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca.
Karya kecil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap kemajuan dunia
Peternakan di Indonesia.
Bogor, Januari 2012

Penulis

vi

RINGKASAN ...........................................................................................

3 %
i

ABSTRACT ..............................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..............................................................................

vi

DAFTAR ISI .............................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xi

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ..............................................................................
Tujuan ............................................................................................

1
1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

2

Kambing Peranakan Etawah .........................................................
Konsumsi Pakan ................................................................
Kecernaan Pakan ...............................................................
Kecernaan Bahan Kering Pakan ........................................
Sistem Pencernaan Ruminansia .....................................................
Susu Kambing ................................................................................
Produksi Susu Kambing ......................................................
Komposisi Susu Kambing ..................................................
Berat Jenis Susu Kambing ......................................
Lemak Susu Kambing .............................................
Bahan Kering Susu Kambing .................................
Asam Lemak Susu Kambing ..................................
Som Jawa (
Gaertn) ......................................

2
3
4
5
5
6
6
10
13
13
13
14
16

MATERI DAN METODE ........................................................................

19

Lokasi dan Waktu ..........................................................................
Materi ............................................................................................
Bahan ..................................................................................
Alat .....................................................................................
Ternak .................................................................................
Pakan ...................................................................................
Kandang ..............................................................................
Prosedur .........................................................................................
Proses Pembuatan Serbuk Akar Som Jawa ........................
Pemberian Pakan ................................................................

19
19
19
19
19
20
20
21
21
21
vii

Perhitungan Konsumsi Pakan .............................................
Perhitungan Kecernaan Bahan Kering Pakan ....................
Pengamatan Produksi Susu ................................................
Analisis Kandungan Nutrisi ..............................................
Analisis Kandungan Asam Lemak ....................................
Rancangan dan Analisis Data ........................................................

21
21
22
22
23
24

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

25

Konsumsi Pakan ..........................................................................
Konsumsi Pakan Konsentrat ..............................................
Konsumsi Pakan Hijauan ..................................................
Kecernaan Bahan Kering Pakan ....................................................
Produksi Susu Kambing .................................................................
Komposisi Susu Kambing ..............................................................
Berat Jenis ..........................................................................
Bahan Kering ......................................................................
Kadar Lemak ......................................................................
Asam Lemak ........................................................................

25
25
26
26
27
28
28
29
30
31

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

31

Kesimpulan ....................................................................................
Saran .............................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

33

LAMPIRAN .............................................................................................

36

viii

(%(

3 %

1. Komposisi Susu Kambing ...................................................................

11

2. Komposisi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI ...................................

11

3. Komposisi Susu pada Berbagai Ternak dan Manusia .........................

12

4. Perbandingan Asam Lemak Susu Kambing dan Susu Sapi ................

14

5. Rataan Konsumsi Pakan Konsentrat, Konsumsi Pakan Hijauan dan
Kecernaan Pakan ............................................................................... ..

25

6. Rataan Produksi Susu dan Komposisi Susu ........................................

27

(%(

3 %

1. Kambing Peranakan Etawah ...............................................................
2. Som Jawa (

2

Gaertn) ...........................................

16

3. Kambing Penelitian .............................................................................

19

4. Kandang Kambing Penelitian ..............................................................

20

x

(%(

3 %

1. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan Konsentrat .................................

37

2. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan Hijauan ......................................

37

3. Hasil Sidik Ragam Kecernaan Pakan ...................................................

37

4. Hasil Sidik Ragam Produksi Susu Kambing ........................................

37

5. Hasil Sidik Ragam Berat Jenis Susu Kambing ....................................

37

6. Hasil Sidik Ragam Kadar Lemak Susu Kambing ................................

37

7. Hasil Sidik Ragam Bahan Kering Susu Kambing ................................

38

8. Hasil Sidik Ragam Asam Lemak Kaproat Susu Kambing ..................

38

9. Kurva Produksi Susu ...........................................................................

39

3 &
Susu merupakan sumber nutrisi lengkap yang banyak di konsumsi oleh
manusia sejak balita sebagai pengganti air susu ibu sampai dewasa. Susu kambing
merupakan salah satu susu yang diminati oleh masyarakat. Konsumsi susu kambing
masih dalam jumlah yang terbatas, karena susu kambing belum banyak di produksi
dan kurang dikenal. Sumbangan susu kambing dalam produksi susu di dunia baru
1,5% dari produksi susu keseluruhan. Pemanfaatan kambing sebagai penghasil susu
di Indonesia umumnya terbatas pada kalangan tertentu saja (Tahahar

1996).

