Uji Kualitas dan Hedonik Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Biskuit Biosuplemen

UJI KUALITAS DAN HEDONIK SUSU KAMBING
PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI
BISKUIT BIOSUPLEMEN

DYAH RETNO PEMBAYU

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Kualitas dan
Hedonik Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Biskuit Biosuplemen
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Dyah Retno Pembayu
NIM D24090028

ABSTRAK
DYAH RETNO PEMBAYU. Uji Kualitas dan Hedonik Susu Kambing Peranakan
Etawah (PE) yang Diberi Biskuit Biosuplemen. Dibimbing oleh IDAT GALIH
PERMANA dan YULI RETNANI.
Kendala utama peternak di daerah tropis dalam menghasilkan susu yang
berkualitas adalah rendahnya kualitas pakan terutama ketika musim kering.
Biskuit biosuplemen adalah salah satu produk industri pakan sebagai solusi
alternatif untuk menghasilkan pakan yang bernutrisi, awet, dan mudah disimpan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari biskuit biosuplemen
terhadap kualitas dan uji hedonik susu kambing perah. Dua belas kambing PE
laktasi digunakan dalam rancangan acak kelompok dan dianalisis menggunakan
analisis kovarian untuk mengevaluasi kualitas susu (bahan kering, protein, lemak,
BKTL, laktosa, berat jenis, garam, titik beku, dan temperatur) serta uji hedonik

(warna, aroma, kekentalan, rasa). Empat perlakuan yang digunakan adalah R1
(ransum basal + 0% biskuit), R2 (ransum basal + 5% biskuit), R3 (ransum basal +
10% biskuit) dan R4 (ransum basal + 15% biskuit). Hasilnya menunjukkan bahwa
pemberian biskuit biosuplemen hingga 15% tidak memengaruhi kualitas susu
kambing (P>0.05). Secara umum panelis dapat menerima susu kambing penelitian
dengan perlakuan R4 yang ditunjukkan dengan daya suka paling tinggi
berdasarkan hasil rasa dan aroma.
Kata kunci: biskuit biosuplemen, kambing perah, kualitas susu, uji hedonik

ABSTRACT
DYAH RETNO PEMBAYU. Quality and Hedonic Test of Dairy Goat Milk Fed
with Biosupplement Biscuit. Supervised by IDAT GALIH PERMANA and YULI
RETNANI.
The main constraints of farmers in the tropics to produce high-quality milk
is low feed quality especially during the dry season. Biosupplement biscuit is one
of feed technology products as an alternative solution to provide nutritious,
durable and easily-stored feed. This experiment was conducted to evaluate effect
of biscuit bio-supplement on quality and hedonic test of dairy goat milk. Twelve
lactating PE goats were used in a randomized block design and analyzed using
Analysis of Covariance to measure milk quality (dry matter, protein, fat, SNF,

lactose, density, salt, freezing point, temperature) and hedonic test (colour, flavor,
viscosity, taste). There were four treatments, R1 (basal diet + 0% biscuits), R2
(basal diet + 5% biscuits), R3 (basal diet + 10% biscuits) and R4 (basal diet + 15%
biscuits). The results showed that there was no significant difference (P>0.05) in
the dry matter, protein, fat, SNF, lactose, density, salt, freezing point and
temperature. The hedonic test showed that milk generally accepted by the
panelists, with R4 reach the highest score of consumer preferences based on the
flavor and taste.
Keywords: biosupplement biscuit, dairy goat, hedonic test, milk quality

UJI KUALITAS DAN HEDONIK SUSU KAMBING
PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI
BISKUIT BIOSUPLEMEN

DYAH RETNO PEMBAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Uji Kualitas dan Hedonik Susu Kambing Peranakan Etawah ePE)
yang Diberi Biskuit Biosuplemen
: Dyah Retno Pembayu
Nama
: 024090028
NIM

Disetujui oleh


1h ermana, MScAgr
Pembimbing I


Prof Dr Ir Y uli Retnani, MSc
Pembimbing II

MScA r

Tanggal Lulus: e



)

Judul Skripsi : Uji Kualitas dan Hedonik Susu Kambing Peranakan Etawah (PE)
yang Diberi Biskuit Biosuplemen
Nama
: Dyah Retno Pembayu
NIM
: D24090028

Disetujui oleh


Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Agr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus hingga November

2012 ini ialah kualitas susu kambing, dengan judul Uji Kualitas dan Hedonik Susu
Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Biskuit Biosuplemen
Rendahnya kualitas pakan ketika musim kering merupakan kendala utama
peternak daerah tropis dalam menghasilkan susu yang berkualitas tinggi. Biskuit
biosuplemen dipilih sebagai solusi alternatif penyediaan pakan selama musim
kering yang bernutrisi, awet, dan mudah disimpan. Biskuit biosuplemen ini
memanfaatkan hijauan yang memiliki zat aktif serta kualitas yang tinggi yaitu
daun Indigofera dan daun pepaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Dyah Retno Pembayu

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Percobaan
Pembuatan Biskuit Biosuplemen
Pemeliharaan
Pemerahan
Pengambilan Sampel Susu
Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Peternakan
Analisis Kualitas Susu

Bahan kering
Protein
Lemak
Bahan kering tanpa lemak (BKTL)
Laktosa
Berat jenis
Titik beku
Uji Hedonik
Warna
Kekentalan
Aroma
Rasa
Daya suka
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

xi
xi
1
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
7
8

8
9
9
9
10
10
10
10
11
12
13
13
14
14
14
14
16

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis proksimat ransum penelitian (%BK)
2 Rata-rata kualitas susu kambing yang diberi perlakuan

3
7

DAFTAR GAMBAR
1 Kambing yang digunakan dalam penelitian
2 Biskuit biosuplemen
3 Kandang kambing PE di DAY Farm
4 Tingkat kesukaan panelis terhadap warna susu kambing penelitian
5 Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan susu kambing penelitian
6 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma susu kambing penelitian
7 Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa susu kambing penelitian

3
4
7
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Ancova bahan kering susu
2 Ancova protein susu
3 Ancova lemak susu
4 Ancova bahan kering tanpa lemak susu
5 Ancova laktosa susu
6 Ancova berat jenis susu
7 Ancova garam susu
8 Ancova suhu susu
9 Ancova titik beku susu

16
16
16
16
16
17
17
17
17

PENDAHULUAN
Susu kambing merupakan salah satu produk susu yang belum dikenal luas
oleh masyarakat di Indonesia, padahal susu kambing memiliki banyak keunggulan
dibandingkan susu sapi. Karakteristik susu kambing bila dibandingkan dengan
susu sapi adalah: (1) warnanya lebih putih, (2) globula lemak susu lebih kecil dan
beremulsi dengan susu, (3) lemak susu kambing lebih mudah dicerna, (4)
mengandung mineral yang lebih tinggi dan (5) susu kambing dapat diminum oleh
orang yang alergi minum susu sapi dan orang-orang yang mengalami berbagai
gangguan pencernaan (Blakely dan Bade 1991). Susu kambing sendiri di
Indonesia umumnya dihasilkan oleh kambing peranakan etawah (PE) yang
merupakan hasil kawin silang antara kambing etawah dari India dengan kambing
kacang asli Indonesia. Keunggulan jenis kambing ini adalah manfaatnya sebagai
ternak dwiguna (perah dan pedaging), sehingga peternak dapat memperoleh dua
keuntungan sekaligus (Budiarsana 2001).
Proses pemasaran susu kambing ke daerah lain di Indonesia dapat berhasil
apabila kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap susu kambing dapat
terpenuhi. Beberapa faktor utama yang memengaruhi pertimbangan konsumen
dalam memilih produk susu adalah manfaat kesehatan dan kesukaan (Afandi
2011). Faktor utama ini yang nantinya akan menentukan keputusan konsumen
untuk membeli susu kambing.
Suatu produk susu dapat memberi manfaat kesehatan yang optimal apabila
kualitas nutriennya dapat memenuhi standar susu yang telah ditetapkan. Menurut
SNI 01-3141-2011 (BSN 2011), syarat susu segar diantaranya memiliki berat
jenis minimum 1.0270 g mL-1 pada suhu 27.5 oC, kadar lemaknya minimum 3.0%,
kadar bahan kering tanpa lemak yang dikandungnya minimum 7.8%, dan
memiliki kadar protein minimum 2.8%. Uji kualitas nutrien susu dapat dilakukan
secara kimia atau dengan menggunakan alat Milkotester. Menurut keefesienan
penggunaannya, alat Milkotester lebih unggul karena susu dapat dianalisis
kualitasnya dengan cepat dan mudah sehingga dapat menghindari kejadian susu
rusak akibat proses penyimpanan yang terlalu lama.
Kesukaan konsumen dapat memengaruhi penerimaan konsumen terhadap
suatu produk pangan. Tingkat kesukaan konsumen dapat diketahui melalui uji
kesukaan atau uji hedonik. Tujuan uji ini adalah untuk memilih satu produk di
antara produk lain secara langsung. Uji hedonik meminta konsumen (panelis)
untuk memilih satu pilihan tingkat kesukaan. Produk dapat dibandingkan dengan
produk lain yang lebih baik atau lebih disukai pada uji kesukaan. Skala hedonik
kemudian digunakan untuk menunjukkan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap suatu produk. Skala hedonik suka dapat meliputi: amat sangat suka,
sangat suka, suka, dan agak suka. Sebaliknya skala hedonik tidak suka dapat
meliputi suka dan agak suka. Penilaian netral (bukan suka tetapi juga bukan tidak
suka) juga terdapat pada skala hedonik (Carpenter et al. 2000).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas nutrien
dan kesukaan konsumen terhadap susu kambing adalah dengan perbaikan pakan.
Menurut Fox dan McSweeney (1991), kualitas nutrisi dan citarasa suatu produk
susu salah satunya dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, namun
pemenuhan pakan yang berkualitas di Indonesia sebagai negara tropis masih

2
cukup sulit dikarenakan keterbatasan pakan pada musim kering terutama hijauan
yang merupakan pakan utama ternak ruminansia. Kandungan nutrisi hijauan lebih
rendah pada musim kering dibandingkan pada musim hujan. Hal ini disebabkan
korelasi positif antara curah hujan dengan protein kasar dan korelasi negatif antara
curah hujan dengan serat kasar pada hijauan (Williamson dan Payne 1993)
Solusi awal dari masalah keterbatasan pakan pada musim kering ini adalah
dengan pemberian suplemen pakan. Suplemen pakan adalah suatu bahan makanan
atau campuran bahan makanan yang dicampurkan pada bahan lain untuk
meningkatkan keserasian dari makanan akhir (Hartadi et al. 1980). Teknologi
pengolahan pakan yang mudah dan murah diperlukan untuk membuat bahan
menjadi awet, mudah disimpan, dan mudah diberikan, salah satu bentuk
pengolahan pakan adalah bentuk biskuit (Retnani et al. 2013). Biskuit adalah
produk pakan kering yang memiliki daya simpan lama pada kondisi normal serta
mudah disimpan (Whiteley 1971). Menurut Retnani et al. (2013) biskuit pakan
dibuat menggunakan bantuan panas dan tekanan, berbentuk bulat, ukuran cetakan
berdiameter 7 cm dan tebal 5 cm serta waktu pengoperasian singkat dan produksi
banyak sehingga produksi efisien. Biskuit biosuplemen terbuat dari serat, terutama
hijauan segar yaitu daun pepaya dan Indigofera sebagai pakan suplemen untuk
ruminansia dalam rangka pemanfaatan serat ketika kualitas dan kuantitas pakan
menurun (Retnani et al. 2013).
Biskuit biosuplemen memiliki potensi unggul sebagai suplemen pakan
kambing perah, namun informasi tentang efek pemberiannya terhadap kualitas
nutrien susu kambing dan kesukaan konsumen terhadapnya melalui uji hedonik
perlu dikaji. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas
nutrien susu kambing PE yang diberi biskuit biosuplemen dan menguji kesukaan
konsumen terhadapnya melalui uji hedonik.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing
peranakan etawah (PE) laktasi (Gambar 2) sebanyak 12 ekor berumur 1–2 tahun
dengan masa laktasi rata-rata dua bulan serta ransum perlakuan. Ransum
perlakuan yang digunakan terdiri atas ransum basal (rumput lapang dan ampas
tempe dengan perbandingan 1:2) serta biskuit biosuplemen. Biskuit biosuplemen
tersusun atas daun pepaya, daun Indigofera, bungkil kelapa, bungkil kedelai, corn
gluten meal (CGM), molasses dan kapur. Hasil analisis proksimat ransum
penelitian dalam persen BK disajikan dalam Tabel 1.