Selain itu, produksi susu kambing yang dihasilkan masih sangat beragam yaitu 0,45
– 2,2 kg/ekor/ atau 0,5 – 1,5 liter/ekor/hari (Tahahar

1996) dan 0,47 – 1,09

kg/ekor/hari (Yulistiani, 1999)
Susu dikonsumsi dalam bentuk susu segar maupun dalam bentuk susu olahan.
Produk-produk susu yang beredar di pasaran, sebagian besar merupakan produk susu
yang berbahan baku sapi. Produk-produk susu yang berbahan baku susu kambing
masih relatif sedikit. Susu kambing mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari pada
susu sapi. Salah satu hal yang menyebabkan konsumsi susu kambing relatif rendah
adalah bau khasnya atau ‘goaty’. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
konsumsi susu kambing adalah dengan menganekaragaman produk olahan susu yang
berbahan baku susu kambing. Hal itu tidak cukup, karena konsumen menginginkan
susu kambing yang beraroma goaty dapat dikurangi setelah proses pemerahan.
Penambahan pakan tambahan berupa serbuk akar Som Jawa diharapkan dapat
mengurangi aroma goaty susu kambing setelah pemerahan. Pakan serbuk Som Jawa
ini belum diteliti pengaruhnya terhadap pakan kambing Peranakan Etawah. Menurut
Syawal (2002), penambahan ekstrak akar Som Jawa dapat mengurangi bau khas susu
kambing, setelah diberi penambahan 5% ekstrak Som Jawa pada susu olahan.

*4*
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak kaproat dan
komposisi pada susu kambing Peranakan Etawah yang diberi pakan tambahan serbuk
akar Som Jawa (

Gaertn).

1

%+)

&

, -

Kambing termasuk hewan ruminansia kecil yang pada awalnya diternakan
dengan tujuan untuk diambil dagingnya (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Kambing
Peranakan Etawah merupakan persilangan antara kambing Etawah dan kambing
Kacang, sehingga mempunyai sifat-sifat di antara tetuanya. Ciri-ciri Kambing
Peranakan Etawah merupakan perpaduan dari ciri-ciri kambing Etawah dari India
dan kambing lokal atau kambing kacang. Namun ciri-ciri spesifiknya lebih ke
kambing Etawah asal India yang mempunyai cirri seperti masih adanya gelambir,
muka cembung serta telinganya panjang, lebar dan terkulai (Moeljanto dan Wiryanta,
2002). Menurut PEMKAB Purworejo (2006) Kambing jenis ini mudah berkembang
dengan baik di daerah berhawa dingin, berbadan besar warna bulu beragam yaitu
belang putih, merah coklat, bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian
belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang. Mempunyai berat badan 40,2 kg
untuk betina dewasa sedangkan jantan dewasa 60 kg (PUSLITBANGNAK,2007)

Gambar 1. Kambing Peranakan Etawah

Bangsa Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah
kambing PE (Peranakan Etawah). Sebagian besar kambing PE mempunyai sifat
mendekati sifat kambing Etawah dan sebagian lainnya mendekati sifat kambing
kacang (Atabany, 2001). Kambing PE termasuk penghasil susu dan daging atau
dwiguna (Davendra dan Burns, 1994).

2

( $*%$)

&

Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang kompleks, yang meliputi
mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan
mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan
dimetabolisme. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh
hewan bila makanan tersebut diberikan dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi.
1999). Tingkat konsumsi atau

!

"

(VFI) diartikan sebagai jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan makanan tersebut diberikan
#

(Parakkasi, 1995).
Kambing merupakan jenis ruminansia yang lebih efisien daripada domba dan

sapi. Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak untuk
ukuran tubuhnya yaitu 3-7%. Kambing juga lebih efisien dalam mencerna pakan
yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan sapi dan domba (Atabany,
2002). Kambing merupakan pemakan yang lahap dengan pakan yang beragam dari
tanaman lunak dan semak sampai kulit pohon. Kambing yang mendapat tambahan
konsentrat sebaiknya diberikan dalam bentuk kasar atau digiling kasar karena
kambing tidak suka pakan yang digiling halus dan berdebu. Tipe dan jumlah pakan
harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pemeliharaan. Pemberian konsentrat
diperlukan, akan tetapi jangan terlalu banyak karena akan menyebabkan kegemukan
(Atabany, 2002).
Pakan utama kambing perah adalah hijauan. Baik berupa rumput, limbah
pertanian maupun daun-daunan. Rumput untuk kambing berupa rumput liar (gulma)
yang disabit dapat berupa rumput budidaya, misalnya rumput Gajah, rumput
Benggala, rumput Setaria dan rumput Raja. Limbah pertanian yang bisa dikonsumsi
kambing adalah daun dan batang kacang tanah, jagung, ubi jalar dan singkong.
Limbah pertanian yang tidak disukai kambing adalah jerami padi. Hijauan berupa
daun-daunan yang dikonsumsi kambing adalah daun lamtoro, waru, albisia,
kaliandra, nangka (Atabany, 2002).
Ternak diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan atau tanpa bahan
pakan campuran lainnya. Devendra dan Burns (1994) dan Reksohadiprodjo (1985)
menyebutkan bahwa kambing membutuhkan bahan kering 3-5% dari bobot badan
per hari. Kambing PE mengkonsumsi bahan kering perhari setara dengan 3,7 % dari

3

bobot hidupnya. Seekor kambing dengan berat badan 40 kg dan berproduksi 2 liter
perhari diberikan 5 kg hijauan dan 0,5 - 1,0 kg konsentrat. Kadang – kadang kambing
sedang laktasi diberikan hijauan secara

#

dan konsentrat yang mengandung

protein kasar 16% sebanyak 0,5% kg per ekor per hari. Persentasi pakan hijauan dan
konsentrat agar diperoleh ransum yang murah dan koefisien cerna yang tinggi
digunakan perbandingan pakan hijauan 60% dan konsentrat 40% (Atabany, 2002).
Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme
dalam tubuh (Sutardi, 1981). Konsumsi pakan pada umumnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat palatabilitas terhadap suatu bahan pakan. Menurut Scott

. (1982)

palatabilitas adalah rasa pakan itu sendiri. Secara umum palatabilitas dipengaruhi
terutama oleh rasa, bau dan warna makanan.
Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati
pakan, proses bekerjanya indra hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan
proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari
jumlah konsumsi, Konsumsi pakan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya
cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah. Iklim yang sangat
ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan. Apabila iklim panas maka
konsumsinya akan menurun, senaliknya apabila iklim dingin maka jumlah
konsumsinya akan meningkat (Tomaszewska
<

. 1991)
&

Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
pakan dalam alat pencernaan. Proses tersebut meliputi, pencernaan mekanik,
pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif. Proses pencernaan mekanik terjadi
di mulut oleh gigi sehingga bahan pakan yang dikunyah menjadi berukuran kecil di
dalam perut dan dicerna oleh usus. Bahan makanan diuraikan menjadi molekul yang
sangat sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh hewan
tersebut dan hal ini merupakan proses pencernaan hidrolitik (Sutardi, 1981).
Pada umunnya pakan yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi
mempunyai daya cerna rendah. Daya cerna semu (

#

) merupakan

banyaknya zat yang terkonsumsi yang tidak didapatkan didalam feses. Jumlah zat
makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan mengalikan kandungan zat

4

makanan dalam bahan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi, begitu juga untuk
menghitung zat makanan yang terdapat dalam feses. (Parakkasi,1995)
<

-

)

Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh hewan selama satu hari perlu
diketahui untuk dapat mengetahui kebutuhan hewan akan zat makanan yang
dikonsumsi untuk pertumbuhan, hidup pokok dan reproduksi. Kecernaan dinyatakan
dalam bahan kering dan dalam persen adalah koefisien cerna (Tilman

., 1986).

Tingkat kecernaan adalah usaha untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang
diserap oleh saluran pencernaan (Anggordi, 1990). Bagian yang dapat dicerna adalah
selisih antara zat-zat makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang
dibuang bersama feses. Pengukuran daya cerna adalah suatu usaha untuk
meningkatkan jumlah zat makanan dari bahan pakan yang diserap dalam saluran
pencernaan. Nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan yang
dipengaruhi oleh komposisi kimiawi, pengolahan bahan makanan, jumlah pakan dan
jenis hewan (Maynard

1979)
)$ %

<

*%)

$)

Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan
yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan,
penerimaan dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya melalui tubuh
(saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus serta bertanggung
jawab juga atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan makanan yang tidak terserap
(Parakkasi, 1983). Pencernaan didefinisikan sebagai salah suatu rangkaian perubahan
fisik dan kimia yang dialami oleh bahan pakan di dalam alat pencernaan (Tilman
1991).
Proses Pencernaan pada ternak ruminansia relative lebih komplekss
dibandingkan dengan ternak monogastrik, hal ini disebabkan ruminansia mempunyai
2 jenis lambung yaitu lambung depan (reticulum, rumen dan omasum) dan lambung
sejati (abomasum). Pencernaan pada ternak ruminansia meliputi pencernaan
mekanik, fermentative dan hidrolitik. Pencernaan di lambung depan berjalan secara
fermentatif oleh mikroba rumen sedangkan pencernaan di lambung sejati terjadi
secara hidrolitis oleh enzim-enzim pencernaan induk semang. Hasil pencernaan

5

fermentatif dalam rumen berupa

!

$

(VFA), NH3, metan (CH4) dan

CO2. VFA yang dihasilkan sebagian langsung diserap melalui dinding rumen. VFA
diantaranya terdiri atas asam asetat, 75% dari VFA yang dihasilkan diserap rumenretikulum yang kemudian masuk kedalam darah (Parakkasi, 1999)
*$*

%+)

Sama halnya dengan sapi, ternak kambing dapat menghasilkan cairan yang
disebut susu yang disekresikan melalui ambing. Menurut Dewan Standarisasi
Nasional (1998), susu kambing mengacu pada SNI 01-3141-1998 tentang susu segar
adalah susu yang berasal dari ambing induk kambing yang sehat dan diperoleh
dengan cara yang benar. Susu kambing merupakan hasil sekresi dari ambing
kambing sebagai makanan anaknya. Susu kambing menururt Moeljanto dan
Wiryanta (2002) mengandung asam kaprilat yang berfungsi sebagai untuk
menanggalkan sel kulit yang sudah mati sehingga susu kambing banyak dipakai
untuk sabun mandi yang berguna bagi kesehatan. Selain itu juga mengandung protein
pemulih yang biasa disebut liposeme yang mudah diserap oleh kulit dan mengandung
vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan lemak. Susu kambing mempunyai
bermacam-macam manfaat yang lebih besar dari pada susu sapi dan telah lama
diakui oleh para dokter untuk dimanfaatkan oleh mereka yang mengalami gangguan
pencernaan (Blakely dan Blade, 1991)
(#*&$) *$*

%+)