3

Gambar 1 Kambing yang digunakan dalam penelitian
Tabel 1 Hasil analisis proksimat ransum penelitian (% BK)
Komposisi
BK (%)
Abu (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak kasar (%)
BETN (%)
TDN (%)

Rumput lapang
17.33
9.01
6.38
25.60
1.36
57.65
68.17

Ampas tempe
33.76
2.87
12.77
43.25
3.82
37.29
72.79

Biskuit
92.39
8.55
36.65
20.40
3.77
30.63
71.60

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2012); Rumus perhitungan TDN
menurut Wardeh (1981): TDN rumput lapang dan ampas tempe = 1.6899 + 1.3844 (% protein
kasar) + 0.7526 (% BETN) + 0.8279 (%lemak kasar) + 0.5133 (% serat kasar), TDN biskuit = 37.3039 + 1.3045 (% protein kasar) + 1.3630 (% BETN) + 2.1302 (% lemak kasar) + 0.3618 (%
serat kasar)

Ransum basal yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum basal
yang digunakan di Peternakan Doa Anak Yatim Farm (DAY Farm), Desa Cibuntu,
Bogor. Pemberian biskuit biosuplemen ditetapkan 1 buah ekor-1 hari-1, 2 buah
ekor-1 hari-1, dan 3 buah ekor-1 hari-1 masing-masing untuk perlakuan 5%, 10%,
dan 15% biskuit biosuplemen per konsumsi BK. Persentase biskuit biosuplemen
yang diberikan yaitu berdasarkan persentase dari konsumsi BK BB -1 hari-1 dengan
asumsi konsumsi BK 3% BB dan BB 30 kg ekor-1.
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang kelompok sistem panggung
sebanyak 4 petak dan tiap petaknya dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat
air minum. Setiap petak kandang berisi 3 ekor kambing. Peralatan lain yang
digunakan diantaranya Milkotester, seperangkat alat pengambilan sampel dan uji
hedonik susu.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Agustus sampai
November 2012. Pembuatan biskuit biosuplemen dan analisis kualitas susu

4
masing-masing dilakukan di Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Ilmu
Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian
biologis pada ternak dan uji hedonik dilakukan di Peternakan Doa Anak Yatim
Farm (DAY Farm) milik Bapak Dwi Suseno yang berlokasi di Kampung Suka
Maju, Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Wilayah Barat, Jawa
Barat.
Prosedur Percobaan
Pembuatan Biskuit Biosuplemen
Daun pepaya dan daun Indigofera dipotong dengan mesin chopper
kemudian dijemur. Setelah kering, daun papaya dan daun Indigofera tersebut
digiling, kemudian dicampur dengan bahan penyusun biskuit yang lain seperti
bungkil kelapa, bungkil kedelai, CGM, molasses dan kapur. Hasil campuran
dicetak dan ditekan dengan mesin pencetak biskuit kemudian didinginkan
(Retnani et al. 2013). Biskuit biosuplemen yang telah siap dapat langsung
diberikan pada ternak (Gambar 2).

Gambar 2 Biskuit biosuplemen
Pemeliharaan
Kambing PE dipelihara dalam kandang kelompok selama sepuluh minggu,
yaitu dua minggu pertama sebagai masa pendahuluan (preliminary period) dan
delapan minggu berikutnya sebagai masa perlakuan. Penempatan ternak dan
pemberian perlakuan dilakukan secara acak.
Perlakuan pakan terdiri atas ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe)
dan biskuit biosuplemen. Jumlah pemberian ransum basal mengikuti kebiasaan
peternakan Doa Anak Yatim Farm (DAY Farm) yaitu rumput lapang sebanyak 1
kg ekor-1 hari-1 dan ampas tempe sebanyak 2 kg ekor-1 hari-1 sedangkan pemberian
biskuit biosuplemen sesuai taraf perlakuan yaitu 1 biskuit, 2 biskuit, dan 3 biskuit
masing-masing untuk perlakuan 5%, 10%, dan 15% biskuit biosuplemen per
konsumsi BK.
Frekuensi pemberian pakan dalam sehari ada empat kali, yaitu pagi hari
pukul 06.00–07.00, siang hari pukul 12.00–13.00, sore hari pukul 16.00–17.00,
dan malam hari pukul 21.00–22.00. Rumput lapang diberikan pada pagi dan sore
hari, ampas tempe diberikan pada siang dan malam hari, dan biskuit biosuplemen
diberikan pada pagi hari sebelum pemberian rumput lapang. Air minum ad libitum
pada setiap ternak.

5
Pemerahan
Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 07.00–08.00 dan
sore hari pukul 16.30–17.30. Teknik pemerahan menggunakan metode whole
hand (seluruh jari tangan). Susu hasil pemerahan diukur dengan gelas ukur dan
diambil sebagian untuk kepentingan analisis kualitas susu dan uji hedonik.
Pengambilan Sampel Susu
Sampel susu diambil pada minggu ke-0, ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-8
sebanyak 50 mL per individu untuk analisis kualitas susu. Sampel susu diambil
pada pagi dan sore hari kemudian dihomogenisasi sebelum dianalisis.
Pengambilan sampel susu untuk uji hedonik dilakukan pada minggu ke-8
sebanyak 50 mL per perlakuan.
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
R1: Ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 0 %
R2: Ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 5 %
R3: Ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 10 %
R4: Ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 15 %
Rancangan Percobaan
Percobaan dirancang dengan rancangan acak kelompok (RAK),
menggunakan empat perlakuan dan tiga kelompok (ulangan). Pengelompokkan
dilakukan berdasarkan produksi susu awal dengan coefisien of variance (CV)
48.28%. Perlakuan yang diberikan adalah ransum basal (rumput lapang dan ampas
tempe) + biskuit 0% (R1), ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) +
biskuit 5% (R2), ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 10%
(R3), dan ransum basal (rumput lapang dan ampas tempe) + biskuit 15% (R4).
Model matematika dari rancangan percobaan tersebut adalah :
Yij = μ + τi + j + (Xij – X) + εij
Keterangan :
Yij : nilai peubah respon pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
Xij : nilai kovarian pada observasi yang bersesuaian dengan Yij
μ : nilai rataan umum dari pengamatan
i : pengaruh perlakuan ke-i
: pengaruh kelompok ke-j
j
: koefisien regresi linier
ij : pengaruh eror perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Uji hedonik susu kambing menggunakan skala hedonik numerik yaitu (1)
sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) netral, (4) suka, dan (5) sangat suka
(Carpenter et al. 2000).
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