Selain dikenal sebagai kambing bertipe besar, kambing Peranakan Etawah
(PE) dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,42 – 2,2 liter
per hari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari (DITJENNAK, 1986). Produksi
susu kambing di Asia Tenggara sebesar 28,8% dari daerah tropis dan untuk seluruh
daerah tropis merupakan 68,8% dari produksi total susu kambing di dunia (Devendra
dan Burns, 1994).
Peningkatan produksi susu yang tidak diimbangi oleh peningkatan konsumsi
pakan pada awal laktasi mengakibatkan ternak akan memobilisasi cadangan nutrisi
tubuhnya sehingga terjadi penyusutan bobot tubuh selama laktasi untuk produksi
susu. Produksi ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan manajemen yang

6

baik, seperti pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang berkualitas
(Atabany, 2002).
Faktor- faktor pengontrol produksi susu, baik kualitas maupun kuantitasnya, yaitu
sebagai berikut : (Devendra dan Burns, 1994).
a.

Variasi Antar jenis Kambing. Berkembang aneka jenis atau bangsa kambing,
dengan aneka karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Misalnya
kambing Kacang sebagai kambing potong, kambing Etawah sebagai kambing
tipe dwiguna, kambing Toggenburg sebagai penghasil susu yang baik, atau
kambing Angora sebagai penghasil kulit bulu bcrkualitas tinggi. Di antara jenis
kambing tipe perah pun terdapat variasi dalam jurnlah produksi susunya.

b.

Variasi Interjenis Kambing. Setiap individu dari jenis atau bangsa kambing yang
sama memiliki variasi dalam jumlah susu yang dihasilkan. Jenis atau bangsa
yang sama, pada umur dan masa laktasi yang berbeda akan memiliki jumlah
produksi susu yang berbeda.

c.

Faktor Genetik. Faktor genetik adalah faktor yang diturunkan nenek moyang
kepada keturunannya dan memiliki sifat kebakaan. Setiap nenek moyang (induk
dan pejantan) memiliki sumbangan yang sama terhadap penampilan produksi
keturunannya. Sampai saat ini belum dapat diungkapkan berapa banyak gen
yang bekerja mengontrol tingkat produksi susu. Hampir bisa dipastikan adalah
jika seekor kambing memiliki produksi susu yang tinggi kemudian dikawinkan
dengan pejantan yang memiliki nenek moyang betina yang juga tinggi
produksinya, kemungkinan besar keturunan yang berkelamin betina akan
memiliki tingkat produksi yang tinggi pula. Namun, ilmu genetika tidak
sesederhana itu. Selalu ada penyimpangan yang terjadi dan apa yang diinginkan
tidak pasti selamanya terjadi.

d.

Musim. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa kambing-kambing
yang beranak di musim gugur memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kambing-kambing yang beranak di musim panas. Untuk
kondisi di Indonesia, belum banyak penelitian dilakukan, karena perkembangan
usaha Peternakan kambing perah belum begitu banyak.

e.

Umur

Produksi.

Susu kambing umumnya

meningkat

seiring

dengan

bertambahnya umur, dan mencapai puncak saat berumur 4—5 tahun, yakni pada

7

masa laktasi ke-3 atau ke-5. Selanjutnya produksi susu menurun. Untuk
kambing-kambing perah yang hidup di daerah subtropis, tingkat produksi susu
akan mencapai puncak setahun lebih dahulu, dan dapat terus dipertahankan
tanpa ada perubahan yang mencolok selama 2.atau 3 kali masa laktasi.
f.

Lama Masa Laktasi. Dalam satu jenis atau bangsa kambing, perbedaan lama
masa laktasi akan menyebabkan perbedaan jumlah total produksi susu selama
masa laktasi tersebut. Semakin lama masa laktasi, akan semakin banyak total
produksi susu yang dihasilkan. Korelasi ini tidak berarti akan semakin tinggi
keuntungan yang akan diraih peternak, karena belum tentu produksi hariannya
mampu menutupi biaya produksi.

g.

Faktor Perawatan dan Perlakuan. Kambing perah, seperti juga hewan ternak
yang lain, membutuhkan suasana kandang yang nyaman untuk dapat
berproduksi secara optimal. Kandang yang sejuk, tidak gaduh, dan perlakuan
yang tidak kasar merupakan syarat agar produksi susu kambing optimal. Sebagai
contoh, dalam kandang yang gaduh, kambing yang sedang laktasi akan mudah
terkejut, dan saat terkejut itu tubuhnya mengeluarkan hormon adrenalin yang
mengakibatkan terhambat atau terhentinya sekresi hormon oxytocin, yang
berfungsi dalam produksi susu di kelenjar ambing.

h.

Pengaruh Masa Birahi dan Kebuntingan. Kambing-kambing yang dikawinkan
kembali setelah 3 bulan beranak, tingkat produksi susunya akan lebih cepat
menurun dibandingkan dengan kambing-kambing yang sedang laktasi, tctapi
tidak bunting. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya kuantitas
dan kualitas pakan yang dikonsumsi, serta tingginya kebutuhan kambing akan
zat-zat makanan untuk mendukung proses fisiologis di dalam tubuhnya,
misalnya untuk hidup pokok, produksi susu, serta pertumbuhan janin. Pada saat
musim birahi (estrus), kambing perah yang sedang laktasi akan mcngalami
penurunan produksi susu sebagai reaksi dari berbagai proses hormonal di dalam
tubuhnya, tetapi setelah masa birahi terlewatl, produksi susunya akan normal
kembali.

i.

Frekuensi Pemerahan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di luar negeri,
kambing perah yang diperah dua kali sehari, total produksi susunya lebih tinggi
daripada kambing perah yang diperah susunya sekali sehari. Meskipun

8

demikian, tidak selalu total produksi yang lebih tinggi tersebut memberikan
keuntungan yang lebih tinggi kepada peternak, karena untuk melakukan
pemerahan dibutuhkan biaya, misalnya untuk menggaji pemerah. jadi, meskipun
tingkat produksi susu meningkat dengan mcnambah frekuensi pemerahan,
perhirungan ekonomi harus dilakukan secara matang.
j.

Jumlah Anak dalam Sekali Melahirkan. Produksi susu kambing perah yang
beranak dua ekor dalam 1 kali melahirkan, biasanya 20—30% lebih tinggi
daripada kambing perah yang hanya beranak satu ekor. Penyebabnya adalah
rangsangan menyusui dari cempe (anak kambing) yang dilahirkan. Dengan
demikian, tingkah laku cempe ketika menyusui bisa dilakukan oleh pemerah,
sehingga produksi susunya meningkat, misalnya dengan mengusap-usap bagian
atas ambing sambil memijatnya.

k.

Lama Masa Kering. Untuk mendorong produksi cempe dan mencapai target tiga
kali beranak setiap dua tahun, biasanya kambing perah dikawinkan kembali
setelah beranak tiga bulan, atau saat pertama kali birahinya muncul. Dalam
kondisi demikian, kambing perah membutuhkan waktu untuk menjalani masa
kering selama dua bulan. Dengan kondisi pakan yang cukup jumlah dan baik
kualitasnya, organ-organ yang berfungsi memproduksi susu akan memiliki
kesempatan yang cukup untuk kembali pulih kondisinya. Namun, jika kondisi
pakan yang diberikan kurang baik, masa pemulihan akan lebih lama, dan jika
kambing perah kembali beranak pada waktu organ-organ tubuh vang berfungsi
memproduksi susu kondisinya belum pulih, bisa dipastikan produksi susunya
akan menurun.

l.

Faktor Hormonal. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi susu adalah
laktogen. Penyuntikan hormon ini terhadap kambing yang sedang laktasi
menyebabkan produksi susunya sedikit meningkat. Demikian juga pengaruh
penyuntikan hormon tyroxine. Hormon yang menghambat produksi susu adalah
adrenalin, yang berpengaruh menghambat hormon oxytodne yang berpengaruh
pada proses keluarnya susu saat pemcrahan.

m. Faktor Pakan. Produksi susu kambing perah akan mencapai optimal jika pakan
yang diberikan dan dikonsumsi oleh kambing jumlah dan kualitasnya cukup.
Komposisi hijauan dan konsentrat pun harus seimbang, karena keduanya

9

memiliki fungsi yang berbeda. Hijauan adalah precursor (pendukung) produksi
susu dan konsentrat merupakan sumber protein, yang juga dibutuhkan sebagai
komponen penyusun susu.
n.

Pengaruh Penyakit. Kambing-kambing petah yang sedang laktasi produksi
susunya akan menurun jika terserang penyakit. Bahkan, produksi susu bisa
langsung tcrhenti. Di samping itu, efek dari obat yang diberikan kepada kambing
perah akan berpengaruh terhadap kualitas susu. Biasanya, kambing-kambing
yang sedang sakit dan diberi obat antibiotika, susunya tidak boleh dikonsumsi.
(%'($)$) *$*

%+)

Pada umumnya susu terdiri atas 3 komponen utama yaitu protein, lemak dan
laktosa (Schmidt

., 1988) di tambah mineral dan vitamin (Sudono, 1985). Spreer

(1998) menyebutkan bahwa komponen kimia alami susu kambing terdiri atas air,
lemak, protein, laktosa dan komponen lain seperti garam, asam sitrat, enzim, vitamin,
gas dan fosfolipid. Menurut Saleh (2004) susu yang baik apabila mengandung
jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen, bersih yaitu
tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa atau

yang

baik dan tidak dipalsukan.
Susu segar mempunyai sifat

artinya dapat bersifat asam dan basa

sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah,
sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru.
Potensial ion hidrogen (pH) susu segar terletak antara 6,5-6,7. Sebagian besar asam
yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian, keasaman susu dapat
disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa
fosfat komplekss, asam sitrat, asam-asam amino, dan karbondioksida yang larut
dalam susu. Kerapatan susu bervariasi antara 1,026 dan 1,032 pada suhu 20oC.
Penggumpalan susu merupakan sifat yang paling khas, yang diakibatkan kegiatan
enzim atau penambahan asam. (Rahman

1992)

Komposisi susu kambing dapat bervariasi, hal ini antara lain karena
perbedaan antar-bangsa maupun individu dalam satu jenis (Haris dan Hitcher, 1973),
sedangkan menurut Larson (1981) komposisi susu bervariasi tergantung bangsa,
produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas makanannya. Rangkuman

10

komponen susu kambing Berat Jenis, protein, lemak, laktosa, bahan kering (BK) dan
bahan kering tanpa lemak (BKTL) disajikan pada (Tabel 1).
Tabel 1. Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah
Protein Lemak