6
1. Kualitas susu
Analisis kualitas susu menggunakan alat Milkotester model Master
Profesional meliputi protein, lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL),
laktosa, berat jenis, garam, suhu, dan titik beku susu.
2. Kadar bahan kering susu
Analisis kadar bahan kering susu ditentukan melalui rumus Fleischmann:
BK = 1.23 L + 2.71
Keterangan :
BK = bahan kering
L = lemak
BJ = berat jenis
3. Uji hedonik susu
Uji hedonik (uji kesukaan) meliputi atribut sensori warna, kekentalan,
aroma, dan rasa. Masing-masing sampel susu perlakuan dimasukkan dalam
gelas yang telah diberi kode tiga angka secara acak. Sampel susu diujikan
kepada 20 orang panelis tidak terlatih menggunakan lima skala hedonik
numeric yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) netral, (4) suka, dan (5)
sangat suka (Carpenter et al. 2000).
Data kualitas susu yang diperoleh dianalisis dengan analisis kovarian
(Ancova), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan sedangkan data
uji hedonik dijelaskan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Peternakan
Doa Anak Yatim Farm (DAY Farm) berlokasi di Kampung Suka Maju,
Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Wilayah Barat, Jawa Barat.
DAY Farm berada pada ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Suhu di
lokasi peternakan berkisar 27oC, curah hujan sekitar 2.400 mm tahun-1 dan
memiliki kelembaban relatif sekitar 76% (BMKG 2012). DAY Farm merupakan
peternakan yang bergerak di bidang penggemukan dan produksi susu. Kambing
perah yang dipelihara meliputi kambing peranakan etawah (PE), Etawah, Saanen,
dan Toggenburg.
Kandang kambing perah merupakan kandang kelompok (Gambar 3) sistem
panggung. Bahan kandang dibuat dari bahan kayu, bambu, dan kawat teralis
dengan sistem atap monitor serta lantai yang dibuat dari bahan bambu. Sistem
pemeliharaan kambing perah pada peternakan ini adalah pemeliharaan intensif
yaitu dikandangkan sepanjang hari.

7

Gambar 3 Kandang Kambing PE di DAY Farm
Pakan yang diberikan berupa ampas tempe dan rumput lapang. Ampas
tempe berasal dari pabrik tahu dan tempe yang berlokasi di Jakarta. Rumput
lapang berasal dari perkampungan sekitar. Rumput lapang merupakan hijauan
yang terdiri atas beberapa rumput lokal yaitu rumput Pennisetum purpureum
(rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala), Paspalum dilatatum
(rumput Australia), Brachiaria mutica (rumput para), Imperata cylindrica (rumput
ilalang) dan legum Colopogonium mucunoides (rumput kacang asu).
Pakan diberikan empat kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.00–07.00, siang
hari pukul 12.00–13.00, sore hari pukul 16.00–17.00, dan malam hari pukul
21.00–22.00. Rumput lapang diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 1 kg
ekor-1 hari-1 dan ampas tempe diberikan pada siang dan malam hari sebanyak 2 kg
ekor-1 hari-1. Air minum ad libitum pada setiap ternak.
Pemberian biskuit biosuplemen pada ternak diberikan pada pagi hari
sebelum pemberian rumput lapang. Ternak pada waktu tersebut dalam kondisi
lapar sehingga biskuit yang diberikan dapat habis dikonsumsi. Biskuit yang
diberikan yaitu 1, 2, dan 3 buah biskuit masing-masing untuk perlakuan 5, 10, dan
15% biskuit biosuplemen/konsumsi BK.
Analisis Kualitas Susu
Hasil rata-rata kualitas susu kambing PE selama 8 minggu penelitian
ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Rata-rata kualitas susu kambing PE selama 8 minggu penelitian
Parameter

R1

R2

R3

R4

Signifikansi

BK (%)
Protein (%)
Lemak (%)
BKTL (%)
Laktosa (%)
BJ (kg.m-3)
Garam (%)
Suhu (oC)
TB (oC)

17.33 ± 1.41
5.60 ± 0.25
7.11 ± 0.65
10.02 ± 0.72
3.60 ± 0.23
1.033 ± 0.002
0.921 ± 0.056
23.76 ± 0.96
-0.51 ± 0.04

17.84 ± 2.80
5.92 ± 0.50
7.05 ± 2.13
9.97 ± 1.47
3.84 ± 0.15
1.030 ± 0.002
0.974 ± 0.042
25.32 ± 0.58
-0.56 ± 0.05

18.34 ± 2.28
5.74 ± 0.54
7.93 ± 1.51
9.89 ± 1.05
3.66 ± 0.33
1.028 ± 0.001
0.946 ± 0.078
23.16 ± 2.80
-0.53 ± 0.06

18.75 ± 2.46
5.99 ± 0.15
8.02 ± 2.18
10.32 ± 0.94
3.85 ± 0.19
1.032 ± 0.005
0.985 ± 0.004
24.19 ± 1.19
-0.56 ± 0.01

0.4250
0.4350
0.7036
0.5725
0.0887
0.8105
0.4250
0.9179
0.2275

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Perah (2012);R1 (ransum basal + biskuit 0 %),R2
(ransum basal + biskuit 5 %),R3 (ransum basal + biskuit 10 %),R4 (ransum basal + biskuit 15 %)

8
Berdasarkan uji keragaman, diperoleh bahwa pemberian biskuit
biosuplemen tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas susu meliputi bahan
kering, protein, lemak, bahan kering tanpa lemak, laktosa, berat jenis, kadar garam,
suhu, dan titik beku. Menurut Fox dan McSweeney (1998), kualitas susu hasilnya
sangat bervariasi tergantung berbagai faktor diantaranya individu ternak, bangsa,
kesehatan, status nutrisi, masa laktasi, umur, dan interval pemerahan. Hasil susu
kambing yang tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan biskuit biosuplemen
pada penelitian ini dikarenakan masa laktasi kambing PE yang rata-rata
menginjak dua bulan. Kambing PE mempunyai masa laktasi 20 minggu–30
minggu (Balitnak 2004), dengan puncak produksi pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-4. Setelah masa puncak produksi, produksi susu akan menurun
perlahan. Masa laktasi kambing PE penelitian yaitu dua bulan (8 minggu) yang
termasuk ke dalam laktasi menengah (mid lactation), dimana produksi susu sudah
mulai menurun. Menurunnya masa produksi susu ini juga memengaruhi kualitas
nutriennya yaitu laktosa dan sebaliknya nilai protein dan lemak akan meningkat.
Bahan Kering

Kadar bahan kering susu menunjukkan komponen zat gizi yang
dikandungnya. Kandungan bahan kering susu kambing perah penelitian tidak
memperlihatkan pengaruh nyata akibat pemberian biskuit biosuplemen. Bahan
kering yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 17.33%–18.75%. Nilai bahan
kering ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Attabani (2001) yaitu
16.38%. Hal ini dapat disebabkan ternak yang digunakan sudah mengalami akhir
laktasi, ternak cenderung menghasilkan produksi susu yang lebih rendah dan
sebaliknya bahan kering yang tinggi.
Protein
Kandungan protein susu kambing perah penelitian tidak memperlihatkan
pengaruh yang nyata akibat pemberian biskuit biosuplemen. Kadar protein susu
pada penelitian ini adalah 5.60%–5.99%. Kadar protein yang dihasilkan lebih
tinggi dibandingkan penelitian Attabani (2001) yaitu 2.93%. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor masa laktasi. Kadar protein pada perlakuan R4
menghasilkan nilai paling tinggi dikarenakan taraf pemberian biskuit lebih banyak
sehingga asupan protein ternak bertambah. Nilai heritabilitas kadar protein susu
adalah 0.5, yang berarti 50% dari kadar protein susu dipengaruhi oleh pakan dan
manajemen pemeliharaan, sedangkan 50% lainnya ditentukan oleh genetik (Fox
dan McSweeney 1998)
Adanya kandungan herbal daun pepaya dan Indigofera dalam biskuit ikut
memberi efek positif terhadap kecernaan protein. Daun pepaya mengandung
enzim papain yang bersifat proteolitik (Khoerunnisa et al. 2002) sehingga dapat
membantu mikroba dalam memecah protein. Senada dengan penelitian Wartini
(2002) bahwa daun pepaya sebagai tanaman laktagogum (peningkat produksi air
susu) memiliki daya larut protein yang lebih tinggi dibandingkan daun katuk dan
daun pare. Sedangkan daun Indigofera memiliki koefisien cerna protein kasar
mencapai 90.64% (Suharlina 2010).

9
Lemak
Kadar lemak susu kambing pada penelitian ini lebih tinggi (7.05%–8.02%)
bila dibandingkan dengan penelitian Attabani (2001) yaitu 6.68%. Selain
dipengaruhi oleh masa laktasi, kadar lemak ini juga dipengaruhi oleh ransum
basal berupa rumput lapang dan ampas tempe yang sehari-hari digunakan
peternak. Menurut penelitian Sodiqin (2012) ampas tempe turut berkontribusi
dalam peningkatan kadar lemak susu. Biskuit biosuplemen ini juga mengandung
serat kasar hijauan yang cukup tinggi karena mengandung daun pepaya dan
Indigofera. Menurut Fox dan McSweeney (1998), serat kasar hijauan yang tinggi
dalam pakan apabila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan proporsi
asam asetat yang lebih banyak. Asam asetat dan β-hydroxybutyrate (hasil
fermentasi asam butirat) dibawa dalam bentuk badan-badan keton bersama aliran
darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh yang akhirnya digunakan sebagai
sumber energi dan sintesis lemak susu (Fox dan McSweeney 1998).
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
Bahan kering tanpa lemak dalam penelitian ini relatif lebih tinggi (9.89%–
10.32%) nilainya dibandingkan penelitian Attabani (2001) yaitu 9.7%. Hal ini
sesuai dengan pendapat Fox dan McSweeney (1998) bahwa kandungan bahan
kering tanpa lemak susu sangat tergantung pada kandungan protein dan
laktosanya. Nilai kualitas susu sendiri sebenarnya terletak pada kandungan bahan
kering tanpa lemak susu yaitu bahan kering yang tertinggal setelah lemak susu
dihilangkan.
Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam susu dan merupakan nutrien
yang bertanggung jawab mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah
dan lumen susu (Fox dan McSweeney 1998) sehingga kadar laktosa susu
memengaruhi produksi susu. Kadar laktosa dalam penelitian ini relatif sama
(3.57%–3.85%) dengan penelitian Apdini (2012) yang menggunakan pellet
Indigofera sebagai substitusi pakan konsentrat yaitu 3.24%–3.90%. Hal ini besar
kemungkinannya dipengaruhi oleh masa laktasi yang juga sekaligus memengaruhi
produksi susu, karena laktosa beserta garam berpengaruh pada tekanan osmosis
antara darah dan lumen susu. Produksi laktosa yang rendah mengakibatkan
tekanan osmotik pada lumen susu rendah sehingga produksi susu menurun (Fox
dan McSweeney 1998). Kadar laktosa yang rendah juga memiliki korelasi negatif
dengan kadar lemak (Fitriyanto et al. 2013), terbukti dengan tingginya kadar
lemak pada penelitian ini.
Kadar laktosa susu kambing perah penelitian tidak memperlihatkan
pengaruh yang nyata akibat pemberian biskuit biosuplemen namun kadar laktosa
susu dengan pemberian bisuit biosuplemen 15% cenderung memiliki nilai
tertinggi. Kadar laktosa yang lebih tinggi pada susu dengan pemberian biskuit
biosuplemen 15% menunjukkan lebih tingginya kadar glukosa di dalam darah
ternak. Glukosa merupakan prekursor dari laktosa susu yang merupakan hasil dari
fermentasi pati (Fox dan McSweeney 1998). Pati yang difermentasi di dalam
rumen akan menjadi propionat yang nantinya akan digunakan untuk
pembentukkan glukosa.