BJ

1,0292

Laktosa

BK

BKTL

(%)

(%)

(%)

(%)

(%)

3,55

4,22

4,64

13,70

9,48

4,03

4,44

5,46

14,30

9,86

2,93

6,68

9,69

16,38

9,7

14,70

8,75

15,62

9,57

16,4

9,65

1,0291
1,0295
1,0296

4,5

5,95

-

6,05
6,75

5,5

Peneliti

Subhagiana (1998)
Atabany (2001)
Budi (2002)
Adriani (2003)

Secara keseluruhan nilai gizi susu kambing lebih tinggi dibandingkan dari
susu sapi keculai nilai kandungan kolesterol. Vitamin A dan B1 kandungannya lebih
tinggi susu kambing sedangkan vitamin C dan D kandungannya hampir sama. Nilai
gizi susu kambing juga lebih tinggi daripada Air Susu Ibu (ASI) kecuali pada
kandungan lemak, zat besi (Fe) dan kolesterol. Perbandingan komposisi susu
kambing, susu sapi dan ASI dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Komposisi Susu Kambing, Susu Sapi dan Susu Air Ibu (ASI)
Komposisi

Susu Kambing

Susu Sapi

ASI

Protein (%)

3

3

1.1

Lemak (%)

3.8

3.6

4

Kalori/100ml

70

69

68

Vitamin A (i.u gramam)

39

21

32

Vitamin B1

68

45

17

Vitamin C

2

2

3

Vitamin D (i.u gramam)

0.7

0.7

0.3

Kalsium (%)

0.19

0.18

0.04

Fe (%)

0.07

0.06

0.2

Fosfor (%)

0.27

0.23

0.06

Kolesterol (mg/100ml)

12

15

20

Sumber : American Dairy Goat Association (2002)

11

Komposisi susu kambing bila dibandingkan dengan ternak domba dan kerbau
kandungan kasein, serum protein dan total nitrogen lebih rendah kandungan lemak
pun lebih tinggi ternak kerbau daripada kambing (Pulina dan Nudda, 2004). Tabel
perbandingan ternak kambing dengan ternak lainnya dan dengan manusia dapat
dilihat pada (Tabel 3).
Tabel 3. Komposisi Susu pada Berbagai Ternak dan Manusia
Komposisi

Domba

Kambing

Sapi

Kerbau

Manusia

Air (%)

82,5

87,0

87,5

80,7

87,5

Total Padatan (%)

17,5

13,0

12,5

19,2

12,5

Lemak (%)

6,5

3,7

3,5

8,8

4,4

lemak 4,0

3,9

4,4

-

-

Total Nitrogen (%)

5,5

3,5

3,2

4,4

1,1

Kasein (%)

4,5

2,8

2,6

3,8

0,4

Serum protein (%)

1,0

0,7

0,6

1,1

0,7

Laktosa (%)

4,8

4,8

4,7

4,4

6,9

Mineral (%)

0,92

0,80

0,72

3,8

0,30

Ca (mg/l)

193

134

119

190

32

Energi (kkal/l)

1050

650

700

1100

690

1,037

1,032

1,032

1,030

1,015

Derajat keasaman ( SH)

8,5

8,0

7,1

10,0

-

pH

6,65

6,60

6,50

6,67

6,85

Titik beku

-0,580

-0,570

-0,524

-0,580

-

Diamter

globula

(πm)

Berat jenis
0

Sumber : Pulina dan Nudda (2004)

Perbedaan komposisi kimia pada susu kambing disebabkan oleh beberapa
faktor pengontrol produksi susu baik secara kualitas maupun kuantitas seperti : 1)
variasi antar bangsa kambing, 2) variasi inter bangsa kambing, 3) faktor genetic, 4)
musim, 5) umur, 6) lama masa laktasi, 7) faktor perawatan dan perlakuan, 8)
pengaruh masa birahi, 9) frekuensi pemerahan, 10) jumlah anak dalam sekali
beranak, 11) pergantian pemerahan, 12) lama masa kering, 13) faktor hormonal, 14)
faktor pakan dan 15) pengaruh penyakit (Sodiq dan Abidin, 2002).

12

)$ *$*
Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air yaitu 1,027-1,035
dengan rata-rata 1,031. Akan tetapi menurut
1,028.

% susu, berat jenis air susu adalah

% susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai

bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia,
walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.
% & *$*
Sekitar 97-98% lemak susu terdapat dalam bentuk trigliserida dan hanya
sebagian kecil yang terdapat dalam bentuk fosfolipid (2-3%) (Larson, 1981).
Sebagian lemak susu disintesis di dalam kelenjar ambing yaitu sekitar 50% berasal
dari asam lemak rantai pendek (C4 – C14) berupa asetat, beta hidrosi butirat yang
dihasilkan oleh fermentasi selulosa di rumen, sebagian lagi berasal dari asam lemak
rantai panjang (C16 – C18) dari makanan dan cadangan lemak tubuh (Holmes dan
Wilson, 1984).
Kadar lemak susu berfluktuasi dan banyak dipengaruhi oleh jenis pakan
(Wikantadi, 1977), bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas
makanan ( Larson, 1981), kebutuhan dan kesehatan (Spreer, 1995). Komposisi lemak
susu akan menurun karena pemberian konsentrat. Hal ini disebabkan kandungan
protein yang cukup tinggi dalam konsentrat merupakan pemacu produksi asam
propionate di dalam rumen yang kemudia diserap darah. Pakan berupa hijauan
menghasilkan banyak asetat sebagai bahan baku sintesis lemak susu. Lemak susu
kambing sekitar 4,25% terdapat dalam keadaan emulsi (butiran-butiran) yang
tersebar merata dalam susu (Blackely dan Blade, 1992). Kandungan lemak susu
bervariasi tergantung bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas
pakan (Larson, 1981)
-

)

*$*

Menurut Adriani (2003) Bahan kering susu kambing Peranakan Etawah
sebesar 16,4%. Sofyan dan Sigit (1993) susu kambing dari daerah tropis cenderung
tinggi total padatannya terutama lemak dan protein , namun total zat padat susu
kambing daerah tropis berkorelasi dengan produksi susu, semakin tinggi produksi
susu maka bahan kering susu semakin rendah.

13

$ %

% & *$*

Sebagian lemak susu disintesis di dalam kelenjar ambing yaitu sekitar 50%
berasal dari asam lemak rantai pendek (C4 – C14) berupa asetat, beta hidrosi butirat
yang dihasilkan oleh fermentasi selulosa di rumen, sebagian lagi berasal dari asam
lemak rantai panjang (C16 – C18) dari makanan dan cadangan lemak tubuh (Holmes
dan Wilson, 1984). Asam lemak merupakan bagian dari lemak susu. Asam lemak
merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku
untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
masak (goreng), margarin, atau lemak hewan. Susu kambing memiliki kandungan
asam lemak caproic atau kaproat (C6), caprylic (C8) dan capric (C10) yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. (H.P. Maree, 1978). Tabel perbandingan
komposisi asam lemak Sapi dengan kambing dapat dilihat pada (Tabel 4).
Tabel 4. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Susu Sapi dan Kambing
Asam Lemak

Sapi(%)

Kambing(%)

Butyric-Acid (C4)

3,1

2,6

Caproic-Acid (C6)

1,0

2,3

Caprylic-Acid (C8)

1,2

2,7

Capric-Acid (C10)

1,2

2,7

Lauric-Acid (C12)

2,2

4,5

Oleic Acid(C18:1)

32,3

27,0

Linoleic Acid(C18:2)

1,6

2,6

*-

&

*-

(H.P. Maree, 1978)

Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom kabon penyusunnya,
sementara itu asam lemak tak jenuh memiliki ikatan ganda diantara atom-atom
karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah dan di dalam air
terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (270C).
Semakin panjang rantai C penyusunnya semakin mudah membeku dan juga semakin
sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada

14

asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah terdisosiasi).
Beberapa asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak tumbuhan dan hewan
diantaranya asam lemak Butirat (C4H8O2) berfungsi sebagai penghambat sel tumor,
asam lemak ini merupakan asam lemak yang terjadi dalam bentuk ester di lemak
hewan dan minyak tumbuhan.. Asam lemak Kaprilat (C8H16O2) ini ditemukan secara
alami di dalam susu dari berbagai mamalia dan merupakan konstituen minor minyak
kelapa dan minyak sawit, asam ini berupa cairan yang berminyak dengan bau yang
tidak enak seperti tengik sedikit. Asam lemak Kaprat (C10H20O2) ini mucul dari
istilah dari kaprat “latin” yang berkaitan dengan kambing karena ada kesamaan
dalam baunya dan dapat ditemukan secara alami di dalam minyak kelapa atau sawit
serta di dalam susu mamalia dan di beberapa hewan lemak lainnya.
Asam lemak tak jenuh diantaranya asam lemak Oleat dapat membantu
mingkatkan daya ingat atau memori, ditemukan di berbagai hewan dan sumber
nabati. Asam lemak linoleat ini dapat ditemukan di berbagai hewan berlemak seperti
dalam susu kambing, asam lemak ini sebuah asam karboksilat dengan rantai karbon18 dan dua

ikatan rangkap. Asam linoleat digunakan dalam pembuatan sabun,

pengemulsi dan pengeringan minyak cepat.
$ %

% &

' (

Asam lemak Kaproat (C6H12O2) merupakan asam karboksilat berasal dari
heksana asam ini berminyak, berwarna cairan dengan bau yang meningatkan pada
hewan ternak kambing, asam lemak ini ditemukan di berbagai hewan lemak dan
berminyak. Pencernaan di lambung berjalan secara fermentatif oleh mikroba rumen,
hasil pencernaan fermentatif dalam rumen berupa

!

$

(VFA), NH3,

metan (CH4) dan CO2. VFA yang dihasilkan sebagian langsung diserap melalui
dinding rumen. VFA diantaranya terdiri atas asam asetat, 75 % dari VFA yang
dihasilkan diserap rumen-retikulum yang kemudian masuk kedalam darah
(Parakkasi, 1999).
Asam asetat yang terbentuk dalam rumen merupakan bahan baku utama
pembentuk berbagai asam lemak termasuk asam lemak yang mengakibatkan bau
menyengat pada susu kambing, dengan adanya kandungan mineral dalam akar Som

15

Jawa diharapkan dapat menurunkan pH rumen yang berakibat meningkatnya
produksi asam propionate dan VFA(

!