10
Adanya proses pemanasan dalam proses pembuatan biskuit biosuplemen
menyebabkan kecernaan pati meningkat sehingga mudah didegradasi di dalam
rumen (Soeharsono 2005). Kecernaan pati yang meningkat tersebut dikarenakan
terjadinya gelatinisasi pati ketika proses pembuatan biskuit biosuplemen
berlangsung. Gelatinisasi adalah peristiwa hilangnya sifat birefrinjen (sifat
merefleksikan cahaya) granula pati akibat penambahan air secara berlebih dan
pemanasan pada waktu dan suhu tertentu, sehingga granula pati membengkak dan
tidak dapat kembali pada kondisi semula (irreversible) (Belitz dan Grosch 1999).
Selain itu, tingginya kadar laktosa pada susu dengan pemberian biskuit
biosuplemen 15% disebabkan oleh meningkatnya asupan BETN pakan yang
merupakan karbohidrat mudah tercerna.
Berat Jenis
Berat jenis susu pada penelitian ini adalah 1.028 kg m-3–1.033 kg m-3
dengan berat jenis tertinggi adalah R1. Nilai ini termasuk ke dalam nilai rentang
berat jenis yang normal yaitu 1.027 kg m-3–1.033 kg m-3 dengan penyebab utama
variasinya adalah kandungan lemaknya (Fox dan McSweeney 1998). Semakin
rendah kadar lemak maka berat jenisnya akan semakin tinggi.
Titik Beku
Titik beku susu yang paling rendah didapatkan dari susu kambing yang
diberi perlakuan R2 dan R4 yaitu (-0.56 oC). Hal ini dikarenakan kadar laktosa dan
garam yang tinggi pada R2 dan R4. Namun dari seluruh titik beku susu dalam
penelitian ini masih dalam batasan titik beku susu yang normal yaitu (-0.55 oC).
Menurut Fox dan McSweeney (1998) titik beku dipengaruhi oleh kandungan
laktosa, garam-garam dan karbondioksida dalam susu tersebut. Makin besar
kandungan zat-zat tersebut, makin rendah titik beku susu, karena zat-zat tersebut
dapat menurunkan titik beku susu. Penentuan titik beku adalah cara yang efektif
untuk mendeteksi pemalsuan terhadap penambahan air, sebab setiap penambahan
air 1% akan meningkatkan titik beku sebesar 0.0055 oC.
Uji Hedonik
Uji hedonik digunakan untuk melihat tingkat kesukaan konsumen terhadap
suatu produk pangan, yaitu dalam penelitian ini adalah susu kambing PE. Uji
hedonik meliputi atribut sensori warna, kekentalan, aroma, dan rasa susu. Hasil
uji hedonik untuk tiap atributnya ditunjukka melalui gambar dan dijelaskan secara
deskriptif.
Warna
Kesukaan panelis terhadap warna susu kambing penelitian ditunjukkan
Gambar 4. Melalui Gambar 4 dapat dilihat bahwa kesukaan panelis terhadap
warna susu kambing dengan perlakuan biskuit biosuplemen 5%, 10%, dan 15%
memiliki nilai kesukaan yang sama yaitu dengan frekuensi terbanyak pada skala 3
(netral), sedangkan frekuensi nilai kesukaan terbanyak susu dengan perlakuan
kontrol yaitu pada skala 3 (netral) dan 4 (suka). Bentuk bangun datar yang
terbentuk dari garis-garis skala yang terhubung memiliki bentuk yang kecil dan

11
sempit, hal ini memperlihatkan nilai kesukaan panelis terhadap warna susu
penelitian ini memiliki variasi yang rendah. Hal ini mengindikasikan panelis sulit
membedakan warna susu kambing penelitian. Warna susu kambing berwarna
putih, berbeda dengan susu sapi yang berwarna putih kekuningan. Warna putih
pada susu kambing dikarenakan pada susu kambing tidak adanya prekursor
vitamin A (karotenoid) melainkan vitamin A tersedia dalam bentuk lengkap
(Morand dan Sauvant 1980).

sangat tidak
suka
15
10
r1
5

sangat suka

tidak suka

r2
r3

0

r4

suka

netral

Gambar 4 Tingkat kesukaan panelis terhadap warna susu kambing penelitian
Kekentalan
Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan susu penelitian ditunjukkan
oleh Gambar 5. Melalui Gambar 5 dapat diketahui kesukaan panelis terhadap
kekentalan susu kambing dengan perlakuan biskuit biosuplemen 5% memiliki
frekuensi terbanyak pada skala 3 (netral) dan 4 (suka) serta kekentalan susu
kambing dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15% memiliki frekuensi
terbanyak pada skala 3 (netral) dan 5 (sangat suka), sedangkan kekentalan susu
kambing dengan perlakuan kontrol dan biskuit biosuplemen 5% memiliki
frekuensi yang lebih rendah pada skala 3 (netral) dan 4 (suka). Hal ini
mengindikasikan pada kekentalan susu dengan perlakuan biskuit biosuplemen 5%
dan 15% memiliki kesukaan lebih tinggi, diduga karena bahan kering dan protein
yang dikandungnya cukup tinggi sehingga meningkatkan kekentalan susu.
Kekentalan susu dipengaruhi oleh bahan kering, lemak, air dan suhu susu. Selain
itu kekentalan dipengaruhi oleh berat jenis susu (Fitriyanto et al. 2013). Panelis
lebih menyukai susu yang cukup kekentalannya namun tidak terlalu encer.

12
sangat tidak
suka
15
10
5

sangat suka

tidak suka

0

r1
r2
r3
r4

suka

netral

Gambar 5 Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan susu kambing penelitian
Aroma
Kesukaan panelis terhadap perlakuan aroma susu kambing penelitian
ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 memperlihatkan aroma susu dengan
perlakuan kontrol, serta penambahan biskuit biosuplemen 5, 10% memiliki
frekuensi nilai kesukaan terbanyak pada skala 2 (tidak suka), 3 (netral), dan 4
(suka), namun frekuensi nilai kesukaan pada skala 3 (netral) yang didapatkan susu
dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15% memiliki nilai yang lebih tinggi
dibanding ketiganya, selain itu tidak ada panelis yang tidak suka terhadap aroma
susu dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15%. Hal ini dapat dikarenakan pada
susu dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15% tidak aroma “prengus”. Menurut
Boycheva et al. (2011), aroma spesifik susu kambing disebabkan oleh asam lemak
yang mudah menguap (kaprat, kaprilat, dan kaproat). Aroma “prengus” ini dapat
juga disebabkan adanya penanganan yang tidak tepat pada susu pasca pemerahan.
sangat tidak
suka
15
10
r1
5

sangat suka

tidak suka

0

r2
r3
r4

suka

netral

Gambar 6 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma susu kambing penelitian

13
Rasa
Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa susu ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 menunjukkan bahwa frekuensi nilai kesukaan terhadap rasa susu
dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15% memiliki nilai terbanyak pada skala 3
(netral), 4 (suka), dan 5 (sangat suka), dimana frekuensi nilai ini lebih tinggi
dibandingkan hasil kesukaan dari perlakuan yang lain. Selain itu, pada susu
dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15% tidak terdapat panelis yang memberi
nilai 2 (tidak suka). Hal ini mengindikasikan panelis lebih menyukai rasa susu
dengan perlakuan biskuit biosuplemen 15%, dikarenakan kadar laktosa dan garam
yang paling tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lain sehingga
meninggalkan rasa yang manis dan gurih pada indra pengecap. Hal ini sesuai
dengan Rahman et al. (1992) bahwa susu segar dalam kondisi ideal memiliki cita
rasa yang kuat, tetapi mempunyai rasa sedikit manis yang menyenangkan,
terutama disebabkan oleh hubungan antara kandungan laktosa dan klorida dalam
susu.

sangat tidak
suka
15
10

r1

5

sangat suka

tidak suka

r2
r3

0

r4

suka

netral

Gambar 7 Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa susu kambing penelitian
Daya suka
Secara umum dari hasil uji hedonik didapatkan bahwa panelis dapat
menerima susu kambing penelitian. Namun susu dengan perlakuan biskuit
biosuplemen 15% memiliki kecenderungan disukai paling tinggi. Hal ini
didasarkan pada hasil rasa dan aroma dari uji hedonik susu kambing.
Daya suka konsumen terhadap susu dalam penelitian ini utama dipengaruhi
oleh rasa dan aroma dikarenakan hasil dari warna dan kekentalan yang relatif
sama di semua perlakuan. Senada dengan Clark (1998), bahwa rasa dan aroma
merupakan faktor utama yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap
makanan. Parameter rasa dan aroma saling berkaitan satu sama lain, karena dalam
mengecap suatu makanan diperlukan penunjang lain diantaranya adalah
penciuman Panelis sebenarnya cukup menerima adanya aroma “prengus” pada
susu kambing, namun cenderung tidak menyukai susu dengan aroma “prengus”
yang terlalu tajam.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kualitas susu kambing PE penelitian tidak dipengaruhi pemberian biskuit
biosuplemen. Hasil uji hedonik memperlihatkan bahwa panelis dapat menerima
susu kambing penelitian dengan perlakuan penambahan ransum basal dan biskuit
15% memiliki kesukaan paling tinggi berdasarkan hasil aroma dan rasa.
Saran
Tingkat kesukaan konsumen meningkat karena rasa dan aroma yang lebih
baik setelah penambahan biskuit biosuplemen, namun demikian perlu adanya
kajian tentang analisis biaya dan keuntungan terhadap susu kambing yang diberi
perlakuan biskuit biosuplemen.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi FA. 2011. Upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman fungsional
berbasis kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl.Miq) dengan menggunakan
beberapa ekstrak jeruk dari varietas yang berbeda dan flavor enhancer.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Apdini TAP. 2012. Pemanfaatan pellet Indigofera sp. pada kambing perah
peranakan etawah dan saanen di peternakan bangun karso farm. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Attabani A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing peranakan etawa dan
kambing saanen pada peternakan kambing perah Barokah dan PT Taurus
Dairy Farm [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Belitz HD, Grosch W. 1999. Food Chemistry. Berlin (DE): Springer.
Blakely J, Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ
Pr.
[Balitnak] Balai Penelitian Ternak. 2004. Kambing Peranakan Etawah: Kambing
Perah Indonesia. Bogor (ID) : Puslitbang Deptan.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Prakiraan Cuaca
Propinsi Jawa Barat. Bogor (ID): BMKG.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 01-3141-2011. Susu Segar.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Boycheva S, Dimitrov T, Naydenova N, Mihaylova G. 2011. Quality
characteristics of yoghurt from goat’s milk supplemented with fruit juice.
Czech J Food Sci. 29 (1):24-30.
Budiarsana IGM. 2001. Efisiensi produksi susu kambing peranakan etawah. Di
dalam: Budiarsana IGM, Sutama IK, editor. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. Bogor (ID): Litbang Deptan. hlm 1-8; [diunduh 2013 Mei 25].
Tersedia pada: http://www.peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/
pronas- β.pdf.

15
Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in
Food Product Development and Quality Control. Maryland (USA): Aspen.
Clark JE. 1998. Taste and flavor: their importance in food choice and acceptance.
Di dalam: Clark JE, editor. Proceedings of the Nutrition Society
[Internet]. ;1998 Nov; London, Great Britain. London (GB): Nutrition
Society. hlm 639-643; [diunduh 2013 Juni 2]. Tersedia pada: http://www.
www.fantastic-flavour.com/.../Taste_and_flavour.
Fitriyanto, Astuti TY, Utami S. 2013. Kajian viskositas dan berat jenis susu
kambing peranakan etawa (PE) pada awal, puncak, dan akhir laktasi. JIP. 1
(1): 299-306.
Fox PF, McSweeney PLH. 1998. Dairy Chemistry and Biochemistry. London
(GB): Blackie.
Hartadi H, Kearl LC, Reksohadiprodjo S, Harris LE, Lebdosukojo S, Tillman AD.
1980. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak untuk Indonesia.
Data ilmu makanan untuk Indonesia. Logan (US): Utah State University.
Khoerunnisa HM, Suryahadi, Trisyulianti E. 2002. Pengaruh penggunaan papain
dalam meningkatkan protein kedelai secara in vitro. Med Pet. 25(3).
Morand FP, Sauvant D. 1980. Composition and yield of goat milk as affected by
nutritional manipulation. J Dairy Sci. 63 (10): 1671-1680.
Rahayu WP. 1997. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Diktat Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Bogor (ID): IPB Pr.
Rahman AS. Fardiaz RP, Winiati, Nurwitri CC. 1992. Teknologi Fermentasi Susu.
Pusat Antar Universitas. Bogor (ID): IPB Pr.
Retnani Y, Permana IG, Purba LC. 2013. Physical characteristic and palatability
of biscuit bio-supplement for dairy goat. Pakistan J Biol Sci. 13 (1):1-3.
Sodiqin M. 2012. Produksi susu dan pemberian pakan sapi perah di kawasan
usaha peternakan sapi perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soeharsono. 2005. Pengaruh pemberian tepung gaplek-urea yang dikukus
terhadap konsumsi dan kecernaan protein serta neraca nitrogen pada domba.
Di dalam: Soeharsono, Supriadi, Winarti E, editor. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Litbang Deptan. hlm 1-5; [diunduh
2013 April 25] Tersedia pada: http:// www. digilib. litbang.deptan.go.id/
repository/index.php/repository/.../6034.
Suharlina. 2010. Peningkatan produktivitas Indigofera sebagai pakan hijauan
berkualitas tinggi melalui aplikasi pupuk organik cair dari limbah industri
penyedap masakan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wardeh MF. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed
[disertasi]. Logan (US) : Utah State University.
Wartini E. 2002. Kinetika fermentabilitas daun katuk (Sauropus androgynous L.
Merr), daun pare (Momordica charantia L.) dan daun pepaya (Carica
papaya L.) di dalam rumen sapi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Whiteley PR. 1971.Biscuit Manufacture.London (GB): Applied Science Pub.
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.