$

) dan dapat menurunkan

produksi asam asetat dengan sangat nyata. (Parakkasi, 1999). Asam lemak mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan. Susu kambing
memiliki kandungan asam lemak kaproat (C6), caprylic (C8) dan capric (C10) yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing memiliki partikel
lemak yang lebih kecil dan rantai asam lemak yang lebih pendek dibandingkan susu
sapi. Selain asam lemak kaproat susu kambing memiliki asam lemak kaprilat dan
kaprat yang lebih tinggi. Perbedaan kandungan asam lemak ini diduga berhubungan
dengan lebih mudah dicernanya susu kambing dibandingkan dengan susu sapi oleh
tubuh. (H.P. Maree, 1978). Tingginya kandungan asam lemak kaproat yang
menyebabkan susu kambing mempunyai bau khas “goaty”. (Barrionuevo

.,

2002).
(%

,

Tanaman ini mempunyai banyak spesies, tetapi yang dikenal sebagai Som
Jawa ada dua spesies, yaitu

Gaertn dan

Wild (Santa dan Prajogo, 1999). Ginseng Jawa merupakan sebutan yang dikenal luas
untuk menyebutkan Som Jawa, karena kemiripannya dengan akar ginseng (&

%

).

Gambar 2.

Gaertn

16

Menurut Santa dan Prajogo (1999), klasifikasi (taksonomi) Som Jawa adalah:
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsyda

Sub kelas

: Caryophillidae

Ordo

: Caryophyllales

Family

: Portulacaceae

Genus

: Talinum

Species

: Talinum paniculatum

Som jawa ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang
ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis. Akarnya
berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti kolesom. DI Jawa tumbuh pada
ketinggian 5 - 1.250 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 30 - 60 cm, batang
bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Daun tunggal, letak
berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal
runcing, panjang 3 - 10 cm, lebar 1,5 - 5 cm. Perbungaan majemuk dalam malai di
ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya
merah ungu. Buahnya buah kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitatn, bulat gepeng.
Tanaman ini merupakan tanaman yang cukup terkenal di Indonesia karena
kegunaannya sebagai pengganti ginseng korea untuk obat tonikum, aprodisiaka,
batuk, radang paru-paru, diare dan obat peluruh kencing (Wratakusumah

.,

1996). Khasiat dari daun ini adalah sebagai obat radang, mengurangi pembengkalan
dan memperlancar ASI.Som Jawa banyak digunakan dalam perdagangan sebagai
pengganti &

%

, selain karena harganya lebih murah juga karena

kandungan kimia kedua tanaman ini hamper sama yaitu mengandung saponin, sterol
dan tritepen (Santa dan Prajogo, 1999).
Bagian yang digunakan diantaranya adalah akar dan daun. Akar setelah
dicuci lalu dikukus, baru dikeringkan untuk penyimpanan. Akar som jawa sebagai
tonikum berkhasiat mengatasi kondisi badan lemah, banyak berkeringat, pusing,
lemah syahwat selain itu untuk obat batuk, TB paru, paru-paru lemah, nyeri
lambung, diare, ngompol (enuresis), datang haid tidak teratur. (Santa dan Prajogo,
1999).

17

Kandungan Kimia Tanaman Kandungan aktif pada akar som jawa yaitu saponin,
flavonoid, dan tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) selain itu akar som jawa

diketahui mengandung Kalium 41,44 %, Natrium 10,03 %, Kalsium 2,21 %,
Magnesium 5,50 % dan Besi 0,32 % (Santa dan Prajogo, 1999). Menurut Syawal
(2002) ekstrak akar Som Jawa dapat mengurangi aroma “goaty” pada susu kambing
dan juga meningkatkan cita rasa dari susu sapi dan susu kambing.
1) Saponin: saponin adalah kelompok glikosida yang terdistribusi pada tumbuhan tingkat
tinggi. Saponin mempunyai karakteristik membentuk larutan koloid dalam air yang
mana akan membentuk busa bila dikocok. Saponin mempunyai rasa pahit, tajam dan
obat-obatan yang mengandung saponin biasanya menyebabkan iritasi membrane
mukosa, merusak sel darah merah melalui hemolisis dan beracun khususnya pada hewan
berdarah dingin. Banyak digunakan sebagai racun ikan (Tyler, 1988).
2) Flavanoid: flavonoid termasuk senyawa fenolik yang mencakup sejumlah besar
senyawa dalam tanaman golongan flavanoid dapat digambarkan sebagai deretan
senyawa C6 – C3 – C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri dan dua gugus cincin C6
(cincin benzen tersubstitusi) digambarkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson,
1995).
3) Tanin: tanin termasuk kelompok besar dengan substansi yang kompleks yang secara
luas terdistribusi dalam dunia tumbuhan. Hampir setiap famili tumbuhan meliputi
spesies yang mengandung tanin. Tanin pada bagian spesifik tumbuhan seperti daun buah
dan kulit (Tyler, 1988).

18

(& $) #

&*

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Susu Kambing Perah Peranakan
Etawah Ciapus, Bogor dan Pusat Laboratorium Analisis, Jakarta. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010.
)
Bahan yang digun