16
Lampiran 1 Ancova bahan kering susu
SK

db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan
Kelompok

3
2

0.0102
0.0012

0.0034
0.0006

1.49
0.26

0.425
0.7926

produksi*perlakuan
Error

4
2

0.0159
0.0045

0.0039
0.0022

1.75

0.3951

Total

12

11.0315

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: Nilai
hitung, Sig: signifikansi

Lampiran 2 Ancova protein susu
SK

db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan

3

0.2745

0.0915

1.44

0.435

Kelompok
produksi*perlakuan

2
4

0.1678
0.5483

0.0839
0.1371

1.32
2.16

0.431
0.341

Error
Total

2
12

0.1271
407.0213

0.0635

db

JK

KT

F hit

Sig

3
2
4
2
12

7.7716
0.6464
9.5028
9.7086
706.1843

2.5905
0.3232
2.3757
4.8543

0.53
0.07
0.49

0.7036
0.9376
0.7553

Lampiran 3 Ancova lemak susu
SK
Perlakuan
Kelompok
produksi*perlakuan
Error
Total

Lampiran 4 Ancova bahan kering tanpa lemak (BKTL) susu
SK

db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan
Kelompok
produksi*perlakuan
Error

3
2
4
2

0.9003
6.011
0.9211
0.6862

0.3001
3.0055
0.2302
0.3431

0.87
8.76
0.67

0.5725
0.1025
0.6716

Total

12

1221.8553

Lampiran 5 Ancova laktosa susu
db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan
Kelompok

SK

3
2

0.188
0.9470.0947

0.0626
0.0473

10.44
7.89

0.0887
0.1125

produksi*perlakuan
Error
Total

4
2
12

0.2431
0.012
168.1731

0.0607
0.006

10.12

0.0919

17
Lampiran 6 Ancova berat jenis susu
SK

db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan
Kelompok

3
2

0.00001
0.00001

0.000003
0.000008

0.33
0.69

0.8105
0.5908

produksi*perlakuan
Error

4
2

0.000003
0.00003

0.0000007
0.00001

0.06

0.9883

Total

12

12.7494

Lampiran 7 Ancova kadar garam susu
SK

db

JK

KT

F hit

Sig

Perlakuan
Kelompok
produksi*perlakuan
Error

3
2
4
2

0.0102
0.0012
0.0159
0.0045

0.0034
0.0006
0.0039
0.0022

1.49
0.26
1.75

0.425
0.7926
0.3951

Total

12

11.0315

Lampiran 8 Ancova suhu susu
SK
Perlakuan
Kelompok
produksi*perlakuan
Error
Total

db

JK

KT

F hit

Sig

3
2
4
2
12

1.4259
8.2819
9.6962
6.1255
7001.6897

0.4753
4.1409
2.4241
3.0627

0.16
1.35
0.79

0.9179
0.4252
0.6244

Lampiran 9 Ancova titik beku susu
SK
Perlakuan
Kelompok
produksi*perlakuan
Error
Total

db

JK

KT

F hit

Sig

3
2
4
2
12

0.005
0.0033
0.01
0.0009
3.5565

0.0016
0.0016
0.0025
0.0004

3.55
3.52
5.3

0.2275
0.2212
0.1651

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 25 bulan
Mei tahun 1991 dan diberi nama Dyah Retno Pembayu.
Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Ganief
Cahyono dan Ibu Siti Mariyam. Tahun 2009 penulis lulus
dari SMA Negeri 1 Kota Serang dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
dan diterima di Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan. Kesempatan untuk melanjutkan
ke Program Master pada program studi dan perguruan tinggi yang sama pada
tahun 2012 melalui Program Fast Track. Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah aktif sebagai staf External IAAS IPB tahun 2009-2010, manajer PSDM
Leadership and Entrepreneurship BEM KM tahun 2011, Ketua Biro PWI
Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) tahun 2011-2012
dan Ketua Divisi PDD dalam acara International Feed Seminar 2012.
Penulis merupakan penerima beasiswa prestasi akademik (PPA) tahun
2011-2013. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
Penelitian (PKM-P) yang berjudul Tepung Lidah Buaya sebagai Antibiotik Alami
untuk Meningkatkan Performa Puyuh Coturnix coturnix japonica dan berhasil
lolos didanai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2013.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dikti-Stratnas (2012-2013) yang telah
mendanai penelitian ini yang diketuai oleh Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc. Terima
kasih pula saya ucapkan kepada Bapak Dr Ir Idat G Permana, MScAgr dan Ibu
Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc selaku pembimbing skripsi, Bapak Ir Kukuh Budi
Satoto, MS selaku dosen pembahas seminar dan Bapak Dr Iwan Prihantoro,
SPtMSi selaku panitia seminar pada tanggal 20 Juni 2013, Ibu Dr Tuti Suryati,
SPtMSi dan Bapak Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc selaku dosen penguji sidang
serta Ibu Ir Widya Hermana, MSi selaku panitia sidang pada tanggal 25 Juli 2013.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Mbak Yati, karyawan peternakan Doa
Anak Yatim Farm (DAY Farm), serta staf Laboratorium Industri Pakan dan
Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB yang telah
membantu selama pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada orang tua dari penulis (Abi dan
Umi), adik-adik dari penulis (Dek Gandung dan Dek Alit), seluruh keluarga,
rekan sepenelitian (Desca dan Benek), sahabat-sahabat penulis (Irfan, Widia,
Kevin, Noval, Lupy, Alvi, Nia, Regina, Priskila) serta sahabat seperjuangan INTP
46, INTP 47 dan INP 2012/2013 atas segala dukungan dan kekuatan. Semoga
Allah membalas kebaikan kalian dengan yang lebih baik.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.